PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
VaksinasiCacar
1. Jenner dilahirkan tahun 1749, di kota kecil Berkeley di Cloucestershire, Inggris. Selaku
bocah berumur dua belas tahun dia sudah magang jadi ahli bedah. Kemudian dia belajar
anatomi dan bekerja di rumah sakit. Tahun 1792 dia peroleh ijazah dokter dari Universitas St.
Andrew. Di usia pertengahan empat puluhan dia sudah jadi dokter yang berbobot dan ahli
bedah di Goncestershire.
Jenner sudah terbiasa dengan kepercayaan --yang umum dianut oleh para petani dan wanita
pemerah susu di daerahnya-- bahwa orang yang kehinggapan penyakit "cacar sapi" semacam
penyakit ternak ringan yang bisa menular kepada manusia, tak akan pernah tertimpa penyakit
cacar. ("cacar sapi" itu sendiri tidak berbahaya, meskipun gejala-gejalanya mirip dengan
cacar biasa). Jenner menyadari, bilamana kepercayaan para petani itu mengandung
kebenaran, maka menyuntikkan "cacar sapi" ke tubuh manusia akan merupakan cara yang
aman untuk membuat mereka kebal terhadap cacar. Dia pelajari dengan seksama masalah ini,
dan menjelang tahun 1796 dia betul-betul yakin bahwa kepercayaan para petani itu memang
ternyata tidak meleset. Maka Jenner memutuskan mencobanya secara langsung.
Di bulan Mei 1796 Jenner menyuntik James Phipps, seorang bocah lelaki berumur delapan
tahun dengan sesuatu yang diambil dari bintik penyakit "cacar sapi" yang ada di tangan
seorang pemerah susu. Sebagaimana memang diharapkan, bocah kecil itu kehinggapan "cacar
sapi" tetapi segera sembuh. Beberapa minggu kemudian, Jenner menyuntikkan Phipps serum
cacar. Dan sebagaimana diharapkan pada bocah itu tak tampak tanda-tanda penyakit.
Sesudah melakukan penyelidikan bebih mendalam, Jenner memperkenalkan hasil-hasil
usahanya lewat sebuah buku tipis berjudul An Inquiry into the Causes and Effects of the
Variolae Vaccinae, diterbitkannya secara pribadi tahun 1798. Buku itulah yang jadi penyebab
diterimanya vaksinasi secara umum dan berkembang luas. Sesudah itu Jenner menulis lima
artikel lagi mengenai soal vaksinasi, dan bertahun-tahun dia mengabdikan waktunya
menyebarluaskan pengetahuan tentang tekniknya dan kerja keras agar dapat diterima orang.
Praktek vaksinasi berkembang cepat di Inggris, kemudian menjadi hal yang diharuskan dalam
kalangan
Angkatan Darat dan Angkatan Laut Inggris. Dan berbarengan dengan itu diterima pula oleh
sebagian besar negeri-negeri di dunia.
Jenner dengan cuma-cuma mempersembahkan tekniknya kepada dunia dan tak berusaha
sedikit pun peroleh keuntungan uang dari itu. Tetapi, di tahun 1802 parlemen Inggris sebagai
tanda terimakasih dan penghargaan menghadiahkannya uang sejumlah 20.000 pond. Maka
Jenner pun menjadi orang yang tennasyhur di jagad, dibanjiri rupa-rupa penghormatan dan
medali. Jenner kawin dan punya tiga anak. Dia hidup hingga umur 73 tahun, meninggal dunia
di awal taliun 1823 di rumahnya di kota Berkeley.
Seperti kita saksikan, Jenner menciptakan sendiri gagasan bahwa serangan penyakit "cacar
sapi" dapat memberikan kekebalan terhadap cacar; dia dengar masalah itu dari orang lain.
Dan juga ada bukti menunjukkan bahwa sudah ada yang melakukan vaksinasi "cacar sapi"
sebelum Jenner melakukannya.
2. Tetapi, kendati Jenner bukanlah seorang ilmuwan orisinal yang luar biasa, tidak banyak orang
yang sudah melakukan sesuatu yang begitu besar membawa manfaat bagi kemanusiaan.
