Rangkuman Materi Blok Learning Skill FK Unila 2017 by Syifadhila
Motifasi karyawan
1. Salam FANKERS,
BELAJAR, kata ini mengarahkan pemikiran kita kepada aktifitas sebagai seorang pelajar /
mahasiswa. Karena BELAJAR sangat identik dengan dunia pendidikan. Disini saya tidak membahas
masalah dunia pendidikan, sekolah, maupun kampus. Yang ingin saya bahas disini adalah mengenai
BELAJAR ADALAH KEBUTUHAN WAJIB BAGI SEORANG KARYAWAN, BELAJAR
ADALAH SYARAT WAJIB UNTUK BERSAING DALAM KARIER.
Setiap orang memiliki tantangan tersendiri dalam menjalani masa kariernya sebagai karyawan / staff
maupun level manajer. Ada yang lancar-lancar saja dalam berbagi waktu untuk belajar, ada pula yang
mengalami hambatan. Bagaimana kalau selama ini selalu mengalami kesulitan dalam belajar?
Permasalahannya, bisa saja karena susah berkonsentrasi atau menyiasati waktu belajar di antara
segudang kesibukan.
Padahal tuntutan jaman yang semakin maju, dunia kerja mau tidak mau menyeret kita masuk dalam
kompetisi / persaingan yang sangat ketat diantara sesama karyawan, baik yang se level maupun yang
tidak. Tanpa kemampuan dan pengetahuan niscaya seseorang akan tersingkir dari bursa
persaingan karier. Beberapa solusi praktis bagi karyawan adalah terus belajar mengenai
perkembangan dan dinamika perusahaan, megisi pengetahuan tentang pekerjaan dilingkungannya,
tantangan perusahaan kedepan dan pangsa pasar / marketing terbaru untuk periode mendatang.
Dengan demikian maka, sebagai seorang karyawan / staff akan selalu siap menghadapi dinamika
perusahaan, dan siap memberi solusi atas persoalan yang ada, siap tampil untuk menduduki jabatan
baru.
Beberapa tips berikut ini mungkin bisa diterapkan dan membantu Anda mencari jalan keluar dari
problem belajar yang Anda hadapi:
a. Pilih tempat yang tenang agar Anda dapat belajar dengan rileks
b. Pilih satu waktu khusus untuk belajar setiap hari. Jangan ubah waktu belajar tersebut!
c. Jauhi kebisingan dan gangguan yang membuat Anda sulit untuk belajar
d. Mintalah bantuan/dukungan kepada keluarga dan teman atau rekan kerja saat Anda sedang belajar
e. Belajarlah untuk berkata “Tidak” pada hal-hal yang kiranya mengganggu, seperti telepon,
teman, pekerjaan rumah, atau televisi
f. Pasang benda yang bertuliskan “DO NOT DISTURB” pada gagang/depan pintu kamar, ketika
Anda sedang belajar
g. Luangkan waktu yang cukup untuk Anda beristirahat
h. Blok waktu Anda selama 50menit untuk belajar
i. Kelola waktu pada siang hari Anda untuk belajar sedapat mungkin
j. Bebaskan pikiran Anda dari semua ingatan yang kiranya bisa mengganggu belajar Anda
k. Berikan waktu luang sejenak untuk beristirahat
Jika saran tersebut masih belum bisa mempermudah Anda dalam belajar, maka cobalah untuk
memikirkan strategi lain. Misalnya, belajar bersama teman-teman sekantor di cafe atau tempat lain.
Setelah itu, cobalah pilih mana yang lebih memudahkan Anda berkonsentrasi dalam belajar, sendiri
atau bersama rekan. Untuk masalah pekerjaan, lebih baik anda memiliki partner sesama rekan kerja
untuk bisa berdiskusi tentang pekerjaan tersebut. Mintalah koreksi dari rekan anda tentang sikap dan
cara kerja anda saat dikantor atau ditempat kerja.
