SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Pendidikan Moral
                                          Upaya Mendidik
                                          Generasi Seutuhnya
                                          REP | 01 June 2011 | 12:44   Dibaca: 432
                                          Komentar: 1     Nihil


                                          Pada             sebuah             museum         di
                                          Konstantinopel (Istanbul,                    Republik
Turki) terdapat koleksi benda kuno berupa lempengan tanah liat berasal dari tahun 3800 SM,
yang bertuliskan: We haven fallen upon evil times and the world has waxed very old and
wicked. Politics are very corrupt. Children are no longer respectful to their parents. Makna
yang terkandung dari tulisan itu adalah kita mengalami zaman edan dan dunia telah diliputi
kemiskinan serta kejahatan. Politik sangat korupsi. Anak-anak sama sekali tidak hormat
kepada orang tua (Cahyoto: 2002).[1]




Kesadaran manusia akan pentingnya Pendidikan adalah kesadaran utama yang harus
dipertahankan. Pendidikan sebagai simbol adanya kekuatan “Akal” yang Allah anugerahkan
kepada segenap manusia. Sehingga tidak heran jika pendidikan diatur dengan sistem
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kemudahan dalam rangka transformasi
pendidikan.




Banyak ragam dan corak dari sistem yang bergulir hingga periode ini. Ada yang berbasis
pendidikan akademik, berbasis pesantren, dst. Namun, kesemua basis itu memiliki tujuan
sama serta impian satu “Mencerdaskan Anak Bangsa”. seiring bergulirnya waktu, cita-cita
pencerdasan itu seakan melangit dan tak terbantahkan. Banyak lulusan-lulusan akademik
yang ahli dalam bidang teknologi, matematika, itu adalah bentuk cita-cita.




Perubahan demi perubahan dialami oleh proses pendidikan berlabel intelektual. Perubahan
cukup dirasa adanya ketidakseimbangan antara ilmu yang didapat dengan penerapannya
dalam taraf amal. Penelitian secara operatif dan objektif terus digulirkan untuk
merekonstruksi cita-cita semu menjadi cita-cita hakiki “Intelektual dan Bermoral Tinggi”.
Pergeseran Nilai Moral

Moral yang mendefinisikan kata “Akhlak”[2] terfokus pada pendidikan atau budi pekerti
yang mempelajari arti diri sendiri (kesadaran diri) dan penerapan arti diri itu dalam bentuk
tindakan. Moral[3]menjadi basis mentalitas seseorang sangat mempengaruhi baik atau
buruknya prestasi. Nilai moral yang sampai saat ini menjadi cita-cita seakan tergeser oleh
keadaan zaman. Zaman dilakoni oleh teknologi cukup menuai perubahan yang signifikan
terhadap moral seseorang. Moral yang baru tumbuh sudah dijatuhi oleh tangga besar yaitu
“Teknologi”. Hal itu bukan berarti memojokkan teknologi, bukan berarti menilai teknologi
sebagai propokator degradasi moral, tidak! Hanya saja teknologi menjadi motif tersendiri dari
                                             hasil berbagai penelitian.




                                             Secara lebih spesifik pergeseran moral sangat
                                             dipengaruhi oleh dua faktor mendasar:

                                                 1. Faktor Internal
                                              Faktor yang timbul dari diri seseorang akibat
       kelalaian dan kemalasan diri untuk mendalami nilai-nilai kemoralan. Moral yang
       seharusnya diutamakan malah dijadikan nomer Sembilankan, sehingga seakan moral
       malah menjadi tabu, menghabiskan waktu untuk membaca teori-teori. Faktor internal
       ini yang akan merubah sikap dan tingkah laku seseorang. Misalkan yang dulunya
       hormat kepada orang tua, hormat kepada yang lebih tua namun sekarang rasa hormat
       itu hilang digilas kesombongan. Karena telah lalai dengan kondisi moral pribadi. Dan
       jika hal ini terjadi, maka tidak heran apabila kemudian terjangkiti penyakit-penyakit
       yang lebih berbahaya dalam dirinya.

