SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
KONSEP MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAU-BAU
DI SUSUN OLEH :
MUUMIN MUUZI / 4515042006
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASAR
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.3 Ruang Lingkup (Wilayah dan Substansi)
BAB II GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI
2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Cakupan Sistem Transportasi Laut
2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi Laut
2.1.2 Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut
2.2 Peraturan Kebijakan Tentang Transportasi Laut
BAB III KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH
3.1 Profil Wilayah Kasus (Contoh Mks atau daerah lain)
3.2 Keterkaitan Komponen Sistim Transportasi
3.3 Isu dan Persoalan
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Solusi & Pemecahan Masalah
4.2 Keterkaitan Sistim
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Terdiri dari 17.000 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke atau sepanjang jarak antara London menuju Siberia.
Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut tentunya dibutuhkan sarana transportasi laut yang
handal untuk mampu melayani berbagai aktivitas masyarakat di seluruh pulau di Indonesia.
Namun, berdasarkan data yang diungkapkan oleh Sekertariat DPR RI (Wirabrata; 2013)
mengatakan bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam sector transportasi laut di
Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta bahwa masih rendahnya dukungan infrastruktur
yang mampu menopang kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Infrastruktur di Indonesia yang
masih belum memadai dapat kita lihat baik dari segi kualitas maupun kuantitas, diantaranya
masih belum tersedianya hub port, serta kurangnya kualitas serta kuantitas sumber daya manusia
dalam sector ini. Selain itu, banyak pelabuhan di Indonesia juga belum mendukung tercapainya
kondisi transportasi laut yang ideal, seperti halnya yaitu pelabuhan Murhum yang terdapat di
Kota BauBau.
Kota BauBau merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang
masuk dalam nomor urut ke dua kota terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota BauBau juga
merupakan kota yang menjadi titik simpul pusat perdagangan di daerah Kepulauan Buton yang
mampu melayani semua kebutuhan dari seluruh daerah-daerah yang berada disekitarnya seperti
Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Utara,
Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kab. Bombana terkhusus di daerah Pulau kabaena, dan
berbagai kabupaten-kabupaten lain yang berada disekitarnya.
Melihat letak geografis Kota BauBau sendiri yang berada di tengah-tengah Negara Indonesia,
tidak heran apabila ia menjadi simpul pusat perdagangan dan jasa di Kepulauan Buton.
Sebenarnya bukan hanya itu saja potensi yang dimiliki dari letak geografis Kota BauBau,
melainkan ia juga menjadi kota yang menghubungkan antara Kawasan Barat dan Kawasan
Timur Indonesia dengan didukung oleh adanya salah satu pelabuhan regional yang dikelola oleh
PT. PELINDO yang menjadi salah satu dari alur transportasi laut di Indonesia.
Jika kita lihat dari nilai historikal sejarah, Menurut Pires pelayaran orang Portugis menuju ke
Maluku tidak melalui pantai Jawa, melainkan melalui Singapura ke Borneo, ke Pulau Butun
(Buton) lalu ke Maluku. Jalur ke kepualauan Maluku itu dikenal sebagai jalur yang paling baik
dan cocok (Cortesao,1944). Sebelum kedatangan VOC memang ada tiga jalur perdagangan dan
pelayaran rempah-rempah di sulawesi tenggara. Ketiga jalur itu adalah Burhanuddin, 1978) :
 Jalur Makassar - Selat Tiworo - Wawonii - Bungku (Tombuku) – Banggai - Ternate;
dengan kemungkinan singgah diselayar, sinjai, Kabaena, poleang/Rumbia, Tinanggea,
Moramo, Kendari.
 Jalur Makassar – Baubau - Lohia (Muna) – Wawonii – seterusnya Bungku - Banggai -
Ternate.
 Jalur Makassar – Baubau – Wakatobi – Buru – Ambon - Banda.
Dalam deskripsi Schrieke (1955) menyebutkan bahwa dalam pelayaran nusantara Pelabuhan
Murhum merupakan salah satu mata rantai pelayaran dan perdagangan yang terkait dari
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga maluku dan Pilipina. Dari sini
sebenarnya peran pelabuhan Baubau merupakan penghubung antara wilayah barat dengan
wilayah timur Indonesia. (La Malihu : 1998).
Dengan melihat besarnya potensi yang dimiliki oleh Kota BauBau dengan adanya Pelabuhan
Murhum yang masuk dalam alur pelayaran laut Indonesia yang menghubungkan antara Kawasan
Barat dan Kawasan Timur Indonesia dan dikaitkan dengan kondisi eksisting Pelabuhan Murhum
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
dilapangan sekarang ini sangat-sangat disayangkan, potensi yang dimiliki tidak sebanding
dengan kondisi pelabuhan Murhum yang hampir Over Load sekarang ini, dimana daya tampung
dari perlabuhan sudah hampir memenuhi kapasitas. Dan ini akan menyebabkan menurunya
efektifitas kinerja semua kegiatan yang terdapat pada pelabuhan khususnya dan Kota BauBau
pada umumnya seperti menghambat pertumbuhan ekonomi, memicu terjadinya disparitas antar
wilayah, terhambatnya mobilitas penduduk dan distribusi barang dan jasa untuk Kota BauBau
maupun untuk daerah-daerah disekitarnya, dan lain sebagainya.
Melihat permasalahan tersebut, maka dalam pembuatan karya ilmiah kali ini saya akan
mencoba mengangkat terkait dengan contoh kasus Pelabuhan Murhum yang terdapat di Kota
BauBau, sehingga pada output dari pembuatan karya ilmiah ini dapat melahirkan sebuah konsep
menejemen transportasi moda angkutan laut yang dapat menyelesaikan permasalahan Pelabuhan
Murhum yang terdapat di Kota BauBau.
1.2 Tujuan Dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam pembuatan karya ilmiah yang
mengangkat contoh kasus Pelabuhan Murhum di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara ini
ialah :
1. Merumuskan konsep pengembangan Pelabuhan Murhum BauBau dari segi kapasitas dan
kualitas sehingga mampu lebih mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan
pekerjaan, memperlancar mobilitas penduduk serta distribusi barang dan jasa di Kota
BauBau dan daerah-daerah disekitarnya untuk mencegah terjadinya disparitas antar
wilayah di Kepulauan Buton.
2. Menggunakan kebijakkan yang mengatur tentang konsep pengembangan pelabuhan
untuk dijadikan sebagai dasar dalam mengembangakan Pelabuhan Murhum
sehingga dapat mengantisipasi terjadinya penurunan efektifitas dan kinerja dari
Pelabuhan Murhum BauBau.
1.3 Ruang Lingkup (Wilayah dan Substansi)
Dalam pembuatan karya ilmiah kali ini ruang lingkup yang menjadi batasan-batasan dalam
pembahasannya yaitu mencakup lokasi studi yang berada pada Kota Baubau, dimana Kota
Baubau ini merupakan kota yang memiliki status sebagai Kawasan Strategis Provinsi untuk
Perdagangan dan Jasa di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penetapan Kota Baubau sebagai KSP di
Sulawesi Tenggara karena ia memiliki satu pelabuhan yang sangat strategis yang dikenal dengan
nama Pelabuhan Murhum BauBau.
Peranan Pelabuhan Murhum Baubau pada alur pelayaran transportasi laut di Indonesia yang
menjadi pintu gerbang untuk menuju di kawasan timur indonesia yang dikaitkan dengan
Keterkaitan sub sistem transportasi pada sistem transportasi laut akibat dari kondisi Pelabuhan
Murhum Baubau yang hampir Over Load (daya tampung dan daya dukung dari pelabuhan yang
melebihi kapasitas), sehingga diperlukan konsep menejemen pengembangan dan peningkatan
kualitas dari Pelabuhan Murhum itu sendiri.
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
BAB II
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI
2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut
2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi Laut
Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari bentuk sistem transportasi yang
menjadi simpul jaringan transportasi baik untuk lokal, regional, nasional dan internasional
yang memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan suatu wilayah baik dari
aspek sosial, ekonomi, dan berbagai aspek-aspek lainnya yang terdapat dalam suatu
wilayah.
Di indonesia sendiri transportasi laut memiliki peranan yang penting karena mengingat
negara Indonesia merupakan negara kepualaun yang terdiri atas gugusan pulau-pulau besar
dan kecil yang berjejer dari sabang hingga merauke. Disisi lain juga transportasi laut
merupakan urat nadi perekonomian Indonesia, karena jika transportasi laut terganggu maka
perekonomian nasional juga akan terganggu. Dari uraian tersebutlah dapat kita ketahui
betapa pentinggnya peranan transportasi laut untuk mendorong pertumbuhan nasional di
Indonesia.
2.1.2 Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut
Sistem transportasi laut memiliki ruang lingkup yang luas seperti halnya sistem
transportasi-transportasi lainnya yang tercakup dalam sistem transportasi secara makro
seperti sistem trasnportasi darat, sistem transportasi udara dan kereta api. Adapaun cakupan
sub-sub sistem yang tercakup dalam sistem transportasi laut khususnya kepelabuhanan
yaitu meliputi :
- Sistem Aktivitas
- Sistem Jaringan
- Sistem Perkerakan
- Sistem Lingkungan/Regulasi
1. Adapun subtasnsi-subtansi yang terdapat pada sistem aktivitas transportasi laut itu
sendiri adalah :
- Pola pergerakan manusia/bar ang
- Keterkaitan fisik wilayah & antar zona
2. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem Jaringan transportasi laut itu
sendiri adalah :
- Tatanan Kepelabuhanan dan
- Alur Pelayaran.
3. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem Pergerakan transportasi laut itu
sendiri adalah :
- Moda angkutan laut dan Penyeberangan
- Sarana dan prasarana pelabuhan, dll
4. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem lingkungan/regulasi transportasi
