Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Sikap manusia
1. nBerhadapan dengan Personaliti dan Sikap Manusia
Personaliti
Setiap orang mempunyai personaliti yang berbeza. Personaliti merujuk kepada sifat-sifat yang
ada dalam diri seseorang itu seperti cara dia berfikir, beraksi, beremosi, dan seumpamanya. Ada
yang suka berkawan, ramah mesra dan meluangkan masa dengan kawan-kawan. Ada yang suka
bersendirian atau berada dalam suasana yang sunyi. Ada yang suka berlagak manja, membelaibelai... Ada jugak yang berlagak seperti tiada perasaan dan sukar meluahkan apa yang dirasai
bila berdepan.
Sikap
Sikap ataupun attitude adalah suatu bentuk daripada perasaan iaitu sama ada menyokong ataupun
tidak menyokong sesuatu perkara. Contohnya, mungkin kita biasanya ramah tetapi bila hati diuji
kita lebih suka menyendiri. Mungkin kita suka bergurau senda tapi ada masa hati halus dan
mudah terluka. Ini merupakan sikap individu tersebut ketika menghadapi masalah.
Rokeach: Sikap, Kepercayaan, dan Nilai. Salah satu teori yang paling komprehensif mengenai sikap dan
perubahannya yaitu milik Milton Rokeach. Dia mengembangkan penjelasan yang meluas mengenai
perilaku
manusia
berdasarkan
kepercayaan,
sikap
dan
nilai.
Rokeach percaya bahwa setiap orang mempunyai sistem yang tersusun dengan baik atas kepercayaan,
sikap dan nilai, yang menuntun perilaku. Belief adalah ratusan atau ribuan pernyataan yang kita buat
mengenai diri dan dunia. Kepercayaan dapat bersifat umum ataupun khusus, dan itu disusun dalam
sistem dalam hal sentralitas atau pentingnya terhadap ego. Pada pusat sistem kepercayaan yang
dibangun dengan baik itu, kepercayaan yang secara relatif tidak dapat berubah yang membentuk inti
sistem kepercayaan. Pada pinggiran sistem terbentang sejumlah kepercayaan yang tidak signifikan yang
dapat mudah berubah. Percaya bahwa orang tua kita bahagia dalam perkawinan kemungkinan cukup
penting, karena dampaknya yaitu banyak hal lain yang kita anggap benar. Percaya bahwa kita perlu
potong
rambut,
di
sisi
lain,
adalah
sampingan.
Semakin penting kepercayaan, semakin resisten untuk berubah dan semakin perubahan itu berdampak
terhadap keseluruhan sistem. Dengan kata lain, jika salah satu pusat kepercayaan kita berubah,
mengharap perubahan yang agak mendalam mengenai bagaimana kita memikirkan tentang banyak hal.
Inilah mengapa anak begitu terguncang ketika orang tua yang mereka asumsikan memiliki perkawinan
yang
bahagia
itu
bercerai.
Attitude adalah kelompok kepercayaan yang disusun disekitar obyek fokal dan menyarankan pada orang
untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap obyek tersebut. Kita mempunyai ratusan bahkan ribuan
kepercayaan dan mungkin ribuan sikap, yang masing-masing mengandung sejmlah kepercayaan
mengenai
sikap
obyek.
Rokeach percaya sikap merupakan dua jenis penting yang harus selalu dipandang bersamaan. Terdapat
sikap terhadap obyek dan sikap terhadap situasi. Perilaku orang dalam situasi tertentu merupakan
fungsi dari kedua kombinasi ini. Jika kita tidak berperilaku dalam situasi yang berlaku secara konsisten
dengan sikap kita terhadap hal tertentu, itu kemungkinan karena sikap kita terhadap situasi
mencegahnya. Contoh untuk jenis inkonsistensi ini yaitu makan makanan yang kita tidak suka saat kita
dijamu makan sebagai tamu. Poin disini bahwa perilaku merupakan fungsi dari berbagai rangkaian sikap,
dan sistem terdiri atas banyak kepercayaan yang berkumpul dalam sentralitasnya.
