SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ Photonic Devices“.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih adanya
kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Dalam hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada,
1. Allah Yang Maha Esa
2. Prof. Dr. Sutikno, S.T, M.T.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda
dari Allah Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna, meskipun belum dapat memberikan informasi yang
lebih lengkap, kami tetap berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca tentu sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini,
membawa manfaat yang baik untuk pembaca dalam mengenal photonic devices.
Semarang, Mei 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3. Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Photonic Devices.....................................................................................5
2.2. Transisi Radiatif ......................................................................................5
2.3. Optical Absorption ..................................................................................8
2.4. Laser Semikonduktor .............................................................................10
2.5. Light-Emitting Diodes (LED).................................................................12
2.6. Photodetector.........................................................................................14
2.6.1. p-n junction Solar Cells...............................................................16
2.6.2. Dye-sensitized Solar Cells...........................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................21
3
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abad 20 menjadi abad yang terpenting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dua dari kajian tekologi penyumbang perkembangan
ini adalah efek fotolistrik dan semikonduktor. Material semikonduktor memegang
peranan penting dalam perkembangan komunikasi, industri, elektronika, dsb.
Material semikonduktor memiliki respon yang unik terhadap rangsangan seperti
listrik ataupun cahaya. Diperlukan energi sebesar ΔE (energi band gap) agar
material semikonduktor memberikan responnya.
Dalam perkembangan teknologi, material semikonduktor dimanfaatkan
pada alat-alat seperti LED, LASER, photodetector, solar sel, dsb. Alat-alat
tersebut tergabung dalam photonic devices. Photonic devices merupakan
perangkat yang memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Fenomena ini tidak
lepas dari sifat material semikonduktor seperti transisi radiatif dan serapan optik
(optical absorption). Perkembangan dari LED, LASER, solar sel tidak terlepas
dari material yang digunakan. Material yang digunakan biasanya merupakan
material semikonduktor yang telah diberi impuritas. Impuritas yang diberikan
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan manfaat dari photonic devices sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari photonic devices dan alat-alat apa saja yang tergabung
dalam photonic device?
b. Bagaimanakah prinsip kerja alat-alat dari photonic devices?
c. Manfaat dari photonic devices?
d. Apakah jenis material yang dimanfaatkan dalam perkembangan photonic
devices?
e. Apakah yang dimaksud dengan dye-sensitized solar cells (DSSC)?
4
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dan alat-alat yang tergabung dalam photonic
devices?
b. Mengerti prinsip kerja dari photonic devices?
c. Mengetahui manfaat dari photonic devices?
d. Mengetahui jenis material yang dimanfaatkan dalam photonic devices?
e. Mengetahui pengertian dari dye-sensitized solar cells (DSSC)?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Photonic Devices
Photonic devices atau perangkat fotonik adalah perangkat yang
memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Photonic devices dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Perangkat yang mengubah sumber energi listrik menjadi radiasi optik,
seperti Light-Emitting Diode (LED) dan Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation (LASER).
2. Perangkat yang mendeteksi sinyal optik, seperti photodetectors.
3. Perangkat yang mengkonversi radiasi optik menjadi energi listrik, seperti
sel surya.
Fenomena yang terjadi pada photonic devices adalah electroluminescence
yang ditemukan pada tahun 1907. Electroluminescence adalah fenomena generasi
cahaya yang disebabkan oleh arus listrik. Fenomena ini tidak terlepas dari adanya
transisi radiatif (radiative transition) dan serapan optik (optical absorption).
Perkembangan photonic devices sendiri memiliki peranan penting terhadap
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, komunikasi,
industri, dsb.
2.2. Transisi Radiatif (Radiative Transition)
Gambar 1 menunjukkan spektrum elektromagnetik dari daerah optik.
Kisaran cahaya yang dapat dideteksi oleh mata manusia hanya sekitar 0,4 μm
sampai 0,7 μm. Pada gambar tersebut juga ditampilkan pita warna (colors bands)
dari ungu sampai merah. Daerah ultraviolet memiliki rentang panjang gelombang
dari 0,01 μm sampai 0,4 μm sedangkan infrared memiliki rentang dari 0,7 μm
sampai 1.000 μm.
6
Gambar 1. Spektrum elektromagnetik dari rentang ultraviolet sampai infrared.
Untuk mengkonversi panjang gelombang menjadi energi foton digunakan
hubungan
dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang vacuum, v adalah frekuensi dari
cahaya, h adalah konstanta Planck, san hv adalah energi foton yang diukur dalam
elektron volt. Sebagai contoh, 0,5 μm cahaya hijau sebanding dengan energi foton
sebesar 2,48 eV.
Pada dasarnya, ada tiga proses interaksi antara foton dengan elektron
dalam solid, yaitu absorption (penyerapan), spontaneous emission (emisi
spontan), dan stimulated emission (emisi terstimulasi). Jika ada dua tingkat energi
E1 dan E2, dimana E1 sesuai dengan keadaan dasar sedangkan E2 sesuai dengan
keadaan tereksitasi. Setiap transisi antar tingkat energi melibatkan emisi atau
penyerapan foton dengan frekuensi v12 yang sesuai dengan hv = E2-E1. Pada suhu
kamar, atom dalam solid berada pada keadaan dasar. Situasi ini akan terganggu
ketika foton yang memiliki energi yang sama dengan hv melewati sistem. Sebuah
atom di tingkat E1 menyerap foton dan kemudian tereksitasi ke keadaan E2
(Gambar 2a). Proses ini disebut dengan absorption process (proses penyerapan).
7
Ketika keadaan tereksitasi dari atom tidak stabil, dalam waktu yang singkat dan
tanpa adanya stimulus, elektron akan bertransisi ke keadaan dasar dan
memberikan energi foton hv12 (Gambar 2b). Proses ini disebut dengan
spontaneous emission (emisi spontan). Ketika foton dengan energi hv impinges
elektron yang sedang tereksitasi (Gambar 2c), elektron dapat dirangsang untuk
transisi kembali ke keadaan dasar dengan memberikan energi foton sebesar hv12.
Proses ini disebut dengan stimulated emission (emisi terstimulasi).
Gambar 2. Titik biru menggambarkan keadaan elektron. Keadaan awal berada di
sebelah kiri sedangkan keadaan akhir, setelah transisi berada di sebelah kanan. (a)
Absorption, (b) spontaneous emission, (c) stimulated emission.
Proses yang terjadi pada LED memanfaatkan fenomena spontaneous
emission dari interaksi foton dengan bahan solid sedangkan LASER
memanfaatkan stimulated emission dan solar sel memanfaatkan absorption.
8
2.3. Optical Absorption
Gambar 3 menunjukkan transisi dasar dalam semikonduktor. Ketika
semikonduktor mendapatkan rangsangan cahaya, foton yang diserap akan
menciptakan pasangan elektron-hole (Gambar 3a), hal ini terjadi ketika energi
foton sama dengan energi band gap hv. Jika hv lebih besar daripada Eg, maka
selain pasangan elektron-hole yang dihasilkan akan dihasilkan juga kelebihan
energi (hv - Eg) berupa panas, seperti yang digambarkan pada Gambar 3b. Proses
