1. Kitab Peradilan
1. Sumpah diwajibkan atas terdakwa
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Andaikata manusia diberi sesuai tuntutan
mereka, niscaya banyak manusia yang akan menuntut darah dan harta orang
lain. Oleh karena itu diwajibkan sumpah bagi terdakwa (yang tidak
mengakui). (Shahih Muslim No.3228)
2. Memutuskan perkara dengan zahirnya dan kepandaian berhujah
Hadis riwayat Ummu Salamah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian datang meminta
keputusan perkara kepadaku, dan mungkin saja sebagian kamu lebih pandai
berhujah dari yang lain sehingga aku memutuskan dengan yang
menguntungkan pihaknya berdasarkan yang aku dengar darinya. Oleh karena
itu, barang siapa yang aku berikan kepadanya sebagian dari hak saudaranya,
maka janganlah ia mengambilnya, karena sesungguhnya yang aku berikan
kepadanya itu tidak lain dari sepotong api neraka. (Shahih Muslim No.3231)
3. Tentang perkara Hindun
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, datang menemui Rasulullah saw. lalu
berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang lelaki
yang kikir, dia tidak pernah memberikan nafkah kepadaku yang dapat
mencukupi kebutuhanku dan anak-anakku kecuali apa yang aku ambil dari
hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena itu?
Rasulullah saw. bersabda: Ambillah dari hartanya dengan cara yang baik yang
dapat mencukupimu dan mencukupi anak-anakmu. (Shahih Muslim No.3233)
2. 4. Larangan banyak bertanya yang tidak perlu dan larangan menahan
serta meminta, yaitu menahan hak orang lain yang harus ditunaikan serta
meminta yang bukan haknya
Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Taala
mengharamkan atas kamu sekalian; mendurhakai ibu, mengubur anak-anak
perempuan dalam keadaan hidup, (prilaku) menahan dan meminta. Dan Allah
juga tidak menyukai tiga perkara yaitu; banyak bicara, banyak bertanya serta
menyia-nyiakan harta. (Shahih Muslim No.3237)
5. Tentang pahala seorang hakim yang berijtihad, benar atau salah
Hadis riwayat Amru bin Ash ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang hakim
memutuskan perkara dengan berijtihad, kemudian ia benar, maka ia
mendapatkan dua pahala. Dan apabila ia memutuskan perkara dengan
berijtihad, lalu salah, maka ia memperoleh satu pahala. (Shahih Muslim
No.3240)
6. Makruh bagi hakim memutuskan perkara dalam keadaan marah
Hadis riwayat Abu Bakrah ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Seseorang (hakim) tidak
boleh memutuskan perkara antara dua orang, ketika ia sedang marah.
(Shahih Muslim No.3241)
7. Membatalkan hukum yang salah dan menolak perkara bidah
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa membuat perkara baru dalam urusan
(agama) kita ini yang tidak termasuk bagian darinya, maka sesuatu itu
tertolak. (Shahih Muslim No.3242)
8. Tentang perbedaan pendapat antar para mujtahid
3. Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Ketika dua orang wanita sedang bersama
anak mereka, tiba-tiba datanglah seekor serigala membawa anak salah
seorang dari mereka. Lalu wanita yang satu berkata kepada yang lain: Yang
dibawa lari serigala itu adalah anakmu. Yang lain mengatakan: Tidak,
anakmulah yang dibawa. Lalu mereka berdua meminta keputusan kepada
Nabi Dawud as., lalu ia memutuskan untuk wanita yang lebih tua. Kemudian
keluarlah keduanya menghadap Sulaiman bin Dawud as. dan menceritakan
perkara itu kepadanya. Sulaiman berkata: Ambilkanlah pisau, aku akan
membelahnya untuk kalian berdua. Maka berkatalah wanita yang lebih muda:
Semoga Allah tidak merahmatimu (janganlah dia dipotong), ia adalah
anaknya! Maka Sulaiman memutuskan untuk yang lebih muda. (Shahih
Muslim No.3245)
9. Anjuran bagi hakim untuk menyelesaikan perkara orang yang
bersengketa
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang lelaki membeli sebidang tanah dari lelaki
lain. Tiba-tiba lelaki yang membeli tanah itu menemukan sepundi emas di
dalam tanahnya. Berkatalah lelaki yang membeli tanah itu kepadanya:
Ambillah emasmu ini dariku, karena aku hanya membeli tanah darimu dan
aku tidak membeli emas darimu. Lelaki yang menjual tanah menjawab:
Sesungguhnya aku telah menjual tanah beserta isinya kepadamu. Mereka
berdua lalu meminta keputusan kepada orang lain. Orang yang dimintai
memutuskan perkara itu bertanya: Apakah kalian berdua mempunyai anak?
Salah seorang menjawab: Aku mempunyai seorang anak lelaki. Dan yang lain
menjawab juga: Aku mempunyai seorang anak perempuan. Lalu ia berkata:
Kawinkanlah anak laki-laki itu dengan anak perempuan. Kemudian
nafkahkanlah dari emas itu untuk kebutuhan kamu berdua serta
bersedekahlah!. (Shahih Muslim No.3246)