Melalui penyelidikan-penyelidikannya, percobaan-percobaannya, dan tulisan-tulisannya, dia
salurkan dan alihkan kepercayaan rakyat awam yang tadinya tidak diperhatikan secara serius
oleh dunia pengobatan, menjadi praktek baku yang telah menyelamatkan jutaan nyawa
manusia. Meskipun teknik Jenner hanya bisa dipakai untuk mencegah satu jenis penyakit,
tetapi penyakit itu betul-betul penyakit yang punya bobot bahaya. Berkat hasil kerja itu dia
peroleh puji dan penghormatan, baik pada masanya maupun oleh generasi sesudahnya.
3. Edward JenneradalahseorangdokterInggrisdanilmuwandari Berkeley,Gloucestershire,yang
merupakanpeloporvaksincacar,vaksinpertamadi dunia.Iadisebutjuga"Bapakimunologi ",
karyanyatelahbanyakmenyelamatkanumatmanusia.
Kehidupan awal
Edward Jennerlahirpada17 Mei 1749 di Berkeley,iaadalahanakkedelapandari sembilan
bersaudara.Ayahnya,PendetaStephenJenner,adalahvicardari Berkeley,yangmembuatJenner
menerimapendidikandasaryangkuat.
Edward Jennersekolahdi Wotton-under-Edge danCirencester.Padausia14 tahunia magangselama
tujuhtahundi Mr Daniel Ludlow,seorangahli bedahdari ChippingSodbury,SouthGloucestershire,
di sana ia mendapatkanpengalamanuntukmenjadiseorangahli bedah.
Pada tahun1770, EdwardJennermagangdi Rumah SakitSt George.Tahun1773 Ia kembali ke desa
asalnyadan menjadi dokterkeluargayangsuksesdi Berkeley.
Bersamadenganrekan-rekannya,JennermembentukFleece Medical SocietyatauGloucestershire
Medical Society.Jennermenyumbangkanmakalahpadaanginapectori,ophthalmia,danpenyakit
katupjantungdan mengomentari cacarsapi.Jennerjugadikenal ataspenelitiannyatentang
kehidupanburungCuckoo.
Jennerjugadikreditkandenganpemahamanmajuanginapectoris.Dalamkorespondensi dengan
Heberden,iamenulis,"Berapabanyakhati harusmenderitadari arteri koronertidakmampu
menjalankanfungsimereka."
JennermenikahiCatherine Kingscote (meninggal 1815 akiobatTBC ) pada bulanMaret 1788.
Pemberitaan dan percobaan vaksin pertama
Pada 1765, Dr JohnFewstermenerbitkanmakalahdi LondonMedical Societyyangberjudul"Cacar
sapi dan kemampuannyauntukmencegahcacar",namunia tidakmelakukanpenelitianlebihlanjut.
Pada tahun1770, setidaknyalimapenelitidi InggrisdanJerman(Sevel,Jensen,Jesty1774, Rendell,
Plett1791) berhasil menguji vaksincacarsapi padamanusiaterhadapcacar. Sebagai contoh,
seorangpetani dari kabupatenDorset,BenjaminJestyberhasil memvaksinasi danmenginduksi
kekebalandengancacarsapi kepadaistri dankeduaanaknyaselamaepidemicacarpada tahun1774.
20 tahun kemudianJennermemahami prosedurtersebut.Jennermungkintelahmenyadari prosedur
Jestydankeberhasilan.
4. Jenner berasumsi bahwa:
Sudah diketahuisebelumnya bahwa pemerah susu umumnyakebalterhadap cacar,Jennermenduga
bahwa nanah yang diterima pemerah susu daricacarsapi(semacampenyakitternakringan yang
bisa menularkepada manusia) melindungimereka daricacar.
Percobaan Jenner, vaksin kepada manusia
Pada tanggal 14 Mei 1796, Jennermenguji hipotesisdenganinokulasi ( menyuntik) James
Phipps seoranganakberumurdelapantahunyangmerupakananakdari tukangkebunJenner.anak
tersebutdiberi nanahdari cacar sapi yang diambil dari tanganSarahNelmes,seorangpemerahsusu
yang telahmengidapcacarsapi.Phippsadalahkasuske-17yang dijelaskandalammakalahpertama
Jennerpadavaksinasi .