laut itu sendiri adalah :
- Draf regulasi penyelenggaraan transportasi
- Komponen institusi sektor
Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang
kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk melancarkan kegiatan
usaha di pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok
dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap
kegiatan pelabuhan itu sendiri. Perencanaan Pelabuhan Fasilitas pokok pelabuhan terdiri
dari :
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
a. Alur Pelayaran
Alur pelayaran dalam istilah kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa daerah
yang dilalui kapal sebelum masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah
pelabuhan sendiri dibatasi oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua
pelabuhan yang diusahakan ada aturan bahwa setiap kapal yang masuk ke
daerah alur pelayaran harus membayar Jasa Labuh (biaya berlabuh di
wilayah pelabuhan).
b. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang digunakan
untuk bersandarnya kapal.
c. Penahan Gelombang
Penahan gelombang (breakwater) merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang
dibangun dengan bahan batu kali dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan
yang berbentuk tertentu seperti tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding
tegak (caison).
d. Dermaga
Sarana-sarana tambatan adalah sarana dimana kapal kapal bersandar untuk memuat
dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang-
penumpang. Yang dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga (quaywalls),
pelampung tambatan (mooring piles), piled piers, ponton-ponton, dermaga-dermaga
ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel (slipways).
Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari :
1) Gudang
Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang
berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dibedakan berdasarkan
jenis ( lini-I, untuk penumpukan sementara dan lini-II sebagai tempat untuk
melaksanakan konsolidas/distribusi barang ). Penggunaan gudang khusus
untuk menyimpan barang-barang berbahaya, gudang CFS untuk stuffing/stripping.
2) Lapangan penumpukan
Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk
menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah
dibongkar dari kapal.
3) Terminal
Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukkan sebagai tempat kegiatan
pelayaran bongkar/muat barang atau petikemas dan atau kegiatan naik/turun
penumpang di dalam pelabuhan. Jenis terminal meliputi terminal petikemas, terminal
penumpang dan terminal konvensional.
4) Jalan
Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki,
yang menghubungkan antara terminal/ lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya
adalah memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.
2.2 Peraturan Kebijakan Tentang Transportasi Laut
Pengangkutan menurut Purwosutjipto adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran, Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau
memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Pada Pasal 1 Angka 4
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
dan 5 disebutkan bahwa Angkutan Laut Khusus adalah kegiatan angkutan untuk melayani
kepentingan usaha sendiri dalam menunjang usaha pokoknya, sedangkan Angkutan Laut
Pelayaran-Rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik
tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan menggunakan kapal layar, kapal
layar bermotor, dan/atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu.
Pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan,
diatur tentang angkutan laut sebagai berikut:
(2) Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan
angkutan laut.
(3) Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut yang dilakukan di wilayah
perairan Indonesia yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut nasional.
(4) Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan atau terminal
khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri ke pelabuhan luar negeri atau dari
pelabuhan luar negeri ke pelabuhan atau terminal khusus Indonesia yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut.
Adapun landasan hukum sekaligus kebijakan-kebijakan dan Dasar Hukum yang mengatur
tentang sistem transportasi laut yaitu meliputi :
Dasar Hukum Pengangkutan Laut, diatur di dalam:
1. KUH Dagang yaitu pada:
a. Buku II Bab V Tentang perjanjian carter kapal
b. Buku II Bab VA Tentang Tentang Pengangkutan barang-barang
c. Buku II Bab V B Tentang Pengangkutan Orang.
2. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 Tentang kepelabuhan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di
Perairan
e. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan dan
Penguasaan Angkutan Laut.
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
BAB III
KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH
3.1 Profil Wilayah Kota BauBau
Kota BauBau merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi
Tenggara yang memiliki letak yang sangat strategis secara geografis yaitu merupkan
kota yang masuk dalam alur transportasi laut yang terdapat di indonesia sehingga
mampu menghubungkan semua daerah-daerah yang terdapat di Kawasan Barat dan
Kawasan Timur Indonesia. Berikut merupakan penjabaran dari profil wilayah Kota
BauBau.
3.1.1 Letak Geografis
Ditinjau dari segi geografis, Kota Baubau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian
selatan Pulau Buton, Kota Baubau memanjang dari Utara ke Selatan berada diantara
5021’ - 5030’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122030’ –
122045’ Bujur Timur. Secara administratif, Kota Baubau memiliki batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Kapontori dan Kabupaten Buton
 Sebelah Timur : Kec. Pasarwajo dan Kabupaten Buton
 Sebelah Selatan : Kec. Batauga dan Kabupaten Buton
 Sebelah Barat : Selat Buton
Luas wilayah Kota Baubau adalah 221,00 km2 . Luas wilayah tersebut terbagi
kedalam 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Betoambari 27,89 km2, Kecamatan Murhum
4,90 km2, Kecamatan Batupoaro 1,55 km², Kecamatan Wolio 17,33 km2, Kecamatan
Kokalukuna 9,44 km2, Kecamatan Sorawolio 83,25 km2, Kecamatan Bungi 47,71 km2
dan Kecamatan Lea-Lea 28,93 km2.
Tabel 3.1
Luas Wilayah menurut Kecamatan Kota Baubau Tahun 2017
Kecamatan
Luas Wilayah
(km2)
Persentase
(% )
Betoambari 27,89 12,62
Murhum 4,90 2,22
Batupoaro 1,55 0,70
Wolio 17,33 7,84
Kokalukuna 9,44 4,27
Sorawolio 83,25 37,67
Bungi 47,71 21,59
Lea-Lea 28,93 13,09
Kota Baubau 221,00 100,
00Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
3.1.2 Topografi dan Kemiringan Lereng
Kondisi topografi daerah Kota Baubau pada umumnya memiliki permukaan yang
bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan 0-8% adalah kawasan yang berada dibagian Utara dan Barat wilayah Kota Baubau,
semakin ke timur kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan yang
membentang dari Utara ke Selatan. Di antara gunung dan bukit–bukit terbentang dataran
yang merupakan daerah potensial untuk mengembangkan sektor pertanian.
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting dalam
penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kota
Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa dataran yang termasuk
dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar antara 15–40% dan kelerengan
sebagian tempat di atas 40% serta beberapa bagian wilayah dengan kelerangan antara 2–
15% yang terdapat di Kecamatan Murhum dan Kecamatan Bungi. Kelerangan yang
cukup tinggi merupakan limitasi dalam pengembangan pusat-pusat permukiman Kota
Baubau terutama ke arah Selatan, pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15%
dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan.
3.1.3 Geologi dan Jenis Tanah
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya dari Pulau
Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah Timur Laut – Tenggara
dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat Laut – Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota Baubau yang
berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang kompleks. Hal ini
dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat pengaruh struktur
geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di wilayah Kota Baubau pada
umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar
Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl)
terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan
Sedimen (S) menempati sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra
Basa (Ub) yang hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan
bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil, begitu pula dengan
kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis Kawasan Pelabuhan
Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga terlindungi dari pengaruh
gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa pesisir yang terkena arus
gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka panjang yang meruntuhkan
tebing-tebing pantai tersebut.
Beberapa variabel untuk menentukan penilaian kesesuaian lahan/kemampuan tanah
untuk mendukung aktivitas di atasnya antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, luas
wilayah berdasarkan limitasi/daerah permbatas. Jenis tanah di Kota Baubau pada
umumnya sama dengan jenis tanah di Kabupaten Buton (terutama wilayah yang berada di
Pulau Buton), yaitu didominasi oleh pedzolik merah kuning dan mediteran yang
memerlukan perlakuan khusus bila dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan tekstur tanahnya, 90,89% adalah tanah dengan tekstur sedang dan sisanya