3a dan 3b disebut dengan transisi intrinsik (band-to-band transition). Di sisi lain,
apabila hv kurang dari E, maka foton akan diserap hanya jika ada keadaan energi
yang tersedi pada band gap. Keadaan/ tingkat energi ini ada dikarenakan adanya
chemical impurities atau physical defects (Gambar 3c). Proses tersebut disebut
extrinsic transition.
Gambar 3. Optical absorption (a) hv = Eg, (b) hv > Eg, (c) hv < Eg.
Asumsikan bahwa semikonduktor diberi rangsangan cahaya dengan hv >
Eg dan flux foton (Φo) dengan satuan foton perkuadrat sentimeter per detik. Flux
foton bergerak melewati semikonduktor, sebagian kecil dari foton diserap
sebanding dengan intensitas fluks. Oleh karena itu, jumlah foton diserap dengan
jarak Δx (Gambar 4a) diberikan oleh persamaan αΦ(x)Δx, dimana α adalah
koefisien absorpsi. Sehingga dari flux foton diperoleh
9
Gambar 4. Optical absorption (a) semikonduktor dibawah penyinaran, (b)
Peluruhan eksponensial dari flux foton.
Tanda negatif mengindikasikan intensitas yang semakin berkurang dari flux foton
selama absorption. Sehingga solusi dari persamaan di atas adalah
Fraksi dari flux foton yang keluar pada ujung semikonduktor di x = W.
10
Koefisien absorpsi α adalah fungsi dari hv. Gambar 5 di bawah ini
menunjukkan pengukuran koefisien optical absorption dari beberapa
semikonduktor yang penting yang biasa dimanfaatkan untuk photonic devices.
Gambar 5. Koefisien optical absorption dari beberapan macam semikonduktor.
2.4. Laser Semikonduktor
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated
Emission Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi
yang terstimulasi. Interaksi materi dengan cahaya yang diaplikasikan pada laser
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Interaksi cahaya dengan materi, (a) absorpsi, (b) emisi spontan, (c)
emisi terstimulasi.
11
Laser semikonduktor merupakan golongan laser yang sangat penting pada
saat ini. Prinsip dari laser semikonduktor mirip dengan laser ruby dan laser
helium-neon, yaitu ketiganya memancarkan radiasi monokromatik yang terarah.
Semikonduktor laser adalah komponen yang sangat penting dalam bidang
komunikasi yang menggunakan serat optik. Selain itu, laser semikonduktor
banyak dimanfaatkan pada rekaman video, pembaca optik, percetakan dengan
kecepatan yang tinggi. Dalam bidang teknologi, laser semikonduktor digunakan
sebagai monitoring polusi udara dan spektroskopi gas resolusi tinggi.
Material aktif laser semikonduktor menggunakan material semikonduktor
direct-gap, sehingga semikonduktor elementer tidak dapat digunakan. Mayoritas
bahan semikonduktor untuk laser merupakan kombinasi antara golongan IIIA (Al,
Ga, In) dan IVA (N, P, As, Sb) yang membentuk compound III-IV seperti GaAs,
InGaAsP, AlGaAs. Pada saat ini, emisi panjang gelombang laser berada pada
rentang 0,3 sampai 30 μm. Beberapa jenis laser yang telah disebutkan di atas
memiliki panjang gelombang sekitar 0,63 – 1,6 μm. Baru-baru ini dikembangkan
laser InDaN yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang biru ( ̴ 400 nm).
Disamping itu juga ada beberapa laser yang menggunakan kombinasi golongan II-
VI (CdSe, ZnS) yang memancarkan panjang gelombang daerah hijau-biru. Tiga
komponen terpenting dalam paduan unsur III-IV adalah GaxIn1-xAsyP1-y, GaxIn1-
xAsySb1-y, dan AlxGa1-xAsySb1-y. Gambar dibawah ini memperlihatkan band gap
dengan nilai konstanta lattice dari 3 paduan yang terdiri dari binary, ternary, dan
quaternary compounds.
Gambar 7. Energi band gap dan konstanta lattice untuk tiga sistem paduan III-IV.
12
Untuk meningkatkan stimulated emission pada operasi laser maka
diperlukan inversi populasi. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan p-n
junction dan double heterojunction. Ini berarti bahwa tingkat doping pada kedua
sisi junction cukup tinggi. Ketika bias yang cukup besar diterapkan, injeksi dari
pita valensi akan terjadi, konsentrasi besar dari elektro dan hole terinjeksi pada
daerah transisi. Akibatnya pada Gambar 8, konsentrasi elektron akan berada pada
pita konduksi sedangkan konsentrasi hole akan berada pada pita valensi.
Gambar 8. Perbandingan karakteristik (a) homojunction laser, (b) double-
heterojunction laser.
2.5. Light-Emitting Diodes (LED)
Light-emitting diode adalah sambungan p-n yang dapat memancarkan
radiasi spontan dalam ultraviolet, visible, atau daerah infrared. LED memiliki
banyak aplikasi sebagai link informasi antara instrumen elektronik dan
penggunanya. Selain itu, aplikasi lainnya adalah panel display di mobil, layar
komputer, kalkulator, jam tangan, lampu lalu lintas, run text, dsb. Khusus untuk
LED dengan radiasi infrared sangat bermanfaat dalam komunikasi serat optik.
Pada saat bias maju, elektron diinjeksi dari sisi n dan hole dari sisi p
(Gambar 9a). Pada daerah persambungan (junction), rekombinasi akan terjadi
pada saat pn > ni2, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9b. Namun, jika desain
heterojunction digunakan, efisiensi LED akan lebih ditingkatkan. Pada Gambar 9c
ditunjukkan penguatan cahaya dikarenakan kelebihan pembawa (excess carriers).
Desain double-heterojunction ini menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
(a)
(b)
13
Gambar 9. (a) Bias maju yang terjadi pada p-n junction , elektron diinjeksikan
dari sisi n dan bergabung dengan hole yang diinjeksi dari sisi p, (b) rekombinasi
yang terjadi disekitar junction, (c) Densitas dari pembawa yang lebih besar pada
double-heterojunction.
Semikonduktor yang paling penting untuk aplikasi LED tercantum pada
Gambar 10. Spektrumnya sebagian besar berada di daerah infrared. Untuk aplikasi
layar, karena mata manusia hanya sensitif terhadap energi cahaya hv > 1,8 Ev (λ <
0,7 μm), semikonduktor harus memiliki band gap lebih besar dari nilai ini.
Gambar 10. Semikonduktor yang diaplikasikan pada led termasuk fungsi
luminositas relatif dari mata manusia.
14
AlGaAs memiliki rentang panjang gelombang dari red sampai infrared.
Material ini biasa digunakan untuk LED berefisiensi tinggi. InAlGaP memiliki
rentang panjang gelombang dari visible spectrum, red, orange, yellow, dan green.
GaAsP memiliki rentang spektrum dari infrared sampai visible spektrum. Transisi
direct-indirect bandgap terjadi pada 1,9 eV.
2.6. Photodetector
Photodetector adalah perangkat semikonduktor yang dapat mendeteksi
sinyal optik melalui proses elektronik. Photodetector harus memiliki sensitivitas
yang tinggi, kecepatan respon yang tinggi, kebisingan yang kecil, beroperasi pada
tegangan yang rendah, dan ukuran yang kecil. Operasi umum dari photodetector
pada dasarnya ada tiga proses:
1. Carrier generation (pembangkitan pembawa) ketika ada cahaya yang
datang;
2. Carrier transport ketika ada arus listrik;
3. Adanya sinyal output
Ada dua jenis photodetector, yaitu thermal detector dan photon detector.
Thermal detector mendeteksi cahaya dengan rangsangan kenaikan suhu ketika
energi cahaya diserap. Detektor ini cocok untuk panjang gelombang infrared.
Photon detector didasarkan pada efek fotolistrik: foton menyebabkan elektron
tereksitasi dan elektron ini yang memberikan kontribusi pada photocurrent.
Untuk memahami keunggulan masing-masing photodetector, terlebih
dahulu dibahas prinsip kerja photodetector yang menggunakan efek fotolistrik.
Efek fotolistrik didasarkan pada energi foton hv, sehingga panjang gelombang
terkait dengan energi transisi ΔE yang didefinisikan oleh
𝜆 =
ℎ𝑐
ΔE
=
1,24
ΔE (eV)
(𝜇𝑚)
Persamaan diatas mengindikasikan panjang gelombang minimum untuk
mendeteksi. Energi transisi ΔE dalam banyak kasus adalah band gap dari
semikonduktor. Penyerapan cahaya dalam semikonduktor ditunjukkan oleh
koefisien penyerapan. Gambar 11 menunjukkan pengukuran koefisien absorpsi
intrinsik untuk beberapan macam photodetector. Kurva dengan garis tebal dan
15