   1. Faktor Eksternal
       Walaupun faktor ini muncul dari luar kepribadian seseorang namun sangat dominan
       untuk merubah karakter. Karena dari melihat, mencoba dan terbiasa, sikap pribadi
       seseorang akan berubah seketika. Faktor eksternal yang muncul dari keluarga yang
       kurang empati terhadap pendidikan moral, keluarga tidak terlalu memperhatikan masa
       depan moral anak, keluarga disibukkan oleh urusan dunia semata. Selain dari pada itu
       lingkungan sangat rentan akan musibah pergeseran moral pada seseorang.
       Lingkungan yang dipenuhi jiwa-jiwa harta, pemuda-pemudi yang hidup dalam
       kebebasan tak terkendali, kondisi ini sangat memungkinkan perubahan tingkah dan
       prilaku seseorang.
Dari kedua faktor mendasar di atas tentunya seseorang akan dapat melihat perubahan-
perubahan yang dialami oleh pengidap “Lalai dan Enggan”. Lalai pada pendidikan moral
dan enggan untuk belajar moral!. Sehingga pribadi yang lemah akan mudah dijangkiti
oleh penyakit-penyakit yang diciptakan oleh diri sendiri atau timbul dari luar kemudian
menyebar keseluruh organ dan merusak sistem moral.

Tripusat Pendidikan Moral
Belajar dari konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara[4] (Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia). Beliau berkomentar bahwa fenomena sekolah tak
ubahnya penjara bagi mereka yang memegang monopoli transfer ilmu pengetahuan.
Sekolah seolah-olah menjadi satu-satunya tempat belajar. Guru yang berada di depan
ruang kelas mendominasi peserta didik. Siswa-siswa tak merdeka itu dengan proses
pendidikan yang otoriter dan tidak menjamin kebebasan semacam itu, bakal terbentuk
hanya sekadar sebagai sekrup mekanisme.[5]


Konsep pendidikan semisal Ki Hajar Dewantara sejatinya mengedepankan daya upaya
untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Konsep tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan
sebagai suatu proses yang dinamis dan berkesinambngan. Dari situ tersurat wawasan
kemajuan, karena sebagai suatu proses pendidikan harus mampu menyesuaikan diri
dengan tuntunan kemajuan zaman. Tuntutan zaman yang tentunya menjadi sarana
pengembangan diri untuk lebih menjadi orang yang bermoral dan berwawasan tinggi
“Prestasi dan bermoral”.


Demi menciptakan generasi prestasi bermoral tersebut tentunya ada cara dan konsep yang
harus ditempuh. Konsep yang ditata dengan keseriusan penuh cita-cita sangat pantas
untuk dijadikan rujukan dalam mencetak generasi-generasi yang handal, berwawasan luas
dan bermoral tinggi. Konsep tersebut adalah Tripusat atau tiga lingkungan. Yang meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat serta gerakan
pemuda.

1. Lingkungan Keluarga
   Pendidikan dalam lingkungan keluarga berlangsung pendidikan informal tentang
   agama, budi pekerti, dan dasar-dasar hidup kemasyarakatan. Pendidikan keluarga ini
   sangat ditentukan oleh anak dan para orang tua. Orang tua menjadi komponen besar
   dalam mencetak moralitas anak. Dengan cara mengajarkan keilmuan agama,
   pendidikan moral, kisah-kisah penggugah, dan pendidikan lain yang menghantarkan
   anak pada kesadaran untuk bermoral tinggi.
1. Lingkungan Sekolah
       Pendidikan ini lebih cenderung dilakukan dalam jam formal. Pendidikan yang
       diperoleh di sekolah-sekolah di bawah pimpinan guru mengenai berbagai ilmu
       pengetauan. Potensi intelektual akan cenderung mudah didapat dari jam formal
       disekolah. Karena pendidikan dilakukan secara rutin dan dengan sistem lembaga
       memadai sehingga menjadi khazanah bagi anak untuk mengembangkan pengetahuan
       umum. Dengan hadirnya perpustakaan sekolah, diskusi-diskusi rutin dengan
       mengambil tema-tema utama untuk mengasah mental anak didik dalam memahami
       ilmu.

