Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Manajemen kurikulum 2014
1. BAB VBAB V
Model-Model PengembanganModel-Model Pengembangan
InstruksionalInstruksional
Disusun Oleh:
Rochimudin
Manajemen Kurikulum
1
2. Ada 3 sudut pandang:Ada 3 sudut pandang:
1. Bertolak dari teori umum.
2. Berolak dari istematik
3. Pandangan Perspektf
2
A.A. PPandangan tentang Proses Perancangan danandangan tentang Proses Perancangan dan
Pengembangan InstruksionalPengembangan Instruksional
3. B. Model Pengembangan yang PertamaB. Model Pengembangan yang Pertama
Pengembangan Instruksional adalah suatuPengembangan Instruksional adalah suatu
proses untuk meningkatkan sistemproses untuk meningkatkan sistem
instruksional. Istilah yang serupa denganinstruksional. Istilah yang serupa dengan
pengembangan instruksional adalahpengembangan instruksional adalah
pengajaran terprogram.pengajaran terprogram.
3
4. Dengan adanya bernacam model pengembangan
instruksional maka diperlukan taksonomi model.
Gustavson (1981) menyusun taksonomi dengan
harapan ada 2 keuntungan:
1. Alat untuk mengelompokan dan
menyederhanakan model-model yang ada.
2. Menganalisis macam-macam proyek
instruksional yang sedang dikembangkan.
4
C. Taksonomi Model PengembanganC. Taksonomi Model Pengembangan
InstruksionalInstruksional
5. Taksonomi modelTaksonomi model GustavsonGustavson membagimembagi
model menjadi 4 yaitu:model menjadi 4 yaitu:
1. Kelas
2. Hasil
3. Sistem
4. Organisasi
5
Kategori di atas tidak dapat dibedakan secaraKategori di atas tidak dapat dibedakan secara
absolut. Kategori berorientasi kelasabsolut. Kategori berorientasi kelas
asumsinya adalah ada guru, ada murid, adaasumsinya adalah ada guru, ada murid, ada
kelas, ada kurikulum dan ada fasilitas.kelas, ada kurikulum dan ada fasilitas.
6. KategoriKategori keduakedua, orientasi pada hasil., orientasi pada hasil.
Pengembangan hasil merupakan sesuatu yangPengembangan hasil merupakan sesuatu yang
telah ditentukan sebelumnya. Hasil diharapkantelah ditentukan sebelumnya. Hasil diharapkan
memberi hasil yang sama pada siswamemberi hasil yang sama pada siswa
dengankarakteristik tertentu.dengankarakteristik tertentu.
Kategori ketiga, orientasi pada sistem. Kiblat
kategori ini memerlukan analisis:
1.Lingkungan
2.Sifat tugas yang dilakukan
3.Apakah diperlukan pengembangan atau tidak.
6
7. 7
KategoriKategori keempatkeempat, orientasi pada, orientasi pada
organisasi. Selain untuk meningkatkanorganisasi. Selain untuk meningkatkan
pengajaran, tujuan kategori ini adalahpengajaran, tujuan kategori ini adalah
mengadakan modifikasi / adaptasi organisasi danmengadakan modifikasi / adaptasi organisasi dan
personal yang ada di lingkungan yang sifatnyapersonal yang ada di lingkungan yang sifatnya
baru.baru.
8. Model Pengembangan yang Berorientasi KelasModel Pengembangan yang Berorientasi Kelas
Model ini sangat penting bagi guru yang
beranggapan bahwa tugas mereka mengajar
dan siswa memerlukan pengajaran yang baik.
Tugas guru disini, menentukan materi
pengajaran dalam pertemuan itu. Model ini
dianggap sebagai petunjuk oleh guru.
8
9. ModelModel ini dikembangkan dengan:ini dikembangkan dengan:
Langkah 1: menentukan materi dan tujuan instruksionalLangkah 1: menentukan materi dan tujuan instruksional
yang harus dicapaiyang harus dicapai
Langkah 2: kegiatan bersama yang saling berinteraksi.Langkah 2: kegiatan bersama yang saling berinteraksi.