garis putus-putus menunjukkan suhu 300 K dan 77 K. Untuk Ge, Si dan golongan
III-V, kurva bergeser kearah panjang gelombang yang lebih panjang ketika suhu
dinaikkan. Untuk beberapa senyawa IV-VI (misalnya PbSe) terjadi peningkatan
bandgap dengan meningkatnya suhu.
Gambar 11. Koefisien optical absorption untuk beberapa macam material
photodetector.
Dibawah ini beberapa contoh dari photodetector.
16
2.7. Solar Sel
2.7.1. Prinsip kerja solar sel
Pada saat ini, sel surya memiliki banyak manfaat karena dapat
memberikan daya yang tinggi dan bertahan lama. Sel surya dikembangkan karena
permintaan sumber energi dunia yang meningkat sedangkan bahan bakar fosil
setiap tahunnya selalu menurun. Sel surya merupakan kandidat penting bagi
sumber energi alternatif yang dapat mengkonversi sinar matahari menjadi energi
listrik dengan efisiensi yang tinggi. Hal ini menjadikan sel surya bayak diteliti
karena sumber energi ini bebas polusi.
Representasi skematik dari sel surya ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar tersebut terdiri dari p-n junction.
Gambar 12. Skema dari silikon pada p-n junction solar sel.
Refleksi permukaan cahaya dari udara (n = 1) ke semikonduktor dengan
bahan silikon (n = 3,5) adalah sekitar 0,31. Ini berarti 31% dari cahaya datang
yang di refleksikan dan tidak terkonversi menjadi energi listrik dalam sel surya.
Ketika sel surya terkena spektrum matahari, foton yang memiliki energi kurang
dari energi band gap tidak akan bisa memberikan arus sebagai outputnya. Hanya
foton yang memiliki energi yang lebih besar dari energi band gap yang dapat
menimbulkan arus.
17
Prinsip kerja sel surya berdasarkan pada efek fotovoltaik. Sel surya
fotovoltaik merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi sinar matahari
secara langsung menjadi energi listrik. Pada dasarnya sel tersebut merupakan
suatu diode semikonduktor yang bekerja menurut suatu proses khusus yang
dinamakan proses tidak seimbang (non-equibilirium process) dan berlandaskan
efek fotovoltaik (photovoltaic effects). Efek fotovoltaik ini ditemukan oleh
Becquerel pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya tegangan
ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954
peneliti menemukan untuk pertama kali sel surya silikon berbasis p-n junction
dengan efisiensi 6%. Sekarang ini, sel surya silikon mendominasi pasar sel surya
dengan pangsa pasar sekitar 82% dan efisiensi lab dan komersil berturut-turut
yaitu 24,7% dan 15%. Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep
semikonduktor p-n junction.
Pada sel surya terdapat junction antara dua lapisan tipis yang terbuat dari
bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai semikonduktor jenis
p (positif) dan semikonduktor jenis n (negatif). Struktur sel surya konvensional
silikon p-n junction dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Struktur sel surya silikon p-n junction dan skema kerja sel surya
silikon.
Semikonduktor tipe-n didapat dengan mendoping silikon dengan unsur
dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron valensi dibanding atom
sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan doping oleh golongan
III sehingga elektron valensinya defisit satu dibanding atom sekitar. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari
18
tipe-p menuju tipe-n dan difusi elektron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut
akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih
negatif pada batas tipe-p. Batas tempat terjadinya perbedaan muatan pada p-n
junction disebut dengan daerah deplesi. Adanya perbedaan muatan pada daerah
deplesi akan mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan
laju difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya arus
drift. Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi sehingga secara keseluruhan
tidak ada arus listrik yang mengalir pada semikonduktor p-n junction. tersebut.
Ketika junction disinari, photon yang mempunyai energi sama atau lebih besar
dari lebar pita energi material tersebut akan menyebabkan eksitasi elektron dari
pita valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi.
Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam material sehingga menghasilkan
pasangan elektron hole. Apabila ditempatkan hambatan pada terminal sel surya,
maka elektron dari area n akan kembali ke area-p sehingga menyebabkan
perbedaan potensial dan arus akan mengalir. Skema cara kerja sel surya silikon
ditunjukkan pada Gambar 13.
2.7.2. Dye-sensitized Solar Cells (DSSC)
Tingginya efisiensi konversi energi surya menjadi listrik dari DSSC
merupakan salah satu daya tarik berkembangnya riset mengenai DSSC di berbagai
negara akhir-akhir ini, selain dari proses produksi yang simpel dan biaya produksi
yang murah. Beberapa hasil penelitian dari peneliti-peneliti DSSC. Di Indonesia
sendiri penelitian tentang DSSC telah banyak dilakukan seperti oleh Septina dkk
pada tahun 2007, Penelitian tersebut dilakukan dengan metode nanopori TiO yaitu
sol-gell dan sebagai bahan dye digunakan buah delima. Hasil yang didapatkan
adalah tegangan listrik sebesar 162,4 mV dari prototipe DSSC tersebut dengan
intensitas penyinaran pada siang hari. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak
pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah
menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh
dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya
sejak sel surya silikon. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel
surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium
19
transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang
terdiri dari nanopartikel TiO2 , molekul dye yang teradsorpsi di permukaan TiO,
larutan elektrolit dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca
konduktif, seperti terlihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Struktur Dye-sensitized Solar Cells
Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang sudah dilapisi
oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) biasanya ITO, yang berfungsi sebagai
elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis
untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang
umumnya dipakai yaitu I-/I3- (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi
oleh lapisan tipis TiO2 yang mana dye teradsorpsi di lapisan TiO . Dye yang
umumnya digunakan yaitu jenis ruthenium complex.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Photonic devices atau perangkat fotonik adalah perangkat yang
memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel sedangkan alat yang tergabung
dalam photonic devices adalah LED, LASER, photodetector, dan sel
surya.
2. Secara umum prinsip kerja dari photonic devices adalah adanya p-n
junction dari semikonduktor yang diberi rangsangan berupa cahaya atau
panas.
3. Photonic devices banyak dimanfaatkan dalam teknologi komunikasi,
seperti penggunaan serat optik; teknologi industri, seperti LED dan
LASER; dan ketersediaan energi, seperti solar sel.
4. Jenis material yang digunakan adalah material semikonduktor seperti Si,
Ge (semikonduktor murni) dan GaAs, CdTe, AlGaA, InAlGaP
(semikonduktor ekstrinsik).
5. Dye-sensitized Solar Cells (DSSC) adalah sel surya fotoelektrokimia
sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan
21
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30056/4/Chapter
%20II.pdf (diunduh pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 13.20)
Sze, S.M., and M.K. Lee, “Semiconductor Devices Physics and Technology”, in
Light Emitting Diodes, Lasers, Photodetectors, and Solar Cells, Taiwan:
John Wiley & Sons, INC., 2010, pp.280-356.
Sze, S.M., and K.K. Ng, “Physics of Semiconductor Devices”, in LEDs, Lasers,
Photodetectors, and Solar Cells, Taiwan: John Wiley & Sons, INC., 2007,
pp.601-742.