   1. Lingkungan Masyarakat
       Lingkunagn masyarakat atau yang lebih akrab dengan ajang pendidikan nonformal,
       merupakan tempat anak didik berlatih berbagai keterampilan dan memperluas hidup
       kemasyarakatan. Disamping itu lingkungan masyarakat menjadi tolak ukur
       keberhasilan anak didik. Karena lingkunagn sebagai sekolah berjalan sebagai tempat
       untuk mengasah wawasan.



Sebagai konsekuensi dari tripusat pendidikan itu adalah teladan bagi anak didik tidak terbatas
pada kalangan pendidik saja, kedua orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin masyarakat,
maupun pemimpin bangsa pun jadi panutan. Semua itu akan menjadi tolak ukur keberhasilan
penerapan sistem moral terhadap generasi penerus atau anak didik. Jikalau pemimpin dan
tokoh masyarakatnya atau orang tuanya tidak bisa menjadi teladan atau panutan yang baik,
maka secara otomatis anak didik yang sekaligus sebagai generasi penerus menjadi generasi
muda yang susah untuk diperbaiki. Menjadi perhatian penting bahwa pendidikan seharusnya
diarahkan agar tidak hanya mengejar intelektual saja. Akan tetapi, moral anak didiknya juga
harus diperkuat. Jika yang dikejar hanya intelektualnya saja maka dinamakan pengajaran,
tetapi jika yang dikejar intelektual dan moralnya maka hal itu bisa dikatakan sebagai
pendidikan.




Pembentukan moral adalah tugas pengajar budi pekerti. Pengajaran budi pekerti yang tidak
lain adalah mendukung perkembangan hidup para generasi, lahir dan batin dari sifat
kodratinya menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran moral ini
hendaknya berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan
perkembangan jiwanya.
Sebagai bahan pengajaran, tradisi pendidikan islam yang bermetodekan syariat. Misalnya
diterapkan pada anak-anak kecil untuk membiasakan mereka bertingkah laku dan berbuat
menurut peraturan dan kebiasaan umum. Tripusat yang menyuratkan tiga unsur penting
terpatri pada dua akhlak: (a) akhlak-vertikal (akhlak terhadap Allah SWT), (b) akhlak-
horizontal (akhlak terhadap sesama manusia dan lingkungan).




Akhirnya dengan modal tripusat mudah-mudahan dapat menyelaraskan antara prinsip dunia
(intelektual) dan prinsip agama (moral) yang kemudian dapat menciptakan keselarasan antara
prestasi dan hati, antara wawasan akal dan keluasan spiritual, antara prestasi dan moral
sehingga terwujud generasi yang cerdas secara intelegensi, emosional, dan spiritual.

Wallahu a’lam bis-Shawab.


  . disadur dari pendahuluan
[1]                                         buku “Pendidikan       Moral     dan    budi
pekerti” (Dra. Nurul Zairah,M.si)

  .kaitannya dengan akhlak, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
[2]
aku (Nabi Muhammad SAW) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak).
(HR. Bukhari).

  . Moral mengandung beberapa pengertian antara lain: adat istiadat,
[3]
sopan santun, dan perilaku.