EMPAT GAYA BELAJAR UNTUK SEORANG KARYAWAN :
Setiap orang pasti memiliki preferensi mengenai gaya belajar yang dinilai efektif dan menguntungkan
bagi dirinya. Ada yang tipe auditori atau lebih efektif dengan mendengarkan, visual, logis, sosial,
soliter, atau pun gaya taktil. Terkadang, gaya-gaya belajar yang diterapkan sesuai dengan kondisi dan
2. situasi yang dihadapi. Sangat memungkinkan juga, bagi seseorang yang "doyan" belajar, akan
mengeksplorasi dan mengembangkan gaya belajarnya sehingga lebih bisa menemukan yang paling
cocok untuk digunakan.
Mari mengenali, kira-kira seperti apa gaya belajar Anda dan mengevaluasinya, apakah sudah efektif?
Gaya visual
Pembelajar dengan gaya visual akan lebih baik menyerap informasi yang didapatkan melalui gambat,
video, graifs, dan teks buku. Orang-orang dengan tipe ini akan mendapatkan keuntungan ketika
informasi disajikan melalui proyektor, papan tulis, dalam sebuah kertas, atau buku.
Penyuka gaya visual biasanya selalu memastikan catatan yang mereka buat dengan detil, dan selalu
menyediakan waktu ekstra hanya untuk mereview kembali informasi yang didapatnya dengan
membaca buku.
Seringkali, pembelajar gaya visual juga membuat sebuah gambar dan diagram ketika mencoba untuk
memahami suatu subjek.
Gaya auditori
Pembelajar dengan gaya auditori akan merasa lebih efektif menyerap informasi hanya dengan
mendengarkan materi yang dipresentasikan dosen atau pembicara, melalui rekaman suara, dan bentuk
lain dari komunikasi verbal.
Ketika seorang dengan gaya visual lebih nyaman dengan membaca buku atau menyaksikan melalui
video, maka pembajar auditori merasa lebih baik dengan menghadiri sebuah kelas perkuliahan untuk
mendengarkan langsung dari sang dosen.
Gaya taktil
Pembelajar dengan tipe taktil akan menyimpan informasi dengan baik jika turut terlibat dan
berpartisipasi, sehingga ia bisa bergerak dan melakukan sentuhan langsung. Pembelajar tipe ini juga
dikenal dengan pembelajar tipe kinestetik.
Contoh dari gaya ini, biasanya bagi para siswa yang belajar bidang otomotif. Mereka akan mampu
memelajari lebih baik dengan langsung mengutak-atik mobil daripada duduk di kelas mendengarkan
dosen atau membaca buku. Lainnya, akan sangat antusias ketika ditugaskan untuk melakukan
percobaan di laboratorium.
Gaya logis
Seseorang yang unggul dalam matematika dan memiliki keterampilan yang kuat penalaran logis
biasanya masuk kategori pembelajar logis. Mereka melihat pola cepat dan memiliki kemampuan yang
tajam untuk menghubungkan informasi yang tampaknya tidak masuk akal bagi orang lain.
Pembelajar gaya logis akan menyimpan informasi dengan lebih baik melalui gambaran koneksi yang
dibuatnya setelah mengorganisir segala informasi yang didapat.
Gaya sosial
Pembelajar gaya sosial biasanya unggul dalam menulis dan kemampuan komunikasi verbalnya.
Orang-orang dengan tipikal ini akan gampang berbicara dengan orang lain dan sering memahami
perspektif mereka. Oleh karena itu, tak jarang orang akan meminta nasehat dari para pembelajar gaya
sosial ini. Mereka juga dikenal bisa bekerja baik dalam kelompok dan menyukai berkonsultasi dengan
guru secara individual.
Gaya soliter
Pembelajar gaya soliter biasanya lebih suka bekerja sendiri dalam bentuk yang lebih privasi. Mereka
tidak tergantung kepada orang lain atau mengharapkan bantuan orang lain dalam memecahkan
3. masalah studinya.
Orang dengan tipe ini akan menganalisa apa yang mereka pelajari dengan preferensi dan metode
sendiri. Dengan kesenangannya bekerja sendiri, sangat memungkinkan mereka akan membutuhkan
waktu lebih banyak untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan.