More Related Content

What's hot

Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. Fizeau
Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. FizeauMetode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. Fizeau
Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. FizeauChoi Fatma
 
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal Total
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal TotalOptika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal Total
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal TotalUniversitas Gadjah Mada
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLatifatul Hidayah
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
03 sistem-pengukuran
03 sistem-pengukuran03 sistem-pengukuran
03 sistem-pengukuranketutjuan
 
Pengenalan multisim
Pengenalan multisimPengenalan multisim
Pengenalan multisimeko_dp
 
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)Aris Widodo
 
Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Dionisius Kristanto
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETERLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETERNimroatul_Chasanah
 
Uni junction transistor
Uni junction transistorUni junction transistor
Uni junction transistorsaeful_4h13
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 
Comparator laporan
Comparator laporanComparator laporan
Comparator laporanBrian Raafiu
 
Interaksi cahaya dengan materi
Interaksi cahaya dengan materiInteraksi cahaya dengan materi
Interaksi cahaya dengan materiazziizzah
 

What's hot (20)

Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. Fizeau
Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. FizeauMetode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. Fizeau
Metode Perhitungan Kecepatan Cahaya Armand H. L. Fizeau
 
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal Total
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal TotalOptika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal Total
Optika modern: Fiber Optik dan Pemantulan Internal Total
 
Teori dasar tld
Teori dasar tldTeori dasar tld
Teori dasar tld
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek FotolistrikLaporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
 
03 sistem-pengukuran
03 sistem-pengukuran03 sistem-pengukuran
03 sistem-pengukuran
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 
Pengenalan multisim
Pengenalan multisimPengenalan multisim
Pengenalan multisim
 
Laporan dioda
Laporan diodaLaporan dioda
Laporan dioda
 
Teori Sampling and Hold
Teori Sampling and HoldTeori Sampling and Hold
Teori Sampling and Hold
 
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)
Deteksi Radioaktif (Geiger Muller)
 
Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETERLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
 
Uni junction transistor
Uni junction transistorUni junction transistor
Uni junction transistor
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
Comparator laporan
Comparator laporanComparator laporan
Comparator laporan
 