[4].RadenMas Suwardi Suryaningrat yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Ki Hajar Dewantara, dilahirkan pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia
berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Ia tergolong penulis
tangguh pada masanya; tulisan-tulisannya sangat tegar dan patriotik serta
mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

  .dipaparkan dalam artikel “Urgensi Pendidikan Budi Pekerti Bagi Dunia
[5]
Pendidikan Kita (Harapan dan Tantangan Menyongsong Era Globalisasi
Dunia)”Oleh Dra. Nurul Zuhairah, M.si

More Related Content

What's hot

PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAKPENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK wahabsultan
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Stephanie Unsil
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptbertha_tandi
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanwt_19_88
 
Konsep guru islam, timur dan barat 1
Konsep guru  islam, timur dan barat 1Konsep guru  islam, timur dan barat 1
Konsep guru islam, timur dan barat 1firo HAR
 
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)087dwi
 
Pentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanPentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanmgganeswara86
 
Pengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanPengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanIyan Sudrajat
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikansha_macc
 
Falsafah awal kanak kanak
Falsafah awal kanak kanakFalsafah awal kanak kanak
Falsafah awal kanak kanakArra Asri
 
Minggu 2 falsafah pendidikan kebangsaan
Minggu 2   falsafah pendidikan kebangsaanMinggu 2   falsafah pendidikan kebangsaan
Minggu 2 falsafah pendidikan kebangsaanWan Azmanan Wan Yusoff
 

What's hot (18)

PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAKPENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
 
Pembelajaran Holistik
Pembelajaran HolistikPembelajaran Holistik
Pembelajaran Holistik
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
 
Minggu 3 perkembangan keguruan
Minggu 3   perkembangan keguruanMinggu 3   perkembangan keguruan
Minggu 3 perkembangan keguruan
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
 
Integritas moral siswa
Integritas moral siswaIntegritas moral siswa
Integritas moral siswa
 
Konsep guru islam, timur dan barat 1
Konsep guru  islam, timur dan barat 1Konsep guru  islam, timur dan barat 1
Konsep guru islam, timur dan barat 1
 
Pendidikan moral
Pendidikan moralPendidikan moral
Pendidikan moral
 
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
2 pengetian dan pendidikan (pb 1)
 
Pentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikanPentingnya landasan pendidikan
Pentingnya landasan pendidikan
 
Pengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanPengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikan
 
Minggu 3 perkembangan keguruan
Minggu 3   perkembangan keguruanMinggu 3   perkembangan keguruan
Minggu 3 perkembangan keguruan
 
Pentingny a pendidikan_moral_3
Pentingny a pendidikan_moral_3Pentingny a pendidikan_moral_3
Pentingny a pendidikan_moral_3
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Falsafah awal kanak kanak
Falsafah awal kanak kanakFalsafah awal kanak kanak
Falsafah awal kanak kanak
 
Minggu 2 falsafah pendidikan kebangsaan
Minggu 2   falsafah pendidikan kebangsaanMinggu 2   falsafah pendidikan kebangsaan
Minggu 2 falsafah pendidikan kebangsaan
 

Viewers also liked

Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1bahobab
 
Funciones de la célula
Funciones de la célulaFunciones de la célula
Funciones de la célulaDenny Parrales
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalYanuar Hadi Saputro
 
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesia
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesiaPancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesia
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesiaYanuar Hadi Saputro
 
Picture dictionary
Picture dictionaryPicture dictionary
Picture dictionaryJs Alonso
 
Политическая карта мира русскMicrosoft power point
Политическая карта мира русскMicrosoft power pointПолитическая карта мира русскMicrosoft power point
Политическая карта мира русскMicrosoft power pointKovpak
 
Держ лад країн світуформи правління укр
Держ лад країн світуформи правління укрДерж лад країн світуформи правління укр
Держ лад країн світуформи правління укрKovpak
 
Гос строй гос в мираформа правления государства русск
Гос строй гос в мираформа правления государства русскГос строй гос в мираформа правления государства русск
Гос строй гос в мираформа правления государства русскKovpak
 
Сучасна політична карта світу укр
Сучасна політична карта світу укрСучасна політична карта світу укр
Сучасна політична карта світу укрKovpak
 

Viewers also liked (19)