Langkah 3: penilaian perilaku awal siswa yang akanLangkah 3: penilaian perilaku awal siswa yang akan
menerima program instruksional.menerima program instruksional.
Langkah 4:Langkah 4:
1. menentukan strategi1. menentukan strategi
2. mengatur pengelompokan siswa2. mengatur pengelompokan siswa
3. mengalokasikan waktu yang diperlukan3. mengalokasikan waktu yang diperlukan
4. menentukan tempat/ruangan4. menentukan tempat/ruangan
5. memilih sumber belajar5. memilih sumber belajar
9
Model GERLACH dan ELYModel GERLACH dan ELY
10. Langkah 5: evaluasi hasil belajar.
Model Gerlach dan Ely merupakan
perpaduan antara model pengembangan
linear dan simultan.
Keuntungan model ini, guru dengan mudah
mengerti dan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang harus dilakukan.
10
11. Kelebihannya dapat diterapkan di semua tingkat pendidikan,
dapat digunakan untuk perancangan dan pengembangan
satuan atau unit instruksional kecil.
Model KEMP ini dapat menjawab 3 pertanyaan yaitu:
1.Apakah yang akan dipelajari (tujuan belajar)
2.Prosedur dan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan.
3.Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar mengajar
dikatakan berhasil.
11
Model KEMPModel KEMP
12. Langkah 1: menentukan materi.
Langkah 2: menentukan karakter siswa.
Langkah 3: menentukan tujuan instruksional
khusus.
Langkah 4: menentukan spesifikasi materi
instruksional.
Langkah 5: penilaian tingkah laku siswa.
Langkah 6: aktivitas belajar mengajar.
12
Langkah-langkah model KEMPLangkah-langkah model KEMP
13. Model LSD (Learning Sistem Design) yang dibuat
oleh Robert Davis, Lawrense Alexander dan Stephen
Yelon (1974). Ada 8 langkah utama dan 1 langkah
tambahan yang berhubungan dengan 2 langkah
utama dalam model itu. Mnurut model ini, proses
pengembangan instruksional adalah kegiatan linier.
Secara garis besar proses 8 langkah itu dapat diperas
menjadi 3 unsur, yaitu :
1. analisis
2. rancangan dan
3. evaluasi
13
Model Davis, Alexander dan Yelon
14. 14
Pengembangan model LSD dimulai dengan:
Langkah pertama, yaitu menyusun deskripsi
tentangbsistem binstruksional yang telah ada
sekarang.
Caranya =
1. mengumpulkan informasi tentang jumlah siswa
2. latar belakang siswa
3. mendalami perbedaan dan persamaan sifat-sifat
siswa
4. mengetahui kelemahan dan keunggulan guru yang
akan ditugasi menyampaikan pelajaran.
15. 15
Langkah kedua,
Langkah ini memerintahkan kita untuk menentukan dan
menyusun tujuan instruksional. Seperti model yang lain, kita juga
diminta bahwa dalam menyusun tujuan instruksional harus
bersifat operasional. Artinya tingkah laku yang dihasilkan dapat
dilihat, dapat diukur berdasarkan aturan yang ada (siswa,
tingkah laku, kondisi yang ada, dan standar).
Langkah ketiga,
Model ini menyuruh kita menyusun perencanaan evaluasi, yang
menggunakan tes-tes (yang valid dan terpercaya) yang
digunakan untuk mengukur berapa persen siswa telah
mencapai tujuan (berupa hasil belajar siswa dan sikap yang
ditampilkan yang dapat mencapai tujuan instruksional). Evaluasi
disini juga digunakan untuk mengukur kemampuan prasyarat
dan keterampilan awal yang ditunjukkan siswa sebelum program
ini. Evaluasi ini juga harus menggambarkan adanya kesukaran-
kesukaran yang dihadapi siswa dalam usaha menncapai tujuan
instruksional yang ditetapkan.