Nah, untuk menentukan mana gaya terbaik dan efektif bagi Anda dalam menyerap informasi yang
didapat selama proses yang belajar, temukan gaya yang bisa membuat Anda nyaman. Ketepatan gaya
dalam belajar akan bermanfaat dalam mendukung kesuksesan belajar dan masa depan Anda!
BY YUNUS FANTONI ( yunus fantoni google profile )
Diposkan oleh yu
JADILAH ORANG YANG BERANI MENGAMBIL
RESIKO
Menjadi Seorang Pengambil Risiko
September 2011.
Salam FANKERS,
"There is no security on this earth. Only opportunity." - Douglas MacArthur.
Apa jadinya bila kita takut mengambil risiko dalam hidup ini? Segala yang kita lakukan pasti
berisiko! Apalagi bila hendak maju dan sukses, risiko adalah sesuatu yang harus kita akrabi,
bukan dihindari.
Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam bukunya "The Four Pillars of
Investing", "Risk, like pornography, is difficult to define, but we think we know it when we see
it." Risiko, seperti pornografi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita akan mengetahuinya bila
kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita
telah menjalaninya.
Bila kita berani mengambil risiko, artinya kita telah berani menjalani kehidupan itu sendiri.
Juga menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari
setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang
matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang mereka ungkapkan,
adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam bertindak.
4. Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? Jawabannya sederhana.
Mereka takut gagal, berpikir tak dapat melakukannya, atau merasa belum mahir dan
berbakat. Keberanian mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter
dan mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. Kualitas seseorang
tidak ditentukan dari peristiwa yang datang menghampirinya, tapi dari respon yang ia
berikan dari peristiwanya itu sendiri.
Jadi, bila kita ragu untuk melangkah karena tidak tahu apa yang akan menghadang langkah
kita nantinya, beranilah untuk mengambil risiko. Beranilah untuk mengambil kesempatan
yang datang demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Toh, kita tidak akan tahu apakah
kita sanggup menghadapinya atau tidak, sebelum kita benar-benar mengalaminya.
Namun, sekali lagi diingatkan, berani mengambil risiko bukan berarti melakukan tindakan
gegabah. Hanya karena sebagai orang berhasil menggapai kesuksesan karena tidak takut
akan risiko, kita tetap harus melakukan persiapan dan pertimbangan yang matang. Agar
apabila suatu saat risiko yang kita takutkan itu benar-benar terjadi, kita dapat melewatinya
dengan baik. Begitulah bila kita ingin sukses dalam segala hal, kita akan selalu dihadapi
dengan risiko. Risiko sangat berkaitan dengan rasa takut-takut akan timbulnya kekacauan,
takut akan penilaian orang lain yang menghakimi, dan takut akan hal-hal tak terduga yang
menunggu di depan sana. Hadapi rasa takut itu dan jadikanlah rasa takut sebagai motivator!
Tanpa kita sadari, banyak sekali keuntungan yang dapat kita ambil bila kita berani
mengambil dan menghadapi risiko. Bila kita melakukan kesalahan, otomatis kita akan lebih
bijaksana ke depannya. Bila kita sukses, kita akan belajar dan tahu besarnya kapabilitas dan
potensi yang kita miliki. Dalam hal karier, saat kita berani mengambil risiko, maka hal itu
akan mengantar kita menjadi seorang pemimpin dan inovator. Kunci dari semua yang telah
disebutkan di atas adalah, menjadi a smart risk taker- seorang pengambil risiko yang
cerdas!
Berikut ada enam cara yang ditulis oleh Beth Banks, PhD-seorang ahli di bidang leadership
development, yang bisa mengantar kita menjadi salah satunya.