Pop quizzzzz
Pop quizzzzzPop quizzzzz
Pop quizzzzz
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Materials for ies
Materials for iesMaterials for ies
Materials for ies
 
موارث
موارثموارث
موارث
 
Al qur'an
Al qur'anAl qur'an
Al qur'an
 
Justin bieber
Justin bieberJustin bieber
Justin bieber
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Funciones de la célula
Funciones de la célulaFunciones de la célula
Funciones de la célula
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional
 
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesia
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesiaPancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesia
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa indonesia
 
Demokrasi pancasila.revisi
Demokrasi pancasila.revisiDemokrasi pancasila.revisi
Demokrasi pancasila.revisi
 
Politik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasionalPolitik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasional
 
commad & request
commad & requestcommad & request
commad & request
 
Picture dictionary
Picture dictionaryPicture dictionary
Picture dictionary
 
Политическая карта мира русскMicrosoft power point
Политическая карта мира русскMicrosoft power pointПолитическая карта мира русскMicrosoft power point
Политическая карта мира русскMicrosoft power point
 
Держ лад країн світуформи правління укр
Держ лад країн світуформи правління укрДерж лад країн світуформи правління укр
Держ лад країн світуформи правління укр
 
Гос строй гос в мираформа правления государства русск
Гос строй гос в мираформа правления государства русскГос строй гос в мираформа правления государства русск
Гос строй гос в мираформа правления государства русск
 
Blog
BlogBlog
Blog
 
Сучасна політична карта світу укр
Сучасна політична карта світу укрСучасна політична карта світу укр
Сучасна політична карта світу укр
 

Similar to Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya

Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AFennipratiwi95
 
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswa
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswaLatar Belakang Perlunya BK bagi siswa
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswaElvira Ulni
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanWarnet Raha
 
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikanKeluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikanCNVIP
 
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptxPENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptxwongjowo30
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAimam shofwan
 
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxSesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxNurChasanah59
 
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalKonsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalIndra Lasmana
 
Pendidikan islam dan tantangan global
Pendidikan islam dan tantangan globalPendidikan islam dan tantangan global
Pendidikan islam dan tantangan globalreskikur
 

Similar to Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya (20)

Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikan
 
Guru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasaGuru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasa
 
Agama kelompok 2
Agama kelompok 2Agama kelompok 2
Agama kelompok 2
 
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswa
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswaLatar Belakang Perlunya BK bagi siswa
Latar Belakang Perlunya BK bagi siswa
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikan
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikan
 
PPT AGAMA KEL 10.pdf
PPT AGAMA KEL 10.pdfPPT AGAMA KEL 10.pdf
PPT AGAMA KEL 10.pdf
 
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikanKeluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan
Keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan
 
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptxPENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
 
Seminar propinsi
Seminar propinsiSeminar propinsi
Seminar propinsi
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Proposalku
ProposalkuProposalku
Proposalku
 
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxSesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
 
Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4
 
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan LokalKonsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
 
Pendidikan islam dan tantangan global
Pendidikan islam dan tantangan globalPendidikan islam dan tantangan global
Pendidikan islam dan tantangan global
 

More from Yanuar Hadi Saputro (11)

Soal tauhid q 5 ( madrasah)
Soal tauhid q 5 ( madrasah)Soal tauhid q 5 ( madrasah)
Soal tauhid q 5 ( madrasah)
 
Soal tarikh q 5 (madrasah)
Soal tarikh q 5 (madrasah)Soal tarikh q 5 (madrasah)
Soal tarikh q 5 (madrasah)
 
Soal fiqih q 5 (madrasah)
Soal fiqih q 5 (madrasah)Soal fiqih q 5 (madrasah)
Soal fiqih q 5 (madrasah)
 
Soal akhlaq (madrasah)
Soal akhlaq (madrasah)Soal akhlaq (madrasah)
Soal akhlaq (madrasah)
 
Hubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsanHubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsan
 
Quiz 2
Quiz 2Quiz 2
Quiz 2
 
Simple future
Simple futureSimple future
Simple future
 
Present perfect tense
Present perfect tensePresent perfect tense
Present perfect tense
 
Parts of speech
Parts of speechParts of speech
Parts of speech
 
Resume
ResumeResume
Resume
 
Fungsi guru pada masa depan
Fungsi guru pada masa depanFungsi guru pada masa depan
Fungsi guru pada masa depan
 

Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya

  • 1. Pendidikan Moral Upaya Mendidik Generasi Seutuhnya REP | 01 June 2011 | 12:44 Dibaca: 432 Komentar: 1 Nihil Pada sebuah museum di Konstantinopel (Istanbul, Republik Turki) terdapat koleksi benda kuno berupa lempengan tanah liat berasal dari tahun 3800 SM, yang bertuliskan: We haven fallen upon evil times and the world has waxed very old and wicked. Politics are very corrupt. Children are no longer respectful to their parents. Makna yang terkandung dari tulisan itu adalah kita mengalami zaman edan dan dunia telah diliputi kemiskinan serta kejahatan. Politik sangat korupsi. Anak-anak sama sekali tidak hormat kepada orang tua (Cahyoto: 2002).[1] Kesadaran manusia akan pentingnya Pendidikan adalah kesadaran utama yang harus dipertahankan. Pendidikan sebagai simbol adanya kekuatan “Akal” yang Allah anugerahkan kepada segenap manusia. Sehingga tidak heran jika pendidikan diatur dengan sistem sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kemudahan dalam rangka transformasi pendidikan. Banyak ragam dan corak dari sistem yang bergulir hingga periode ini. Ada yang berbasis pendidikan akademik, berbasis pesantren, dst. Namun, kesemua basis itu memiliki tujuan sama serta impian satu “Mencerdaskan Anak Bangsa”. seiring bergulirnya waktu, cita-cita pencerdasan itu seakan melangit dan tak terbantahkan. Banyak lulusan-lulusan akademik yang ahli dalam bidang teknologi, matematika, itu adalah bentuk cita-cita. Perubahan demi perubahan dialami oleh proses pendidikan berlabel intelektual. Perubahan cukup dirasa adanya ketidakseimbangan antara ilmu yang didapat dengan penerapannya dalam taraf amal. Penelitian secara operatif dan objektif terus digulirkan untuk merekonstruksi cita-cita semu menjadi cita-cita hakiki “Intelektual dan Bermoral Tinggi”.
  • 2. Pergeseran Nilai Moral Moral yang mendefinisikan kata “Akhlak”[2] terfokus pada pendidikan atau budi pekerti yang mempelajari arti diri sendiri (kesadaran diri) dan penerapan arti diri itu dalam bentuk tindakan. Moral[3]menjadi basis mentalitas seseorang sangat mempengaruhi baik atau buruknya prestasi. Nilai moral yang sampai saat ini menjadi cita-cita seakan tergeser oleh keadaan zaman. Zaman dilakoni oleh teknologi cukup menuai perubahan yang signifikan terhadap moral seseorang. Moral yang baru tumbuh sudah dijatuhi oleh tangga besar yaitu “Teknologi”. Hal itu bukan berarti memojokkan teknologi, bukan berarti menilai teknologi sebagai propokator degradasi moral, tidak! Hanya saja teknologi menjadi motif tersendiri dari hasil berbagai penelitian. Secara lebih spesifik pergeseran moral sangat dipengaruhi oleh dua faktor mendasar: 1. Faktor Internal Faktor yang timbul dari diri seseorang akibat kelalaian dan kemalasan diri untuk mendalami nilai-nilai kemoralan. Moral yang seharusnya diutamakan malah dijadikan nomer Sembilankan, sehingga seakan moral malah menjadi tabu, menghabiskan waktu untuk membaca teori-teori. Faktor internal ini yang akan merubah sikap dan tingkah laku seseorang. Misalkan yang dulunya hormat kepada orang tua, hormat kepada yang lebih tua namun sekarang rasa hormat itu hilang digilas kesombongan. Karena telah lalai dengan kondisi moral pribadi. Dan jika hal ini terjadi, maka tidak heran apabila kemudian terjangkiti penyakit-penyakit yang lebih berbahaya dalam dirinya. 