1. MAKALAH
BAGAIMANA AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN
DISUSUN OLEH:
YENI PUSPITA SARI (212013026)
LIA HARDIANA (212013013)
LILIS ANGRIANI (212013012)
DOSEN : HERNEDY MARUF, M.Si
POLITEKNIK RAFLESIA REJANG LEBONG
TAHUN AJARAN 2021-2022
2. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan judul “Bagaimana Agama Menjamin
Kebahagiaan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Curup, Mei 2022
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam .................................3
B. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama Sebagai
Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan ...............................................5
C. Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana
Agama dapat Membahagiakan Umat Manusia ...................................9
D. Membanguna Argumen tentang Tauhidullah sebagai
Satu-satunya Model Beragama yang Benar ........................................9
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen
terhadap Nilai-nilai Tauhid untuk Mencapai Kebahagiaan .................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan
tumbuh dari nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seorang hamba
yang mampu menunjukan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri)
untuk selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia
Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan, serta menjunjung tinggi
kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial
dan profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika tidak
mewujud dalam kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan orang lain.
Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia di dunia bahkan di
akhirat. Semua orang tentunya ingin bahagia di dunia dan selamat hingga ke
akhirat. Namun hanya sedikit orang yang mengerti arti kebahagiaan yang
sesungguhnya. Hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat merupakan
idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan.
Tidak sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya.
Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan
tersebut, yaitu bagaimana meraih kebahagiaan hidup. Dan ini menjadi cita-cita
setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir terhadap Allah.
Apabila kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang tertumpuk-
tumpuk, mereka telah mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya.
Nyatanya, itu tak pernah diraih dan membuat pengorbanannya sia-sia. Apabila
kebahagiaan itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, mereka juga telah
siap mengorbankan apa saja demi memperoleh apa saja yang diinginkannya.
Tapi tetap saja kebahagiaan itu tidak akan pernah didapatkannya. Apabila
kebahagiaan itu terletak pada ketenaran nama, mereka telah berusaha untuk
meraihnya dengan apapun juga dan mereka tidak mendapati apa yang disebut
kebahagiaan.
5. 2
B. Rumusan masalah
1. Apa makna kebahagiaan menurut pandangan islam?
2. Bagaimana konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan
kebahagiaan?
3. Mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama dapat
membahagiakan umat manusia?
4. Bagaimana cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai satu-
satunya model beragama yang benar?
5. Bagaimana cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen terhadap
nilai-nilai tauhid untuk mencapai kebahagiaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna kebahagiaan menurut pandangan islam.
2. Memahami konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan
kebahagiaan.
3. Untuk mengetahui alasan manusia harus beragama dan peran agama dalam
membahagiakan umat manusia.
4. Untuk mengetahui cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai
satu-satunya model beragama yang benar.
5. Untuk mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen
terhadap nilai-nilai tauhid untuk mencapai kebahagiaan.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam
Berbicara tentang arti kebahagiaan sejati atau kebahagiaan hakiki, islam
mempunyai pandangan mengenai pengertian atau arti dari kebahagiaan sejati
berdasarkan dalil dari firman Allah swt. dalam Kitabullah Al-Qur’an dan juga
dalil Hadits Nabi Muhammad saw. Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa
diukur dengan banyaknya harta atau kekayaan, status atau pangkat sosial dalam
kemasyarakatan dan atau semua kemewahan yang dimiliki oleh seseorang.
Kebahagiaan yang sesungguhnya atau sejati terletak pada ketenangan hati
seseorang. Sudah banyak orang yang kaya raya dengan harta kekayaan mereka,
namun kekayaan yang mereka miliki tidak bisa menjadikan hati mereka
menjadi tenang, akan tetapi sebaliknya justru harta kekayaan yang mereka
kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa mengejar
kekurangan. Hal ini karena beberapa harta benda dan kekayaan yang mereka
miliki masih saja mereka anggap kurang.
Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya yang berbunyi:
أ
َ
ۡلَ
َىٰك
ُ
مكُ أىت
َّك
ََ
ثَُرُك
َت
َٰى أ
ََ
َُُۡ
ُ أك
ثمَُك
اك
ِ
ُ
ٰى
Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk
kedalam kubur” (QS. At-Takatsur: 1-2)
Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenagan jiwa
yang merupakan anugerah dari Allah swt. yang sangat berharga. Setiap orang
pasti mengingikannya, namun hanya sedikit sekali orang yang
mendapatkannya. Hal ini karena banyak manusia yang melupakan penciptanya,
melupakan Dzat pemberi kebahagiaan, dan melupakan tentang Dzat sang
pencipta ketenangan didalam jiwa atau hati yang sebenarnya. Allah telah
menjelaskan dalam firman-Nya,
أك
وَ
َ أل
َّم
ِت
ٰى كأ
نك
َلكُ أ
كسكِكمَت
ةٰى أم
ي أم
ُوَوَ
ُِ أ
مكم
ُ
ُ
َۡ
ِ
ُ
أٰىك
َأ
ِيل
ََ
ۡيك
ُۡ
َك
ُِمى إىكممنٗ ي أك
عت
ُ أ
ىكممنأ
مُۡلممك أمتم
َك
َ أ
َ
ۡوَكَ
ُ أم
سىك
ىوك
ِت
ةٰى
أ
َم
ۡلُُك
ُ
ٰضك
َ أك
كُك
نك
َ أ
َت
َٰ َُ
ِِموكا ِۡلمَك
َ
7. 4
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka
(yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah
Maha Mengeahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4) yang dimaksud
dengan tentara langit dan bumi adalah penolong yang dijadikan Allah bagi
orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin, dan
lain sebagainya. Dari penjelasan firman Allah swt. tersebut, dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang menginginkan kebahagiaan, ingin mempunayi hati dan
jiwa yang tenang, tetapi lupa kepada sang penciptanya, maka semua
keinginannya tersebut hanyalah sia-sia belaka.
Oleh sebab itu, untuk mencari dan kemudian mendapatkan kebahagiaan
sejati adalah dengan cara:
1. Selalu mengingat Allah swt. sebagaimana dalam penjelasan firman Allah
swt tersebut bahwa Allah-lah Dzat yang memberi, menciptakan dan
menentukan kebahagiaan pada hamba-Nya.
2. Berusahalah selalu untuk memperoleh ketenangan dalam jiwa dan hati
dengan bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.
Allah swt. adalah pemberi ketenangan kepada siapapun yang di
kehendaki-Nya, sebagaiman firman Allah swt. yang lain,
:َأ
ونَ
اكُلك
َ أك
لإم
ِت
ٰى أ
ِيََ
ثك
اك
نلك
و ُ
كوى كأ
نم
َلَُ أم
لُِكوكا سكيلكٗة إم
ِّ
ُ ََّم
لمَِّت
ُ أُلَِ أت
كمن أ
كت
َٰ أُ
لم
لَل إك
ُ أ
َلة
ُك
ءكل أل
َّم
َ
ُ
كُلك
َ أم
لُِكىمن أُإك
ُ
ُك
َنكُ
Artinya: “Orang-orang kafir berkata; “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah, “Sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang
bertaubat kepada-Nya” (QS. Ar-Ra’d :27)
Dan juga Allah berfirman:
إك
ُك
َأم
عم
عَل أ
كت
َٰ كأ
ونَ
َّت
ٰىثك
َ أك
أمول
ىكىِ
ََككَ أك
عك
ُ أك
لإم
ِت
ٰى أك
ۡلكۡ
ُ
ُلكُ أ
َت
َٰ ۡلم ُِكوكا أك
إم
ِّ
ُ أك
نم
ِّ
َمّت
كٰى أك
َم
لامِّ
َم
ِّ
ٰىقك
َ أم
يلةك
َك ُ
ءٰىك
َ
أ
َ
ك
َم موىت
قٰىك
َ أك
إَ
ةك
َك
َ أك
أمول
ىكىِ
ََُ ِرمَك
ُٗ ي . أك
أمىىكَ أ
َ
ل
ُ
لك
ا
ُ
ٰى أك
إم
ُ أَمت
َٰ أى
كك
اك
نك
َ أ
مَأمت
َِ ِۡلموكٗا ي
Artiya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu
akan bersama dengan orang-orang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-
nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh.