2. Rokeach percaya bahwa konsep tersebut dalam menjelaskan perilaku, nilai orang merupakan yang
paling penting.value adalah tipe kepercayaan khusus yang penting dalam sistem dan bertindak sebagai
penuntun kehidupan. Nilai ada dua macam, nilai instrumental seperti kerja keras dan kesetiaan,
merupakan garis penuntun bagi kehidupan yang menjadi dasar perilaku sehari-hari. Nilai terminal
adalah ujung tujuan kehidupan terhadap mana kita bekerja. Contoh antara lain kesehatan dan
kebahagiaan.
Komponen lain dalam sistem kepercayaan-sikap-nilai yang mengasumsikan keseluruhan yang sangat
penting yang konsep diri, kepercayaan orang mengenai diri. Ini merupakan jawaban atas pertanyaan
Siapa saya ?. konsep diri secara khusus penting dalam sistem sebagai ujung tujuan keseluruhan sistem
seseorang. Jadi, jika kepercayaan, sikap, dan nilai menyatakan komponen sistem, konsep diri adalah
yang
menuntun
tujuannya.
Rokeach pada dasarnya teoritisi konsistensi. Dia memasukkan sejumlah hipotesis signifikan mengenai
sikap, kepercayaan, dan nilai, tetapi dia menyimpulkan bahwa orang dituntun oleh kebutuhan untuk
konsisten dan bahwa inkonsistensi menciptakan tekanan untuk berubah. Rokeach memperluas
penjelasannya mengenai konsistensi paling jauh dibandingkan teori lain dalam aliran ini. Dengan
meletakkan sistem keseluruhan menjadi pertimabngan, dia melihat konsistensi sebagai hal yang sangat
kompleks.
Kepercayaan secara umumnya bermaksud akuan akan benarnya terhadap sesuatu perkara.
Biasanya, seseorang yang menaruh kepercayaan ke atas sesuatu pekara itu akan disertai oleh
perasaan 'pasti' atau kepastian terhadap pekara yang berkenaan.
Kepercayaan dalam konteks psikologi adalah bermaksud suatu keadaan jiwa yang berkaitan
dengan sikap berkedudukan-memihak (propositional attitude). Manakala dalam konteks
agama pula, kepercayaan adalah sebahagian daripada batu asas pembangunan moral. Dalam
konteks ini, kepercayaan dikenali sebagai Akidah ataupun Iman.
Adapun kepercayaan itu dikatakan berkaitan dengan sikap berkedudukan-memihak, kerana ia
sentiasanya melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkaan daripada seorang individu
mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih, dan mungkin palsu
secara objektif, tetapi bagi individu yang berkenaan ia adalah sahih.
Teori Sikap
Jun 26
Posted by Fenny Wongso
Ada beberapa teori yang membantu kita untuk memahami bagaimana sikap dibentuk dan
bagaimana sikap dapat berubah. Teori – teori tersebut tidak selalu bertentangan satu sama lain.
Adapun teori – teori yang dimaksud yaitu :
1. Teori belajar
3. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Hovland dan rekannya. Asumsi di balik teori ini
adalah bahwa proses pembentukan sikap sama seperti pembentukan kebiasaan. Orang
mempelajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang berbeda – beda dan mereka juga
mempelajari perasaan dan nilai yang diasosiasikan dengan fakta itu (Taylor, 2009).
Teori ini banyak menggunakan prosedur classical conditioning (Arthur Staats). Menurut Staats,
banyak sikap yang terbentuk secara classical conditioning. Keutamaan classical conditioning
sebagai suatu mekanisme bagi pembentukan sikap terletak pada kenyataan bahwa melalui
classical conditioning, individu akan dapat mempunyai reaksi – reakasi sikap yang kuat terhadap
objek – objek sosial bahakn tanpa pengalaman langsung. Misalnya, seorang anak sejak kecil
sudah diajari bahwa musik klasik adalah musik yang membosankan. Maka anak tersebut akan
mengimplementasikan informasi yang diterimanya dan membentuk sebuah sikap secara tidak
langsung terhadap musik klasik tersebut. Anak tersebut akan langsung menggambarkan musik
klasik sebagai musik yang membosankan. Pemikiran ini terus berkembang sampai nanti anak
tersebut dewasa. Musik klasik akan tetap menjad musik yang membosankan untuknya.