1. Faktor Eksternal Walaupun faktor ini muncul dari luar kepribadian seseorang namun sangat dominan untuk merubah karakter. Karena dari melihat, mencoba dan terbiasa, sikap pribadi seseorang akan berubah seketika. Faktor eksternal yang muncul dari keluarga yang kurang empati terhadap pendidikan moral, keluarga tidak terlalu memperhatikan masa depan moral anak, keluarga disibukkan oleh urusan dunia semata. Selain dari pada itu lingkungan sangat rentan akan musibah pergeseran moral pada seseorang. Lingkungan yang dipenuhi jiwa-jiwa harta, pemuda-pemudi yang hidup dalam kebebasan tak terkendali, kondisi ini sangat memungkinkan perubahan tingkah dan prilaku seseorang.
  • 3. Dari kedua faktor mendasar di atas tentunya seseorang akan dapat melihat perubahan- perubahan yang dialami oleh pengidap “Lalai dan Enggan”. Lalai pada pendidikan moral dan enggan untuk belajar moral!. Sehingga pribadi yang lemah akan mudah dijangkiti oleh penyakit-penyakit yang diciptakan oleh diri sendiri atau timbul dari luar kemudian menyebar keseluruh organ dan merusak sistem moral. Tripusat Pendidikan Moral Belajar dari konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara[4] (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia). Beliau berkomentar bahwa fenomena sekolah tak ubahnya penjara bagi mereka yang memegang monopoli transfer ilmu pengetahuan. Sekolah seolah-olah menjadi satu-satunya tempat belajar. Guru yang berada di depan ruang kelas mendominasi peserta didik. Siswa-siswa tak merdeka itu dengan proses pendidikan yang otoriter dan tidak menjamin kebebasan semacam itu, bakal terbentuk hanya sekadar sebagai sekrup mekanisme.[5] Konsep pendidikan semisal Ki Hajar Dewantara sejatinya mengedepankan daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Konsep tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan sebagai suatu proses yang dinamis dan berkesinambngan. Dari situ tersurat wawasan kemajuan, karena sebagai suatu proses pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntunan kemajuan zaman. Tuntutan zaman yang tentunya menjadi sarana pengembangan diri untuk lebih menjadi orang yang bermoral dan berwawasan tinggi “Prestasi dan bermoral”. Demi menciptakan generasi prestasi bermoral tersebut tentunya ada cara dan konsep yang harus ditempuh. Konsep yang ditata dengan keseriusan penuh cita-cita sangat pantas untuk dijadikan rujukan dalam mencetak generasi-generasi yang handal, berwawasan luas dan bermoral tinggi. Konsep tersebut adalah Tripusat atau tiga lingkungan. Yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat serta gerakan pemuda. 1. Lingkungan Keluarga Pendidikan dalam lingkungan keluarga berlangsung pendidikan informal tentang agama, budi pekerti, dan dasar-dasar hidup kemasyarakatan. Pendidikan keluarga ini sangat ditentukan oleh anak dan para orang tua. Orang tua menjadi komponen besar dalam mencetak moralitas anak. Dengan cara mengajarkan keilmuan agama, pendidikan moral, kisah-kisah penggugah, dan pendidikan lain yang menghantarkan anak pada kesadaran untuk bermoral tinggi.
