SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir 
bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta masyarakat 
kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau. 
Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak 
dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan, maupun 
pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja, 
namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi 
frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan 
komplikasi yang umum. Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima 
pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, 
kulit, serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta 
stigma sosial. 
Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan kesehatan 
masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu India, Indonesia dan 
Timor Leste. Berkat usaha yang gencar dalam pemberantasan frambusia, tidak terdapat lagi 
laporan mengenai penyakit ini sejak tahun 2004. Sebelumnya, penyakit ini dilaporkan 
terdapat di 49 distrik di 10 negara bagian dan pada umumnya didapati pada suku-suku 
didalam masyarakat. India kini telah mendeklarasikan pemberantasan penyakit frambusia 
dengan sasaran tidak adanya lagi laporan mengenai kasus baru dan membebaskan India bebas 
dari penyakit ini sebelum tahun 2008. yaitu Zeroincidence + No sero positive cases among < 
5 children. 
Di Indonesia, sebanyak 4.000 kasus tiap tahunnya dilaporkan 8 dari 30 provinsi 95% dari 
keseluruhan jumlah kasus yang dilaporkan tiap tahunnya dilaporkan dari empat provinsi, 
yaitu : Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua dan Maluku. Pelaksanaan program 
pemberantasan penyakit ini sempat tersendat pada tahun-tahun terakhir, terutama disebabkan 
oleh keterbatasan sumber daya. Upaya-upaya harus diarahkan pada dukungan kebijakan dan 
perhatian yang lebih besar sangat dibutuhkan demi pelaksanaan yang lebih efektif dan 
memperkuat program ini. 
Di Timor Leste, Frambusia dianggap penyakit endemik di 6 dari 13 distrik. Data yang dapat 
dipercaya tidak terdapat di negara ini. Pendekatan yang terpadu sedang direncanakan, dengan 
mengkombinasikan pemberantasan penyakit kaki gajah dan frambusia, serta pengontrolan 
cacing tanah. Sinergi program semacam ini merupakan pendekatan utama yang harus 
didukung.
Frambusia dapat diberantas karena penyakit ini dapat dideteksi dengan mudah oleh petugas 
kesehatan di klinik- klinik serta dapat disembuhkan dengan satu kali penyuntikan penisilin 
aksi lama. Secara geografis, penyakit ini hanya terbatas pada sebuah daerah yang terpencil 
dan terlokalisir di tempat tersebut. Memperkenalkan pemberantasan frambusia dapat menjadi 
pintu masuk untuk pemberian penanganan kesehatan primer ke dalam populasi yang 
termarjinalkan secara social dan terisolasi secara geografis. 
Secara histories, penggunaan strategi yang meliputi pendeteksian kasus secara aktif dan 
penanganan tepat waktu dari kedua kasus ini serta kontak dengan keluarga penderita terbukti 
dapat memberantas penyakit ini. Pada akhirnya, pemberantasan frambusia dapat menurunkan 
angka kemiskinan dan memberdayakan masyarakat tradisional sehingga Negara-negara 
mampu mencapai Millenium Development Goals (MDGs) atau paling tidak mampu 
menyediakan akses ke kondisi kesehatan dan sanitasi pada tingkat dasar. Berdasarkan 
argument-argument ini, WHO telah mendeklarasikan bahwa pemberantasan frambusia 
merupakan prioritas untuk daerah Asia Tenggara, dan hal ini dapat diwujudkan. 
Untuk menjalankan misi pemberantasan penyakit ini, WHO telah mempersiapkan kerangka 
kerja Regional Strategic Plan dan sebuah draft dokumen pendukung untuk mobilitas sumber 
daya. Regional Strategic Plan 2006 -2010 telah diselesaikan dalam sebuah pertemuan yang 
diadakan di Bali, Indonesia pada bulan Juli 2006 dan kerangka kerja National Strategic Plan 
untuk Indonesia dan Timor Leste telah dibuat.Dengan pendeklarasian pemberantasan 
frambusia di India, Indonesia dan Timor Leste diharapkan meningkatkan upaya-upaya untuk 
memberantas penyakit frambusia. Kedua negara ini akan membutuhkan dukungan sumber 
daya dan teknis untuk memberantas penyakit frambusia sebelum tahun 2010. 
Strategi-strategi untuk mencapai pemberantasan penyakit ini meliputi pendeteksian kasus 
secara aktif di daerah- daerah yang terjangkiti penyakit ini ; pengobatan yang tepat, serta 
pemberian penisilin dosis tunggal ; pelatihan tenaga medis di daerah - daerah yang terjangkiti 
mengenai diagnosa, penanganan, pencegahan, dan pengontrolan penyakit ini ; advokasi dan 
kampanye IEC guna menciptakan kesadaran masyarakat dan dukungan administrative, 
program pemantauan regular, dan peningkatan kerja sama. 
Guna mencapai tujuan pemberantasan ini, kedua negara ini membutuhkan komitmen politik 
dan dukungan kebijaksanaan, pengerahan sumber daya yang memadai, dan peningkatan 
dukungan teknis untuk memperkuat program ini, serta pelaksanaan strategi dan yang 
berkesinambungan dan dinamis. 
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Frambusia ? 
1.2.2 Apa Etiologi Frambusia ? 
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Frambusia ? 
1.2.4 Bagaimana Cara Penularan Frambusia ? 
1.2.5 Apa saja Klasifikasi Frambusia ? 
1.2.6 Bagaimana Manifestasi Klinis Frambusia ? 
1.2.7 Bagaimana Cara Pencegahan Frambusia ? 
1.2.8 Bagaimana Pengobatan Frambusia. 
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Frambusia ? 
1.3 Tujuan 
1.3.1 Mengetahui Pengertian Frambusia. 
1.3.2 Mengetahui Etiologi Frambusia. 
1.3.3 Mengetahui Patofisiologi Frambusia. 
1.3.4 Mengetahui Cara Penyebara Frambusia. 
1.3.5 Mengetahui Klasifikasi Frambusia. 
1.3.6 Mengetahui Manifestasi Klinis Frambusia. 
1.3.7 Mengetahui Cara Pencegahan pada Frambusia. 
1.3.8 Mengetahui Pengobatan pada Frambusia. 
1.3.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan Frambusia. 
BAB II
KONSEP MEDIS 
2.1 Pengertian Frambusia 
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum 
ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau 
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi 
lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat 
berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ 
trauma. 
Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit menular 
venerik, yang disebabkan oleh Treponema palidum subs. pertinue dengan gejala utama pada 
kulit dan tulang. 
Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang). Dalam bahasa 
Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan dalam bahasa Jawa 
disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena penderitanya sangat mudah 
ditemukan di kalangan penduduk. Di Jawa saking populernya telah masuk dalam khasanah 
bahasa Jawa dengan istilah “ora Patheken”. 
Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena 
penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat 
akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan 
kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan 
masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini 
merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada 
penderita.. 
2.2 Etiologi Frambusia 
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum sub 
spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit sifilis), 
penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat mudah tersebar melalui kontak 
langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat. Penyakit ini tumbuh subur terutama 
didaerah beriklim tropis dengan karakteristik cuaca panas, dan banyak hujan, yang 
dikombinasikan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk, 
kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas 
kesehatan umum yang memadai. 
2.3 Patofisiologi Frambusia
Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak langsung 
dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema palidum ini biasanya 
menyerang kulit dan tulang. 
Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu, setelah 
itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei, yang 
memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai 
dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila tidak 
segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. 
Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ektermitas yang 
menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis 
serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran 
hilangnya bentuk hidung. Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang 
meninggalkan jaringan parut dapat membentuk keloid dan kontraktur. 
Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi: 
a) pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri frambusia; 
b) secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit; 
c) latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada; 
d) tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ; Greenwood, 
et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005). 
2.4 Cara Penularan Frambusia 
Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung 
(Depkes,2005), yaitu : 
a) Penularan secara langsung (direct contact) . 
Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. 
Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue) 
yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada 
lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas dengan gejala 
menular dengan selaput lendir. 
b) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) . 
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau 
serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular 
dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu 
masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. 
Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2 
kemungkinan, antara lain :
1. Infeksi effective. 
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak, 
menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat 
terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup 
banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia. 
2. Infeksi ineffective. 
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat 
berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit. 
Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak 
cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai 
kekebalan terhadap penyakit frambusia (Depkes, 2005). 
2.5 Klasifikasi Frambusia 
Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik Agen : 
a) Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang biak di dalam 
jaringan penjamu. 
b) Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya benjolan-benjolan 
kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah. 
c) Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang 
dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup. Pada 10% 
kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai dengan lesi yang merusak susunan kulit 
yang juga mengenai otot dan persendian. 
d) Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan kulit 
dalam tubuh penjamu. 
e) Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang satu 
dengan yang lainnya. 
f) Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak antibody 
yang ada di dalam sang penjamu. 
2.6 Manifestasi Klinis Frambusia 
Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu : 
a) Stadium I : 
Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam 
kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang berbentuk seperti buah 
arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh spontan tanpa meninggalkan 
bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan 
persendian kemudian, papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial 
berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering
ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan mirip kandilomatalata pada 
sipilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan 
pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki, dan biasanya 
lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa, papula, mikropapula, 
nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi. 
Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang menular. 
b) Stadium II atau masa peralihan : 
Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue. Treponema positif 
ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I. Pada stadium 
ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran klinis, berupa 
hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang 
ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu 
suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung 
dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou ( suatu 
bentuk ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta junksta 
artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple), biasanya ditemukan 
di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau plantar dan palmar. 
c) Stadium III : 
Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau 
bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid dan 
kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan kerusakan 
pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung, tibia. 
Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain : 
a) Tahap Prepatogenesis 
Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup 
kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita. 
b) Tahap Inkubasi 
Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu 
c) Tahap Dini 
Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah 
tanpa nanah. 
d) Tahap Lanjut 
Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang, sehingga 
mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika disertai infeksi 
(borok). 
e) Tahap Pasca Patogenesis 
Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
1. Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah 
yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 % dari penderita. 
2. Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam 
tubuh. 
3. Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan 
cacat kepada si penderita. 
2.7 Pencegahan Frambusia 
Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa kambuh dan 
menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus pasien stadium 
tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi pada tulang dan 
persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun setelah terkena infeksi 
pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: 
a) Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk 
menemukan penderita. 
b) Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan 
(UPK) dan dilakukan pencarian kontak. 
c) Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 
d) Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air bersih 
serta penyediaan sabun untuk mandi. 
2.8 Pengobatan Frambusia 
Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan untuk 1,2 juta 
unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat pilihian, tetapi bagi mereka 
yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari. 
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama 
adalah benzatin penisilin, dan pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan pemberian 
tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin. 
Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut : 
a) Bila sero positif >50% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5% maka 
seluruh penduduk diberikan pengobatan. 
b) Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5% maka 
penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan pengobatan. 
c) Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun < 2% maka 
penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.
Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh murid dalam 
kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb: 
Umur Nama obat Dosis Pemberian 
Melalui 
Lama 
Pemberian 
< 10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis 
Tunggal 
≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis 
Tunggal 
Alternatif 
< 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4 
dosis 
Oral 15 hari 
8-15 tahun Tetra atau 
erit. 
250mg,4×1 hri Oral 15 hari 
>8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi 
4 dosis 
Oral 15 hari 
Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari
BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN 
3.1 Pengkajian 
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan 
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, 
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. 
Pengkajian pada pasien frambusia meliputi : 
1. Identitas klien : 
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, 
tanggal dan jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa medis. 
2. Keluhan utama : 
a. Gatal-gatal. 
b. Demam. 
c. Sakit Kepala. 
d. Nyeri tulang dan sendi. 
e. Terdapat benjolan-benjolan pada kulit. 
3. Riwayat penyakit 
Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia, dan kambuh kembali. 
4. Pemeriksaan Fisik : 
a) Pola aktivitas dan istirahat : 
1) Kelemahan. 
2) Gelisah. 
3) Susah bergerak. 
4) Susah tidur. 
5) Pusing. 
b) Pola sirkulasi : 
1) Turgor kulit menurun. 
2) Kerusakan integritas kulit. 
c) Pola sensorik : 
1) Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun. 
2) Pertahanan tubuh menurun. 
d) Pola Nutrisi dan cairan : 
1) Anoreksia. 
2) Berat badan menurun. 
3) Dehidrasi. 
e) Pola kepercayaan diri : 
1) Perubahan postur tubuh.
2) Menyendiri (malu). 
f) Pola tempat tinggal pasien : 
1) Sanitasi lingkungan yang buruk. 
2) Kurangnya fasilitas air bersih. 
3) Lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang 
memadai. 
3.2 Diagnosa Keperawatan 
a) Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi. 
b) Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh 
menurun. 
c) Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan. 
d) Gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan postur tubuh. 
e) Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan. 
f) Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit. 
3.3 Intervensi dan Rasional 
a. Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi. 
Tujuan : Untuk memelihara integritas kulit atau mencapai penyembuhan tepat waktu. 
Intervensi : 
1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Amati perubahan lesi. 
Rasional : Menentukan garis dasar dimana terjadi perubahan pada status. 
2. Pertahankan hygiene kulit, misalnya dengan membasuh dan mengeringkannya dengan 
hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim. 
Rasional : Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan menambah kenyamanan. 
3. Gunting kuku secara teratur. 
Rasional : Kuku yang panjang/kasar menimbulkan resiko kerusakan kulit. 
4. Kolaborasi pemberian obat topikal atau sistemik 
Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit. 
5. Kolaborasi pemberian salep antibiotik untuk melindungi lesi. 
Rasional : Melindungi area dari kontaminasi bakteri dan meningkatkan penyembuhan. 
b. Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh menurun. 
Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi. 
Intervensi : 
1. Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu. 
Rasional : Memberikan informasi data dasar. Peningkatan suhu secara berulang- ulang dari 
demam yang terjadi untuk menunjukkan pada tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru.
2. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang 
kontak dengan pasien. 
Rasional : Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi. 
3. Gunakan sapu tangan, masker dan teknik aseptik selama perawatan dan berikan pakaian 
yang steril atau baru. 
Rasional : Mencegah terpajan pada organisme infeksius. 
4. Observasi lesi secara periodik. 
Rasional : Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi 
5. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung atau staf 
terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi. 
Rasional : Untuk mengurangi patogen pada sistem intergument dan mengurangi 
kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial. 
6. Kolaborasi pemberian preparat antibiotik dengan dokter. 
Rasional : Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi. 
c. Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan. 
Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi. 
Intervensi : 
1. Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan 
catat persepsi klien terhadap immobilisasi. 
Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien 
terhadap immobilisasi, ini akan membuat pasien menemukan aktivitas mana saja yang perlu 
dilakukan. 
2. Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda. 
Rasional : Dengan ambulasi tersebut klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang 
perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien. 
3. Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodik. 
Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur. 
4. Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur. 
Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari 
tempat tidur. 
d. Gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan postur tubuh. 
Tujuan : Pasien dapat mengembangkan peningkatan penerimaan diri. 
Intervensi : 
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (menghindari kontak mata, ucapan yang 
merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan muak pada kondisi kulit).
Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan nyata bagi 
pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada dirinya sendiri. 
2. Berikan kesempatan untuk pasien mengungkapkan keluhan, dengarkan dengan cara 
yang terbuka dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan berduka atau ansietas tentang 
perubahan citra tubuh 
Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. Mendukung upaya 
pasien untuk memperbaiki citra diri. 
3. Bersikap realistis selama pengobatan, dan pada penyuluhan kesehatan. 
Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan 
perawat. 
4. Jangan memberikan keyakinan yang salah. 
Rasional : Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun 
tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita. 
5. Dorong interaksi keluarga dengan rehabilitasi. 
Rasional : Mempertahankan pola komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada 
pasien dan keluarga. 
e. Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan. 
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan penurunan ansietas sehingga dapat menerima perubahan 
status kesehatannnya dengan cara sehat. 
Intervensi : 
1. Berikan penjelasan yang sering dan informasi tentang prosedur perawatan. 
Rasional : Pengetahuan diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, dan memperjelas 
kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama. 
2. Libatkan pasien atau orang yang terdekat dalam proses pengambilan keputusan. 
Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan kerja sama. 
3. Kaji status mental terhadap penyakit. 
Rasional : Menurunkan perasaan tak berdaya atau putus asa. 
4. Berikan orientasi konstan dan konsisten. 
Rasional : Pada awalnya pasien dapat menggunakan penyangkalan untuk menurunkan dan 
menyaring informasi secara keseluruhan. 
5. Dorong pasien untuk bicara tentang penyakitnya. 
Rasional : Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus untuk membantu 
beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan 
6. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan 
jawaban terbuka atau jujur. 
Rasional : Membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas. 
7. Identifikasi metode koping atau penangan situasi stress sebelumnya.
Rasional : Pernyataan kompensasi menujukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien 
atau orang yang terdekat menerima realita dan mulai menerima apa yang terjadi. 
8. Dorong keluarga dan orang yang terdekat untuk mengunjungi pasien dan 
mendiskusikan apa yang terjadi. Mengingatkan pasien kejadian masa lalu dan akan datang. 
Rasional : Perilaku masa lalu yang berhasil dapat digunakan untuk membantu situasi saat ini 
mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan 
kesinambungan hidup. 
9. Kolaborasi sedatif ringan sesuai indikasi 
Rasional : Obat ansietas diperlukan untuk periode singkat sampai pasien lebih stabil secara 
psikis. 
f. Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit. 
Tujuan : Pasien mendapatkan informasi yang adekuat tentang perawatan kulit. 
Intervensi : 
1. Tentukan apakah pasien mengetahui tentang kondisi dirinya. 
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan. 
2. Pantau agar pasien mendapatkan informasi yang benar, dan memperbaiki kesalahan 
persepsi informasi. 
Rasional : Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat di perbuat. 
3. Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan. 
Rasional : Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien. 
4. Jelaskan penatalaksanaan minum obat : dosis, frekuensi, tindakan, dan perlunya terapi 
dalam jangka waktu lama. 
Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien, memahami aturan terapi dan mencegah putus 
obat. 
5. Dorong pasien agar mendapat status nutrisi yang sehat. 
Rasional : Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan kulit 
dapat menandakan status nutrisi yang abnormal. Nutrisi yang optimal meningkatkan 
regenerasi jaringan dan penyembuhan umum kesehatan. 
6. Tekankan perlunya atau pentingnya mengevaluasi perawatan atau rehabilitasi 
Rasional : Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang continue dan perubahan terapi 
dibutuhkan untuk penyembuhan optimal.
BAB IV 
PENUTUP 
4.1 Kesimpulan 
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum 
ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau 
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi 
lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat 
berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ 
trauma. 
Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam jaringan 
penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah 
arbei, yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang 
disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila 
tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses 
penyebaran frambusia ada 2, yaitu penularan secara langsung (direct contact), dan penularan 
secara tidak langsung (indirect contact). 
Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau masa 
peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa tahapan, antara lain : 
tahap prepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut, dan tahap pasca patogenesis. 
Strategi pemberantasan atau pencegahan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: skrining 
terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan penderita, 
memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK) 
dan dilakukan pencarian kontak, penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup 
bersih dan sehat (PHBS), perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan 
prasarana air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi. 
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama 
dalam pengobatan frambusia adalah benzatin penisilin, alternatif pengobatan dapat dilakukan 
dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin. 
4.2 Saran 
Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang dapat membuat 
penyakit frambusia dapat terjadi, salah satunya yaitu kondisi tempat tinggal yang kotor dan 
tidak sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua masyarakat untuk selalu memperhatikan 
kondisi lingkungannya, dan menjaga kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan 
tempat tinggal.
DAFTAR PUSTAKA 
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan- frambusia.html 
(diakses pada tanggal 24 februari 2012) 
http://ichynurse.blogspot.com/2012/01/askep- frambusia.html 
(diakses pada tanggal 23 februari 2012)
KATA PENGANTAR 
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala 
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan 
Makalah yang berjudul “Frambusia”. 
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Keperawatan Tropis 
III. Dalam penulisan makalah ini juga, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, karena kami 
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan 
kemampuan yang dimiliki kami. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam 
penyusunan materi ini tidak lain berkat tuntunan-Nya dan bimbingan dari berbagai pihak, 
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. 
Untuk itu dalam kesempatan ini Saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih 
kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Selain 
itu kami juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi penyempurnaan 
pembuatan makalah ini. 
Raha, Oktober 2013 
Penulis
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i 
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii 
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 
1.2 Perumusan Masalah………...…………...……...…………...…………………..3 
1.3 Tujuan...................................................................................................................4 
BAB II KONSEP MEDIS…………….……………………………..…...…….. 5 
2.1 Pengertian Frambusia……....…........................................................................... 5 
2.2 Etiologi Frambusia………………....................................................................... 6 
2.3 Patofisiologi Frambusia........................................................................................6 
2.4 Cara Penularan Frambusia……………………..………………………………..7 
2.5 Klasifikasi Frambusia………………………………………………………...…8 
2.6 Manifestasi Klinis Frambusia………………………………………………...…9 
2.7 Pencegahan Frambusia………………………………………………………... 11 
2.8 Pengobatan Frambusia……………………………………………………........ 12 
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……….………………………...……. 14 
3.1 Pengkajian………...………............................................................................... 14 
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 15 
3.3 Intervensi dan Rasional…………………..…………………………………… 16 
BAB IV PENUTUP………………………………...……………………….... 22 
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22 
4.2 Saran................................................................................................................... 23 
DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………………….. 24