Proses belajar dasar juga berlaku untuk proses pembentukan sikap, yang dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu :
a. Association (asosiasi), yaitu penghubung dalam memori antara stimulus yang saling berkaitan.
Misalnya, guru sejarah menceritakan tentang peristwa G30S / PKI dengan nada marah dan penuh
permusuhan, kita akan membuat asosiasi antara perasaan negatif dengan kata “PKI”.
b. Reinforcement (penguatan), yaitu proses yang dilakukan seseorang dalam belajar
menunjukkan respons tertentu setelah ia diberi imbalan saat ia menunjukkan respons itu.
Misalnya, saat kita mendapat nilai A pada mata kuliah Psikologi Sosial dan gembira karenanya,
maka tindakan untuk mengikuti kelas psikologi sosial akan diperkuat, dan kita kemungkinan
besar akan semakin tertarik untuk mendalami ilmu psikologi di masa mendatang, begitu pula
sebaliknya.
c. Imitation (peniruan), yaitu bentuk belajar yang melibatkan pemikiran, perasaaan, atau perilaku
dengan cara meniru pemikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Misalnya, anak – anak
cenderung meniru sikap dan perilaku orang tuanya sewaktu kecil.
d. Message learning (belajar pesan), yaitu ide bahwa perubahan sikap tergantung pada proses
belajar indvidu terhadap isi dari komunikasi.
e. Transfer of effect (transfer efek), yaitu mengubah sikap dengan memindahkan efek yang
disosialisasikan dengan objek lain. Misalnya, mobil yang dipasangkan dengan wanita cantik
akan membuat kita percaya bahwa mobil itu bagus dan memiliki mobil itu akan membuat kita
mendapatkan penghargaan sosial. Dengan kata lain, orang mengtransfer perasaan atau afek yang
mereka rasakan tentang satu objek ke objek lain.
2. Teori konsistensi kognitif
4. Teori ini berfokus pada keberadaaan sikap sesuai satu sama lainnya atau dengan sikap – sikap
yang lain. Teori ini memandang manusia sebagai pemroses informasi yang aktif yang mencoba
memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan berbuat dimana mereka
secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk membuat kecocokan terhadap
inkonsistensi yang bisa terjadi di antara dan dalam sikap – sikap.
Ada beberapa teori spesifik yang menekankan arti penting dalam konsistensi kognitif, antara lain:
a. Teori keseimbangan
Pada dasarnya teori ini berkaitan dengan bagaimana sikap kita berkenaan dengan orang – orang
dan objek sikap yang konsisten. Teori ini melibatkan tiga elemen, yaitu : perceiver, orang lain,
dan objek lain. Ketiga elemen tersebut membentuk suatu kesatuan, dimana elemen – elemen
tersebut bisa membentuk suatu kombinasi yang menghasilkan hubungan seimbang / tidak
seimbang. Kondisi yang tidak seimbang akan menimbulkan ketegangan (tension) dan timbullah
tekanan yang mendorong untuk megubah organisasi kognitif sedemikian rupa sehingga tercipta
keadaan seimbang (Dayaksini, 2003).
b. Teori disonansi kognitif
Disonansi didefinisikan sebagai keadaan motivasional aversif yang terjadi saat beberapa perilaku
yang kita lakukan tidak konsisten dengan sikap kita. Disonansi selalu muncul terutama jika sikap
dan perilaku yang tak selaras itu adalah penting bagi diri kita (Aranson, 1968 ; Stone & Cooper,
2001).
