1. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING DAN
PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN SELADA.
Usulan Penelitian
Oleh :
PANJI PANDU SUKMA
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
FAKULTAS PERTANIAN
TANJUNGSARI
2010
2. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING DAN
PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN SELADA.
Oleh :
PANJI PANDU SUKMA
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
Jurusan Budidaya Pertanian/Agroteknologi
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
FAKULTAS PERTANIAN
TANJUNGSARI
2010
3. Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada.
ama
Nim
Jurusan
Program
:
:
:
:
Panji Pandu Sukma
4122.1.06.11.0021
Budidaya Pertanian
Agroteknologi
Tanjungsari, Juli 2010
Menyetujui,
Komisi
Pembimbing
Dr. Lia Amalia, Ir., MP .
Ketua Mamat Kandar, Ir., MP.
Anggota
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian,
Dr. Hj. Noertjahyani, Ir.,MP.
NIP. 131689980
4. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian
yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada”. Usulan Penelitian ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Winaya Mukti Jurusan Budidaya Pertanian/Agroteknologi.
Dalam penyusunan Usulan Penelitian ini, penulis menyadari banyak
keterbatasan yang dimiliki sehingga merasakan bahwa usulan ini masih jauh dari
sempurna. Tetapi meskipun demikian penulis sangat berharap usulan ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mewujudkan usulan ini menjadi
penelitian yang sebenarnya.
Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan
ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Lia Amalia, Ir., MP. Komisi Pembimbing.
2. Mamat Kandar, Ir., MP. Anggota Komisi Pembimbing.
3. Prof. Dr. H. Nurdin H, Ir., Drs., MP. dan Hj. Tien Turmuktini, Ir., MP.
Penelaah.
4. Dr. Hj. Noertjahyani, Ir., MP. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian S-1
Universitas Winaya Mukti.
5. H. Fatah Nugraha, Ir., MP. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Winaya
Mukti.
i
5. 6. Orang tua beserta seluruh keluarga tercinta yang telah memberi dukungan
moril maupun materil.
7. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Winaya Mukti
Kritik dan saran sangat diharapkan terhadap Usulan Penelitian ini sehingga
dapat menyempurnakan lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata penulis berharap
semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya semua pihak yang memerlukan.
Sumedang, Juli 2010
Penulis
ii
10. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan
sehari hari dan permintaannya cenderung terus meningkat Sebagaimana jenis
tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai
komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab sayuran
senantiasa dikonsumsi setiap saat.
Selada (Lactuca sativa L) merupakan tanaman hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena kebanyakan yang mengkonsumsi adalah
tamu hotel, restoran, dan bergizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A
dan C serta banyak mengandung unsur Ca dn P (Ashari, 1995). Di Indonesia
kebutuhan akan selada semakin meningkat dengan semakin banyaknya restoran,
hotel dan tempat lain yang menyajikan masakan asing seperti salad, hamburger
dan lain-lain sehingga perlu adanya upaya peningkatan produksi selada baik
secara kuantitas maupun kualitasnya melalui teknik budidaya yang baik. Salah
satu aspek yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi adalah masalah
kesuburan tanah. Seperti halnya tanaman sayuran lainnya tanaman selada
memerlukan pemupukan yang bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman, salah satunya adalah dengan pemberian pupuk
organik.
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari
alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami
(Musnamar, 2003). Pupuk organik bersifat bulky sehingga perlu diberikan dalam
11. jumlah banyak. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik
tidak dapat lebih unggul daripada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk
organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan
kualitas tanah lebih baik.
Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, pupuk organik penting
dalam: (1) membantu pengagregatan tanah, dengan demikian memperbaiki sifat
fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap pengikisan pada tanah. (2)
mengubah sifat menambat air, terutama pada tanah berpasir. (3) dapat bereaksi
dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang
meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat
dikurangi (Setyorini, 2005).
Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan
bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kascing, kompos, humus, pupuk hijau, dan
pupuk mikroba (Musnamar, 2003). Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk
organik cair dan ada pupuk organik padat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kandungan hara pada pupuk
kandang, kompos dan limbah organik yang sekaligus mengatasi masalah bulky
adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair.
Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
organik cair dari kotoran ternak (biokultur). Dimana kotoran ternak yang
digunakan untuk membuat pupuk organik cair ini adalah kotoran ayam yang
difermentasi menggunakan mikoorganisme lokal.
12. Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing. Kascing merupakan
produk samping dari budidaya cacing tanah berupa pupuk organik yang sangat
cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, mengandung
unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri
penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan oleh tanaman (Krishnawati, 2003).
Dengan memperhitungkan generasi mendatang dan berkurangnya tingkat
kesuburan tanah diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia dan bahan kimia
(pestisida) yang terus menerus, sehingga merusak biologi fisik tanah. Maka
diperlukan alternatif lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media
atau pupuk yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman tanpa merusak biologi
dan fisik tanah.
Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan penelitian mengenai pengaruh
pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apakah terjadi interaksi antara pupuk kascing dengan pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
13. 2. Jika tidak terjadi interaksi pupuk kascing dengan pupuk organik cair, pada
dosis berapakah yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman selada.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui pengaruh interaksi penggunaan dosis pupuk kascing dengan
pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
Kegunaan penelitian :
1. Sebagai sumber data dalam menyusun skripsi yang merupakan salah satu
syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas
Winaya Mukti.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat maupun pihak pihak yang
membutuhkan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Dalam teknik budidaya tanaman sayuran, harus diperhatikan faktor-faktor
yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhannya, salah satunya adalah
faktor tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, juga merupakan
suatu bentuk ekosistem dinamis yang tersusun atas berbagai komponen penting
seperti air, unsur mineral, bahan organik, mikroorganisme serta udara.