More Related Content

What's hot

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
 
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannya
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannyaPPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannya
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannyaPriscila Suprapto
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1HMRojali
 
Pedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaPedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaMi Mie
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioNajMah Usman
 
Ppt study eksperimental
Ppt study eksperimentalPpt study eksperimental
Ppt study eksperimentalDesy Rahayu
 
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan   1 - epidemiologi penyakit menularPertemuan   1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menularLila Kania
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptx
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptxSOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptx
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptxIsnaningsih5
 

What's hot (20)

Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Tuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anakTuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anak
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 
Modul inti 2
Modul inti 2Modul inti 2
Modul inti 2
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
puskesmas
puskesmaspuskesmas
puskesmas
 
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannya
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannyaPPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannya
PPT HPV, vaksin, pap's smear dan penilaiannya
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
Slide sifilis
Slide sifilisSlide sifilis
Slide sifilis
 
Pedoman Aku Bangga Aku Tahu
Pedoman Aku Bangga Aku TahuPedoman Aku Bangga Aku Tahu
Pedoman Aku Bangga Aku Tahu
 
Pedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaPedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispa
 
Bagan MTBS 2022.pdf
Bagan MTBS 2022.pdfBagan MTBS 2022.pdf
Bagan MTBS 2022.pdf
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
 
Ppt study eksperimental
Ppt study eksperimentalPpt study eksperimental
Ppt study eksperimental
 
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan   1 - epidemiologi penyakit menularPertemuan   1 - epidemiologi penyakit menular
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menular
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Promosi kesehatan
Promosi kesehatanPromosi kesehatan
Promosi kesehatan
 
Pedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT NasionalPedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT Nasional
 
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptx
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptxSOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptx
SOSIALISASI PENGGUNAAN BUKU KIA TERBARU REVISI TH 2020.pptx
 

Similar to PENGOBATAN FRAMBUSIA (20)

Makalah frambusia
Makalah frambusiaMakalah frambusia
Makalah frambusia
 
Makalah frambusia
Makalah frambusiaMakalah frambusia
Makalah frambusia
 
Makalah frambusia
Makalah frambusiaMakalah frambusia
Makalah frambusia
 
Makalah frambusia
Makalah frambusiaMakalah frambusia
Makalah frambusia
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Epid kelompok 1
Epid kelompok 1Epid kelompok 1
Epid kelompok 1
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