yaitu 6,20% bertekstur kasar dan 2,91% bertekstur halus. Oleh karena itu, wilayah Kota
Baubau cocok untuk pengembangan permukiman perkotaan dan semua aktivitas
pendukungnya.Limitasi pengembangan pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu
berupa tutupan batu seluas 18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya
erosi yaitu seluas 377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di
Kecamatan Sorawolio seluas 304 Ha.
Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif antara 30-90
cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi pengembangan
permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas wilayah dengan kedalaman
efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha
atau 15,05% yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk
kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah
wilayah dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901
Ha (76,96%).
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
3.1.4 Hidrologi
Kota Baubau memiliki sebuah sungai yang besar yaitu sungai Baubau. Sungai tersebut
melewati Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Kecamatan Batupoaro. Sungai
tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga
listrik, pertanian, perikanan, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan pariwisata.
Keadaan hidrologi di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang
berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi yang teramati
meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam wilayah Kota Baubau.
 Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari aliran air
Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau membagi wilayah
Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Betoambari dan sungai ini bermuara
di Selat Buton. Di samping itu juga terdapat sumber air bersih PDAM yang
menggunakan sumber air baku dari Sungai Bungi dan mata air dari Kaongke-
Ongkea di Kecamatan Sorawolio.
 Air Tanah Dalam; Selain air permukaan, sumber air yang dapat dimanfaatkan
untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air tanah dalam dengan tingkat
kedalaman 40 – 80 meter. Kondisi air tanah di Kota Baubau umumnya dipengaruhi
oleh sumber air yang berasal dari mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa
mata air yang berasal dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air
mengalir sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata
air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik begitu juga
dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.
3.1.5 Iklim
Keadaan iklim di daerah Kota Baubau umumnya sama dengan daerah lain
disekitarnya yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Mei dan Desember, pada bulan – bulan
tersebut angin barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak
uap air, musim kemarau terjadi mulai bulan Juni sampai bulan November, pada bulan –
bulan ini angin timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air.
Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari, pada tahun 2016
terjadi hari hujan sebanyak 147 dengan curah hujan 1.878 mm, kondisi ini meningkat jika
dibandingkan dengan hari hujan dan curah hujan tahun sebelumnya yang mencapai 130
hari dan 1.832,6 mm. Curah hujan tertinggi di tahun 2016 terjadi pada bulan Mei sebesar
321 mm sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 3 mm.
Tabel 3.2
Hari Hujan Dan Curah Hujan Kota Baubau Tahun 2017
Bulan Hari Hujan
(Hari Hujan)
Curah Hujan
(mm)
Januari 19 176
Pebruari 18 162
Maret 10 109
April 7 156
Mei 21 321
Juni 15 157
Juli 15 246
Agustus 1 3
September - -
Oktober 6 20
Nopember 14 241
Desember 21 287
Jumlah 147 1.878
Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
3.1.6 Penggunaan Lahan
Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan atas
penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban (rural). Jenis
penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan, industri, pergudangan,
sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non urban meliputi sawah, tambak,
kebun campuran, padang rumput, semak, dan hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban)
cenderungan berada di kota bawah di sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan
pertanian masih mendominasi penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Penggunaan lahan tahun 2016 meliputi jenis penggunaan tanah sawah, bangunan dan
pekarangan, tanah tegalan/ kebun, tanah ladang/huma, tanah padang rumput, tanah rawa
yang tidak ditanami, tambak/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, tanaman
kayukayuan, hutan negara, perkebunan, dan lainnya. Dari rincian jumlah tersebut pada
tahun 2016 penggunaan yang terluas adalah hutan negara seluas 8.012 ha dari 22.100 ha
seluruh luas penggunaan tanah di Kota Baubau. Kemudian terluas kedua adalah tegal/
tanah perkebunan seluas 3.289 ha. Ketiga adalah lainnnya seluas 2.938 ha.
Tabel 3.3
Luas Lahan Menurut Penggunannya Tahun 2015-2017 (Ha)
No Penggunaan Lahan
Tahun
2015 2016 2017
1 Tanah sawah 1 147 1 326 1 440
2
Pekarangan untuk bangunan
dan halaman sekitarnya
2 115 2 906 1 709
3 Tegal/kebun 3 002 2 855 3 289
4 Ladang/huma 1 293 1 293 1 084
5 Padang rumput 494 373 409
6 Rawa yang tidak ditanami 48 31 67
7 Tambak, kolam, tebat, empang 67 59 35
8
Lahan yang sementara tidak
diusahakan
481 502 628
9
Lahan tanaman kayu-kayuan
hutan rakyat
984 683 718
10 Hutan negara 9 889 9 828 8 012
11 Perkebunan Rakyat 1 954 1729 1 771
12 Lainnya 626 2 244 2 938
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Peta 3.1
Administrasi Kota BauBau
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
3.1.7 Aspek Kependudukan
Sumber daya manusia menupakan suatu potensi penting dalam pengembangan suatu
wilayah. Karasteristik kependudukan/aspek kependudukan dalam proses pembangunan
merupakan indikator utama dalam pembangunan karena kedudukannya selain sebagai
aktor juga sebagai objek pembangunan itu sendiri. Hal ini memperlihatkan pentingkan
peningkatan sumber daya manusia guna mengembangkan wilayah serta meningkatkan
kualitas wilayah secara umum. Dengan pertimbangan itu, maka peningkatan kulaitas
sumberdaya manusia tersebut harus tetap menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan dimasa yang akan datang.
Penduduk Daerah Kota Baubau berdasarkan buku dalam angka tahun 2016, diperoleh
penduduk Kota Baubau adalah sebesar 145.427 jiwa dengan Luas Kota Baubau adalah
221,00 km2 . Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kepadatan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk Kota Baubau tahun 2016 sebesar
658 jiwa/km2. Kecamatan Batupoaro memiliki kepadatan paling tinggi yaitu 17.731
orang/km², sedangkan Kecamatan Sorawolio dengan luas wilayah terbesar justru
memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 91 orang / km². Tingkat Kepadatan penduduk
Kota Baubau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau Tahun 2017
Kecamatan
Luas Wilayah
(km2) Penduduk
Kepadatan
(Jiwa/km2)
Betoambari 27,89 17 286 620
Murhum 4,90 20 447 4 172
Batupoaro 1,55 27 483 17 731
Wolio 17,33 40 312 2 326
Kokalukuna 9,44 17 767 1 882
Sorawolio 83,25 7 561 91
Bungi 47,71 7 533 158
Lea-Lea 28,93 7 038 243
Kota Baubau 221,00 145,427 658
Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
3.2 Keterkaitan Komponen Sistim Transportasi
Sistem transportasi merupakan suatu proses perpindahan penduduk, barang dan jasa dari titik
asal ke titik tujuan dengan menggunakan moda angkutan tertentu dan dengan maksud dan
tujuan tertentu. Dalam sistem transportasi sendiri terdapat beberapa sub sistem yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dalam mendukung terwujudnya sistem transportasi yang baik.
Adapun komponen sub sistem tersebut adalah sub sistem aktivitas, sub sistem jaringan, sub
sistem pergerakan dan sub sistem lingkungan/kelembagaan.
Keterkaitan antara masing-masing sub sistem yang terdapat dalam sistem transportasi
memiliki hubungan fungsi yang sangat erat dimana ketika terjadi suatu permasalahan dalam
sistem transportasi itu sendiri, selalunya akan kembali kepada sistemnya untuk dapat
menyelesaikan permaslahan yang tengah dihadapi. Adapaun contohnya keterkaitan antara sub-
sub sistem transportasi dapat kita lihat pada gambar berikut.
Sistem
Kegiatan
(SK)
Sistem
Jaringan
(SJ)
Sistem
Pergerakan
(SP)
Sistem Kelembagaan
(SKL)
- Legal
- Organisasi
- Sumberdaya isnani
- Dana
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Keterkaitan antra komponen sistem transportasi sudah sangat jelas dipaparkan pada gambar
diatas dimana dapat kita analogikan bahwa semakin besar/tinggi kuantitas dan kualitas sistem
kegiatan dan sistem jaringan, makin tinggi pula kuantitas dan kualitas sistem pergerakan.
Misalnya makin besar kota serta semakin makin tinggi pendapatan perkapita penduduknya dan
makin luas jangkauan layanan angkutan umum serta makain tinggi kualitas layanannya, maka
makin besar pula jumlah pergerakan, makin terpusat pergerakan pada jam puncak, makin jauh
jarak perjalanan. Sebaliknya makin besar/tinggi kuantitas dan kualitas sistem pergerakan, maka
makin besar pula dampaknya terhadapsistem kegiatan dan sistem jaringan. Misalnya makin
tinggi jumlah pergerakan, maka makin tinggi pula kemungkinan kawasan perdaganan, dan
sebaliknya jaringan jalan makin cepat ruasak serta kapasitas makin cepat terlampaui.
3.3 Isu dan Persoalan
Pada dasarnya sistem transportasi yang terdapat disuatu wilayah, tidak pernah terlepas dari
sebuah persoalan, yang pada umumnya disebabkan oleh faktor terus bertambahnya jumlah
penduduk dalam suatu wilayah dan kegiatan sosial ekonomi yang ada di dalamnya.
Berbicara terkait dengan masalah sistem transportasi, tidak ada solusi lain yang bisa