Untuk mengatasi kendala dalam budidaya selada perlu dilakukan
perbaikan teknik bididayanya, seperti penggunaan varietas unggul dan pemberian
input teknologi ke dalam tanah untuk meningkatkan produktivitas tanah dan
tanaman (Lingga, Pinus, 1995). Keinginan untuk mendapatkan hasil lebih tinggi
14. agar diperoleh keuntungan maksimal mendorong tindakan campur tangan
manusia, sehingga tanaman harus tumbuh lebih baik dan memberikan hasil lebih
banyak dengan kualitas lebih tinggi. Akibat orientasi tersebut penambahan unsur
hara harus dilakukan sampai batas-batas tertentu yang masih menguntungkan
secara ekonomis. Memahami tentang keberhasilan pemupukan, menurut Lingga
(1995) perlu menguasai tiga hal yang berkaitan dengan pemupukan, yaitu : tanah,
tanaman dan pupuk. Beberapa faktor pada tanah yang dapat mempengaruhi
kesuburan tanaman adalah struktur tanah, pH dan kelengkapan hara. Faktor
tanaman berhubungan dengan kemampuan menyerap hara secara maksimal dan
mengekspresikanya secara maksimal pula. Sedangkan pupuk yang menjadi
penentu keberhasilan pemupukan adalah mengenai takaran dan jenis pupuk yang
diaplikasikanya. Sehingga dengan demikian kebutuhan tanaman akan pupuk dapat
dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
Menurut (Musnawar, 2003) penambahan kascing pada media tanaman
akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi tinggi dan bobot tanaman.
Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya
10%-20% dari volume media tanaman. Kascing mempunyai struktur remah,
sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah (Masnur, 2001).
Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah memperbaiki
struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk
menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti
meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro
dan mikro, meningkatkan PH pada tanah asam dan sebagainya (Nick, 2008).
15. Selain mampu menyumbangkan unsur hara, menurut Mulat (2005) kascing
juga mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman, seperti giberelin 2,75%, sitokinin 1,05% dan auksin 3,80%. Jumlah
mikroba yang banyak dan aktifitasnya yang tinggi bisa mempercepat mineralisasi
atau pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia
bagi tanaman.
Selanjutnya dilaporkan juga bahwa menurut hasil penelitian (Rino. D. C.
Hanampun, 2009) Perlakuan pupuk kascing pada dosis pupuk 300 g polybag-1
meningkatkan berat basah dan berat kering tanaman kakao. Hal ini diduga karena
penambahan kascing ke dalam media tanam dapat meningkatkan ketersediaan
nutrisi bagi tanaman, sehingga mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musnawar (2006) yang menyatakan
bahwa kascing mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan
kascing pada media tanaman akan mempercepat pertumbuhan dan berat tanaman.
Sedangkan dari hasil penelitian A.W..Irawan dkk (2005) dilaporkan bahwa
berdasarkan pengamatan jumlah daun, tinggi tanaman, berat basah dan berat
kering tanaman dengan pemberian pupuk kascing memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tanaman sawi.
Pada tanaman bawang merah, penggunaan pupuk cair dapat menghemat
pupuk anorganik (urea, SP-36, dan KCl) hingga 50% dengan produktivitas
meningkat hingga 40%. Pada tanaman jagung, pupuk cair dapat menghemat
pupuk anorganik hingga 50% dengan produktivitas meningkat 25%-30 % (I Made
Londra, 2008).
16. Berdasarkan hasil penelitian (PT. Tri Harmoni Abadi.com, 2007)
pemberian pupuk organik cair pada dosis 2ml L-1 dapat meningkatkan produksi
panen 40%-100%, mencegah atau mengurangi gugur bunga dan buah,
memperkuat jaringan pada akar dan batang, sebagai katalisator sehingga dapat
mengurangi penggunaan pupuk dasar sampai 50%, meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit terutama fungi atau cendawan, mempercepat
panen pada tanaman semusim.
Sama halnya dengan hasil penelitian N. F. Rizqiani, dkk (2007). Dosis
pupuk organik cair 10 L Ha-1, 20 L Ha-1 dan 30 L Ha-1 yang diberikan
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman buncis akibat dari adanya
penambahan kandungan unsur N di daun tanaman, dimana pemberian pupuk
organik cair mampu meningkatkan status unsur nitrogen dari harkat sangat rendah
pada tanaman yang tidak diberi pupuk organik cair menjadi berharkat rendah pada
tanaman yang diberi pupuk organik cair. Hal ini senada dengan penyataan Jones
cit. Engelstad (1997), bahwa hasil analisis jaringan daun dengan kategori hara
rendah untuk unsur nitrogen dapat menghasilkan persentase hasil maksimum yang
dihasilkan tanaman pada kisaran 80%-90%.
Pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair harus memperhatikan
dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Semakin tinggi
dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh
17. tanaman akan semakin tinggi. Tetapi pemberian dengan dosis yang berlebihan
justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman.
1.5 Hipotesisi
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terjadi interaksi pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
2. Jika tidak terjadi interaksi, salah satu dosis pupuk kascing dan pupuk
organik cair berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada.
18. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Selada
2.1.1 Taksonomi Tanaman Selada
Tanaman selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang berasal
dari Asia Barat. Mekipun demikian sumber lain memastikan bahwa sumber
genetik tanaman selada adalah kawasan Amerika, hal ini antara lain dibuktikan
bahwa Christoper Columbus pada tahun 1493 menemukan tanaman selada di
daerah Hemisphere (Rukmana, 1994).
Klasifikasi ilmiah tanaman selada menurut Rukmana (1994) dan Haryanto
et al (1994) adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Lactuca
Species : Lactuca sativa L
2.1.2 Morfologi Tanaman Selada
Morfologi selada umumnya membentuk suatu pahatan batu berbentuk
menyerupai mawar, mempunyai dasar daun tebal, bercabang berbunga sempurna
dengan 5 stamen dan melakukan penyerbukan sendiri. Sistem perakaran selada
adalah akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua arah pada
kedalaman 15-30 cm. Ada hubungan antara perkembangan system perakaran
19. dengan struktur tanah. Pada tanah yang padat perkembangan akar kurang baik dan
pendek. Daunya berbentuk bulat panjang, sering berjumlah banyak dan biasanya
berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Warna
daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Daun tak berambut,
mulus, berkeriput atau kusut berlipat, ukuranya bermacam-macam tergantung
jenisnya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Di daerah yang beriklim sedang (sub-tropis), tanaman selada mudah
berbunga, bunganya berwarna kuning pucat, dan tangkai bungnya dapat mencapai
90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji
berbentuk pipih, berukuran kecil serta berbulu tajam (Rukmana, 1994).
Di beberapa negara produsen sayuran, Selada dikelompokan dalam dua
tipe, yaitu tipe kubis dan cos. Selada tipe kubis memiliki ciri-ciri berdaun lebar
dan keriting (bergelombang), serta bertumpuk rapat membentuk telur (krop),
tetapi kropnya tidak begitu padat. Sedangkan selada tipe cos, daun-daunya
berwarna hijau muda, bentuknya lonjong, tidak keriting, dan dapat membentuk
krop cukup padat (Rukmana, 1994).
Menurut Haryanto et al (1994) ada empat kelompok jenis selada, yaitui :
1. Selada kepala renyah (Crisphead lettuce) dan kepala mentega (Butterhead
lettuce) atau selada bokor.
2. Selada rapuh (Longifolia lettuce) atau selada cos (Romaine lettuce).
3. Selada daun (Leaf lettuce) atau potongan (cutting lettuce).
4. Selada batang (Stem lettuce).
20. 2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Selada
Iklim
Selada dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan). Hal yang terpenting adalah memperhatikan pemilihan varietas
yang cocok dengan lingkungan (ekologi) setempat (Rukmana, 1994).
Suhu sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas
tinggi, suhu optimumnya untuk siang hari adalah 20° C dan malam hari adalah
10° C. Suhu yang lebih tinggi dari 30° C biasanya menghambat pertumbuhan.
Umumnya intensitas cahaya tinggi dan hari panjang meningkatkan laju
pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi
lebih lebar, yang berakibat pembentukukan kepala menjadi lebih cepat (Rubatzky
dan yamaguchi, 1997).
Tanaman selada memerlukan cahaya yang tidak terlalu banyak, sebab
curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada daun. Oleh
karena itu, penanaman selada di anjurkan pada akhir musim hujan. Untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhannya, selada memerlukan air sebanyak 400 mm
air (Haryanto dkk, 2003).
Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai jenis tanah. Namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang
air. Selada dapat tumbuh baik dengan pH 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. bila pH terlalu
rendah perlu dilakukan pengapuran.
21. 2.1.4 Kegunaan dan Manfaat Tanaman Selada
Kegunaan utama tanaman selada adalah sebagai salad atau lalaban segar
(dimakan mentah) atau dijadikan berbagai bentuk masakan Eropa maupun Cina
dan jarang disayur masak karena dapat menyebabkan kandungan nutrisinya
banyak berkurang sehingga rasanya menjadi tidak enak dan sulit dicerna.
Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan
penghias hidangan karena memiliki penampilan yang menarik. Ada yang
berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain itu selada
mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Menurut
Anonim (2004) manfaat daun selada bagi kesehatan tubuh adalah sebagai berikut :
a. Membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan terjadinya stroke
b. Mengurangi resiko terjadinya kanker
c. Mengurangi resiko terkena katarak
d. Membantu mengurangi resiko spina bifida (salah satu jenis gangguan
kelainan pada tulang belakang).
e. Membantu kerja pencernaan dan kesehatan organ hati
f. Mengurangi gangguan anemia
g. Membantu meringankan insomnia (sulit tidur) karena ketegangan syaraf.
2.1.5 Kandungan Gizi Tanaman Selada
Kandungan gizi selada dalam tiap 100 gr bahan segar selada (Diirektorat
Gizi Depkes RI,1981) dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
22. Tabel 1. Kandungan gizi selada dalam tiap 100 gr
Nilai Gizi Komposisi
Kalori 15,00 kalori
Protein 1,20 gr
Lemak 0,20 gr
Karbohidrat 2,90 gr
Kalsium 22,00 mg
Fosfor 25,00 mg
Zat besi 0,50 mg
Vitamin A 540,00 SI
Vitamin B1 0,04 mg
Vitamin C 8,00 mg
Air 94,80 gr
2.2 Kascing
Pupuk kascing merupakan pupuk organik dengan teknologi pola siklus
kehidupan cacing tanah. Cacing tanah mampu mempercepat proses penghancuran
bahan organik sisa menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Cacing tanah
mempu menguraikan sampah organik 2-5 kali lebih cepat dari mikroorganisme
pembusuk. Limbah bahan organik yang diuraikan dapat mengalami penyusutan
40%-60%. Cacing tanah dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium
karbonat (CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing
tanah juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi. Selain
perbaikan sifat kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat
memperbaiki kondisi fisik tanah. Cacing mampu menggali lubang di sekitar
permukaan tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan
kadar oksigen tanah sampai 30 %, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan
pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap
dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa
23. memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses
pengikisan hingga 40 % (Kartini, 2007).