Interaksi cahaya dengan materi
Interaksi cahaya dengan materiInteraksi cahaya dengan materi
Interaksi cahaya dengan materi
 
Training Radiasi
Training RadiasiTraining Radiasi
Training Radiasi
 

Similar to PhotonicDev

Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayaLaporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayafikar zul
 
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...Chizwuah N'Tweety
 
Laporan Resmi Percobaan Photovoltaic
Laporan Resmi Percobaan PhotovoltaicLaporan Resmi Percobaan Photovoltaic
Laporan Resmi Percobaan PhotovoltaicLatifatul Hidayah
 
Sifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal MaterialSifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal MaterialVincent Cahya
 
makalah-dastel-photocell.docx
makalah-dastel-photocell.docxmakalah-dastel-photocell.docx
makalah-dastel-photocell.docxIppang4
 
Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikGelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikDestina Destina
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Septian Muna Barakati
 
Rpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emRpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emFerdino Hamzah
 
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptx
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptxPPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptx
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptxSalmaAdhistia
 
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasa
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasaPengenalan elektronika dan_komponen_dasa
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasaElka Pranika
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Septian Muna Barakati
 
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docxREVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docxNurulKholisah
 

Similar to PhotonicDev (20)

Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahayaLaporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
Laporan lengakap percobaan karakteristik piranti cahaya
 
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...
Modul kuliah-fakultas-farmasi-universitas-sanata-dharma-yogyakarta-spektrosko...
 
Laporan Resmi Percobaan Photovoltaic
Laporan Resmi Percobaan PhotovoltaicLaporan Resmi Percobaan Photovoltaic
Laporan Resmi Percobaan Photovoltaic
 
Sifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal MaterialSifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal Material
 
Laporan spektronic
Laporan spektronicLaporan spektronic
Laporan spektronic
 
makalah-dastel-photocell.docx
makalah-dastel-photocell.docxmakalah-dastel-photocell.docx
makalah-dastel-photocell.docx
 
Kimia dasar
Kimia dasarKimia dasar
Kimia dasar
 
Kimia dasar
Kimia dasarKimia dasar
Kimia dasar
 
Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikGelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik
 
Makalah atom dan radiasi
Makalah atom dan radiasiMakalah atom dan radiasi
Makalah atom dan radiasi
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
 
Rpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang emRpp radiasi gelombang em
Rpp radiasi gelombang em
 
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptx
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptxPPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptx
PPT KELOMPOK 4 IPA-1.pptx
 
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasa
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasaPengenalan elektronika dan_komponen_dasa
Pengenalan elektronika dan_komponen_dasa
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
 
Melly & suhu
Melly & suhuMelly & suhu
Melly & suhu
 
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docxREVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
 