diberikan terkecuali satu-satunya kata kunci yaitu selalu kembali ke sistem, dimana di dalam
sistem ini mengandung dan menjabarkan cakupan-cakupan yang terdapat dalam sistem
transportasi itu sendiri seperti contohnya adalah unsur-unsur yang tercakup dalam sistem
aktivitas seperti besarnya arus pergerakan pedduduk, moda angkutan yang digunakan, dan lain
sebagainya.
Pada sistem transportasi laut sendiri, permasalahan-permasalahan yang terdapat didalamnya
juga dapat diselesaikan apabila kita selalu kembali ke sistem untuk mencari kunci dan akar dari
permasalahan yang tengah kita hadapi, karena disitulah kita akan menemukan faktor utama
penyebab dan bagaimana konsep yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada. Seperti halnya permasalahan sistem transportasi laut yang terdapat di Kota Baubau
lebih tepatnya lagi di Pelabuhan Murhum Baubau.
Di Pelabuhan Murhum Baubau sendiri permasalahan yang terjadi adalah terkait dengan
sistem aktivitas dan sistem jaringan yang berdampak terhadap sistem pergerakan yang mulai
terganggu. Adapun permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam kedua sistem kegiatan
dan sistem jaringan ini adalah seperti:
1. Sistem Aktifitas :
- Lamanya proses bongkar muat barang dan jasa yang tidak sesuai dengan besarnya
arus distribusi barang dan jasa itu sendiri, dimana proses bongkar 1 kapal saja dapat
memakan waktu hampir 2 hari.
- Tingginya angka mobilitas penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah
sehingga berdampak terhadap semakin menurunya efektifitas dari kegiatan
pelabuhan akibat dari tidak adanya peningkatan kualitas dan kapasitas dari
pelabuhan itu sendiri.
2. Sistem Jaringan :
- Kapasitas dan daya tampung dari pelabuhan sudah over load sehingga proses
bongkar muat barang dan jasa menjadi terhambat.
- Sarana dan parasarana di Pelabuhan yang masih belum memadai untuk mendukung
kegiatan proses bongkar muat barang dan jasa.
Berikut merupakan visualisasi Pelabuhan Murhum Baubau beserta visualisasi besarnya
jumlah pergerakan penduduk yang memanfaat sistem transportasi laut di Kota Baubau. Untuk
lebih jelasnya adalah sebagaimana pada gambar berikut :
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Visualisasi Pelabuhan Murhum Baubau
1 2
Gambar 1. Pelabuhan Murhum secara Utuh Gambar 2. Besarnya Arus Pergerakan Penduduk di
Pelabuhan Murhum
3
Gambar 4.Kondisi Proses Bongkar Muat Barang Atas Kapal
Ke Mobil Pengangkut di Pelabuhan Murhum Baubau
Gambar 5. Kondisi berlabuhnya kapal kontainer yang
bergabungdengan kapal-kapal penumpang superjet kecil
4
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Peta 3.2
Rute Pergerakan Kapal Pelni di Indonesia Yang Melintasi
Dan Berlabu Di Pelabuhan Murhum Baubau
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Solusi & Pemecahan Masalah
Pelabuhan dapat berperan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan,
dan industri dari wilayah pengaruhnya. Namun pelabuhan tidak menciptakan kegiatan tersebut,
melainkan hanya melayani tumbuh dan berkembangnya kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan
seperti itulah yang meningkatkan peran pelabuhan dari hanya sebagai tempat berlabuhnya kapal
menjadi pusat kegiatan perekonomian. Secara prinsip hubungan kegiatan pembangunan oleh
manusia di laut tidak dapat dipisahkan dengan di pantai bahkan di darat seluruhnya. Pelabuhan
menjadi sarana bangkitnya perdagangan antar pulau bahkan perdagangan antar negara,
pelabuhan pada suatu daerah akan lebih menggairahkan perputaran roda perekonomian,
berbagai jenis usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan usaha skala
internasional, harga-harga berbagai jenis produk akan lebih terjangkau mulai dari produksi
dalam negeri sampai dengan luar negeri.
Dengan melihat kondisi Pelabuhan Murhum Baubau sekarang ini, dan dikaitkan dengan
betapa pentingnya peran pelabuhan yang telah dijelaskan diatas maka bisa dikatakan bahwa
Kota Baubau dan wilayah sekitarnya akan mengalami penurunan pertumbuhan kegiatan
ekonomi, perdagangan dan industi, serta akan berdampak terhadap munculnya berbagai
masalah-masalah sosial seperti meningkatnya angka pengangguran, meningkatnya angka beban
tanggungan, dan berbagai permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Untuk itu, dengan
melihat betapa besarnya dampak yang akan diberikan apabila permasalahan ini terus dibiarkan
begitu saja, maka dari itu dalam kesempatan ini saya ingin mencoba menawarkan sebuah
konsep yang setidaknya bisa digunakan untuk meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan
terjadi serta dapat menyelesaikan permasalahan terkait dengan sistem transportasi moda
angkutan laut Pelabuhan Murhum Baubau. Adapun tawaran konsep/solusi yang sata tawarkan
ialah “Peningkatan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional
Menjadi Pelabuhan Nasional”
4.2 Keterkaitan Sistim
Dengan melihat permasalahan yang terjadi di Pelabuhan Murhum Baubau yang terkait
dengan sistem Aktifitas dan sistem jaringan dimana permasalahan tersebut telah dijabarkan dan
dikaitkan secara keterkaitan sistem seperti yang telah dijabarkan diatas, seperti diantaranya
adalah lamanya proses bongkar muat barang dan jasa yang tidak sesuai dengan besarnya arus
distribusi barang dan jasa itu sendiri, dimana proses bongkar muat barang dari satu (1) unit
kapal saja dapat memakan waktu hampir 2 hari akibat dari kondisi pelabuhan yang telah over
load dan peralatan bongkar muat barang yang sudah tidak begitu memadai lagi karena sebagian
besar menggunakan tenaga buruh (manusia).
Untuk itulah dari permasalahan yang sudah dijabarkan diatas maka saya mencoba
menawarkan sebuah konsep yang sekiranya dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di Pelabuhan Murhum Baubau dimana konsep tersebut adalah
“Meningkatkan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional Menjadi
Pelabuhan Nasional”. Terkait dengan keterkaitan sistem dari konsep yang telah ditawarkan
akan dijabarkan pada penjelasan berikut.
-
Permasalahan
Sistem Kegiatan/Aktifitas
- Lamanya proses bongkar muat barang di
pelabuhan mencapai 2 hari dari 1 unit kapal.
- Tingginyaangka mobilitas penduduk yang
setiap tahunnya semakin bertambah sehingga
berdampak terhadap menurunnyaefektifitas
dari kegiatan pelabuhan akibat dari tidak
adanyapeningkatan kualitas dan kapasitas
dari pelabuhan itu sendiri.
Sistem Jaringan
- Kapasitas daya tampuang dari
pelabuhan murhum baubau yang sudah
over load.
- Sarana dan prasaranadipelabuhan yang
masih belum memadai untuk
mendukung kegiatan proses bongkar
muat barang.
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
Dengan ditingkatkannya status pelabuhan Murhum Baubau dari pelabuhan regional menjadi
pelabuhan Nasional diharapkan dapat lebih mendorong kegiatan yang terdapat di pelabuhan
murhum bau-bau menjadi jauh lebi baik, karena dengan demikian maka secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap jenis, dan besaran kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya dan ini
akan membutuhkan pelabuhan yang jauh lebih besar dengan kapasitas yang jauh lebih besar
juga yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelabuhan yang jauh lebih memadai seperti
peralatan bongkar muat barang dengan menggunakn teknologi yang jauh lebih canggih dan
tidak lagi menggunakan tenaga manusia untuk membongar barang , sehingga proses bongkar
muat barang di pelabuhan menjadi lebih cepat tidak lagi memakan waktu hingga 2 hari. Selain
itu juga permasalahan Pelabuhan Murhum Baubau yang dulunya sudah over load dapat
terselesaikan dengan konsep yang telah ditawarkan.
Sistem Sistem Pergerakan
- Trip orang atau barangyang melintasi sekaligus menuju ke pelabuhan
Murhum Baubau menjadi tersendak.
- Meningkatnya harga barangdari barangyang ingin diturunkan ke Baubau
dan daerah sekitarnya akibatdari terjadinyakelangkaan barang dan jasa
yang menjadi kebutuhan utama akibatdari lamanya proses bongkar muat
barang dan jasa yang dimaksud.
- Semakin lamanya waktu perjalanan dan waktu sampai ke pelabuhan
selanjutnya akibat dari terjadinya penundaan di pelabuhan.
- Terjadinyapenurunan pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan dan
industi, yang memicu munculnyaberbagai masalah-masalah sosial di Kota
Baubau dan daerah-daerah sekitarnya.
Dampak Yang Diberikan
Konsep/Solusi
“Peningkatan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional
Menjadi Pelabuhan Nasional”
Output Yang Diharapakan
- Sistem pergerakan menjadi jauh lebih baik
- Tercapainya aksesibilitas
- Distribusi barang dan jasa menjadi lancar
- Mobilitas penduduk menjadi lancar
- Dapat merangsang pertumbuhan ekonomi Kota Baubau menjadi
jauh lebih besar dari sebelumnya.
LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI
MODA ANGKUTAN LAUT
PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.kompasiana.com/bagus.wilar/revitalisasi-pengelolaan-transportasi-laut-menuju-
indonesia-incorporated_54f3867d745513982b6c7aae
- https://www.slideshare.net/kamushal142/3-tesis-pelabuhan-murhum
- https://www.slideshare.net/kamushal142/jurnal-47135482
- http://www.bappenas.go.id/files/pkps/pelabuhan_baubau/Laporan%20Kajian%20Prastudi%20K
elayakan%20(Draft%20Final%20Business%20Case).pdf
- http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/19/olm88x280-kemenhub-ingin-
pelabuhan-baubau-jadi-hub-indonesia-barat-dan-timur
- https://baubaukota.bps.go.id/index.php/publikasi/73
- https://www.slideshare.net/YoggaHaw/bab-i-transportasi-laut
- http://dephub.go.id/post/read/transportasi-laut-urat-nadi-perekonomian-nasional-60496
- http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/05/seputar-pengertian-transportasi-laut.html
- https://www.slideshare.net/aak6666/tesis-transportasi-laut
- https://salmon260.blogspot.co.id/2014/04/perencanaan-pelabuhan.html