  • 4. 1. Lingkungan Sekolah Pendidikan ini lebih cenderung dilakukan dalam jam formal. Pendidikan yang diperoleh di sekolah-sekolah di bawah pimpinan guru mengenai berbagai ilmu pengetauan. Potensi intelektual akan cenderung mudah didapat dari jam formal disekolah. Karena pendidikan dilakukan secara rutin dan dengan sistem lembaga memadai sehingga menjadi khazanah bagi anak untuk mengembangkan pengetahuan umum. Dengan hadirnya perpustakaan sekolah, diskusi-diskusi rutin dengan mengambil tema-tema utama untuk mengasah mental anak didik dalam memahami ilmu. 1. Lingkungan Masyarakat Lingkunagn masyarakat atau yang lebih akrab dengan ajang pendidikan nonformal, merupakan tempat anak didik berlatih berbagai keterampilan dan memperluas hidup kemasyarakatan. Disamping itu lingkungan masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan anak didik. Karena lingkunagn sebagai sekolah berjalan sebagai tempat untuk mengasah wawasan. Sebagai konsekuensi dari tripusat pendidikan itu adalah teladan bagi anak didik tidak terbatas pada kalangan pendidik saja, kedua orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin masyarakat, maupun pemimpin bangsa pun jadi panutan. Semua itu akan menjadi tolak ukur keberhasilan penerapan sistem moral terhadap generasi penerus atau anak didik. Jikalau pemimpin dan tokoh masyarakatnya atau orang tuanya tidak bisa menjadi teladan atau panutan yang baik, maka secara otomatis anak didik yang sekaligus sebagai generasi penerus menjadi generasi muda yang susah untuk diperbaiki. Menjadi perhatian penting bahwa pendidikan seharusnya diarahkan agar tidak hanya mengejar intelektual saja. Akan tetapi, moral anak didiknya juga harus diperkuat. Jika yang dikejar hanya intelektualnya saja maka dinamakan pengajaran, tetapi jika yang dikejar intelektual dan moralnya maka hal itu bisa dikatakan sebagai pendidikan. Pembentukan moral adalah tugas pengajar budi pekerti. Pengajaran budi pekerti yang tidak lain adalah mendukung perkembangan hidup para generasi, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran moral ini hendaknya berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan perkembangan jiwanya.
  • 5. Sebagai bahan pengajaran, tradisi pendidikan islam yang bermetodekan syariat. Misalnya diterapkan pada anak-anak kecil untuk membiasakan mereka bertingkah laku dan berbuat menurut peraturan dan kebiasaan umum. Tripusat yang menyuratkan tiga unsur penting terpatri pada dua akhlak: (a) akhlak-vertikal (akhlak terhadap Allah SWT), (b) akhlak- horizontal (akhlak terhadap sesama manusia dan lingkungan). Akhirnya dengan modal tripusat mudah-mudahan dapat menyelaraskan antara prinsip dunia (intelektual) dan prinsip agama (moral) yang kemudian dapat menciptakan keselarasan antara prestasi dan hati, antara wawasan akal dan keluasan spiritual, antara prestasi dan moral sehingga terwujud generasi yang cerdas secara intelegensi, emosional, dan spiritual. Wallahu a’lam bis-Shawab. . disadur dari pendahuluan [1] buku “Pendidikan Moral dan budi pekerti” (Dra. Nurul Zairah,M.si) .kaitannya dengan akhlak, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya [2] aku (Nabi Muhammad SAW) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak). (HR. Bukhari). . Moral mengandung beberapa pengertian antara lain: adat istiadat, [3] sopan santun, dan perilaku. [4].RadenMas Suwardi Suryaningrat yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, dilahirkan pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Ia tergolong penulis tangguh pada masanya; tulisan-tulisannya sangat tegar dan patriotik serta mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. .dipaparkan dalam artikel “Urgensi Pendidikan Budi Pekerti Bagi Dunia [5] Pendidikan Kita (Harapan dan Tantangan Menyongsong Era Globalisasi Dunia)”Oleh Dra. Nurul Zuhairah, M.si