PENGOBATAN FRAMBUSIA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau. Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, kulit, serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma sosial. Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu India, Indonesia dan Timor Leste. Berkat usaha yang gencar dalam pemberantasan frambusia, tidak terdapat lagi laporan mengenai penyakit ini sejak tahun 2004. Sebelumnya, penyakit ini dilaporkan terdapat di 49 distrik di 10 negara bagian dan pada umumnya didapati pada suku-suku didalam masyarakat. India kini telah mendeklarasikan pemberantasan penyakit frambusia dengan sasaran tidak adanya lagi laporan mengenai kasus baru dan membebaskan India bebas dari penyakit ini sebelum tahun 2008. yaitu Zeroincidence + No sero positive cases among < 5 children. Di Indonesia, sebanyak 4.000 kasus tiap tahunnya dilaporkan 8 dari 30 provinsi 95% dari keseluruhan jumlah kasus yang dilaporkan tiap tahunnya dilaporkan dari empat provinsi, yaitu : Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua dan Maluku. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ini sempat tersendat pada tahun-tahun terakhir, terutama disebabkan oleh keterbatasan sumber daya. Upaya-upaya harus diarahkan pada dukungan kebijakan dan perhatian yang lebih besar sangat dibutuhkan demi pelaksanaan yang lebih efektif dan memperkuat program ini. Di Timor Leste, Frambusia dianggap penyakit endemik di 6 dari 13 distrik. Data yang dapat dipercaya tidak terdapat di negara ini. Pendekatan yang terpadu sedang direncanakan, dengan mengkombinasikan pemberantasan penyakit kaki gajah dan frambusia, serta pengontrolan cacing tanah. Sinergi program semacam ini merupakan pendekatan utama yang harus didukung.
  • 2. Frambusia dapat diberantas karena penyakit ini dapat dideteksi dengan mudah oleh petugas kesehatan di klinik- klinik serta dapat disembuhkan dengan satu kali penyuntikan penisilin aksi lama. Secara geografis, penyakit ini hanya terbatas pada sebuah daerah yang terpencil dan terlokalisir di tempat tersebut. Memperkenalkan pemberantasan frambusia dapat menjadi pintu masuk untuk pemberian penanganan kesehatan primer ke dalam populasi yang termarjinalkan secara social dan terisolasi secara geografis. Secara histories, penggunaan strategi yang meliputi pendeteksian kasus secara aktif dan penanganan tepat waktu dari kedua kasus ini serta kontak dengan keluarga penderita terbukti dapat memberantas penyakit ini. Pada akhirnya, pemberantasan frambusia dapat menurunkan angka kemiskinan dan memberdayakan masyarakat tradisional sehingga Negara-negara mampu mencapai Millenium Development Goals (MDGs) atau paling tidak mampu menyediakan akses ke kondisi kesehatan dan sanitasi pada tingkat dasar. Berdasarkan argument-argument ini, WHO telah mendeklarasikan bahwa pemberantasan frambusia merupakan prioritas untuk daerah Asia Tenggara, dan hal ini dapat diwujudkan. Untuk menjalankan misi pemberantasan penyakit ini, WHO telah mempersiapkan kerangka kerja Regional Strategic Plan dan sebuah draft dokumen pendukung untuk mobilitas sumber daya. Regional Strategic Plan 2006 -2010 telah diselesaikan dalam sebuah pertemuan yang diadakan di Bali, Indonesia pada bulan Juli 2006 dan kerangka kerja National Strategic Plan untuk Indonesia dan Timor Leste telah dibuat.Dengan pendeklarasian pemberantasan frambusia di India, Indonesia dan Timor Leste diharapkan meningkatkan upaya-upaya untuk memberantas penyakit frambusia. Kedua negara ini akan membutuhkan dukungan sumber daya dan teknis untuk memberantas penyakit frambusia sebelum tahun 2010. Strategi-strategi untuk mencapai pemberantasan penyakit ini meliputi pendeteksian kasus secara aktif di daerah- daerah yang terjangkiti penyakit ini ; pengobatan yang tepat, serta pemberian penisilin dosis tunggal ; pelatihan tenaga medis di daerah - daerah yang terjangkiti mengenai diagnosa, penanganan, pencegahan, dan pengontrolan penyakit ini ; advokasi dan kampanye IEC guna menciptakan kesadaran masyarakat dan dukungan administrative, program pemantauan regular, dan peningkatan kerja sama. Guna mencapai tujuan pemberantasan ini, kedua negara ini membutuhkan komitmen politik dan dukungan kebijaksanaan, pengerahan sumber daya yang memadai, dan peningkatan dukungan teknis untuk memperkuat program ini, serta pelaksanaan strategi dan yang berkesinambungan dan dinamis. 1.2 Rumusan Masalah
  • 3. 1.2.1 Apa Pengertian Frambusia ? 1.2.2 Apa Etiologi Frambusia ? 1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Frambusia ? 1.2.4 Bagaimana Cara Penularan Frambusia ? 1.2.5 Apa saja Klasifikasi Frambusia ? 1.2.6 Bagaimana Manifestasi Klinis Frambusia ? 1.2.7 Bagaimana Cara Pencegahan Frambusia ? 1.2.8 Bagaimana Pengobatan Frambusia. 1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Frambusia ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui Pengertian Frambusia. 1.3.2 Mengetahui Etiologi Frambusia. 1.3.3 Mengetahui Patofisiologi Frambusia. 1.3.4 Mengetahui Cara Penyebara Frambusia. 1.3.5 Mengetahui Klasifikasi Frambusia. 1.3.6 Mengetahui Manifestasi Klinis Frambusia. 1.3.7 Mengetahui Cara Pencegahan pada Frambusia. 1.3.8 Mengetahui Pengobatan pada Frambusia. 1.3.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan Frambusia. BAB II
  • 4. KONSEP MEDIS 2.1 Pengertian Frambusia Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma. Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit menular venerik, yang disebabkan oleh Treponema palidum subs. pertinue dengan gejala utama pada kulit dan tulang. Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang). Dalam bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan dalam bahasa Jawa disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena penderitanya sangat mudah ditemukan di kalangan penduduk. Di Jawa saking populernya telah masuk dalam khasanah bahasa Jawa dengan istilah “ora Patheken”. Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita.. 2.2 Etiologi Frambusia Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum sub spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit sifilis), penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat mudah tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat. Penyakit ini tumbuh subur terutama didaerah beriklim tropis dengan karakteristik cuaca panas, dan banyak hujan, yang dikombinasikan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai. 2.3 Patofisiologi Frambusia
  • 5. Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema palidum ini biasanya menyerang kulit dan tulang. Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ektermitas yang menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung. Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang meninggalkan jaringan parut dapat membentuk keloid dan kontraktur. Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi: a) pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri frambusia; b) secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit; c) latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada; d) tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ; Greenwood, et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005). 2.4 Cara Penularan Frambusia Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (Depkes,2005), yaitu : a) Penularan secara langsung (direct contact) . Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir. b) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) . Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2 kemungkinan, antara lain :