Jennermenginokulasi Phippspadakedualengannyahari itu,kemudianPhippsmengalami demam,
namuntidakterjadi infeksi.Kemudian,iamenyuntikkanPhippsdenganbahanvariolous,metode
rutinimunisasi padawaktuitu.Tidakadapenyakityangdiikuti.
DonaldHopkinstelahmenulis,"kontribusi unikJenneradalahbukankarenaiamenginokulasi
beberapaorangdengancacar sapi,tapi iakemudianterbukti [olehtantanganberikutnya] bahwa
merekakebal terhadapcacar.Selainitu,iamenunjukkanbahwacacarsapi efektif mnnginokulasi dari
orang ke orang, bukanhanyalangsungdari sapi.Jennerberhasil mengujihipotesispada23 mata
pelajarantambahan.
Jennermelanjutkanpenelitiandanmelaporkanke Royal Society.Setelahrevisidanpenyelidikan
lebihlanjut,iamempublikasikanpenemuannyapada23 kasus.Sesudahmelakukanpenyelidikan
bebihmendalam, Jennermemperkenalkanhasil-hasil usahanyalewatsebuahbukuberjudul An
Inquiryintothe CausesandEffectsof the Variolae Vaccinae,diterbitkannyasecarapribadi tahun
1798. Bukuitulahyangjadi penyebabditerimanyavaksinasisecaraumumdanberkembangluas.
SesudahituJennermenulislimaartikel lagi mengenai soal vaksinasi.
Pada tahun1840, pemerintahInggrismelarangvariolation - penggunaancacaruntukmenginduksi
kekebalan - danmemberikanvaksinasicacarsapi secara gratis.Keberhasilanpenemuansegera
menyebarke seluruhEropadanseluruhdunia
Akhir hayat
Jennerditemukandalamkeadaanayanpadatanggal 25 Januari 1823, denganbagiansisi kanannya
lumpuh.Diatidakpernahsepenuhnyapulihdanakhirnyameninggalkarenastroke keduapada
tanggal 26 Januari 1823 saat berusia73 tahun.Dia meninggalkansatuputradan satuputri,anak
tertuanyatelahmeninggal karenatuberkulosispadausia21.
Ratusantahun sejakmomentumkeberhasilanJenner,vaksintelahdigunakanuntukterapiberbagai
penyakit.LouisPasteurmengembangkanteknikvaksinasipadaabadke-19 danmengaplikasikan
5. penggunaannyauntukpenyakitanthrax danrabies.Denganvaksinpula,bebrapapenyakitbesar
yang melandaumatmanusiadapatdikontrol ataudibatasi penyebarannya.OrganisasiKesehatan
Dunia(WHO) mencatatbeberapajenisvaksinpertamayang digunakanmanusia,yaituncacarpada
1798, rabies(1885), pes(1897), difteri (1923),pertusis(1926),tuberkolosis(1927),tetanus(1927),
dan yellowfever(1935).
SetelahPerangDuniake II,pengembanganvaksinmengalamipercepatan.Vaksinpoliosuntik
pertamadiaplikasikanpadamanusiapada1955, lalupoliooral (1962), campak (1964), mumps
(1967), rubella(1970),dan hepatitisB(1981).
WHO pun mencanangkanbeberapaprogramvaksinasidengantargeteradikasi penyakit.Untuk
cacar, penyakityangsejak awal mencatatsejarahvaksinasi,kasusterakhirterjadi di Somaliapada
1977. Sementarapenyakitpolio,ditargetkanWHOteradikasi 2000. meski targetini tidak
sepenuhnyatercapai tetapieradikasi hampirdikatakanberhasil.
6. Edward Jenner lahir pada 11 Mei 1749 di Berkley, Gloucestershire, Inggris. Pada umur 13
tahun, dia sudah belajar ilmu bedah dengan cara magang kepada ahlil bedah terkenal Daniel
Ludlow di Sudbary, dekat Bristol. Lalu pada usia 21 tahun, dia hijrah ke London dan megang
kepada seorang ahli bedah terkenanl bernama John Hanter.