Kascing mengandung asam humat. zat-zat humat bersama-sama dengan
tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kompleks baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui
pengaruhnya terhadap sejumlah proses-proses dalam tubuh tanaman. Secara tidak
langsung, zat humat dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan mengubah
kondisi-kondisi fisik, kimia dan biologi tanah (Mulat, 2003).
Kascing merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan
dari pupuk organik yang lain karena unsur haranya dapat langsung tersedia,
mengandung mikroorganisme yang lengkap dan juga mengandung hormon tubuh
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Nick, 2008).
Menurut Masnur (2001) keunggulan kascing adalah:
Kascing mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung
pada bahan yang digunakan. Kascing merupakan sumber nutrisi bagi
mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan
organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan
lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah,
kascing juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik.
Kascing berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan
menetralkan pH tanah.
24. Kascing mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini
karena struktur kascing yang memiliki ruang-ruang yang mampu
menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan
kelembaban.
Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing
tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut,
yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat
pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam kascing, sehingga dapat
diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.
Setiap bahan yang digunakan sebagai media akan mempengaruhi kualitas
kascing/pupuk yang dihasilkan cacing tersebut.
2.3 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang berbentuk cair. Pupuk
organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam,
hormon tumbuhan, dan bahan-bahan alami lainnya. Pupuk organik cair
kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar
yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu,
Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat
meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
25. meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan
serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi,
serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi
gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Anonim, 2004).
Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas,
pupuk cair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia dan
mikroorganisme efektif (Parnata, 2005).
2.3.1 Teknologi Fermentasi
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke
subtrat organik (Rahman,1989). Fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas
mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini
dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
Ade, I. S. (1990). Melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk
skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang
dikonversikan dalam bentuk pupuk organik cair Prinsip dari fermentasi anaerob
ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran
temperatur dan kondisi tertentu.
26. III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Wangunharja
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, dengan ketinggian tempat 1.200
meter di atas permukaan laut (dpl)., suhu udara rata-rata 20°C-28ºC, ordo tanah
Andisol (Balitsa), dengan pH tanah 4,8 dan tipe curah hujan (Schmidt dan
Ferguson, 1951) adalah tipe C yaitu basah (Lampiran 1). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Oktober 2010.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada krop
Varietas Brando (Lampiran 2), pupuk kascing, pupuk organik cair kotoran ayam,
tanah top soil, air, dan bahan bahan yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, cangkul, polybag,
meteran, timbangan, oven, handsprayer, tali plastik, plastik, bambu, beaker galss,
pisau, plang nama, kalkulator, label, dan alat alat lain yang mendukung penelitian
ini.
3.3 Rancangan Percobaan
3.3.1 Rancangan Lingkungan
Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 2 ulangan.
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Rancangan perlakuannya sebagai berikut :
Faktor I : Pupuk kascing (K) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :
27. K0 = 0 g polybag-1
K1 = 150 g polybag-1
K2 = 300 g polybag-1
K3 = 450 g polybag-1
Faktor II : Pupuk organik cair dengan 4 taraf yaitu :
P0 = 0 ml L-1 air
P1 = 2 ml L-1 air
P2 = 4 ml L-1 air
P3 = 6 ml L-1 air
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi dengan 2
ulamgan, jumlah plot 32 plot, jumlah tanaman/plot 10 tanaman, jumlah tanaman
sampel/plot 4 tanaman. Jadi jumlah seluruh tanaman adalah 320 tanaman dan
jumlah seluruh tanaman sampel 128 tanaman. Luas plot 100 cm × 100 cm, jarak
antar plot 30 cm, jarak antar blok 50 cm.
3.3.3 Rancangan Respon
Respon tanaman yang diamati meliputi pengamatan penunjang dan
pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak
di analisi secara statistik dan berguna untuk membantu dalam pembahasaan hasil
penelitian, yaitu analisis tanah sebelum percobaan (Lampiran 3), analisis pupuk
kascing (Lampiran 4), analisis pupuk organik cair (Lampiran 5), suhu,
kelembaban, hama dan penyakit yang menyerang tanaman, serta gulma yang
tumbuh di lapangan.
28. Pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya di uji secara statistik
pada tiap petak percobaan yang ditentukan secara acak, variabel yang diamati
meliputi :
1.Tinggi tanaman
Tinggi tanaman (cm) merupakan rata-rata tinggi dari 4 tanaman contoh. Tinggi
tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tanaman yang terpanjang.
Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 Hari Setelah Tanam (HST),
28 HST, 35 HST, dan 42 HST.
2. Jumlah daun pertanaman
Jumlah daun pertanaman (helai), yaitu rata-rata jumlah daun dari 4 tanamn contoh
dengan kriteria daun yang telah mekar sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat
tanaman berumur 21 HST, 28 HST, 35 HST, dan 42 HST.
3. Diameter kanopi
Diameter kanopi (cm), yaitu mengukur diameter bagian ujung daun luar dari
kedua belah sisi kiri dan kanan tanaman contoh sebanyak 4 tanaman. Pengamatan
dilakukan pada saat tanaman berumur 21 HST, 28HST, 35 HST, dan 42 HST.