Percaya pada insting
Jangan menunggu sampai suatu petunjuk nyata datang kepada kita, baru mengambil
5. keputusan, karena bisa saja petunjuk itu datang terlalu telat atau malah tidak datang sama
sekali. Kalaupun ada petunjuk yang sangat baik, bukan hanya kita saja yang
mengetahuinya, tetapi juga orang lain yang mungkin memiliki tujuan yang sama. Saat ide
brilian menghampiri, jangan banyak membuang waktu, langsung realisasikan dan kerjakan
saat itu juga! Percaya pada apa kata hati.
Jangan takut untuk meminta bantuan
Bila memang kita sedang menghadapi suatu hal yang memang kita kurang pahami,
sedangkan sesuatu itu bisa membawa kemajuan besar menuju apa yang kita ingin capai,
jangan ragu untuk meminta bantuan kepada yang lebih ahli. Bila kita terus terjebak dalam
rasa takut akan risiko-takut bila meminta bantuan kepada orang lain, maka kemampuan kita
akan diremehkan, maka kita tidak akan pernah bisa maju.
Lepaskan energi positif
i
Rasa takut, stres, dan ketidakpastian bisa kita jadikan "teman", bukan musuh yang harus
dihindari, asalkan kita memperlakukannya sebagai motivasi, bukan sebagai penghalang.
Biasakan untuk menolelir perasaan-perasaan itu. Selalu ingatkan kepada diri sendiri, bahwa
kemajuan tidak akan datang bila kita tidak melangkah maju ke keadaan yang penuh
ketidakpastian.
Antisipasi dan tindakan
Tidak membuat suatu keputusan sebenarnya adalah sebuah keputusan, yang buruk
tentunya. Berpikirlah seperti seorang atlet, dan belajar untuk menempatkan diri bahwa aksi
dan tindakan diperlukan untuk mencapai suatu prestasi.
Belajar dari Kegagalan
Pelajaran yang paling berharga dalam hidup kita adalah apa yang dihasilkan dari sebuah
kegagalan. Orang-orang bisa menjadi sangat pemaaf bila kita benar-benar sudah
melakukan yang terbaik dan bersikap penuh dengan integritas.
Realistis
6. Memang, terkadang ide-ide dan mimpi yang superfantastis akan terlihat sangat bagus di
atas kertas, tetapi kenyataan tidak semudah menulis di atas selembar kertas. Saat kita
sudah merasa siap untuk mengambil risiko, pikirkan tentang alasan yang masuk akal
mengapa kita akan melakukannya.
Ada beberapa halangan yang bisa membuat kita mengurungkan niat untuk menjadi seorang
pengambil risiko. Mungkin, dengan mengetahui apa saja halangan/perasaan itu, kita bisa
jadi lebih siap dan tidak berubah pikiran untuk melangkah maju demi mencapai apa yang
kita inginkan, walaupun ada risiko yang menghadang!
-Rasa takut akan penolakan
-Takut tidak mendapatkan persetujuan
-Perasaan bersalah
-Keinginan untuk selalu benar
-Ketidakpastian
-Rasa takut diremehkan
-Menghindari konflik
-Takut akan kegagalan
-"Bermain" aman
-Takut akan menyakiti orang lain.
7. Memang, terkadang ide-ide dan mimpi yang superfantastis akan terlihat sangat bagus di
atas kertas, tetapi kenyataan tidak semudah menulis di atas selembar kertas. Saat kita
sudah merasa siap untuk mengambil risiko, pikirkan tentang alasan yang masuk akal
mengapa kita akan melakukannya.
Ada beberapa halangan yang bisa membuat kita mengurungkan niat untuk menjadi seorang
pengambil risiko. Mungkin, dengan mengetahui apa saja halangan/perasaan itu, kita bisa
jadi lebih siap dan tidak berubah pikiran untuk melangkah maju demi mencapai apa yang
kita inginkan, walaupun ada risiko yang menghadang!
-Rasa takut akan penolakan
-Takut tidak mendapatkan persetujuan
-Perasaan bersalah
-Keinginan untuk selalu benar
-Ketidakpastian
-Rasa takut diremehkan
-Menghindari konflik
-Takut akan kegagalan
-"Bermain" aman
-Takut akan menyakiti orang lain.