Suatu hari ditahun 1796, seorang perempuan pemerah susu bernama Sarah Nelmes
mendatangi Jenner dan mengeluhkan adanya rash di tangannya. Jenner lalu mengambil
materi rash yang diketahui sebagai penyakit cacar menular pada sapi tersbut (cowpox)
dengan pisau tajam dan memidahkannya ke lengan James Phipps, seorang anak tukang
kebunnya yang berusia delapan tahun. Akibatnya, Phipps terkena cowpox, tetapi segera
sembuh.
Jenner lantas mengoleskan materi dari luka cacar smallpox, penyakit mematikan yang
mewabah saat itu, ke luka yang dia buat di tangan Phipps. Sebagaimana dugaan Jeenner,
Phipps tidak terkena cacar. Sesuatu yang berasal dari Phipps telah melindungi Phipps.
Setelah percobaanya sukses, Jenner kembali melakukan percobaan sebanyak 23 kasus yang
sama, termasuk kepada anak lelakinya yang berumur 11 bulan. Semua detail penelitiannya
dia kumpulkan dalam buku An Inquiry the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae.
Dengan keberhasilan Jenner ini, ilmu ilmunologi pun lahir.
Penemuan Jenner dikenal sebagai vaksinasi yang diambil dari bahasa latin sapi, yaitu vacca.
Pada 1789, dia mengirim artikel ilmiah tentang hasil studi yang dilakukannya kepada majalah
The Royal Society yang terkenal dan bergengsi. Dia menjelaskan bahwa upaya vaksinasi
yang dilakukannya berhasil memberi perlindungan dari serangan penyakit cacar.
Sayangnya, metode penelitian ekperimental yang dilakkukan Jenner dipandang tidak lazim
dan tidak memenuhi criteria ilmiah yang dianut pada masa itu. Pihak redaksi tidak saja
menolak untuk menerbitkan artikel ilmiah tersebut, tetapi juga mengkritik keras dan
mencemooh upaya tanpa pamrih yang dilakukan Jenner.
Penolakan itu tidak saja menunda upaya pengendalian penyakit cacar yang dianantikan oleh
banyak orang, tetapi yang lebih mengenaskan, telah mebiarkan lagi banyak korban yang tak
berdosa terbunuh. Peristiwa ini tercatat unutuk sekian kalinya dalam sejarah tentang arogansi
ilmiah yang membekap manusia dalam kejumudan.
Selama berabad-abad, pada ilmuwan belum mampu membuka tabir misteri pengendalian
penyakit cacar. Para ilmuwan itu seakan tidak merasakan dan tidak sensitive terhadap derita
orang banyak. Mereka terkesan telah menghambat sosialisasi penemuan yang terbukti
berkontribusi besar terhadap peningkatan derajat kesejahteraan manusia. Namun, Jener tidak
menyerah.
Sebagai seoran penemu, Edward Jenner layak diteladani. Kemauannya yang keras,
semangatnya yang tinggi, dan tak kenal menyerah telah didedikasikannya bagi sebuah
keyakinan terhadap peningkatan derajat kesejahteraan umat manusia selama berabad-abad
berselang.
Ratusan tahun sejak momentum keberhasilan Jenner, vaksin telah digunakan untuk terapi
7. berbagai penyakit. Louis Pasteur mengembangkan teknik vaksinasi pada abad ke-19 dan
mengaplikasikan penggunaannya untuk penyakit anthrax dan rabies. Dengan vaksin pula,
bebrapa penyakit besar yang melanda umat manusia dapat dikontrol atau dibatasi
penyebarannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat beberapa jenis vaksin pertama
yang digunakan manusia, yaitun cacar pada 1798, rabies (1885), pes (1897), difteri (1923),
pertusis (1926), tuberkolosis (1927), tetanus (1927), dan yellow fever (1935).