4. Nisbah pupus akar
Nisbah pupus akar adalah perbandingan antara bobot kering tanaman bagian atas
(pupus) dengan bobot kering tanaman bagian bawah (akar) dari tanaman contoh.
Bagian yang akan diukur bobot keringnya adalah akar dan pupus. Penimbangan
dilakukan setelah dekeringkan di oven sampai bobot konstan pada temperatur
80°C. Pengukuran diulangi lagi setelah ± 3 jam apabila bobot tidak berkurang
29. setelah 3 kali penimbangan maka sudah mencapai berat konstan. Selanjuntnya
dilakukan perhitungan rasio bobot pupus akar.
Bobot kering bagian atas tanaman
NPA = Bobot kering akar tanaman
5. Bobot segar per tanaman
Bobot segar per tanaman adalah rata-rata bobot segar dari 4 tanaman contoh pada
setiap petak percobaan, dilakukan dengan cara ditimbang menggunakan
timbangan manual. Pengamatan dilakukan pada saat panen (50HST).
6. Bobot bersih per tanaman
Bobot bersih per tanaman adalah rata-rata bobot tanaman dari 4 tanaman contoh
setelah pangkal akar dan daun yang tidak dapat dikonsumsi dipisahkan dari
tanaman contoh. Pengamatan dilakukan pada saat panen (50 HST).
3.3.4 Rancangan Analisis
Data data hasil pengamatan kemudian dianalisis secara statistik dengan
model linier sebagai berikut :
Yijk = μ + ri + kj + pk + (kp)jk + εijk
Dimana :
Yijk = hasil pengamatan blok ke-i dengan perlakuan pupuk kascing pada
taraf ke- j dan pupuk organik cair pada taraf ke-k.
µ = Nilai tengah perlakuan.
r i = Pengaruh blok ke- i.
kj = Pengaruh pupuk kascing pada taraf ke- j.
pk = Pengaruh pupuk organik cair pada taraf ke- k.
(kp)jk = Pengaruh interaksi antara pupuk kascing pada taraf ke-j dan pupuk
30. organik cair pada taraf ke- k.
εijk = Pengaruh galat percobaan blok ke- i yang mendapat perlakuan pupuk
kascing ke-j dengan pupuk organik cair pada taraf ke-k.
Berdasarkan model linier tersebut dapat disusun daftar sidik ragam
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Sidik Ragam
Sumber Ragam Db JK KT Fh F0,05
Ulangan (r) 1 (Σxi…2/t)-
(x…2/r.t)
JKr/Dbr KTr/KTg 4,54
Perlakuan (t) 15 (Σx.jh2/r)-(x…2/r.t) JKt/Dbt KTt/KTg 2,40
K 3 (Σx.j.2/r.p)-
(x…2/r.t)
JKk/Dbk KTa/KTg 3,29
P 3 (Σx.h2/r.k)-
(x…2/r.t)
JKp/Dbp KTz/KTg 3,29
K x P 9 JK tot-Jka-JKz Jkaz/Dbr KTaz/KTg 2,59
Galat (g) 15 JKtot-Jkul-JKPerl JKg/Dbg
Total 31 (Σxijh2)-(x…2/r.t)
Sumber : Toto Warsa dan Cucu S. A (1982)
Keterangan : ∑Xi.2 = total ulangan ke-j; ∑ X.j 2 = total perlakuan ke-i; ∑Xij2 =
angka pengamatan perlakuan ke-i dalam kelompok ulangan ke-j ;
X = total umum; r = banyaknya uangan ; t = banyaknya perlakuan;
DB = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah;
Fhit = nilai F hitung dan F,05 = nilai F,05 pada taraf 5 %.
Apabila hasil analisis ragam menunjukkan F hitung perlakuan lebih
besar dari F tabel perlakuan (Fhit > F,05) terdapat keragaman perlakuan yang
nyata, maka untuk mengetahui perbedaan maing-masing perlakuan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 % dengan rumus sebagai
berikut :
LSR = (.dbg.p) = SSR (.dbg.p) x S x
Nilai S x dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
1 Terjadi Interaksi
31. Untuk membedakan setiap taraf K pada arah baris taraf P atau pada setiap
taraf P pada arah kolom K digunakan galat baku rata-rata dengan rumus :
S x
r
KTGalat
2 Tidak terjadi interaksi
a. Untuk membedakan setiap taraf K dalam perlakuan P digunakan galat baku
rata-rata dengan rumus :
S x
Pr
KTGalat
.
b. Untuk membedakan setiap taraf P dalam perlakuan K digunakan galat baku
rata-rata dengan rumus :
S x
Kr
KTGalat
.
Keterangan :
LSR = Least significant ranges
SSR = Student significant ranges
= Taraf nyata 5%
dbG = Derajat bebas galat
p = Jarak antar perlakuan
KT galat = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan
S x = Galat baku rata-rata
32. 3.4 Pelaksanaan Percobaan
3.4.1 Persiapan Media Tanam
Untuk media tanam digunakan tanah lapisan atas (top soil) yang telah
diayak terlebih dahulu. Polybag yang digunakan berukuran 20 cm × 30 cm.
Berdasarkan perhitungan, setiap polybag diisi dengan 3 kg tanah (Lampiran 6).
Kemudian disusun pada plot penelitian (Lampiran 9 dan Lampiran 10).