Fokus dari teori ini adalah individu, yang menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau
struktur. Terdapat dua elemen kognitif; dimana disonansi terjadi jika kedua elemen tidak cocok
sehingga menggangu logika dan pengharapan. Misalnya, seorang perokok yang mengerti bahwa
merokok dapat mengakibatkan penyakit kanker. Kognisi : “saya seorang perokok” tidak sesuai
dengan kognisi “merokok dapat mengakibtakan penyakit kanker”, karena itu membuat keadaan
disonansi.
Disonansi menghasilkan suatu ketegangan psikologis yang mendorong seseorang mengurangi
disonansi tersebut. Pengurangan disonansi dapat melalui tiga cara, yaitu :
1) Mengubah elemen tingkah laku
Misalnya, seorang perokok yang mengetahui bahaya merokok yang dapat mengakibatkan
penyakit kanker. Maka untuk menghilangkan disonansi, perokok itu berusaha tidak merokok lagi.
2) Mengubah elemen kognitif lingkungan
Misalnya, perokok itu meyakinkan teman – temannya / saudara – saudaranya bahwa merokok itu
tidak akan mengakibatkan penyakit kanker.
3) Menambah elemen kognitif baru
5. Misalnya, mencari pendapat teman lain yang mendukung pendapat bahwa merokok tidak akan
mengakibatkan penyakit kanker.
3. Teori persepsi diri
Teori ini berfokus pada individu yang mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan
dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku
yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah
berubah.
Misalnya, seseorang yang awalnya tidak bisa memasak tapi ia memasak setiap ada kesempatan
dan ia baru sadar kalau dirinya suka menyukai / hobi memasak.
4. Teori presentasi diri
Menurut teori ini, orang memiliki sutau kebutuhan untuk mengabsahkan aspek – aspek penting
dari konsep dirinya, terutama jika konsep dirinya terancam. Teori ini secara aktif mengelola self
– image atau kesan yang mereka berikan kepada orang lain.
5. Teori ekspektasi nilai
Teori ini mengasumsikan bahwa orang mengadopsi posisi (pandangan) berdasarkan penilaian
pro dan kontra (untung – rugi), yakni berdasarkan nilai yang mereka berikan pada kemungkinan
efeknya. Menurut teori ini, dalam pengadopsian sikap, orang cenderung memaksimalkan
penggunaan subjektif atas berbagai hasil yang diperkirakan, yang merupakan produk dari nilai
hasil tertentu dan pengharapan (ekspetandi) bahwa posisi ini akan menimbulkan hasil yang bagus
itu. Misalnya, Anda akan menentukan apakah Anda akan mendatangi pesta teman Anda nanti
malam atau belajar di rumah. Anda mungkin memikirkan berbagai macam akibat atau kegiatan
jika pergi ke pesta, nilai tentang akibat itu, dan pengharapan tentang akibat atau hasil itu.
Ringkasnya, teori ekspetansi nilai melihat pada keseimbangan insentif dan memprediksikan
bahwa dalam situasi di mana ada tujuan yang saling bertentangan, orang akan memilih posisi
yang memaksimalkan keuntungan buat mereka. Teori ini mengasumsikan bahwa orang adalah
pembuat keputusan yang penuh perhitungan, aktif, dan rasional (Sears, 2009).
Share this:
Twitter1
Facebook
6. Teori Perubahan Sikap
Jul 25
Posted by j4eyl
Usai perang dunia ke-2 hingga tahun 1960-an merupakan periode munculnya teori-teori
komunikasi massa pada intinya menyatakan bahwa media massa memiliki efek terbatas. Media
massa sudah tidak memiliki kekuatannya lagi sebagaimana periode teori masyarakat massa.
Berakhirnya era teori masyarakat massa ini ditandai dengan munculnya beberapa teori yang
menyatakan bahwa khalayak audien tidak mudah dipengaruhi oleh isi pesan media massa.
