Dokumen tersebut membahas tentang hemoragia post partum yang meliputi definisi, etiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan serviks. Dokumen ini juga menjelaskan pencegahan perdarahan post partum melalui penanganan aktif kala III.
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
HEMORARGIA POST PARTUM.pptx
1. HEMORARGIA POST PARTUM
DISUSUN OLEH :
1. Rahmi Andrita Yuda (1920332028)
2. Yaumil Fauziah (1920332029)
3. Intan Julianingsih (1920332030)
2. DEFINISI PENDARAHAN POST PARTUM
Kehilangan darah
> 500 mL setelah
persalinan
pervaginam
Kehilangan darah
> 1000 mL setelah
persalinan sesar
(SC)
Setiap kehilangan darah yang memiliki potensia untuk
menyebabkan gangguan hemodinamik
3. ETIOLOGI
• Atonia Uteri
TONE
• Retensio Plasenta, Sisa Plasenta/bekuan
TISSUE(implantasi abnormal plasenta)
• Rupture Uteri
• Inversio Uteri
• Laserasi Jalan lahir
TRAUMA
TROMBIN
• Kelainan pembekuan darah
• DIC
4. Perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Lepasnya plasenta
tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implementasinya,
sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan Pelepasan plasenta
memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus - sinus maternalis
ditempat insersi plasenta terbuka
TISSUE
TONE
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke
sana, Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi perdarahan terus
menerus
TRAUMA
. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan
perineum, perdarahan terjadi karena terbukanya pembuluh darah
TROMBIN
Penyakit darah pada ibu, misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah dimana akan terjadi gangguan
pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah,sehingga aliran darah terganggu serta
Pemebentukan epitel juga akan terganggu sehingga akan menimbulkan perdarahan berkepanjangan
5. KLASIFIKASI PERDARAHAN POST PARTUM
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN:
PERDARAHAN > 500 CC
PERDARAHAN
< 24 JAM SESUDAH
BAYI LAHIR
PRIMER SEKUNDER
PERDARAHAN
> 24 JAM SESUDAH
BAYI LAHIR
6. Hemoragic Post Partum Primer,
meliputi :
• Uterus atonik (terjadi karena, misalnya
plasenta atau selaput ketuban
tertahan)
• Trauma genital (meliputi penyebab
spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan,
misalnya, kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk
seksio sesarian, episiotomi,
pemotongan “ghisiri”)
• Koagulasi intravaskular diseminata
• Inversi uterus
Hemoragic Post Partum Sekunder,
meliputi :
• Fragmen plasenta atau selaput ketuban
tertahan
• Pelepasan jaringan mati setelah
persalinan macet (dapat terjadi di
serviks, vagina, kandung kemih, rektum)
• Terbukanya luka pada uterus (setelah
seksio sesarian atau ruptur uterus).
9. Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan
Gejala dan tanda
yang selalu ada
Gejala dan tanda yang
Kadang-kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
•Uterus tidak berkontraksi dan lembek
•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau)
•Syok Atonia uteri
•Perdarahan segera
•Darah segar yang mengalir segera setelah
bayi lahir
•Uterus kontraksi baik
•Plasenta lengkap
•Pucat
•Lemah
•Menggigil
Robekan jalan
lahir
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit
•Perdarahan segera (P3)
•Uterus kontraksi baik
•Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan
•Inversio uteri akibat tarikan
•Perdarahan lanjutan
Retensio
plasenta
•Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
•Perdarahan segera
•Uterus berkontaksi tetapi
tinggi
fundus tidak berkurang
(kontraksi hilang-timbul)
Tertinggalnya
sebagian
plasenta
10. Gejala dan tanda
yang selalu ada
Gejala dan tanda yang
Kadang-kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
•Uterus tidak berkontraksi dan lembek
•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau)
•Syok Atonia uteri
•Perdarahan segera
•Darah segar yang mengalir segera setelah
bayi lahir
•Uterus kontraksi baik
•Plasenta lengkap
•Pucat
•Lemah
•Menggigil
Robekan jalan
lahir
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit
•Perdarahan segera (P3)
•Uterus kontraksi baik
•Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan
•Inversio uteri akibat tarikan
•Perdarahan lanjutan
Retensio
plasenta
•Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
•Perdarahan segera
•Uterus berkontaksi tetapi tinggi
fundus tidak berkurang
(kontraksi hilang-timbul)
Tertinggalnya
sebagian
plasenta
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap harus harus dilakukan sejak periode
antenatal. Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan
dengan hasil kehamilan yang buruk.
• Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak
awal periode antenatal
• Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan dan waktu pembekuan
12. PENATALAKSANAAN
1.Penatalaksanaan umum
• Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
• Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
• Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
• Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
• Atasi syok jika terjadi syok
• Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40
tetes/menit ).
• Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir
• Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
• Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
• Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan
terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
13. 2.PENATALAKSANAAN KHUSUS
A. ATONIA UTERI
• Lakukan tindakan spesifik
Kompresi bimanual
eksternal
Kompresi bimanual
internal
Tampon kondom kateter
14. PENANGANAN KHUSUS ATONIA UTERI
Masase fundus uteri
Segera ssdh plasenta lahir
(maksimal 15 detik)
Uterus kontraksi?
Evaluasi / bersihkan bekuan darah /sel
ketuban KBI maksimal 5 menit
Uterus kontraksi?
• Ajarkan keluarga KBE
• Keluarkan tangan secara hati2
• Suntik ergometrin 0,2 im
• Pasang infus + 20 IU Oksitosin, guyur
• Lakukan KBI lagi
Ya
Evaluasi Rutin
Ya
• Pertahankan KBI 1 – 2 mnt
• Keluarkan tangan secara
hati2
• Lakukan pengawasan kala
IV
15. Ajarkan keluarga KBE
Keluarkan tangan secara hati2
Suntik Ergometrin 0,2 im
Pasang infus + 20 IU Oksitosin, guyur
Lakukan KBI lagi
Uterus kontraksi ?
Rujuk ke RS utk persiapan laparotomi
(bisa dilakukan pemasangan tampon kondom kateter)
Lanjutkan infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc / jam
Sampai tempat rujukan
Ya Pengawasan Kala IV
Tidak Lakukan KBE Dapat diberikan misoprostol per rektal
16. • Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan
traksi terkontrol tali pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu
kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.
• Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta,
• lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus.
• Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
• Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral ).
B. Retensio Plasenta
17. Manual Plasenta
• Dilakukan bila plasenta belum lahir 30 menit
setelah bayi lahir
• Berikan sedativa dan analgetik jika
diperlukan (untuk relaksasi dan mencegah
refleks vagal)
• Masukkan tangan secara obstetrik dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat,
sementara tangan yang lain menahan
fundus uteri
• Lepaskan implantasi plasenta
Jika plasenta tidak dapat dilepaskan
plasenta akreta
18. RUPTUR UTERI
• Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan
laparatomi
• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan
dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan
operasi uterus
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan
histerektomi
• Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen
• Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi. (Ambarwati, 2010)
19. SISA PLASENTA
• Penemuan secara dini, dengan memeriksa
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan
• Berika antibiotika karena kemungkinan ada
endometriosis
• Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila
serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
• Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat
ferosus 600mg/hari selama 10 hari.
20. ROBEKAN SERVIKS
• Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang
terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina
ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
• Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap,
tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat
bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio.
• Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang
robek sehingga perdarahan dapat segera di
hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak
dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah
luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
• Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska
tindakan
• Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas
ditemui tanda-tanda infeksi
• Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila
kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah
21. PENCEGAHAN
Penanganan aktif kala III dapat menurunkan insiden dan tingkat
keparahan perdarahan post partum. Penanganan aktif kala III
merupakan kombinasi dari hal- hal berikut:
• Pemberian uterotonika (dianjurkan oksitosin) segera
setelah bayi dilahirkan
• Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat.
• Peregangan tali pusat yang terkendali