Materi Sensor
Materi SensorMateri Sensor
Materi Sensor
 
Aas 1
Aas 1Aas 1
Aas 1
 

PhotonicDev

  • 1. 1 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Photonic Devices“. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih adanya kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada, 1. Allah Yang Maha Esa 2. Prof. Dr. Sutikno, S.T, M.T. Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, meskipun belum dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, kami tetap berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca tentu sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini, membawa manfaat yang baik untuk pembaca dalam mengenal photonic devices. Semarang, Mei 2015 Penulis
  • 2. 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................ i KATA PENGANTAR..........................................................................................1 DAFTAR ISI........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................3 1.2. Rumusan Masalah...................................................................................3 1.3. Tujuan......................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Photonic Devices.....................................................................................5 2.2. Transisi Radiatif ......................................................................................5 2.3. Optical Absorption ..................................................................................8 2.4. Laser Semikonduktor .............................................................................10 2.5. Light-Emitting Diodes (LED).................................................................12 2.6. Photodetector.........................................................................................14 2.6.1. p-n junction Solar Cells...............................................................16 2.6.2. Dye-sensitized Solar Cells...........................................................18 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................21
  • 3. 3 BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Abad 20 menjadi abad yang terpenting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dua dari kajian tekologi penyumbang perkembangan ini adalah efek fotolistrik dan semikonduktor. Material semikonduktor memegang peranan penting dalam perkembangan komunikasi, industri, elektronika, dsb. Material semikonduktor memiliki respon yang unik terhadap rangsangan seperti listrik ataupun cahaya. Diperlukan energi sebesar ΔE (energi band gap) agar material semikonduktor memberikan responnya. Dalam perkembangan teknologi, material semikonduktor dimanfaatkan pada alat-alat seperti LED, LASER, photodetector, solar sel, dsb. Alat-alat tersebut tergabung dalam photonic devices. Photonic devices merupakan perangkat yang memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Fenomena ini tidak lepas dari sifat material semikonduktor seperti transisi radiatif dan serapan optik (optical absorption). Perkembangan dari LED, LASER, solar sel tidak terlepas dari material yang digunakan. Material yang digunakan biasanya merupakan material semikonduktor yang telah diberi impuritas. Impuritas yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan manfaat dari photonic devices sendiri. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari photonic devices dan alat-alat apa saja yang tergabung dalam photonic device? b. Bagaimanakah prinsip kerja alat-alat dari photonic devices? c. Manfaat dari photonic devices? d. Apakah jenis material yang dimanfaatkan dalam perkembangan photonic devices? e. Apakah yang dimaksud dengan dye-sensitized solar cells (DSSC)?
  • 4. 4 1.3. Tujuan a. Mengetahui pengertian dan alat-alat yang tergabung dalam photonic devices? b. Mengerti prinsip kerja dari photonic devices? c. Mengetahui manfaat dari photonic devices? d. Mengetahui jenis material yang dimanfaatkan dalam photonic devices? e. Mengetahui pengertian dari dye-sensitized solar cells (DSSC)?
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Photonic Devices Photonic devices atau perangkat fotonik adalah perangkat yang memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Photonic devices dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Perangkat yang mengubah sumber energi listrik menjadi radiasi optik, seperti Light-Emitting Diode (LED) dan Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER). 2. Perangkat yang mendeteksi sinyal optik, seperti photodetectors. 3. Perangkat yang mengkonversi radiasi optik menjadi energi listrik, seperti sel surya. Fenomena yang terjadi pada photonic devices adalah electroluminescence yang ditemukan pada tahun 1907. Electroluminescence adalah fenomena generasi cahaya yang disebabkan oleh arus listrik. Fenomena ini tidak terlepas dari adanya transisi radiatif (radiative transition) dan serapan optik (optical absorption). Perkembangan photonic devices sendiri memiliki peranan penting terhadap kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, komunikasi, industri, dsb. 2.2. Transisi Radiatif (Radiative Transition) Gambar 1 menunjukkan spektrum elektromagnetik dari daerah optik. Kisaran cahaya yang dapat dideteksi oleh mata manusia hanya sekitar 0,4 μm sampai 0,7 μm. Pada gambar tersebut juga ditampilkan pita warna (colors bands) dari ungu sampai merah. Daerah ultraviolet memiliki rentang panjang gelombang dari 0,01 μm sampai 0,4 μm sedangkan infrared memiliki rentang dari 0,7 μm sampai 1.000 μm.
  • 6. 6 Gambar 1. Spektrum elektromagnetik dari rentang ultraviolet sampai infrared. Untuk mengkonversi panjang gelombang menjadi energi foton digunakan hubungan dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang vacuum, v adalah frekuensi dari cahaya, h adalah konstanta Planck, san hv adalah energi foton yang diukur dalam elektron volt. Sebagai contoh, 0,5 μm cahaya hijau sebanding dengan energi foton sebesar 2,48 eV. Pada dasarnya, ada tiga proses interaksi antara foton dengan elektron dalam solid, yaitu absorption (penyerapan), spontaneous emission (emisi spontan), dan stimulated emission (emisi terstimulasi). Jika ada dua tingkat energi E1 dan E2, dimana E1 sesuai dengan keadaan dasar sedangkan E2 sesuai dengan keadaan tereksitasi. Setiap transisi antar tingkat energi melibatkan emisi atau penyerapan foton dengan frekuensi v12 yang sesuai dengan hv = E2-E1. Pada suhu kamar, atom dalam solid berada pada keadaan dasar. Situasi ini akan terganggu ketika foton yang memiliki energi yang sama dengan hv melewati sistem. Sebuah atom di tingkat E1 menyerap foton dan kemudian tereksitasi ke keadaan E2 (Gambar 2a). Proses ini disebut dengan absorption process (proses penyerapan).
  • 7. 7 Ketika keadaan tereksitasi dari atom tidak stabil, dalam waktu yang singkat dan tanpa adanya stimulus, elektron akan bertransisi ke keadaan dasar dan memberikan energi foton hv12 (Gambar 2b). Proses ini disebut dengan spontaneous emission (emisi spontan). Ketika foton dengan energi hv impinges elektron yang sedang tereksitasi (Gambar 2c), elektron dapat dirangsang untuk transisi kembali ke keadaan dasar dengan memberikan energi foton sebesar hv12. Proses ini disebut dengan stimulated emission (emisi terstimulasi). Gambar 2. Titik biru menggambarkan keadaan elektron. Keadaan awal berada di sebelah kiri sedangkan keadaan akhir, setelah transisi berada di sebelah kanan. (a) Absorption, (b) spontaneous emission, (c) stimulated emission. Proses yang terjadi pada LED memanfaatkan fenomena spontaneous emission dari interaksi foton dengan bahan solid sedangkan LASER memanfaatkan stimulated emission dan solar sel memanfaatkan absorption.