More Related Content

What's hot

Ppt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONPpt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONDita Aldisa
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasiKurnia Zuliana
 
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
 
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Yahya M Aji
 
Ppt bsc op_priok_final
Ppt bsc op_priok_finalPpt bsc op_priok_final
Ppt bsc op_priok_finalotto bakapana
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarYosua Freddyta'tama
 
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekLaporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekElis Wahyuni
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangPenataan Ruang
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Penataan Ruang
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptx
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptxPPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptx
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptxErviraLarassati
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangAgung Noorsamsi
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"E Sanjani
 
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan Fasilitas
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan FasilitasTahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan Fasilitas
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan FasilitasJoy Irman
 

What's hot (20)

Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)
 
Ppt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONPpt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPON
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
 
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Distribusi - Sistem Jaringan Perpipaan
 
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
Jaringan Transmisi - Sistem Jaringan Perpipaan
 
Ppt bsc op_priok_final
Ppt bsc op_priok_finalPpt bsc op_priok_final
Ppt bsc op_priok_final
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
 
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekLaporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 
PPT Perencanaan Waduk
PPT Perencanaan WadukPPT Perencanaan Waduk
PPT Perencanaan Waduk
 
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptx
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptxPPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptx
PPT 1 GEOMETRIK JALAN.pptx
 
Bak air baku
Bak air bakuBak air baku
Bak air baku
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbang
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan Fasilitas
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan FasilitasTahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan Fasilitas
Tahap Konstruksi SPAL - Pembangunan Bangunan Penunjang dan Fasilitas
 

Similar to KONSEP MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAU-BAU

Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)Luhur Moekti Prayogo
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)Luhur Moekti Prayogo
 
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)Sistrans debora elluisa manurung (11312760)
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)Debora Elluisa Manurung
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IYogga Haw
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanHafidz Thoyibun
 
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN  DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN  DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...otto bakapana
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)Luhur Moekti Prayogo
 
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry ii
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry iiPerencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry ii
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry iiHoki agustinus
 
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasional
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasionalAnalisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasional
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasionalfebbry beda teron
 
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdfTRIWAHYUAPRILIA1
 
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dal
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dalpengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dal
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dalmelchioreq
 
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhandrestajumena1
 
Bab 3 rencana struktur ruang
Bab 3 rencana struktur ruangBab 3 rencana struktur ruang
Bab 3 rencana struktur ruangDeki Zulkarnain
 

Similar to KONSEP MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAU-BAU (20)

The role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportationThe role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportation
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Muhammad Andi Firdaus)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Any Dian Murdiniyati)
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (By. Dewi Anggraeni)
 
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)Sistrans debora elluisa manurung (11312760)
Sistrans debora elluisa manurung (11312760)
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
 
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN  DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN  DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (Putri Widyawati Nur Adimah)
 
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry ii
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry iiPerencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry ii
Perencanaan pelayaran dan voyage calculation km dharma ferry ii
 
MELABUH.pdf
MELABUH.pdfMELABUH.pdf
MELABUH.pdf
 
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasional
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasionalAnalisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasional
Analisis pengaruh-tol-laut-pada-perekonomian-nasional
 
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf
1. TEST FORMATIF MATERI 1 TRI WAHYU APRILIA.pdf
 
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dal
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dalpengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dal
pengembangan-infrastruktur-pelabuhan-dal
 
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
 
Tda 4
Tda 4Tda 4
Tda 4
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugasan 4
Tugasan 4Tugasan 4
Tugasan 4
 
Bab 3 rencana struktur ruang
Bab 3 rencana struktur ruangBab 3 rencana struktur ruang
Bab 3 rencana struktur ruang
 

Recently uploaded

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 

Recently uploaded (9)