8. 5
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah
karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)
Itulah janji-janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, maka
mereka akan mendapatkan anugerah dan kebahagiaan sejati. Bagi orang-orang
yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, janji-janji tersebut bukanlah
diperuntukkan bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah swt. Perlu
diingatkan kembali bahwasanya kemewahan, kedudukan, jabatan, dan segala
kemegahan yang ada di dunia ini hanyalah semu belaka dan tidak akan ada yang
abadi dan pasti akan musnah dan rusak. Hidup di dunia ini hanyalah tempat
lintasan belaka yang merupakan sarana dalam mencari bekal untuk menempuh
perjalanan menuju akhirat. Dan sebaik-baik bekal itu adalah bekal taqwa.
B. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju
Tuhan dan Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan
tumbuh dari nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba
yang mampu menunjukan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri)
untuk selalu berpegang pada nilai-nilai dan kebenaran ilahiah, mensyukuri
karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan. Berikut pendapat dari
beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:
1. Pendapat Al-Alusi
Menurut Al-Hulusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira
karena bisa mencapai keinginan atau cita-cita yang dituju dan diimpikan.
Pendapat lain menyatakan bahwa kebahagia adalah tetap dalam kebaikan
atau masuk kedalam kesenangan dan kesuksesan.
2. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah
perasaan senang dan tenteram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik.
Sebab, hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan
Tuhan sebagai pemilik kebahagiaan. Yaitu pemilik kebahagiaan, kekayaan,
kesuksesan, kemuliaan, ilmu dan hikmah.
9. 6
3. Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa bahagia terbagi dua yaitu:
a. Kebahagiaan hakiki.
Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi, kebahagaiaan
ukhrawi akan diperoleh dengan modal iman, ilmu dan amal.
Kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan rohani dan abadi.
b. Kebahagiaan majasi.
Kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan
duniawi bisa didapat oleh orang yang beriman dan bisa didapat oleh
orang yang tidak beriman. Ibnu Athaillah mengatakan “Allah
memberikan harta kepada orang yang dicintai Allah dan kepada orang
yang tidak dicintai Allah, tetapi Allah tidak akan memberikan iman
kecuali kepada orang yang dicintainya”. Kebahagiaan duniawi adalah
kebahagiaan yang fana tidak abadi. Kebahagiaan duniawi ada yang
melekat pada dirinya dan ada yang melekat pada manfaatnya. Diantara
kebahagiaan duniawi adalah memiliki harta, kedudukan terhormat, dan
keluarga yang mulia.
Orang yang ingin menggapai kesempurnaan hidup, tetapi tidak
memiliki harta bagaikan orang yang mau pergi berperang tanpa membawa
senjata, atau seperti orang mau menangkap ikan tanpa pancing atau jaring.
Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Harta yang terbaik
adalah harta yang ada pada seorang laki-laki yang baik pula (shaleh)”. (HR.
Ibnu Hibban). “Sebaik-baik pertolongan adalah pertolongan yang dapat
membantu kita semakin bertaqwa kepada Allah.” (HR. Ad-Daruqutni).
Diantara kebahagiaan duniawi adalah memiliki keluarga, anak-anak
yang shaleh, dan istri yang shalehah pula. Istri yang shalehah bagaikan
kebun yang dapat mengikat pemiliknya, yaitu suami untuk tidak terjerumus
pada hal-hal yang diharamkan Allah azza wajalla. Nabi Muhammad
menyatakan, “sebaik-baik pertolongan untuk keutuhan beragama adalah
istri yang shalehah” menyangkut keutamaan anak. Nabi Muhammad saw.
10. 7
bersabda, “jika anak Adam meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya
kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh
yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Thabarani). Jika kita membuka
kembali pendapat Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah bahwa untuk menggapai
kebahagiaan itu mengharuskan adanya kondisi hati yang sehat (qalbun
sailim), maka yang perlu kita lakukan adalah mengetahui karakteristik hati
yang sehat dan cara mengobati hati yang sakit agar hati dapat kembali sehat.
Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut:
1. Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat.
Adapun makanan yang paling bermanfaat untuk hati adalah makanan
“iman”, sedangkan obat yang paling bermanfaat untuk hati adalah Al-
Qur’an.