3.4.2. Aplikasi Pupuk Kascing
Apliksi pupuk kascing dilakukan 2 minggu sebelum benih ditanam di
polybag dengan dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi
dilakukan dengan cara mengaduk pupuk kascing dengan media (top soil) yang
telah diisi pada polybag.
3.4.3. Aplikasi Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair kotoran ayam diaplikasikan melalui daun pada pagi
hari dengan menggunakan handsprayer. Dosis pupuk yang diberikan sesuai
dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi pupuk dilakukan 3 kali, aplikasi
pertama saat tanaman berumur 3 Minggu Setelah Tanam (MST) selanjutnya
diberikan dengan interval 1 minggu.
3.4.4. Penyemaian
Penyemaian benih selada dilakukan dengan cara disebar pada campuran
media tanah lapisan atas dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setelah
masa perkecambahan benih selama 7 hari, benih selda siap dipindahkan ke dalam
polybag .
33. 3.4.5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menanam 1 benih pada polybag yang telah
diisi media pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah kemudian lubang tanam
ditutup kembali.
3.4.6. Pemeliharaan
a). Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan air per tanaman, yaitu
dengan cara menghitung kapasitas lapang (Lampiran 7).
b). Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati atau
pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Waktu penyulaman
dilakukan sampai batas waktu tanaman umur 7 HST.
c). Pemupukan
Pemupukan dilakukan agara tanaman tumbuh dengan baik. Pupuk yang
diberikan yaitu kascing, pupuk organik cair kotoran ayam, Urea, SP-36, dan KCl.
Pupuk kascing dan pupuk organik cair yang diberikan sesuai dengan
perlakuan. Pupuk urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (58% K2O)
diberikan pada saat 1 minggu sebelum tanam. Takaran masing-masing pupuk
setengah dari kebutuhan pupuk tanaman selada, yaitu Urea 100 kg ha-1, SP-36 50
kg ha-1, KCl 50 kg ha-1 (Rukmana, 1994).
Apliksi pupuk Urea, SP-36, dan KCL dilakukan 1 minggu sebelum benih
ditanam di polybag . Perhitungan kebutuhan pupuk terdapat pada Lampiran 8.
34. d). Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada dalam polybag maupun pada plot. Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan
kondisi gulma yang ada di lapangan.
e). Pengendalian Hama dan Penyakit
Pencegahan hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi dengan
menggunakan pestisida sesuai sasaran. Pestisida yang digunakan adalah
insektisida Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 ml L-1 dan fungisida Dithane M-45,
80 WP dengan konsentrasi 2 mg L-1 air.
3.4.7. Panen
Selada dipanen pada umur 50 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan
dengan cara mencabut semua bagian tanaman.
35. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Selada Solusi Tepat Untuk Sehat dan Singset. Natural Healing.
http://www.portal.cbn.net.id.
Anonim, 1993. Mepertahankan Kesuburan Tanah Tanpa Pupuk Kimia. Trubus
Vol. 280:72-73.
Ashari. S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Engelstad, O.P. 1997. Fertilizer Technology and Uses (Teknologi dan
Penggunaan Pupuk diterjemahkan oleh Didiek Hadjar Goenadi). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara
pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29.
Haryanto, 1994. Sawi dan Selada. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Irwan. A. W, 2005. Pengaruh dosis kascing dan bioaktivator terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang
dihudidayakan secara organic. Univrsitas Pajajaran. Jatinangor. Jumal
Kultivasi (2005) Vol 4(2) : 136-140.
Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk Penebar Swadaya. Jakarta
163 hal.
Masnur, 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah). Istalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram.
http://kascing.com/article/mashur/vermikompos-kompos-cacing-tanah
Musnawar. E. I, 2003. Pupuk Organik Penebar Swadaya, Jakarta.
Nick, 2008. Pupuk Kascing Mencegah Pencemaran.
http://keset.wordpress.com/2008/08/22/pupuk-kascing-mencegah-
pencemaran/
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Rino. D. C. Hanampun, 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumnuhan Tanaman kakao. Universitas
Sumatra Utara. Medan
36. Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Rizqiani. N. F, 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik
Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis. Universitas
Gajah Mada. Jogjakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1
(2007) p: 43-53.
Setyorini, D., 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian,
http://www.pustaka-deptan.go.id.
Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh pupuk biokimia “Sari Humus” pada
tanaman kubis. Buletin Penelitian Hortikultura 15(20):213-218.’
Yamaguchi, V. E. 1998 Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi II,
ITB. Bandung.
39. Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Selada Varietas Brando
NO. DESKRIPSI KETERANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Asal
Silsilah
Golongan varietas
Tipe pertumbuhan
Umur panen
Ukuran daun
Warna daun terluar
Bentuk tepi helai
Daun
Bentuk krop
Berat per krop
Ukuran krop
Kekerasan krop
Tekstur
Rasa krop
Daya simpan pada
Suhu kamar
Hasil
Ketinggian tempat
PT. East West Seed Indonesia
Seleksi nomor 621 turunan berulang EZ (F) dari PT.