Setelah Perang Dunia ke II, pengembangan vaksin mengalami percepatan. Vaksin polio
suntik pertama diaplikasikan pada manusia pada 1955, lalu polio oral (1962), campak (1964),
mumps (1967), rubella (1970), dan hepatitis B (1981).
WHO pun mencanangkan beberapa program vaksinasi dengan target eradikasi penyakit.
Untuk cacar, penyakit yang sejak awal mencatat sejarah vaksinasi, kasus terakhir terjadi di
Somalia pada 1977. Sementara penyakit polio, ditargetkan WHO teradikasi 2000. meski
target ini tidak sepenuhnya tercapai tetapi eradikasi hamper dikatakan berhasil.
Read more at http://info-biografi.blogspot.com/2010/05/biografi-edward-
jenner.html#HfkkOfvsYBzcVT03.99
8. Edward jenner (1749-1823) adalah seorang dokter dari inggris yang menemukan vaksin
untuk menyembuhkan penyakit cacar. Ia adalah tokoh yang meletakkan dasar bagi imunologi
( Ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh).
Cacar merupakan penyebab kematian terbesar di abad ke -18. jenner mengamati bahwa di
antara pasienya, yang sebelumnya terkena cacar ringan dari hewan ternak, memiliki
kekebalan yang lebih baik. Pada tahun 1796 ia memaparkan virus cacar ringan kepada
seorang anak. Ketika anak itu dipaparkan virus cacar yang menyerang manusia, anak itu tidak
tertular. Ia menerbitkan hasil penemuannya itu dan menjadi kerkenal sebagai penemu
vaksinasi. Ia juga yang memperkenalkan istilah virus.
Vaksin
Melalui penerangan bioteknologi, berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus telah dapat
dihindari dengan menggunakan vaksin. Vaksin bekerja efektif terhadap penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme pathogen, termasuk virus.
Prinsip dasar dari penggunaan vaksin adalah tubuh menghasilkan antibody untuk melawan
serangan virus. Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme antigen (missal virus atau
bakteri pathogen) yang permukaanya atau toksinnya telah dimatikan atau dilemahkan.
Pemberian vaksin (Vaksinasi) menyebabkan tubuh bereaksi membentuk antibody, sehingga
kebal terhadap infeksi pathogen di kemudian hari.
Pembuatan Vaksin
9. Pada awalnya, vaksin dibuat secara konvensional. Sejarah mencatat berbagai penemuan
vaksin yang mencegah berbagai penyakit pandemic. Tahun 1796, Edward Jenner menemukan
vaksin untuk penyakit cacar air.
Tahun 1885, Louis Pasteur menemukan vaksin untuk Rabies. Kemudian di ikuti penemu
vaksin untuk penyakit lainnya.
Beberapa tipe vaksin yang dibuat melalui metode konvensional adalah sebagai berikut :
1. Vaksin yang berasal dari pathogen yang telah dimatikan oleh bahan kimia atau oleh
pemanasan. Misalnya, vaksin influenza, kolera dan hepatitis A. tipe vaksin ini hanya
membentuk respon kekebalan sementara.
2. Vaksin yang berasal dari pathogen yang dilemahkan . misalnya, vaksin campak dan vaksin
gondong. Tipe vaksin ini menimbulkan respons kekebalan yang lebih lama masanya.
3. Vaksin yang berasal dari senyawa patogenik mikroorganisme yang dibuat tidak aktif.
Misalnya, vaksin tetanus dan difteri.
Akan tetapi, produksi vaksin secara konvensional tersebut menimbulkan berbagai efek
samping yang merugikan, seperti berikut ini.
1. Patogen yang digunakan untuk membuat vaksin mungkin masih melakukan proses
metabolisme (pada mikroorganisme seperti bakteri)
2. Pathogen yang digunakan untuk membuat vaksin mungkin masih memiliki kemampuan
untuk menyebabkan penyakit.
3. Ada sebagian orang yang alergi terhadap sisa-sisa sel yang ditinggalkan dari produksi
vaksin, meskipun sudah dilakukan proses pemurnian.