2. Selau berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa
depan, kita harus berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau
berjuang pada waktu sekarang adalah pemilik masa depan, sedangkan
yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi pemilik masa
lalu.
3. Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah. Tidak ada
kehidupan, kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan ridha-Nya dan
dekat dengan-Nya. Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya,
rindu kepada Allah adalah kehidupana dan kenikmatannya.
4. Tidak pernah lupa dari mengingat Allah (berdzikir kepada Allah), tidak
berhenti berkhidmat kepada Allah, dan tidak merasa senang dengan
selain Allah swt.
5. Jika sesaat saja lupa kepada Allah segera segera ia sadar dan kembali
mendekat dan berdzikir kepada-Nya.
6. Jika sudah masuk dalam shalat, maka hilanglah semua kebingungan dan
kesibukan duniawinya dan segera ia keluar dari dunia sehingga ia
mendapatkan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan dan
berlinanglah air matanya serta bersukalah hatinya.
11. 8
7. Perhatian terhadap waktu agar tidak hilang sia-sia melebihi perhatian
kepada manusia lain dan hartanya.
8. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal bukan kepada
amal semata.
Beberapa sebab yang dapat merusak hati manusia sehingga fungsi hati
terganggu dan menjadi tidak normal atau sakit:
1. Banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik.
2. At-Taman (berangan-angan)
3. Menggantungkan diri kepada selain Allah
4. Asy-Syab’u (terlalu kenyang)
5. Terlalu banyak tidur
6. Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna
7. Berlebihan dalam berbicara
Usman bin Hasan Al-Khaubawi mengutarakan bahwa indikator manusia
yang bahagia itu adalah sumber rezekinya ada di negaranya; mempunyai
keluarga yang shaleh, yakni istri dan anak-anak yang membanggakan dan
membahagiakan, serta berada dibawah penguasa adil yang tidak zhalim.
Indikator berikutnya adalah rezekinya dapat membantu seseorang untuk
mendekatkan diri kepada Allah; meskipun kaya, ia tidak berorientasi kepada
dunia tetapi berorientasi terhadap kehidupan masa depan dan akhirat; semangat
dalam beribadah; tidak banyak berbicara dalam hal-hal yang tidak berguna;
menjaga kewajiban shalat; bersikap warak yakni hati-hati dalam memanfaatkan
sumber kehidupan agar tidak terjerumus kepada yang syubhat apalagi yang
haram; bergaul dengan orang-orang shaleh; bersikap tawadu dan tidak
sombong; bersikap dermawan dan tidak sebaliknya yaitu pelit; bermanfaat
untuk umat manusia yang lain; dan tidak pernah lupa terhadap kematian.
12. 9
C. Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat
Membahagiakan Umat Manusia
Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu yang
melekat dalam diri manusia dan telah menjadi karakter (tabiat) manusia. Kata
“fitrah” secara kebahasaan memang asal maknanya adalah “suci”. Yang
dimaksud dengan suci adalah suci dari dosa dan suci secara genetis. Meminjam
term Prof. Udin Winataputra, fitrah adalah lahir dengan membawa iman.
Berbeda dengan konsep teologi islam, teologi tertentu berpendapat sebaliknya
yaitu bahwa setiap manusia lahir telah membawa dosa yakni dosa warisan. Di
dunia, menurut teologi ini, manusia dibebani tugas yaitu harus membebaskan
diri dari dosa itu. Adapun dalam teologi islam, seperti telah dijelaskan bahwa
setiap manusia lahir dalam kesucian yakni suci dari dosa dan telah beragama
yakni agama islam. Tugas manusia adalah berupaya agar kesucian dan
keimanan terus terjaga dalam hatinya hingga kembali kepada Allah.
D. Membangun Argumen tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model
Beragama yang Benar.
