3. Selir ingin menggantikan jadi permaisuri.
Untuk melancarkan rencananya selir berkomplot
dengan tabib istana. Selir berpura-pura sakit
parah, maka tabib istana pun dipanggil Raja untuk
mengobati.
Setelah memeriksa, tabib mengatakan bahwa
ada racun yang terminum oleh tuan putri selir.
“Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda,”
kata tabib setengah berbisik. Baginda pun murka
dan segera memerintahkan patih mengusir
permaisuri dan membawanya ke hutan untuk
dibunuh.
4. Dengan taat Sang Patih membawa
permaisuri yang sedang mengandung itu ke
hutan belantara. Hanya saja Patih yang
bijak tidak mampu membunuh sang
permaisuri.
Dalam hatinya Sang Patih mengetahui
niat jahat istri selir. “Tuan putri terpaksa
saya tinggalkan di hutan, hamba mohon
maaf tidak bisa menemani, dan hamba
akan melapor sudah membunuh tuan Putri,”
kata patih. Untuk mengelabui, sang patih
melumuri pedangnya dengan darah kelinci.
5. Bulan demi bulan berlalu. Permasuri yang tinggal
di hutan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia
diberi nama Cindelaras
6. Suatu hari ketika sedang bermain, seekor
rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam.
Cindelaras mengambil dan menetaskannya.
7. Cindelaras memelihara anak ayam hingga ia
tumbuh jadi ayam jantan yang gagah dan kuat.
Anehnya, kokok ayam itu berbeda, “Kukuruyuk…
Tuanku Cindelaras, rumah di tengah alas,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra.”
8. Cindelaras memperlihatkan kokok ayam
jago itu pada ibunya dan minta diceritakan
mengapa mereka tinggal di hutan. Demi
mendengar cerita ibunya, Cindelaras
bertekad mendatangi istana.
Cindelaras pun pergi ke istana ditemani
ayamnya. Dalam perjalanan, saat menjumpai
sekelompok orang menyabung ayam,
Cindelaras ditantang ikut adu ayam. Meski
diadu beberapa kali ayam Cindelaras tidak
terkalahkan.
9. Raden Putra pun mendengar berita itu dan
memerintahkan hulubalang mengundang Cindelaras.
Ayam pun ditarungkan. Dalam waktu singkat ayam
Cindelaras berhasil menaklukkan ayam Raja
10. “Baiklah aku tepati janjiku. Tapi siapakah
engkau sebenarnya?” Tidak berapa lama,
“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya
di tengah alas, atapnya daun kelapa,
ayahnya Raden Putra,” begitu kokoknya
berulang-ulang.
Raden Putra terperanjat, “Benarkah
itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar
Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu
hamba permaisuri Baginda.”
11. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan
Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah
Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras
menggantikan kedudukan ayahnya. Ia
memerintah negerinya dengan adil, bijaksana,
penuh wibawa dan tiada cela.