  • 6. 1. Infeksi effective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia. 2. Infeksi ineffective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit frambusia (Depkes, 2005). 2.5 Klasifikasi Frambusia Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik Agen : a) Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang biak di dalam jaringan penjamu. b) Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah. c) Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup. Pada 10% kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai dengan lesi yang merusak susunan kulit yang juga mengenai otot dan persendian. d) Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan kulit dalam tubuh penjamu. e) Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang satu dengan yang lainnya. f) Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak antibody yang ada di dalam sang penjamu. 2.6 Manifestasi Klinis Frambusia Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu : a) Stadium I : Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang berbentuk seperti buah arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh spontan tanpa meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian kemudian, papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering
  • 7. ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan mirip kandilomatalata pada sipilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki, dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa, papula, mikropapula, nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi. Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang menular. b) Stadium II atau masa peralihan : Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue. Treponema positif ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I. Pada stadium ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran klinis, berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou ( suatu bentuk ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta junksta artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple), biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau plantar dan palmar. c) Stadium III : Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid dan kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung, tibia. Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain : a) Tahap Prepatogenesis Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita. b) Tahap Inkubasi Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu c) Tahap Dini Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah. d) Tahap Lanjut Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang, sehingga mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika disertai infeksi (borok). e) Tahap Pasca Patogenesis Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
  • 8. 1. Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 % dari penderita. 2. Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh. 3. Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan cacat kepada si penderita. 2.7 Pencegahan Frambusia Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa kambuh dan menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus pasien stadium tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi pada tulang dan persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun setelah terkena infeksi pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: a) Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan penderita. b) Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK) dan dilakukan pencarian kontak. c) Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). d) Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi. 2.8 Pengobatan Frambusia Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan untuk 1,2 juta unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat pilihian, tetapi bagi mereka yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari. Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama adalah benzatin penisilin, dan pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin. Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut : a) Bila sero positif >50% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5% maka seluruh penduduk diberikan pengobatan. b) Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5% maka penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan pengobatan. c) Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun < 2% maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.
  • 9. Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh murid dalam kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb: Umur Nama obat Dosis Pemberian Melalui Lama Pemberian < 10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis Tunggal ≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis Tunggal Alternatif < 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4 dosis Oral 15 hari 8-15 tahun Tetra atau erit. 250mg,4×1 hri Oral 15 hari >8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi 4 dosis Oral 15 hari Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari
  • 10. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian pada pasien frambusia meliputi : 1. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa medis. 2. Keluhan utama : a. Gatal-gatal. b. Demam. c. Sakit Kepala. d. Nyeri tulang dan sendi. e. Terdapat benjolan-benjolan pada kulit. 3. Riwayat penyakit Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia, dan kambuh kembali. 4. Pemeriksaan Fisik : a) Pola aktivitas dan istirahat : 1) Kelemahan. 2) Gelisah. 3) Susah bergerak. 4) Susah tidur. 5) Pusing. b) Pola sirkulasi : 1) Turgor kulit menurun. 2) Kerusakan integritas kulit. c) Pola sensorik : 1) Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun. 2) Pertahanan tubuh menurun. d) Pola Nutrisi dan cairan : 1) Anoreksia. 2) Berat badan menurun. 3) Dehidrasi. e) Pola kepercayaan diri : 1) Perubahan postur tubuh.
  • 11. 2) Menyendiri (malu). f) Pola tempat tinggal pasien : 1) Sanitasi lingkungan yang buruk. 2) Kurangnya fasilitas air bersih. 3) Lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai. 3.2 Diagnosa Keperawatan a) Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi. b) Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh menurun. c) Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan. d) Gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan postur tubuh. e) Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan. f) Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit. 3.3 Intervensi dan Rasional a. Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi. Tujuan : Untuk memelihara integritas kulit atau mencapai penyembuhan tepat waktu. Intervensi : 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Amati perubahan lesi. Rasional : Menentukan garis dasar dimana terjadi perubahan pada status. 2. Pertahankan hygiene kulit, misalnya dengan membasuh dan mengeringkannya dengan hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim. Rasional : Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan menambah kenyamanan. 3. Gunting kuku secara teratur. Rasional : Kuku yang panjang/kasar menimbulkan resiko kerusakan kulit. 4. Kolaborasi pemberian obat topikal atau sistemik Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit. 5. Kolaborasi pemberian salep antibiotik untuk melindungi lesi. Rasional : Melindungi area dari kontaminasi bakteri dan meningkatkan penyembuhan. b. Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh menurun. Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi. Intervensi : 1. Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu. Rasional : Memberikan informasi data dasar. Peningkatan suhu secara berulang- ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan pada tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru.