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 

KONSEP MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAU-BAU

  • 1. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU KONSEP MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAU-BAU DI SUSUN OLEH : MUUMIN MUUZI / 4515042006 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BOSOWA MAKASAR TAHUN 2017
  • 2. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan dan Sasaran 1.3 Ruang Lingkup (Wilayah dan Substansi) BAB II GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI 2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Cakupan Sistem Transportasi Laut 2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi Laut 2.1.2 Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut 2.2 Peraturan Kebijakan Tentang Transportasi Laut BAB III KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH 3.1 Profil Wilayah Kasus (Contoh Mks atau daerah lain) 3.2 Keterkaitan Komponen Sistim Transportasi 3.3 Isu dan Persoalan BAB IV KESIMPULAN 4.1 Solusi & Pemecahan Masalah 4.2 Keterkaitan Sistim
  • 3. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Terdiri dari 17.000 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke atau sepanjang jarak antara London menuju Siberia. Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut tentunya dibutuhkan sarana transportasi laut yang handal untuk mampu melayani berbagai aktivitas masyarakat di seluruh pulau di Indonesia. Namun, berdasarkan data yang diungkapkan oleh Sekertariat DPR RI (Wirabrata; 2013) mengatakan bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam sector transportasi laut di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta bahwa masih rendahnya dukungan infrastruktur yang mampu menopang kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Infrastruktur di Indonesia yang masih belum memadai dapat kita lihat baik dari segi kualitas maupun kuantitas, diantaranya masih belum tersedianya hub port, serta kurangnya kualitas serta kuantitas sumber daya manusia dalam sector ini. Selain itu, banyak pelabuhan di Indonesia juga belum mendukung tercapainya kondisi transportasi laut yang ideal, seperti halnya yaitu pelabuhan Murhum yang terdapat di Kota BauBau. Kota BauBau merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang masuk dalam nomor urut ke dua kota terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota BauBau juga merupakan kota yang menjadi titik simpul pusat perdagangan di daerah Kepulauan Buton yang mampu melayani semua kebutuhan dari seluruh daerah-daerah yang berada disekitarnya seperti Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kab. Bombana terkhusus di daerah Pulau kabaena, dan berbagai kabupaten-kabupaten lain yang berada disekitarnya. Melihat letak geografis Kota BauBau sendiri yang berada di tengah-tengah Negara Indonesia, tidak heran apabila ia menjadi simpul pusat perdagangan dan jasa di Kepulauan Buton. Sebenarnya bukan hanya itu saja potensi yang dimiliki dari letak geografis Kota BauBau, melainkan ia juga menjadi kota yang menghubungkan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia dengan didukung oleh adanya salah satu pelabuhan regional yang dikelola oleh PT. PELINDO yang menjadi salah satu dari alur transportasi laut di Indonesia. Jika kita lihat dari nilai historikal sejarah, Menurut Pires pelayaran orang Portugis menuju ke Maluku tidak melalui pantai Jawa, melainkan melalui Singapura ke Borneo, ke Pulau Butun (Buton) lalu ke Maluku. Jalur ke kepualauan Maluku itu dikenal sebagai jalur yang paling baik dan cocok (Cortesao,1944). Sebelum kedatangan VOC memang ada tiga jalur perdagangan dan pelayaran rempah-rempah di sulawesi tenggara. Ketiga jalur itu adalah Burhanuddin, 1978) :  Jalur Makassar - Selat Tiworo - Wawonii - Bungku (Tombuku) – Banggai - Ternate; dengan kemungkinan singgah diselayar, sinjai, Kabaena, poleang/Rumbia, Tinanggea, Moramo, Kendari.  Jalur Makassar – Baubau - Lohia (Muna) – Wawonii – seterusnya Bungku - Banggai - Ternate.  Jalur Makassar – Baubau – Wakatobi – Buru – Ambon - Banda. Dalam deskripsi Schrieke (1955) menyebutkan bahwa dalam pelayaran nusantara Pelabuhan Murhum merupakan salah satu mata rantai pelayaran dan perdagangan yang terkait dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga maluku dan Pilipina. Dari sini sebenarnya peran pelabuhan Baubau merupakan penghubung antara wilayah barat dengan wilayah timur Indonesia. (La Malihu : 1998). Dengan melihat besarnya potensi yang dimiliki oleh Kota BauBau dengan adanya Pelabuhan Murhum yang masuk dalam alur pelayaran laut Indonesia yang menghubungkan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia dan dikaitkan dengan kondisi eksisting Pelabuhan Murhum
  • 4. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU dilapangan sekarang ini sangat-sangat disayangkan, potensi yang dimiliki tidak sebanding dengan kondisi pelabuhan Murhum yang hampir Over Load sekarang ini, dimana daya tampung dari perlabuhan sudah hampir memenuhi kapasitas. Dan ini akan menyebabkan menurunya efektifitas kinerja semua kegiatan yang terdapat pada pelabuhan khususnya dan Kota BauBau pada umumnya seperti menghambat pertumbuhan ekonomi, memicu terjadinya disparitas antar wilayah, terhambatnya mobilitas penduduk dan distribusi barang dan jasa untuk Kota BauBau maupun untuk daerah-daerah disekitarnya, dan lain sebagainya. Melihat permasalahan tersebut, maka dalam pembuatan karya ilmiah kali ini saya akan mencoba mengangkat terkait dengan contoh kasus Pelabuhan Murhum yang terdapat di Kota BauBau, sehingga pada output dari pembuatan karya ilmiah ini dapat melahirkan sebuah konsep menejemen transportasi moda angkutan laut yang dapat menyelesaikan permasalahan Pelabuhan Murhum yang terdapat di Kota BauBau. 1.2 Tujuan Dan Sasaran Adapun tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam pembuatan karya ilmiah yang mengangkat contoh kasus Pelabuhan Murhum di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara ini ialah : 1. Merumuskan konsep pengembangan Pelabuhan Murhum BauBau dari segi kapasitas dan kualitas sehingga mampu lebih mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, memperlancar mobilitas penduduk serta distribusi barang dan jasa di Kota BauBau dan daerah-daerah disekitarnya untuk mencegah terjadinya disparitas antar wilayah di Kepulauan Buton. 2. Menggunakan kebijakkan yang mengatur tentang konsep pengembangan pelabuhan untuk dijadikan sebagai dasar dalam mengembangakan Pelabuhan Murhum sehingga dapat mengantisipasi terjadinya penurunan efektifitas dan kinerja dari Pelabuhan Murhum BauBau. 1.3 Ruang Lingkup (Wilayah dan Substansi) Dalam pembuatan karya ilmiah kali ini ruang lingkup yang menjadi batasan-batasan dalam pembahasannya yaitu mencakup lokasi studi yang berada pada Kota Baubau, dimana Kota Baubau ini merupakan kota yang memiliki status sebagai Kawasan Strategis Provinsi untuk Perdagangan dan Jasa di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penetapan Kota Baubau sebagai KSP di Sulawesi Tenggara karena ia memiliki satu pelabuhan yang sangat strategis yang dikenal dengan nama Pelabuhan Murhum BauBau. Peranan Pelabuhan Murhum Baubau pada alur pelayaran transportasi laut di Indonesia yang menjadi pintu gerbang untuk menuju di kawasan timur indonesia yang dikaitkan dengan Keterkaitan sub sistem transportasi pada sistem transportasi laut akibat dari kondisi Pelabuhan Murhum Baubau yang hampir Over Load (daya tampung dan daya dukung dari pelabuhan yang melebihi kapasitas), sehingga diperlukan konsep menejemen pengembangan dan peningkatan kualitas dari Pelabuhan Murhum itu sendiri.
  • 5. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU BAB II GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI 2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut 2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi Laut Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari bentuk sistem transportasi yang menjadi simpul jaringan transportasi baik untuk lokal, regional, nasional dan internasional yang memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan suatu wilayah baik dari aspek sosial, ekonomi, dan berbagai aspek-aspek lainnya yang terdapat dalam suatu wilayah. Di indonesia sendiri transportasi laut memiliki peranan yang penting karena mengingat negara Indonesia merupakan negara kepualaun yang terdiri atas gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang berjejer dari sabang hingga merauke. Disisi lain juga transportasi laut merupakan urat nadi perekonomian Indonesia, karena jika transportasi laut terganggu maka perekonomian nasional juga akan terganggu. Dari uraian tersebutlah dapat kita ketahui betapa pentinggnya peranan transportasi laut untuk mendorong pertumbuhan nasional di Indonesia. 2.1.2 Ruang Lingkup Sistem Transportasi Laut Sistem transportasi laut memiliki ruang lingkup yang luas seperti halnya sistem transportasi-transportasi lainnya yang tercakup dalam sistem transportasi secara makro seperti sistem trasnportasi darat, sistem transportasi udara dan kereta api. Adapaun cakupan sub-sub sistem yang tercakup dalam sistem transportasi laut khususnya kepelabuhanan yaitu meliputi : - Sistem Aktivitas - Sistem Jaringan - Sistem Perkerakan - Sistem Lingkungan/Regulasi 1. Adapun subtasnsi-subtansi yang terdapat pada sistem aktivitas transportasi laut itu sendiri adalah : - Pola pergerakan manusia/bar ang - Keterkaitan fisik wilayah & antar zona 2. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem Jaringan transportasi laut itu sendiri adalah : - Tatanan Kepelabuhanan dan - Alur Pelayaran. 3. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem Pergerakan transportasi laut itu sendiri adalah : - Moda angkutan laut dan Penyeberangan - Sarana dan prasarana pelabuhan, dll 4. Adapun subtansi-subtansi yang terdapat pada sistem lingkungan/regulasi transportasi laut itu sendiri adalah : - Draf regulasi penyelenggaraan transportasi - Komponen institusi sektor Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri. Perencanaan Pelabuhan Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari :
  • 6. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU a. Alur Pelayaran Alur pelayaran dalam istilah kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa daerah yang dilalui kapal sebelum masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah pelabuhan sendiri dibatasi oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua pelabuhan yang diusahakan ada aturan bahwa setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayaran harus membayar Jasa Labuh (biaya berlabuh di wilayah pelabuhan). b. Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang digunakan untuk bersandarnya kapal. c. Penahan Gelombang Penahan gelombang (breakwater) merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang dibangun dengan bahan batu kali dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan yang berbentuk tertentu seperti tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding tegak (caison). d. Dermaga Sarana-sarana tambatan adalah sarana dimana kapal kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang- penumpang. Yang dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga (quaywalls), pelampung tambatan (mooring piles), piled piers, ponton-ponton, dermaga-dermaga ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel (slipways). Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari : 1) Gudang Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dibedakan berdasarkan jenis ( lini-I, untuk penumpukan sementara dan lini-II sebagai tempat untuk melaksanakan konsolidas/distribusi barang ). Penggunaan gudang khusus untuk menyimpan barang-barang berbahaya, gudang CFS untuk stuffing/stripping. 2) Lapangan penumpukan Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah dibongkar dari kapal. 3) Terminal Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukkan sebagai tempat kegiatan pelayaran bongkar/muat barang atau petikemas dan atau kegiatan naik/turun penumpang di dalam pelabuhan. Jenis terminal meliputi terminal petikemas, terminal penumpang dan terminal konvensional. 4) Jalan Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki, yang menghubungkan antara terminal/ lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya adalah memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan. 2.2 Peraturan Kebijakan Tentang Transportasi Laut Pengangkutan menurut Purwosutjipto adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Pada Pasal 1 Angka 4