Enza Zaden, Belanda x EZ Y (M) dari PT. Enza
Zaden, Belanda
Menyerbuk silang
Tegak
48 - 52 hari setelah tanam
Panjang + 22 cm; lebar + 21 cm
Hijau terang
Tumpul bergerigi
Semi gepeng
Bulat
+ 730 g
Tinggi + 11,5 cm; diameter + 14,0 cm
Keras
Renyah
Manis agak getir
4 – 6 hari
95 ton ha-1
Beradaptasi dengan baik di dataran sedang sampai
tinggi dengan ketinggian 600 - 1.400 m dpl
Sumber: PT. East West Seed Indonesia
40. Lampiran 3. Data Analisis Tanah Sebelum Percobaan
No Parameter Hasil Kriteria
1 pH H2O 48 Masam
2 pH KCl 4,3 -
3 Kejenuhan Basa (%) 8 Tinggi
4 Kemasaman-dd (cmol/kg) 4,93 -
5 Al-dd (cmol/kg) 12,0 -
6 H-dd (cmol/kg) 3,37 -
7 C – Organik (%) 5,9 Sangat Tinggi
8 N – Total (%) 0,02 Sangat Rendah
9 C/N 295 Sangat Tinggi
10 P2O5 (mg/100kg) 569 Sangat Tinggi
11 K2O (mg/100kg) 161,2 Sangat Tinggi
12 P2O5 tersedia Bray (mg/kg) 157,5 Sangat Tinggi
13 Susunan Kation
Ca- dd
Mg-dd
K-dd
Na-dd
1,86
0,23
0,58
0,14
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sedang
Rendah
14 KTK 33,23 Tinggi
15 Unsur Makro-Mikro :
Fe
Zn
Cu
23,9
4,5
3,7
-
-
-
16 Tekstur :
Pasir
Debu
Liat
71
26
3
-
-
-
Sumber : Instalasi Laboratorium Kimia Agro Lembang
41. Lampiran 4. Data Analisis Pupuk Kascing
Sifat Kimia Komposisi
Kadar air (%) 43,8
pH : H20 7,1
KCl 6,7
C total (%) 27,33
N total (%) 3,61
C/N 10
P2 O5 (%) 18,16
K 2O (%) 11,10
CaO (%) 0,59
MgO (%) 0,40
S (%) 1,03
KTK (cmol/kg) 69,0
Keterangan : *) Dianalisis di Laboratorium dan Penelitian UPP SDA Hayati
Unpad
42. Lampiran 5. Data Analisis Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam
Analisis Sifat Kimia kotoran ayam yang sudah difermentasi dengan M-Bio yang
digunakan di Pangalengan dan Cisarua
No Parameter Pangalengan* Cisarua**
Hasil Kriteria Hasil Kriteria
Hara Makro
1 pH H2O 7,50 netral 7,90 agak alkali
2 pH KCl 7,30 netral 7,70 agak alkali
3 C – Organik (%) 26,33 Sangat tinggi 18,72 sangat tinggi
4 N – Total (%) 3,22 sangat tinggi 1,63 sangat tinggi
5 C/N 8,00 8,00
6 P2O5 (mg/kg) 4405,0 3098,8
7 Ca (cmol/kg) 24,03 sangat tinggi 17,16 sangat tinggi
8 Mg (cmol/kg) 20,14 sangat tinggi 10,34 tinggi
9 K (cmol/kg) 45,86 sangat tinggi 32,61 sangat tinggi
10 S (mg/kg) 2624,0 1377,0
11 Na (cmol/kg) 10,81 sangat tinggi 5,71 sangat tinggi
12 KTK (cmol/kg) 80,18 sangat tinggi 36,19 tinggi
13 KB (%) 126,00 sangat tinggi 182 sangat tinggi
Hara Mikro
1 Fe (mg/kg) 66,90 sangat tinggi 50,60 sangat tinggi
2 Mn (mg/kg) 403,60 sangat tinggi 376,90 sangat tinggi
3 Cu (mg/kg) 70,60 tinggi 58,90 tinggi
4 Zn (mg/kg) 59,10 tinggi 44,00 tinggi
5 Al (emol/kg) 105,0 tinggi 75,00 tinggi
6 B (mg/kg) 298,79 tinggi 230,82 tinggi
Sumber : Laboratorium Kesuburan Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang, 2002 * dan 2003**
43. Lampiran 6. Kebutuhan Tanah Untuk Polybag
Ukuran polybag : 20 cm × 25 cm
Berdasarkan perhitungan sebagai berikut : L × K × B
Luas permukaan polybag (L) : 3,14 × 82 = 200,96 cm2
Kedalaman penetrasi akar pada tanah (K) : 15 cm
Berat jenis tanah : 1 g cm -3
Maka :
Baerat tanah = L × K × B
= 200,96 cm2 × 15 cm × 1 g cm -3
= 3014 g
= 3 kg
Jadi kebutuhan tanah seluruhnya : 3 kg × 320 tanaman
: 960 kg
44. Lampiran 7. Penentuan Kapasitas Lapang
1. Polybag diisi dengan tanah kering angina yan telah diayak sebanyak 3 kg,
kemudian tempatkan pada suatu tempat yang memungkinkan air dari
lubang drainase dapar ditampung secara lansung ke wadah.
2. Polybag yang telah berisi tanah disiram air sampai jenuh dengan volume
air yang diketahui (W1), kemudian pada bagian bawah polybag dibuat
lubang drainase sebanyak 5 titik.
3. Diamkan selama 24 jam sampai semua kelebihan air turun ke dalam
wadah penampung.