  • 8. 8 2.3. Optical Absorption Gambar 3 menunjukkan transisi dasar dalam semikonduktor. Ketika semikonduktor mendapatkan rangsangan cahaya, foton yang diserap akan menciptakan pasangan elektron-hole (Gambar 3a), hal ini terjadi ketika energi foton sama dengan energi band gap hv. Jika hv lebih besar daripada Eg, maka selain pasangan elektron-hole yang dihasilkan akan dihasilkan juga kelebihan energi (hv - Eg) berupa panas, seperti yang digambarkan pada Gambar 3b. Proses 3a dan 3b disebut dengan transisi intrinsik (band-to-band transition). Di sisi lain, apabila hv kurang dari E, maka foton akan diserap hanya jika ada keadaan energi yang tersedi pada band gap. Keadaan/ tingkat energi ini ada dikarenakan adanya chemical impurities atau physical defects (Gambar 3c). Proses tersebut disebut extrinsic transition. Gambar 3. Optical absorption (a) hv = Eg, (b) hv > Eg, (c) hv < Eg. Asumsikan bahwa semikonduktor diberi rangsangan cahaya dengan hv > Eg dan flux foton (Φo) dengan satuan foton perkuadrat sentimeter per detik. Flux foton bergerak melewati semikonduktor, sebagian kecil dari foton diserap sebanding dengan intensitas fluks. Oleh karena itu, jumlah foton diserap dengan jarak Δx (Gambar 4a) diberikan oleh persamaan αΦ(x)Δx, dimana α adalah koefisien absorpsi. Sehingga dari flux foton diperoleh
  • 9. 9 Gambar 4. Optical absorption (a) semikonduktor dibawah penyinaran, (b) Peluruhan eksponensial dari flux foton. Tanda negatif mengindikasikan intensitas yang semakin berkurang dari flux foton selama absorption. Sehingga solusi dari persamaan di atas adalah Fraksi dari flux foton yang keluar pada ujung semikonduktor di x = W.
  • 10. 10 Koefisien absorpsi α adalah fungsi dari hv. Gambar 5 di bawah ini menunjukkan pengukuran koefisien optical absorption dari beberapa semikonduktor yang penting yang biasa dimanfaatkan untuk photonic devices. Gambar 5. Koefisien optical absorption dari beberapan macam semikonduktor. 2.4. Laser Semikonduktor Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi. Interaksi materi dengan cahaya yang diaplikasikan pada laser ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 6. Interaksi cahaya dengan materi, (a) absorpsi, (b) emisi spontan, (c) emisi terstimulasi.
  • 11. 11 Laser semikonduktor merupakan golongan laser yang sangat penting pada saat ini. Prinsip dari laser semikonduktor mirip dengan laser ruby dan laser helium-neon, yaitu ketiganya memancarkan radiasi monokromatik yang terarah. Semikonduktor laser adalah komponen yang sangat penting dalam bidang komunikasi yang menggunakan serat optik. Selain itu, laser semikonduktor banyak dimanfaatkan pada rekaman video, pembaca optik, percetakan dengan kecepatan yang tinggi. Dalam bidang teknologi, laser semikonduktor digunakan sebagai monitoring polusi udara dan spektroskopi gas resolusi tinggi. Material aktif laser semikonduktor menggunakan material semikonduktor direct-gap, sehingga semikonduktor elementer tidak dapat digunakan. Mayoritas bahan semikonduktor untuk laser merupakan kombinasi antara golongan IIIA (Al, Ga, In) dan IVA (N, P, As, Sb) yang membentuk compound III-IV seperti GaAs, InGaAsP, AlGaAs. Pada saat ini, emisi panjang gelombang laser berada pada rentang 0,3 sampai 30 μm. Beberapa jenis laser yang telah disebutkan di atas memiliki panjang gelombang sekitar 0,63 – 1,6 μm. Baru-baru ini dikembangkan laser InDaN yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang biru ( ̴ 400 nm). Disamping itu juga ada beberapa laser yang menggunakan kombinasi golongan II- VI (CdSe, ZnS) yang memancarkan panjang gelombang daerah hijau-biru. Tiga komponen terpenting dalam paduan unsur III-IV adalah GaxIn1-xAsyP1-y, GaxIn1- xAsySb1-y, dan AlxGa1-xAsySb1-y. Gambar dibawah ini memperlihatkan band gap dengan nilai konstanta lattice dari 3 paduan yang terdiri dari binary, ternary, dan quaternary compounds. Gambar 7. Energi band gap dan konstanta lattice untuk tiga sistem paduan III-IV.
  • 12. 12 Untuk meningkatkan stimulated emission pada operasi laser maka diperlukan inversi populasi. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan p-n junction dan double heterojunction. Ini berarti bahwa tingkat doping pada kedua sisi junction cukup tinggi. Ketika bias yang cukup besar diterapkan, injeksi dari pita valensi akan terjadi, konsentrasi besar dari elektro dan hole terinjeksi pada daerah transisi. Akibatnya pada Gambar 8, konsentrasi elektron akan berada pada pita konduksi sedangkan konsentrasi hole akan berada pada pita valensi. Gambar 8. Perbandingan karakteristik (a) homojunction laser, (b) double- heterojunction laser. 2.5. Light-Emitting Diodes (LED) Light-emitting diode adalah sambungan p-n yang dapat memancarkan radiasi spontan dalam ultraviolet, visible, atau daerah infrared. LED memiliki banyak aplikasi sebagai link informasi antara instrumen elektronik dan penggunanya. Selain itu, aplikasi lainnya adalah panel display di mobil, layar komputer, kalkulator, jam tangan, lampu lalu lintas, run text, dsb. Khusus untuk LED dengan radiasi infrared sangat bermanfaat dalam komunikasi serat optik. Pada saat bias maju, elektron diinjeksi dari sisi n dan hole dari sisi p (Gambar 9a). Pada daerah persambungan (junction), rekombinasi akan terjadi pada saat pn > ni2, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9b. Namun, jika desain heterojunction digunakan, efisiensi LED akan lebih ditingkatkan. Pada Gambar 9c ditunjukkan penguatan cahaya dikarenakan kelebihan pembawa (excess carriers). Desain double-heterojunction ini menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. (a) (b)
  • 13. 13 Gambar 9. (a) Bias maju yang terjadi pada p-n junction , elektron diinjeksikan dari sisi n dan bergabung dengan hole yang diinjeksi dari sisi p, (b) rekombinasi yang terjadi disekitar junction, (c) Densitas dari pembawa yang lebih besar pada double-heterojunction. Semikonduktor yang paling penting untuk aplikasi LED tercantum pada Gambar 10. Spektrumnya sebagian besar berada di daerah infrared. Untuk aplikasi layar, karena mata manusia hanya sensitif terhadap energi cahaya hv > 1,8 Ev (λ < 0,7 μm), semikonduktor harus memiliki band gap lebih besar dari nilai ini. Gambar 10. Semikonduktor yang diaplikasikan pada led termasuk fungsi luminositas relatif dari mata manusia.
  • 14. 14 AlGaAs memiliki rentang panjang gelombang dari red sampai infrared. Material ini biasa digunakan untuk LED berefisiensi tinggi. InAlGaP memiliki rentang panjang gelombang dari visible spectrum, red, orange, yellow, dan green. GaAsP memiliki rentang spektrum dari infrared sampai visible spektrum. Transisi direct-indirect bandgap terjadi pada 1,9 eV. 2.6. Photodetector Photodetector adalah perangkat semikonduktor yang dapat mendeteksi sinyal optik melalui proses elektronik. Photodetector harus memiliki sensitivitas yang tinggi, kecepatan respon yang tinggi, kebisingan yang kecil, beroperasi pada tegangan yang rendah, dan ukuran yang kecil. Operasi umum dari photodetector pada dasarnya ada tiga proses: 1. Carrier generation (pembangkitan pembawa) ketika ada cahaya yang datang; 2. Carrier transport ketika ada arus listrik; 3. Adanya sinyal output Ada dua jenis photodetector, yaitu thermal detector dan photon detector. Thermal detector mendeteksi cahaya dengan rangsangan kenaikan suhu ketika energi cahaya diserap. Detektor ini cocok untuk panjang gelombang infrared. Photon detector didasarkan pada efek fotolistrik: foton menyebabkan elektron tereksitasi dan elektron ini yang memberikan kontribusi pada photocurrent. Untuk memahami keunggulan masing-masing photodetector, terlebih dahulu dibahas prinsip kerja photodetector yang menggunakan efek fotolistrik. Efek fotolistrik didasarkan pada energi foton hv, sehingga panjang gelombang terkait dengan energi transisi ΔE yang didefinisikan oleh 𝜆 = ℎ𝑐 ΔE = 1,24 ΔE (eV) (𝜇𝑚) Persamaan diatas mengindikasikan panjang gelombang minimum untuk mendeteksi. Energi transisi ΔE dalam banyak kasus adalah band gap dari semikonduktor. Penyerapan cahaya dalam semikonduktor ditunjukkan oleh koefisien penyerapan. Gambar 11 menunjukkan pengukuran koefisien absorpsi intrinsik untuk beberapan macam photodetector. Kurva dengan garis tebal dan