  • 7. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU dan 5 disebutkan bahwa Angkutan Laut Khusus adalah kegiatan angkutan untuk melayani kepentingan usaha sendiri dalam menunjang usaha pokoknya, sedangkan Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan/atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu. Pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, diatur tentang angkutan laut sebagai berikut: (2) Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut. (3) Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut yang dilakukan di wilayah perairan Indonesia yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut nasional. (4) Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan atau terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri ke pelabuhan luar negeri atau dari pelabuhan luar negeri ke pelabuhan atau terminal khusus Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar negeri yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut. Adapun landasan hukum sekaligus kebijakan-kebijakan dan Dasar Hukum yang mengatur tentang sistem transportasi laut yaitu meliputi : Dasar Hukum Pengangkutan Laut, diatur di dalam: 1. KUH Dagang yaitu pada: a. Buku II Bab V Tentang perjanjian carter kapal b. Buku II Bab VA Tentang Tentang Pengangkutan barang-barang c. Buku II Bab V B Tentang Pengangkutan Orang. 2. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan c. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 Tentang kepelabuhan d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan e. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan dan Penguasaan Angkutan Laut.
  • 8. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU BAB III KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH 3.1 Profil Wilayah Kota BauBau Kota BauBau merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki letak yang sangat strategis secara geografis yaitu merupkan kota yang masuk dalam alur transportasi laut yang terdapat di indonesia sehingga mampu menghubungkan semua daerah-daerah yang terdapat di Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Berikut merupakan penjabaran dari profil wilayah Kota BauBau. 3.1.1 Letak Geografis Ditinjau dari segi geografis, Kota Baubau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian selatan Pulau Buton, Kota Baubau memanjang dari Utara ke Selatan berada diantara 5021’ - 5030’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122030’ – 122045’ Bujur Timur. Secara administratif, Kota Baubau memiliki batas sebagai berikut:  Sebelah Utara : Kecamatan Kapontori dan Kabupaten Buton  Sebelah Timur : Kec. Pasarwajo dan Kabupaten Buton  Sebelah Selatan : Kec. Batauga dan Kabupaten Buton  Sebelah Barat : Selat Buton Luas wilayah Kota Baubau adalah 221,00 km2 . Luas wilayah tersebut terbagi kedalam 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Betoambari 27,89 km2, Kecamatan Murhum 4,90 km2, Kecamatan Batupoaro 1,55 km², Kecamatan Wolio 17,33 km2, Kecamatan Kokalukuna 9,44 km2, Kecamatan Sorawolio 83,25 km2, Kecamatan Bungi 47,71 km2 dan Kecamatan Lea-Lea 28,93 km2. Tabel 3.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan Kota Baubau Tahun 2017 Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (% ) Betoambari 27,89 12,62 Murhum 4,90 2,22 Batupoaro 1,55 0,70 Wolio 17,33 7,84 Kokalukuna 9,44 4,27 Sorawolio 83,25 37,67 Bungi 47,71 21,59 Lea-Lea 28,93 13,09 Kota Baubau 221,00 100, 00Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016 3.1.2 Topografi dan Kemiringan Lereng Kondisi topografi daerah Kota Baubau pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan 0-8% adalah kawasan yang berada dibagian Utara dan Barat wilayah Kota Baubau, semakin ke timur kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan yang membentang dari Utara ke Selatan. Di antara gunung dan bukit–bukit terbentang dataran yang merupakan daerah potensial untuk mengembangkan sektor pertanian.
  • 9. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa dataran yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar antara 15–40% dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa bagian wilayah dengan kelerangan antara 2– 15% yang terdapat di Kecamatan Murhum dan Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama ke arah Selatan, pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15% dimanfaatkan untuk perkebunan dan hutan. 3.1.3 Geologi dan Jenis Tanah Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya dari Pulau Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah Timur Laut – Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat Laut – Tenggara. Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di wilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio. Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil, begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka panjang yang meruntuhkan tebing-tebing pantai tersebut. Beberapa variabel untuk menentukan penilaian kesesuaian lahan/kemampuan tanah untuk mendukung aktivitas di atasnya antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan limitasi/daerah permbatas. Jenis tanah di Kota Baubau pada umumnya sama dengan jenis tanah di Kabupaten Buton (terutama wilayah yang berada di Pulau Buton), yaitu didominasi oleh pedzolik merah kuning dan mediteran yang memerlukan perlakuan khusus bila dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan tekstur tanahnya, 90,89% adalah tanah dengan tekstur sedang dan sisanya yaitu 6,20% bertekstur kasar dan 2,91% bertekstur halus. Oleh karena itu, wilayah Kota Baubau cocok untuk pengembangan permukiman perkotaan dan semua aktivitas pendukungnya.Limitasi pengembangan pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu berupa tutupan batu seluas 18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya erosi yaitu seluas 377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di Kecamatan Sorawolio seluas 304 Ha. Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif antara 30-90 cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi pengembangan permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas wilayah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha atau 15,05% yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah wilayah dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901 Ha (76,96%).
  • 10. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU 3.1.4 Hidrologi Kota Baubau memiliki sebuah sungai yang besar yaitu sungai Baubau. Sungai tersebut melewati Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Kecamatan Batupoaro. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga listrik, pertanian, perikanan, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan pariwisata. Keadaan hidrologi di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi yang teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam wilayah Kota Baubau.  Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari aliran air Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau membagi wilayah Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Betoambari dan sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga terdapat sumber air bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku dari Sungai Bungi dan mata air dari Kaongke- Ongkea di Kecamatan Sorawolio.  Air Tanah Dalam; Selain air permukaan, sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air tanah dalam dengan tingkat kedalaman 40 – 80 meter. Kondisi air tanah di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik begitu juga dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio. 3.1.5 Iklim Keadaan iklim di daerah Kota Baubau umumnya sama dengan daerah lain disekitarnya yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Mei dan Desember, pada bulan – bulan tersebut angin barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air, musim kemarau terjadi mulai bulan Juni sampai bulan November, pada bulan – bulan ini angin timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air. Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari, pada tahun 2016 terjadi hari hujan sebanyak 147 dengan curah hujan 1.878 mm, kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan hari hujan dan curah hujan tahun sebelumnya yang mencapai 130 hari dan 1.832,6 mm. Curah hujan tertinggi di tahun 2016 terjadi pada bulan Mei sebesar 321 mm sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 3 mm. Tabel 3.2 Hari Hujan Dan Curah Hujan Kota Baubau Tahun 2017 Bulan Hari Hujan (Hari Hujan) Curah Hujan (mm) Januari 19 176 Pebruari 18 162 Maret 10 109 April 7 156 Mei 21 321 Juni 15 157 Juli 15 246 Agustus 1 3 September - - Oktober 6 20 Nopember 14 241 Desember 21 287 Jumlah 147 1.878 Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
  • 11. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU 3.1.6 Penggunaan Lahan Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan atas penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban (rural). Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan, industri, pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non urban meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi penggunaan lahan pada daerah tersebut. Penggunaan lahan tahun 2016 meliputi jenis penggunaan tanah sawah, bangunan dan pekarangan, tanah tegalan/ kebun, tanah ladang/huma, tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak ditanami, tambak/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, tanaman kayukayuan, hutan negara, perkebunan, dan lainnya. Dari rincian jumlah tersebut pada tahun 2016 penggunaan yang terluas adalah hutan negara seluas 8.012 ha dari 22.100 ha seluruh luas penggunaan tanah di Kota Baubau. Kemudian terluas kedua adalah tegal/ tanah perkebunan seluas 3.289 ha. Ketiga adalah lainnnya seluas 2.938 ha. Tabel 3.3 Luas Lahan Menurut Penggunannya Tahun 2015-2017 (Ha) No Penggunaan Lahan Tahun 2015 2016 2017 1 Tanah sawah 1 147 1 326 1 440 2 Pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitarnya 2 115 2 906 1 709 3 Tegal/kebun 3 002 2 855 3 289 4 Ladang/huma 1 293 1 293 1 084 5 Padang rumput 494 373 409 6 Rawa yang tidak ditanami 48 31 67 7 Tambak, kolam, tebat, empang 67 59 35 8 Lahan yang sementara tidak diusahakan 481 502 628 9 Lahan tanaman kayu-kayuan hutan rakyat 984 683 718 10 Hutan negara 9 889 9 828 8 012 11 Perkebunan Rakyat 1 954 1729 1 771 12 Lainnya 626 2 244 2 938 Jumlah 22 100 22 100 22 100 Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016
  • 12. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU
  • 13. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Peta 3.1 Administrasi Kota BauBau
  • 14. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU 3.1.7 Aspek Kependudukan Sumber daya manusia menupakan suatu potensi penting dalam pengembangan suatu wilayah. Karasteristik kependudukan/aspek kependudukan dalam proses pembangunan merupakan indikator utama dalam pembangunan karena kedudukannya selain sebagai aktor juga sebagai objek pembangunan itu sendiri. Hal ini memperlihatkan pentingkan peningkatan sumber daya manusia guna mengembangkan wilayah serta meningkatkan kualitas wilayah secara umum. Dengan pertimbangan itu, maka peningkatan kulaitas sumberdaya manusia tersebut harus tetap menjadi salah satu prioritas utama pembangunan dimasa yang akan datang. Penduduk Daerah Kota Baubau berdasarkan buku dalam angka tahun 2016, diperoleh penduduk Kota Baubau adalah sebesar 145.427 jiwa dengan Luas Kota Baubau adalah 221,00 km2 . Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kepadatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk Kota Baubau tahun 2016 sebesar 658 jiwa/km2. Kecamatan Batupoaro memiliki kepadatan paling tinggi yaitu 17.731 orang/km², sedangkan Kecamatan Sorawolio dengan luas wilayah terbesar justru memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 91 orang / km². Tingkat Kepadatan penduduk Kota Baubau dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4 Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau Tahun 2017 Kecamatan Luas Wilayah (km2) Penduduk Kepadatan (Jiwa/km2) Betoambari 27,89 17 286 620 Murhum 4,90 20 447 4 172 Batupoaro 1,55 27 483 17 731 Wolio 17,33 40 312 2 326 Kokalukuna 9,44 17 767 1 882 Sorawolio 83,25 7 561 91 Bungi 47,71 7 533 158 Lea-Lea 28,93 7 038 243 Kota Baubau 221,00 145,427 658 Sumber : Kota Baubau Dalam Angka 2016 3.2 Keterkaitan Komponen Sistim Transportasi Sistem transportasi merupakan suatu proses perpindahan penduduk, barang dan jasa dari titik asal ke titik tujuan dengan menggunakan moda angkutan tertentu dan dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam sistem transportasi sendiri terdapat beberapa sub sistem yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam mendukung terwujudnya sistem transportasi yang baik. Adapun komponen sub sistem tersebut adalah sub sistem aktivitas, sub sistem jaringan, sub sistem pergerakan dan sub sistem lingkungan/kelembagaan. Keterkaitan antara masing-masing sub sistem yang terdapat dalam sistem transportasi memiliki hubungan fungsi yang sangat erat dimana ketika terjadi suatu permasalahan dalam sistem transportasi itu sendiri, selalunya akan kembali kepada sistemnya untuk dapat menyelesaikan permaslahan yang tengah dihadapi. Adapaun contohnya keterkaitan antara sub- sub sistem transportasi dapat kita lihat pada gambar berikut. Sistem Kegiatan (SK) Sistem Jaringan (SJ) Sistem Pergerakan (SP) Sistem Kelembagaan (SKL) - Legal - Organisasi - Sumberdaya isnani - Dana