4. Air yang tertampung dalam wadah diukur volumenya (W2), kemudian
dilakukan perhitungan volume air pada kapasitas lapang
Jumlah air pada kapasitas lapang = W1 - W2
= Volume air yang diberikan – Volume air
yang ditampung
45. Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Pupuk
a). Kebutuhan pupuk kascing selama percobaan
K1 = 150 g × 40 tanaman × 2 ulangan × 1 aplikasi
= 12.000 g (12 kg)
K2 = 300 g × 40 tanaman × 2 ulangan × 1 aplikasi
= 24.000 g (24 kg)
K3 = 450 g × 40 tanaman × 2 ulangan × 1 aplikasi
= 36.000 g (36 kg)
Jadi kebutuhan pupuk kascing : 12 kg + 24 kg + 36 kg
: 72 kg
b). Kebutuhan pupuk organik cair kotoran ayam
P1 = 2 ml × 40 tanaman × 2 ulangan × 3 aplikasi
= 480 ml
P2 = 4 ml × 40 tanaman × 2 ulangan × 3 aplikasi
= 960 ml
P3 = 6 ml × 40 tanaman × 2 ulangan × 3 aplikasi
= 2.880 ml
Jadi kebutuhan pupuk organik cair kotoran ayam
= 480 ml + 960 + 2.880 ml air
= 4.320 ml (4,32 L)
Kebutuhan air sebagai pelarut :
= 1000 ml × 120 tanaman × 2 ulangan × 3 aplikasi
= 720.000 ml (720 L)
46. c). Kebutuhan pupuk Urea, SP-36, KCl
Bobot tanah per polybag = 3 kg
BD tanah = 1 g cm-3
Kedalaman olah tanah = 20 cm
Volume tanah 1 Ha = 10.000 m2 × 20 cm
= 2 × 109 cm3
Bobot tanah 1 Ha = 2 × 109 cm3 × 1 g cm-3
= 2 × 109 g
= 2 × 106 kg
Setengah kebutuhan pupuk Urea untuk tanaman selada tiap hektar
adalah 100 kg ha-1, sehingga kebutuhan pupuk Urea untuk per polybag
adalah :
3 kg
= × 100 kg ha-1
2 × 106 kg
= 0,00015 kg
= 0,15 g Urea
Setengah kebutuhan pupuk SP-36 untuk tanaman selada tiap hektar
adalah 50 kg ha-1, sehingga kebutuhan pupuk SP-36 untuk per polybag
adalah :
3 kg
= × 50 kg ha-1
2 × 106 kg
= 0,000075 kg
= 0,075 g SP-36
47. Setengah kebutuhan pupuk KCl untuk tanaman selada tiap hektar
adalah 50 kg ha-1, sehingga kebutuhan pupuk KCl untuk per polybag
adalah :
3 kg
= × 50 kg ha-1
2 × 106 kg
= 0,000075 kg
= 0,075 g KCl
48. Lampiran 9. Bagan Plot Penelitian
Ulangan
I II
B Keterangan :
A : 50 cm
T B : 30 cm
C : 2,5 m
S D : 20,5 m
K2P2 K2P3
K1P1 K1P3
K3P1 K0P3
K0P3 K0P0
K3P3 K2P2
C
K1P2 K3P3
K2P0 K3P1
K1P3 K1P2
K1P0 K2P0
K2P1 K2P1
K0P1 K1P0
K3P0 K1P1
K0P2 K0P1
D
KoPo A K3P2
K3P2 K3P0
K2P3 K0P2
50. Lampiran 11. Teknis Produksi Pupuk Organik Cair Kotoran Ayam
Cara untuk membuat pupuk organik cair kotoran ayam (biokultur) :
o Siapkan 1 buah drum kapasitas 200 liter.
o Kotoran ternak (feses ayam) ditampung dalam drum lalu dicampur air
dengan perbandingan 1:2.
o Ke dalam kotoran yang telah dicampur air kemudian dimasukkan
fermenter Mikro Organisme Lokal (MOL).
o Setiap 200 liter campuran feses dan air ditambahkan 1 liter MOL, lalu
diaduk dengan pengaduk selama 3-4 jam.
o Drum lalu ditutup dan didiamkan 7 hari.
o Pada hari ke-8, bagian cairan (yang ada di atas) diambil dan bagian yang
mengendap diperas / dipres.
o Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang diambil
sebelumnya. Biokultur dapat langsung digunakan atau dikemas untuk
selanjutnya disimpan.
51. Lampiran 12. Teknis Produksi Pupuk Kascing
1. Persiapan media berupa campuran kotoran ternak dan serbuk gergaji (2:1)
kemudian dikomposkan selama 2 minggu.
2. Media dimasukan ke dalam box budidaya yang terbuat dari kayu atau ke
dalam bak tembok dengan ketebalan media 25 cm.
3. Tebarkan benih cacing yang sehat ke dalam media secara merata.
4. Pemeliharaan : dalam pemeliharaan cacing tidaklah rumit yang terpenting
menjaga kelembaban media agar tetap lembab. Selama pemeliharaan
cacing diberi pakan limbah sayuran atau limbah organik lainnya.
5. Panen kascing dilakukan pada umur 14 hari setelah penebaran cacing
dengan ciri-ciri kascing yang siap panen yaitu telah berwarna hitam,
terbentuknya serbuk-serbuk halus dan telah menyerupai tanah. Cara
pemanenan kascing yaitu memisahkan cacing dengan media yang telah
lapuk dengan menempatkannya pada tempat yang terang sehingga
cacingnya bergerak ke dalam karena cacing memiliki sifat takut cahaya.
Dengan demikian pemanenan kascing lebih cepat dan mudah.
6. Setelah cacing dan media bekas cacing terpisah, kascing dikering anginkan
sampai mencapai kadar air yang dikehendaki dengan tujuan agar larva
cacing yang tersisa mati dan tidak berjamur tatkala dilakukan
penyimpanan. Setelah dikering anginkan kemudian dikemas dalam karung
dan disimpan pada tempat yang kering dan teduh.