4. Orang-orang yang bekerja dalam pembuatan vaksin mungkin bersentuhan dengan
pathogen, meskipun dicegah dengan pengaman (masker dan sarung tangan).
Untuk mengurangi resiko tersebut, sekarang ini dikembangkan pembuatan vaksin dengan
menggunakan rekayasa genetika. Prinsip-prinsip rekayasa genetika dalam pembuatan vaksin
adalah sebagai berikut.
1. Mengisolasi (memisahkan) gen-gen penyebab sakit dari virus / pathogen.
2. Menyisipkan gen-gen tersebut kedalam sel bakteri atau kultur sel hewan. Sel bakteri atau
sel hewan yang telah disisipi gen itu disebut rekombinan.
3. Rekombinan tersebut akan menghasilkan antigen. Selanjutnya rekombinan akan dikultur,
sehingga diperoleh antigen dalam jumlah banyak.
4. Antigen itu diekstraksi untuk digunakan sebagai vaksin.
Contoh vaksin yang telah dibuat dengan cara ini adalah vaksin untuk penyakit poliomyelitis,
godong, cacar air, rubella, dan rabies.
10. Penyakit Cacar : Sejarah, Penemuan dan
Program Pemvaksinan Dunia
by editor on Mar 10, 2011 • 1:21 am 1 Comment
Oleh : Mohd Syamirulah Rahim
Penuntut Tahun 5 Jurusan Perubatan
Nizhny Novgorod State Medical Academy, Russia
Penyakit cacar atau smallpox merupakan sejenis penyakit berjangkit
bawaan virus yang cukup berbahaya. Jika seorang kanak-kanak dijangkiti
cacar, kemungkinan 80% kanak-kanak tersebut akan meninggal dunia
dalam tempoh dua minggu sahaja dalam penderitaan.Sebagai selingan,
11. penyakit cacar ini pernah ditonjolkan secara ringkas dalam siri televisyen
popular House MD.
Penyakit cacar menjadi bukti kejayaan program imunisasi atau
pemvaksinan. Sejak vaksin terhadap cacar ditemui oleh saintis terkenal
Edward Jenner pada tahun 1796, ia telah dipraktikkan di seluruh dunia
sehinggalah pada tahun 1979, Pertubuhan Kesihatan Sedunia (WHO)
mengisytiharkan bahawa penyakit cacar telah pupus secara total.
Kisah penemuan vaksin cacar oleh Edward Jenner juga merupakan satu
kisah yang menarik untuk diketahui. Sekitar tahun tersebut, Jenner
tersedar akan satu trend iaitu mereka yang bekerja sebagai pemerah
susu lembu tidak pernah dijangkiti dengan virus cacar atau Smallpox.
Jenner mendapati, bahawa mereka (pemerah susu lembu) ini dijangkiti
dengan Cowpox, iaitu variasi Smallpox yang khusus kepada lembu
sahaja. Bagi manusia, Cowpox ini hanya mendatangkan kudis di tangan,
tidak seperti penyakit Smallpox yang cukup menakutkan. Oleh kerana
mereka telah dijangkiti Cowpox, maka kebarangkalian mereka dijangkiti
Smallpox tidak akan berlaku.
Bagi membuktikan kebenaran dakwaan itu, Edward Jenner menjalankan
eksperimen yang cukup berbahaya. Beliau mengambil cecair dari kudis
seorang pemerah susu lembu dan memasukkan cecair tersebut pada anak
tukang kebunnya yang berusia 8 tahun.
Seminggu selepas itu, anak tukang kebun itu mengalami demam-demam
yang membimbangkan. Jenner mula berasa bimbang bahawa
kemungkinan teorinya itu tidak berjaya. Mujurlah selepas itu, anak kecil
berusia 8 tahun itu kembali sihat. Edward Jenner memulakan fasa kedua
eksperimennya dengan menyuntik kanak-kanak tersebut dengan cecair
sample penyakit cacar. Menurut Jenner, sekiranya teori yang diyakini itu
gagal maka kanak-kanak tersebut akan dijangkiti penyakit merbahaya
yang boleh membawa maut.