  • 15. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Keterkaitan antra komponen sistem transportasi sudah sangat jelas dipaparkan pada gambar diatas dimana dapat kita analogikan bahwa semakin besar/tinggi kuantitas dan kualitas sistem kegiatan dan sistem jaringan, makin tinggi pula kuantitas dan kualitas sistem pergerakan. Misalnya makin besar kota serta semakin makin tinggi pendapatan perkapita penduduknya dan makin luas jangkauan layanan angkutan umum serta makain tinggi kualitas layanannya, maka makin besar pula jumlah pergerakan, makin terpusat pergerakan pada jam puncak, makin jauh jarak perjalanan. Sebaliknya makin besar/tinggi kuantitas dan kualitas sistem pergerakan, maka makin besar pula dampaknya terhadapsistem kegiatan dan sistem jaringan. Misalnya makin tinggi jumlah pergerakan, maka makin tinggi pula kemungkinan kawasan perdaganan, dan sebaliknya jaringan jalan makin cepat ruasak serta kapasitas makin cepat terlampaui. 3.3 Isu dan Persoalan Pada dasarnya sistem transportasi yang terdapat disuatu wilayah, tidak pernah terlepas dari sebuah persoalan, yang pada umumnya disebabkan oleh faktor terus bertambahnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah dan kegiatan sosial ekonomi yang ada di dalamnya. Berbicara terkait dengan masalah sistem transportasi, tidak ada solusi lain yang bisa diberikan terkecuali satu-satunya kata kunci yaitu selalu kembali ke sistem, dimana di dalam sistem ini mengandung dan menjabarkan cakupan-cakupan yang terdapat dalam sistem transportasi itu sendiri seperti contohnya adalah unsur-unsur yang tercakup dalam sistem aktivitas seperti besarnya arus pergerakan pedduduk, moda angkutan yang digunakan, dan lain sebagainya. Pada sistem transportasi laut sendiri, permasalahan-permasalahan yang terdapat didalamnya juga dapat diselesaikan apabila kita selalu kembali ke sistem untuk mencari kunci dan akar dari permasalahan yang tengah kita hadapi, karena disitulah kita akan menemukan faktor utama penyebab dan bagaimana konsep yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Seperti halnya permasalahan sistem transportasi laut yang terdapat di Kota Baubau lebih tepatnya lagi di Pelabuhan Murhum Baubau. Di Pelabuhan Murhum Baubau sendiri permasalahan yang terjadi adalah terkait dengan sistem aktivitas dan sistem jaringan yang berdampak terhadap sistem pergerakan yang mulai terganggu. Adapun permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam kedua sistem kegiatan dan sistem jaringan ini adalah seperti: 1. Sistem Aktifitas : - Lamanya proses bongkar muat barang dan jasa yang tidak sesuai dengan besarnya arus distribusi barang dan jasa itu sendiri, dimana proses bongkar 1 kapal saja dapat memakan waktu hampir 2 hari. - Tingginya angka mobilitas penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah sehingga berdampak terhadap semakin menurunya efektifitas dari kegiatan pelabuhan akibat dari tidak adanya peningkatan kualitas dan kapasitas dari pelabuhan itu sendiri. 2. Sistem Jaringan : - Kapasitas dan daya tampung dari pelabuhan sudah over load sehingga proses bongkar muat barang dan jasa menjadi terhambat. - Sarana dan parasarana di Pelabuhan yang masih belum memadai untuk mendukung kegiatan proses bongkar muat barang dan jasa. Berikut merupakan visualisasi Pelabuhan Murhum Baubau beserta visualisasi besarnya jumlah pergerakan penduduk yang memanfaat sistem transportasi laut di Kota Baubau. Untuk lebih jelasnya adalah sebagaimana pada gambar berikut :
  • 16. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Visualisasi Pelabuhan Murhum Baubau 1 2 Gambar 1. Pelabuhan Murhum secara Utuh Gambar 2. Besarnya Arus Pergerakan Penduduk di Pelabuhan Murhum 3 Gambar 4.Kondisi Proses Bongkar Muat Barang Atas Kapal Ke Mobil Pengangkut di Pelabuhan Murhum Baubau Gambar 5. Kondisi berlabuhnya kapal kontainer yang bergabungdengan kapal-kapal penumpang superjet kecil 4
  • 17. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Peta 3.2 Rute Pergerakan Kapal Pelni di Indonesia Yang Melintasi Dan Berlabu Di Pelabuhan Murhum Baubau
  • 18. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU BAB IV KESIMPULAN 4.1 Solusi & Pemecahan Masalah Pelabuhan dapat berperan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan, dan industri dari wilayah pengaruhnya. Namun pelabuhan tidak menciptakan kegiatan tersebut, melainkan hanya melayani tumbuh dan berkembangnya kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang meningkatkan peran pelabuhan dari hanya sebagai tempat berlabuhnya kapal menjadi pusat kegiatan perekonomian. Secara prinsip hubungan kegiatan pembangunan oleh manusia di laut tidak dapat dipisahkan dengan di pantai bahkan di darat seluruhnya. Pelabuhan menjadi sarana bangkitnya perdagangan antar pulau bahkan perdagangan antar negara, pelabuhan pada suatu daerah akan lebih menggairahkan perputaran roda perekonomian, berbagai jenis usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan usaha skala internasional, harga-harga berbagai jenis produk akan lebih terjangkau mulai dari produksi dalam negeri sampai dengan luar negeri. Dengan melihat kondisi Pelabuhan Murhum Baubau sekarang ini, dan dikaitkan dengan betapa pentingnya peran pelabuhan yang telah dijelaskan diatas maka bisa dikatakan bahwa Kota Baubau dan wilayah sekitarnya akan mengalami penurunan pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan dan industi, serta akan berdampak terhadap munculnya berbagai masalah-masalah sosial seperti meningkatnya angka pengangguran, meningkatnya angka beban tanggungan, dan berbagai permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Untuk itu, dengan melihat betapa besarnya dampak yang akan diberikan apabila permasalahan ini terus dibiarkan begitu saja, maka dari itu dalam kesempatan ini saya ingin mencoba menawarkan sebuah konsep yang setidaknya bisa digunakan untuk meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan terjadi serta dapat menyelesaikan permasalahan terkait dengan sistem transportasi moda angkutan laut Pelabuhan Murhum Baubau. Adapun tawaran konsep/solusi yang sata tawarkan ialah “Peningkatan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional Menjadi Pelabuhan Nasional” 4.2 Keterkaitan Sistim Dengan melihat permasalahan yang terjadi di Pelabuhan Murhum Baubau yang terkait dengan sistem Aktifitas dan sistem jaringan dimana permasalahan tersebut telah dijabarkan dan dikaitkan secara keterkaitan sistem seperti yang telah dijabarkan diatas, seperti diantaranya adalah lamanya proses bongkar muat barang dan jasa yang tidak sesuai dengan besarnya arus distribusi barang dan jasa itu sendiri, dimana proses bongkar muat barang dari satu (1) unit kapal saja dapat memakan waktu hampir 2 hari akibat dari kondisi pelabuhan yang telah over load dan peralatan bongkar muat barang yang sudah tidak begitu memadai lagi karena sebagian besar menggunakan tenaga buruh (manusia). Untuk itulah dari permasalahan yang sudah dijabarkan diatas maka saya mencoba menawarkan sebuah konsep yang sekiranya dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Pelabuhan Murhum Baubau dimana konsep tersebut adalah “Meningkatkan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional Menjadi Pelabuhan Nasional”. Terkait dengan keterkaitan sistem dari konsep yang telah ditawarkan akan dijabarkan pada penjelasan berikut. - Permasalahan Sistem Kegiatan/Aktifitas - Lamanya proses bongkar muat barang di pelabuhan mencapai 2 hari dari 1 unit kapal. - Tingginyaangka mobilitas penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah sehingga berdampak terhadap menurunnyaefektifitas dari kegiatan pelabuhan akibat dari tidak adanyapeningkatan kualitas dan kapasitas dari pelabuhan itu sendiri. Sistem Jaringan - Kapasitas daya tampuang dari pelabuhan murhum baubau yang sudah over load. - Sarana dan prasaranadipelabuhan yang masih belum memadai untuk mendukung kegiatan proses bongkar muat barang.
  • 19. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU Dengan ditingkatkannya status pelabuhan Murhum Baubau dari pelabuhan regional menjadi pelabuhan Nasional diharapkan dapat lebih mendorong kegiatan yang terdapat di pelabuhan murhum bau-bau menjadi jauh lebi baik, karena dengan demikian maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap jenis, dan besaran kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya dan ini akan membutuhkan pelabuhan yang jauh lebih besar dengan kapasitas yang jauh lebih besar juga yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelabuhan yang jauh lebih memadai seperti peralatan bongkar muat barang dengan menggunakn teknologi yang jauh lebih canggih dan tidak lagi menggunakan tenaga manusia untuk membongar barang , sehingga proses bongkar muat barang di pelabuhan menjadi lebih cepat tidak lagi memakan waktu hingga 2 hari. Selain itu juga permasalahan Pelabuhan Murhum Baubau yang dulunya sudah over load dapat terselesaikan dengan konsep yang telah ditawarkan. Sistem Sistem Pergerakan - Trip orang atau barangyang melintasi sekaligus menuju ke pelabuhan Murhum Baubau menjadi tersendak. - Meningkatnya harga barangdari barangyang ingin diturunkan ke Baubau dan daerah sekitarnya akibatdari terjadinyakelangkaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan utama akibatdari lamanya proses bongkar muat barang dan jasa yang dimaksud. - Semakin lamanya waktu perjalanan dan waktu sampai ke pelabuhan selanjutnya akibat dari terjadinya penundaan di pelabuhan. - Terjadinyapenurunan pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan dan industi, yang memicu munculnyaberbagai masalah-masalah sosial di Kota Baubau dan daerah-daerah sekitarnya. Dampak Yang Diberikan Konsep/Solusi “Peningkatan Status Pelabuhan Murhum Baubau Dari Pelabuhan Regional Menjadi Pelabuhan Nasional” Output Yang Diharapakan - Sistem pergerakan menjadi jauh lebih baik - Tercapainya aksesibilitas - Distribusi barang dan jasa menjadi lancar - Mobilitas penduduk menjadi lancar - Dapat merangsang pertumbuhan ekonomi Kota Baubau menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya.
  • 20. LAPORAN TUGAS MENEJEMEN TRANSPORTASI MODA ANGKUTAN LAUT PELABUHAN MURHUM KOTA BAUBAU DAFTAR PUSTAKA - http://www.kompasiana.com/bagus.wilar/revitalisasi-pengelolaan-transportasi-laut-menuju- indonesia-incorporated_54f3867d745513982b6c7aae - https://www.slideshare.net/kamushal142/3-tesis-pelabuhan-murhum - https://www.slideshare.net/kamushal142/jurnal-47135482 - http://www.bappenas.go.id/files/pkps/pelabuhan_baubau/Laporan%20Kajian%20Prastudi%20K elayakan%20(Draft%20Final%20Business%20Case).pdf - http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/19/olm88x280-kemenhub-ingin- pelabuhan-baubau-jadi-hub-indonesia-barat-dan-timur - https://baubaukota.bps.go.id/index.php/publikasi/73 - https://www.slideshare.net/YoggaHaw/bab-i-transportasi-laut - http://dephub.go.id/post/read/transportasi-laut-urat-nadi-perekonomian-nasional-60496 - http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/05/seputar-pengertian-transportasi-laut.html - https://www.slideshare.net/aak6666/tesis-transportasi-laut - https://salmon260.blogspot.co.id/2014/04/perencanaan-pelabuhan.html