bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Bangun bisnis, bangun “kerajaan” sendiri
1. Bangun Bisnis, Bangun “Kerajaan”
Sendiri?
Sampai saat ini, konsep Kiyoshaki tentang pentingnya orang memasuki dunia bisnis masih
dijadikan sumber inspirasi. Jutaan orang berhasil dirubah mindset-nya untuk segera
meninggalkan dunia emplyoee (karyawan) menuju business owner.
Jangan terlalu lama jadi orang gajian. Menjadi orang gajian (pekerja/karyawan) di samping
penghasilannya terbatas, tetapi juga kebebasannya terbatas: jadi budak uang (kalau tidak
kerja tidak dibayar). Tidak hanya jadi budak uang, tetapi budak waktu (hari-harinya)
dibelenggu oleh tumpukkan pekerjaan sehingga nyaris tidak ada waktu untuk pengembangan
dirinya maupun untuk keluarga. Padahal, semua itu dapat diatasi dengan mudah bila kita mau
sedikit merubah mindset dalam melihat uang. Bukan kita yang bekerja untuk uang, tapi
uanglah yang bekerja untuk kita melalui investasi (usaha).
Menjadi seorang karyawan, lanjut Kiyoshaki, artinya ia hidup dan bekerja untuk orang lain
(pengusaha).
Apa lagi kalau yang bersangkutan terlibat hutang kantor untuk keperluan konsumtif, keringat
dan bahkan darah digadaikan pada majikan. Berbeda dengan kalau menjadi pengusaha, ia
mampu menghidupi orang lain, mampu mengendalikan orang lain sesuai dengan
kemauannya.
Sedikit berbeda dengan Kiyoshaki, beberapa mentor Entrepreneur University mengungkapkan
alasan mengapa mereka berani keluar dari tempat kerjanya dan segera memulai bisnis. Bukan
hanya karena panggilan jiwa, tetapi mereka melihat dunia kerja (swasta dan pemerintah) bak
penjara yang kurang sehat yang pengap lingkungan. Betapa tidak, hari-hari kerja selalu tidak
lepas dari gosip, sikut-menyikut, kadang teman jadi lawan hanya karena jabatan. Payahnya
lagi, bukannya belajar untuk mengukir prestasi tapi waktu demi waktu nyaris habis untuk
ngrumpi, kalau tidak mempergunjing temannya, ya ganti pimpinannya. Kebiasaan hidup yang
demikian adalah cara “cerdas” untuk memperbodoh diri.
Menurut hemat saya, orang yang secara totalitas untuk tetap bertahan sebagai karyawan
(swasta atau peerintah) tanpa ada usaha sampingan bisnis, suatu saat nanti (pada saat
pensiun) akan mengalami tantangan hidup kritis. Tanpa persiapan sejak masih bekerja untuk
membuka bisnis, masa pensiun bukannya masa yang menyenangkan seperti yang
dibayangkan semula. Masa pensiun adalah masa kelam yang mengerikan. Saya melihat
banyak orang pensiunan yang mengalami depresi, terkena post power syndrom, dan tanpa
gairah hidup alias layu (cepat tua sekali). Berbeda dengan mereka yang sejak semula sudah
mempersiapkan masa pensiunnya untuk bisnis, tetap terlihat segar dan energik, hidup penuh
gairah di masa tua.
Anda perlu berpikir ulang bila totalitas hidupnya hanya untuk perusahaan/kantor. Untuk
berpikir ulang (khususnya karywan kelas bawah) bila waktu senggangnya hanya habis untuk
memanjakan diri.
Pertanyaan kritis yang perlu diajukan adalah :apakah perusahaan/kantor Anda tengah
memperiapkan Anda secara sistematis untuk masa pensiun?Atau perusahaan Anda hanya
mengekspoitasi hidup Anda sehingga Anda merasa “dipenjara” oleh pekerjaan lalu
Muhaemien.blogspot.com
2. dicampakan begitu saja ketika usia pensiun?
Bila itu terjadi, kita pantas bersedih. Di usia pensiun mestinya tinggal menikmati hidup malah
kesengsaraan yang terjadi: “dicampakan” dengan alasan sudah tidak produktif lagi. Maka agar
yang demikian tidak terjadi, membangun sendiri kerajaan bisnis sejak dini jauh lebih rasional,
kalau tidak ingin terlunta-lunta hidupnya di masa tua (pensiun).
Sampai di sini perlu saya ingatkan lagi apa yang dikatakan oleh Kiyosahaki di atas bahwa
dunia kerja adalah dunia hidup untuk orang lain. Yang bekerja di perusahaan swasta,
hidupnya diabdikan untuk sang majikan: gaji dan pola hidup ditentukan oleh sang majikan;
yang bekerja di pemerintahan (PNS, pegawai negeri sipil) juga mengalami nasib yang sama:
hidup untuk mengabdi, setelah tua silakan “kembali” ke rumah alias pensiun.
Jabatan struktural di swasta dan di pemerintahan memang menjanjikan. Paling tidak gajinya
dari segi pendapatan dan fasilitas. Tetapi perlu diingat bahwa semua itu bukan milik Anda.
Jabatan dan fasilitasnya yang diterima adalah milik Pemilik Perusahaan itu sendiri bila Anda
bekerja di swasta; dan milik publik bila Anda bekerja di pemerintahan. Apa artinya? Artinya
bahwa jabatan yang Anda kejar dengan segala daya upaya itu sesungguhnya adalah milik
orang lain. Pesan yang terkandung didalamnya adalah nasib Anda ditentukan oleh pemilik
perusahaan, sehinga kalau dipandang tidak cocok lagi, atau tidak produktif lagi Anda
diberhentikan (pensiun). Dan segera diganti oleh orang lain. Alangkah tragisnya hidup ini bila
setelah bekerja keras, akhirnya hanya untuk orang lain.
Berbeda dengan bila Anda bangun usaha sendiri. Katakanlah mulai hari ini Anda memulai
bisnis, maka mulai hari ini juga Anda sedang membangun sebuah “kerajaan” bisnis sendiri.
Segala modal, pikiran, tenaga dan waktu Anda curahkan untuk diri Anda sendiri, demi
kerajaan (impian) Anda sendiri. Bila berhasil nanti, semua jerih payah akan Anda nikmati
sampai anak cucu. Tidak ada yang berani memberhentikan Anda, tak Ada yang berani
mencampakkan Anda, kecuali kehendak Tuhan.
Bila karir di perusahaan/pemerintah ada batas-batasnya, kenapa kita tidak bangun bisnis
sendiri? Bangun bisnis ibarat bangun “kerjaan” sendiri.
Waidi, Pengelola EU Purwokerto, Trainer dan Penulis buku-buku NLP: “The Art of Re-
engineering Your Mind for Success” (best seller), dan buku “Jangan Mau Seumur-umur
Dibodohi Diri Sendiri”, dosen Entrepneurship UNSOED.
Muhaemien.blogspot.com