12. Edward Jenner (1749 – 1823)
Namun, hipotesis Edward Jenner terbukti benar apabila kanak-kanak
tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda dijangkiti. Edward meneruskan
eksperimennya dengan 23 subjek ujikaji lain, termasuklah terhadap anak
kandung beliau sendiri. Setelah penemuannya dilaporkan, beliau sendiri
menghadapi tekanan dari masyarakat yang menuduhnya gila, hilang akal
dan bodoh kerana eksperimennya yang berbahaya serta kesanggupannya
menjadikan anaknya sebagai bahan ujikaji.
Namun kini, hampir 300 tahun selepas penemuan Edward Jenner, vaksin
digunakan untuk mencegah pelbagai jenis penyakit dan terbukti
keberkesanannya. Kita boleh lihat sendiri betapa saintis Edward Jenner
sanggup mengambil risiko yang cukup berbahaya demi membuat satu
penemuan yang cukup bermanfaat buat umat manusia keseluruhannya.
Namun cukup mengecewakan apabila abad ini, adanya golongan yang
memandang skeptik terhadap program imunisasi dan vaksinasi yang
dilaksanakan kerajaan. Skeptik mereka yang berasaskan kepada artikel-
artikel dan video-video teori konspirasi karut yang menyatakan program
vaksinasi itu sebagai perancangan Yahudi. Ia merupakan satu penghinaan
ke atas usaha yang telah dibuat Edward Jenner 300 tahun lampau.
Tambahan pula, apabila kebimbangan itu dimanifestasikan kepada
keengganan ibu bapa muda tersebut untuk mendaftarkan anak mereka ke
dalam program imunisasi kebangsaan, ianya merupakan satu kebodohan
yang membinasakan. Ini kerana mereka meletakkan anak mereka dan
anak orang lain kepada risiko dijangkiti penyakit berbahaya seperti Polio,
Rubella, dan sebagainya.
13. Atas usaha penyelidikan pemvaksinan yang dimulakan oleh Edward
Jenner, penyakit cacar atau smallpox diisytiharkan pupus pada tahun
1979. Mahukah anda mengetahui, kisah tragis kes jangkitan Smallpox
terakhir dalam sejarah?
Pada tahun 1978, Profesor Henry Bedson, seorang ketua penyelidikan
mikrobiologis di Birmingham Medical School sedang menjalankan
kajian mengenai virus Smallpox di makmalnya. Betul-betul di atas
makmalnya adalah bilik seorang jurugambar perubatan, Janet Parker.
Ditakdirkan, kerana kegagalan Profesor Henry untuk menjaga
keselamatan kajiannya, virus Smallpox tersebut terdedah dan disebarkan
melalui saluran aliran udara ke tingkat atas, iaitu ke bilik Janet. Janet
yang tidak pernah divaksinasi sebelum itu, menyedut udara tersebut dan
dijangkiti penyakit Smallpox. Ruam-ruam mula timbul pada badan Janet,
lantas beliau dimasukkan ke hospital dan disahkan dijangkiti Variola
Major, iaitu variasi Smallpox yang paling berbahaya. Janet akhirnya
meninggal dunia sebulan kemudian.
Namun yang turut menyayat hati, seminggu sebelum Janet meninggal
dunia, Profesor Henry telah membunuh diri dengan mengelar lehernya
kerana tekanan psikologi di atas kejadian yang menimpa Janet. Beliau
menyalahkan dirinya kerana menyebabkan Janet dijangkiti penyakit
tersebut, dan dalam nota terakhirnya beliau menulis,
“I am sorry to have misplaced the trust which so many of my friends and
colleagues have placed in me and my work.”
Dengan kisah ini, saya menyeru kepada rakan-rakan dan bakal ibubapa
sekalian, agar jangan sekali-kali memandang remeh kepada program
imunisasi dan pemvaksinan. Jangan setelah nasi menjadi bubur, barulah
penyesalan muncul. Sesungguhnya mencegah itu lebih baik dari merawat.
- See more at: http://www.majalahsains.com/2011/03/penyakit-cacar-sejarah-penemuan-dan-
program-pemvaksinan-dunia/#sthash.WtVaofkm.dpuf