  • 15. 15 garis putus-putus menunjukkan suhu 300 K dan 77 K. Untuk Ge, Si dan golongan III-V, kurva bergeser kearah panjang gelombang yang lebih panjang ketika suhu dinaikkan. Untuk beberapa senyawa IV-VI (misalnya PbSe) terjadi peningkatan bandgap dengan meningkatnya suhu. Gambar 11. Koefisien optical absorption untuk beberapa macam material photodetector. Dibawah ini beberapa contoh dari photodetector.
  • 16. 16 2.7. Solar Sel 2.7.1. Prinsip kerja solar sel Pada saat ini, sel surya memiliki banyak manfaat karena dapat memberikan daya yang tinggi dan bertahan lama. Sel surya dikembangkan karena permintaan sumber energi dunia yang meningkat sedangkan bahan bakar fosil setiap tahunnya selalu menurun. Sel surya merupakan kandidat penting bagi sumber energi alternatif yang dapat mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik dengan efisiensi yang tinggi. Hal ini menjadikan sel surya bayak diteliti karena sumber energi ini bebas polusi. Representasi skematik dari sel surya ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar tersebut terdiri dari p-n junction. Gambar 12. Skema dari silikon pada p-n junction solar sel. Refleksi permukaan cahaya dari udara (n = 1) ke semikonduktor dengan bahan silikon (n = 3,5) adalah sekitar 0,31. Ini berarti 31% dari cahaya datang yang di refleksikan dan tidak terkonversi menjadi energi listrik dalam sel surya. Ketika sel surya terkena spektrum matahari, foton yang memiliki energi kurang dari energi band gap tidak akan bisa memberikan arus sebagai outputnya. Hanya foton yang memiliki energi yang lebih besar dari energi band gap yang dapat menimbulkan arus.
  • 17. 17 Prinsip kerja sel surya berdasarkan pada efek fotovoltaik. Sel surya fotovoltaik merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik. Pada dasarnya sel tersebut merupakan suatu diode semikonduktor yang bekerja menurut suatu proses khusus yang dinamakan proses tidak seimbang (non-equibilirium process) dan berlandaskan efek fotovoltaik (photovoltaic effects). Efek fotovoltaik ini ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya tegangan ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954 peneliti menemukan untuk pertama kali sel surya silikon berbasis p-n junction dengan efisiensi 6%. Sekarang ini, sel surya silikon mendominasi pasar sel surya dengan pangsa pasar sekitar 82% dan efisiensi lab dan komersil berturut-turut yaitu 24,7% dan 15%. Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep semikonduktor p-n junction. Pada sel surya terdapat junction antara dua lapisan tipis yang terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai semikonduktor jenis p (positif) dan semikonduktor jenis n (negatif). Struktur sel surya konvensional silikon p-n junction dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Struktur sel surya silikon p-n junction dan skema kerja sel surya silikon. Semikonduktor tipe-n didapat dengan mendoping silikon dengan unsur dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron valensi dibanding atom sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan doping oleh golongan III sehingga elektron valensinya defisit satu dibanding atom sekitar. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari
  • 18. 18 tipe-p menuju tipe-n dan difusi elektron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih negatif pada batas tipe-p. Batas tempat terjadinya perbedaan muatan pada p-n junction disebut dengan daerah deplesi. Adanya perbedaan muatan pada daerah deplesi akan mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan laju difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya arus drift. Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada semikonduktor p-n junction. tersebut. Ketika junction disinari, photon yang mempunyai energi sama atau lebih besar dari lebar pita energi material tersebut akan menyebabkan eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam material sehingga menghasilkan pasangan elektron hole. Apabila ditempatkan hambatan pada terminal sel surya, maka elektron dari area n akan kembali ke area-p sehingga menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir. Skema cara kerja sel surya silikon ditunjukkan pada Gambar 13. 2.7.2. Dye-sensitized Solar Cells (DSSC) Tingginya efisiensi konversi energi surya menjadi listrik dari DSSC merupakan salah satu daya tarik berkembangnya riset mengenai DSSC di berbagai negara akhir-akhir ini, selain dari proses produksi yang simpel dan biaya produksi yang murah. Beberapa hasil penelitian dari peneliti-peneliti DSSC. Di Indonesia sendiri penelitian tentang DSSC telah banyak dilakukan seperti oleh Septina dkk pada tahun 2007, Penelitian tersebut dilakukan dengan metode nanopori TiO yaitu sol-gell dan sebagai bahan dye digunakan buah delima. Hasil yang didapatkan adalah tegangan listrik sebesar 162,4 mV dari prototipe DSSC tersebut dengan intensitas penyinaran pada siang hari. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium
  • 19. 19 transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari nanopartikel TiO2 , molekul dye yang teradsorpsi di permukaan TiO, larutan elektrolit dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca konduktif, seperti terlihat pada Gambar 14. Gambar 14. Struktur Dye-sensitized Solar Cells Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) biasanya ITO, yang berfungsi sebagai elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I-/I3- (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh lapisan tipis TiO2 yang mana dye teradsorpsi di lapisan TiO . Dye yang umumnya digunakan yaitu jenis ruthenium complex.
  • 20. 20 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Photonic devices atau perangkat fotonik adalah perangkat yang memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel sedangkan alat yang tergabung dalam photonic devices adalah LED, LASER, photodetector, dan sel surya. 2. Secara umum prinsip kerja dari photonic devices adalah adanya p-n junction dari semikonduktor yang diberi rangsangan berupa cahaya atau panas. 3. Photonic devices banyak dimanfaatkan dalam teknologi komunikasi, seperti penggunaan serat optik; teknologi industri, seperti LED dan LASER; dan ketersediaan energi, seperti solar sel. 4. Jenis material yang digunakan adalah material semikonduktor seperti Si, Ge (semikonduktor murni) dan GaAs, CdTe, AlGaA, InAlGaP (semikonduktor ekstrinsik). 5. Dye-sensitized Solar Cells (DSSC) adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan
  • 21. 21 DAFTAR PUSTAKA http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30056/4/Chapter %20II.pdf (diunduh pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 13.20) Sze, S.M., and M.K. Lee, “Semiconductor Devices Physics and Technology”, in Light Emitting Diodes, Lasers, Photodetectors, and Solar Cells, Taiwan: John Wiley & Sons, INC., 2010, pp.280-356. Sze, S.M., and K.K. Ng, “Physics of Semiconductor Devices”, in LEDs, Lasers, Photodetectors, and Solar Cells, Taiwan: John Wiley & Sons, INC., 2007, pp.601-742.