Tauhidullah membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan
bidah. Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yg bermartabat, tidak
menghambakan diri kepada mahluk yang lebih rendah derajatnya daripada
manusia. Manusia adalah mahluk yang paling mulia dan paling sempurnah
disbanding dengan mahluk-mahluk Allah yang lain. Itulah sebabbnya Allah
memberikan amanah dan khilafah pada manusia. Manusia adalah roh alam,
Allah menciptakan alam karena Allah menciptkan manusia sempurnah (insan
kamil). Sekiranya tidak ada insan kamil, maka Allah todak perlu mincaptakan
ala mini demikian menurut hadits qudsi yang menyatakan, “Dan manusia yang
bertauhidullah dengan benarlah yang berpotensi untuk mendekati posisi insane
kamil.” Rasulullah bersabda, “La ilaha illallah adalah bentengku barang siapa
yang masuk kedalam bentengku, maka ia aman dari azab.” (Al-hadits).
13. 10
Setiap orang harus bersikap hati hati bahwa tauhtdullah yang merupakan
satu-satunya jalan menuju kebahagiaan menurut Said Hawa dapat rusak dengan
hal-hal sebagai berikut.
1. Sifat Al-Kibr (sombong)
2. Sifat Azh-Zhulm (kezaliman) dan sifat Al-Kizb (kebohongan)
3. Sikap Al-Ifsad (melakukan perusakan
4. Sikap Al-Ghafiah (lupa)
5. Al-Ijram (berbuat dosa)
6. Sikap ragu menerima kebenaran.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nilai-nilai
Tauhid untuk Mencapai Kebahagiaan
Nilai-nilai hidup yang dibangun diatas jiwa tauhid merupakan nilai positif,
nilai kebenaran dan nilai ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak
dan universal. Nilai mutlak dan universal yang terdapat didalamnya dapat
menjadikan misi agama ini sebagai rahmatan lil ‘alamin agama yang membawa
kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan umat manusia lahir
dan batin. Komitmen terhadap nilai-nilai universal Al-Quraan menjadi syarat
mutlak untuk memperoleh kebahagiaan. Roh kebahagiaan adalah jiwa tauhid
yang diatas jiwa tauhid itu nilai-nilai universal dibangun. Komitmen terhadap
nilai-nilai itu merupakan metodi dan strategi untuk mendapat kebahagiaan.
Nilai-nilai universal yang perlu ditanamkan agar menjadi roh kehidupan
itu adalah:
1. Al-Amanah
Al-amanah artinya terpercaya. Mengapa seseorang terpercaya dan
dipercayai? Karena ia jujur. Kejujuran menyebabkan sesorang dipercaya
(al-amin)
2. Al-Adalah
Al-Adalah secara etimologis artinya keadilan. Keadilan dalam
perspektif etika islam adalah adanya keseimbangan antara hak dan
kewaiban. Sesuatu yang menjadi hak kita , maka menjadi kewajiban bagi
14. 11
orang lain. Sebaliknya sesuatu yang menjadi hak orang lain maka menjadi
kewajiban kita.
3. Al-Huriyah
Kebebasan manusia dalam berkehendak dan mewujudkan kehendak
dengan perbuatan adalah hak asasi manusia. Manusia mempunyai
kebebasan untuk berfikir dan mengembangkan pemikirannya lewat ilmu,
filsafat, atau pembharuan pemahaman terhadap agama.
15. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Kebahagiaan yang diimpikan adalah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Untuk
menggapai kebahagiaan termasuk mustahil tanpa landasan agama. Agama yang
dimaksud adalah agama tauhidullah. Kebahagiaan hakiki itu adalah milik Allah,
kita tidak dapat meraihnya kalau tidak diberikan Allah. Untuk meraih
kebahagiaan itu, maka ikutilah cara-cara yang telah ditetapkan Allah dan
agama-Nya. Jalan mencapai kebahagiaan selain yang telah digariskan Allah
adalah kesesatan dan penyimpangan. Jalan sesat itu tidak dapat mengantar kita
ke tujuan akhir yaitu kebahagiaan. Karena didalamnya ada unsur syirik. Dan
syirik adalah landasan teologis yang sangat keliru dan tidak diampuni. Jika
landasannya salah, maka bangunan yang ada diatasnya juga salah dan tidak
mempunyai kekuatan alias rapuh. Oleh Karena itu, hindarilah kemusyrikan
supaya pondasi kehidupan kita kokoh dan kuat. Landasan itu akan kokoh dan
kuat kalau berdiri diatas tauhidullah.
B. Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya akan lebih fokus dan lebih details lagi dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya. Sehingga
kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah dikemudian hari.