  • 12. 2. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak dengan pasien. Rasional : Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi. 3. Gunakan sapu tangan, masker dan teknik aseptik selama perawatan dan berikan pakaian yang steril atau baru. Rasional : Mencegah terpajan pada organisme infeksius. 4. Observasi lesi secara periodik. Rasional : Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi 5. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung atau staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi. Rasional : Untuk mengurangi patogen pada sistem intergument dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial. 6. Kolaborasi pemberian preparat antibiotik dengan dokter. Rasional : Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi. c. Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan. Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi. Intervensi : 1. Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi. Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien terhadap immobilisasi, ini akan membuat pasien menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan. 2. Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda. Rasional : Dengan ambulasi tersebut klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien. 3. Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodik. Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur. 4. Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur. Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat tidur. d. Gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan postur tubuh. Tujuan : Pasien dapat mengembangkan peningkatan penerimaan diri. Intervensi : 1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan muak pada kondisi kulit).
  • 13. Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada dirinya sendiri. 2. Berikan kesempatan untuk pasien mengungkapkan keluhan, dengarkan dengan cara yang terbuka dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan berduka atau ansietas tentang perubahan citra tubuh Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri. 3. Bersikap realistis selama pengobatan, dan pada penyuluhan kesehatan. Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan perawat. 4. Jangan memberikan keyakinan yang salah. Rasional : Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita. 5. Dorong interaksi keluarga dengan rehabilitasi. Rasional : Mempertahankan pola komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien dan keluarga. e. Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan. Tujuan : Pasien dapat menunjukkan penurunan ansietas sehingga dapat menerima perubahan status kesehatannnya dengan cara sehat. Intervensi : 1. Berikan penjelasan yang sering dan informasi tentang prosedur perawatan. Rasional : Pengetahuan diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, dan memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama. 2. Libatkan pasien atau orang yang terdekat dalam proses pengambilan keputusan. Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan kerja sama. 3. Kaji status mental terhadap penyakit. Rasional : Menurunkan perasaan tak berdaya atau putus asa. 4. Berikan orientasi konstan dan konsisten. Rasional : Pada awalnya pasien dapat menggunakan penyangkalan untuk menurunkan dan menyaring informasi secara keseluruhan. 5. Dorong pasien untuk bicara tentang penyakitnya. Rasional : Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus untuk membantu beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan 6. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur. Rasional : Membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas. 7. Identifikasi metode koping atau penangan situasi stress sebelumnya.
  • 14. Rasional : Pernyataan kompensasi menujukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien atau orang yang terdekat menerima realita dan mulai menerima apa yang terjadi. 8. Dorong keluarga dan orang yang terdekat untuk mengunjungi pasien dan mendiskusikan apa yang terjadi. Mengingatkan pasien kejadian masa lalu dan akan datang. Rasional : Perilaku masa lalu yang berhasil dapat digunakan untuk membantu situasi saat ini mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup. 9. Kolaborasi sedatif ringan sesuai indikasi Rasional : Obat ansietas diperlukan untuk periode singkat sampai pasien lebih stabil secara psikis. f. Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit. Tujuan : Pasien mendapatkan informasi yang adekuat tentang perawatan kulit. Intervensi : 1. Tentukan apakah pasien mengetahui tentang kondisi dirinya. Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan. 2. Pantau agar pasien mendapatkan informasi yang benar, dan memperbaiki kesalahan persepsi informasi. Rasional : Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat di perbuat. 3. Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan. Rasional : Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien. 4. Jelaskan penatalaksanaan minum obat : dosis, frekuensi, tindakan, dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien, memahami aturan terapi dan mencegah putus obat. 5. Dorong pasien agar mendapat status nutrisi yang sehat. Rasional : Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan kulit dapat menandakan status nutrisi yang abnormal. Nutrisi yang optimal meningkatkan regenerasi jaringan dan penyembuhan umum kesehatan. 6. Tekankan perlunya atau pentingnya mengevaluasi perawatan atau rehabilitasi Rasional : Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk penyembuhan optimal.
  • 15. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma. Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses penyebaran frambusia ada 2, yaitu penularan secara langsung (direct contact), dan penularan secara tidak langsung (indirect contact). Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau masa peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa tahapan, antara lain : tahap prepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut, dan tahap pasca patogenesis. Strategi pemberantasan atau pencegahan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan penderita, memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK) dan dilakukan pencarian kontak, penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi. Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama dalam pengobatan frambusia adalah benzatin penisilin, alternatif pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin. 4.2 Saran Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang dapat membuat penyakit frambusia dapat terjadi, salah satunya yaitu kondisi tempat tinggal yang kotor dan tidak sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungannya, dan menjaga kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan tempat tinggal.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan- frambusia.html (diakses pada tanggal 24 februari 2012) http://ichynurse.blogspot.com/2012/01/askep- frambusia.html (diakses pada tanggal 23 februari 2012)
  • 17. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Frambusia”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Keperawatan Tropis III. Dalam penulisan makalah ini juga, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, karena kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat tuntunan-Nya dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini Saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Raha, Oktober 2013 Penulis
  • 18. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah………...…………...……...…………...…………………..3 1.3 Tujuan...................................................................................................................4 BAB II KONSEP MEDIS…………….……………………………..…...…….. 5 2.1 Pengertian Frambusia……....…........................................................................... 5 2.2 Etiologi Frambusia………………....................................................................... 6 2.3 Patofisiologi Frambusia........................................................................................6 2.4 Cara Penularan Frambusia……………………..………………………………..7 2.5 Klasifikasi Frambusia………………………………………………………...…8 2.6 Manifestasi Klinis Frambusia………………………………………………...…9 2.7 Pencegahan Frambusia………………………………………………………... 11 2.8 Pengobatan Frambusia……………………………………………………........ 12 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……….………………………...……. 14 3.1 Pengkajian………...………............................................................................... 14 3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 15 3.3 Intervensi dan Rasional…………………..…………………………………… 16 BAB IV PENUTUP………………………………...……………………….... 22 4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22 4.2 Saran................................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………………….. 24