Beberapa teori penting muncul pada era ini adalah teori perubahan sikap (attitude change theory)
dari Carl Hovland, muncul pada awal tahun 1950-an dan teori penguatan (reinforcement theory)
dari Joseph Klapper, yang muncul pada tahun 1960-an. Carl Hovland adalah pendiri atau
penggagas awal penelitian eksperimental efek-efek komunikasi. Ia bekerja dengan tujuan untuk
membangun suatu dasar pemikiran (groundwork) mengenai hubungan antara stimuli komunikasi,
kecenderungan diri audien, dan perubahan pendapat. Pemikiran ini diharapkan dapat digunakan
dalam pengembangan teori-teori selanjutnya.
Teori perubahan sikap memberikan penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan
bagaimana sikap itu dapat berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat
mempengaruhi sikap tindak atau tingkah laku seseorang. Teori perubahan sikap ini antara lain
menyatakan bahwa seseorang akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya (mental
discomfort) bila ia dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan
keyakinannya. Keadaan tidak nyaman disebut dengan istilah disonansi, yang berasal dari kata
dissonance, yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian sehingga disebut juga dengan teori
disonansi. Orang akan berupaya secara sadar atau tidak untuk membatasi atau mengurangi
ketidaknyamanan ini melalui tiga proses selektif, yaitu penerimaan informasi selektif, ingatan
selektif, dan persepsi selektif.
Teori lain yang muncul pada periode efek terbatas adalah teori reinforcement atau teori
penguatan dari Joseph Klapper. Dalam buku nya The Effect Of Mass Communication, teori
penguatan yang disusunnya berdasarkan berbagai bukti ilmiah dalam ilmu sosial yang
berkembang sebelum tahun1960-an. Klapper sendiri menyebut teorinya dengan nama
phenomenistic theory, namun orang lebih sering menyebutnya dengan teori penguatan karena
menekankan pada kekuatan media yang terbatas.
Menurut Klapper (1960), komunikasi massa bukanlah penyebab yang cukup kuat untuk
menimbulkan efek bagi audien, pengaruh komunikasi massa terjadi melalui berbagai faktor dan
pengaruh perantara. Berbagai faktor perantara menjadikan komunikasi massa sebagai salah satu
agen yang memberikan kontribusinya bagi timbulnya efek pada diri audien, namun bukan satusatunya penyebab utama. Pemikiran Klapper mengenai efek terbatas media massa disusun
sebelum tahun 1960, yaitu ketika televisi belum menjadi media massa. Di Indonesia, bahkan
televisi ketika itu belum diketahui wujudnya seeperti apa, namun pada tahun1960-an, televisi
mulai menjadi media massa di Amerika, yang berarti sebagian besar masyarakat sudah
menggunakan televisi. Kehadiran televisi sebagai media massa baru ternyata memberikan efek
7. besar kepada masyarakat, terutama yang berasal dari tayangan kekerasan yang menyebabkan
meningkatnya tindak kekerasan di kalangan masyarakat. Menurut Elisabeth Noelle-Neumann,
media massa memberikan efek terbatas kepada audien tidak dapat dipertahankan lagi.
James Potter mengemukakan beberapa efek tayangan televisi terhadap khalayak. Menurutnya,
menonton tayangan kekerasan di televisi dalam jangka pendek menimbulkan sikap agresif,
ketakutan dan perasaan tidak sensitif dan dalam jangka panjang akan meningkatkan agresivitas,
perasaan ketakutan (menjadi korban kejahatan), dan penerimaan yang semakin besar terhadap
tindak kekerasan. Namun, Potter menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak serta merta
mendukung kembalinya kekuatan media massa seperti pada era masyarakat massa karena efek
tersebut dimediasi oleh faktor yang bersifat individual, situasional, institusional, dan juga faktor
pesan, dan kesemuanya menjadikan gambaran terjadinya efek menjadi kompleks. Ia menegaskan
bahwa kekuatan media tidak dapat diabaikan, ia menyerukan suatu pendekatan sistematis yang
memperhatikan keseluruhan faktor dan juga metode yang menerima definisi kekerasan dan efek
yang lebih lengkap.
Daftar Pustaka : “Teori Komunikasi Massa”.