16. 16
Langkah keempat,
Model ini bentuknya analisis tunggal untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan instruksional. Langkah ini harus harus
dihubungkan dengan lengkah tambahan, yaitu deskripsi tugas
siswa, pada langkah ketiga. Yang dimaksud dengan langkah
tambahan adalah alasan untuk memakai hasil analisis tugas
dan deskripsi tugas dalam pengembangan dan pengurutan
tujuan belajar.
Langkah keempat dan langkah tambahan seringkali
membingungkan para guru pengembang instruksional yang ingin
melihat analisis sebagai bagian dari proses untuk memperoleh
dan menentukan tujuan-tujuan belajar. Dalam lengkah keempat,
tujuanbelajar dikelompokkan dalam enam bentuk belajar.
Sementara guru memang ada yang menganggap cukup empat
bentuk belajar yang relevan, yaitu =
1. belajar konsep
2. belajar prinsip
3. memecahkan masalah
4. mendorong keterampilan motorik perseptual.
17. 17
Sementara kedua yang lain adalah
1. Kondisi operant dan klasikal.
Jika dicermati model ini, model ini ternyata diperngaruhi oleh
Gagne, yaitu bagaimana guru atau calon pengembang
instruksional dapat mendeskripsikan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan siswadapat dijalankan. Caranya =
1. wawancara
2. observasi langsung
3. mempelajari buku –buku manual teknis.
Jika ketiganya telah dilakukan maka sebaiknya dan seharusnya
dibuat diagram alur untuk mengetahuiurutan tugas.
Untuk mengetahui apakah deskripsi tugas itu dinyatakan
sudah benar, perlu diterapkan 3 kriteria =
1. deskripsi harus lengkap
2. dinyatakan dalam wujud tingkah laku yang dapat
dilihat
3. hanya terdiri dari 1 langkah saja (karena tidak
mungkin siswa dapat melakukan tugas 2 atau 3 kali
sekaligus).
18. 18
Langkah ke lima
Adalah bagaimana perancang instruksional mampu
menyesuaikan materi yang diberikan dengan strategi yang
digunakan (artinya dengan tipe-tipe yang akan diberikan siswa)
dengan memperhatikan:
1. karakteristik siswa dan tujuan disusun.
2. prinsip belajar
3. sudut pandang behaviorisme
Langkah ke enam
Yaitu implementasi program instruksional yang telah
dikembangkan. Sayangnya model ini tidak menjelaskan
bagaimana pelaksanaannya.
Langkah ke tujuh
Yaitu pelaksanaan evaluasi, misalnya melaksanakan tes pada
siswa dan evaluasi sistem instruksional itu sendiri. Caranya
membandingkan yang direncanakan dan hasil implementasinya.
Oleh karena itu dengan mendeteksi komponen-komponen,
apakah telah berinteraksi sesuai perancangannya.
19. 19
Model Briggs adalah salah satu model pengembangan instruksional
dari model-model yang pernah dikembangkan. Disajikannya model ini
karena akan menolong para guru yang mengajar di kelas.
Adapun dasar asumsi yang dilakukan Briggs dalam merancang sistem
instruksional, karena =
1. rancangan harus bertujuan membantu siswa atau seseorang belajar.
2. rancangan sebaiknya jangka panjang maupun jangka pendek
3. sistem instruksional yang dirancang secara sistematis akan dapat
mempengaruhi perkembangan siswa.
4. rancangan sistem instruksional haruslah dilaksanakan berdasarkan
pendekatan sistem dan
5. perancangan hendaknya didasarkan pengetahuan, bagaimana
manusia akan belajar.
Di dalam model Briggs terdapat 10 model berbentuk linier. Hal ini
karena banyak langkah di model ini, serupa atau sama dengan model
yang pernah dibibicarakan terdahulu
Model Briggs
20. 20
Model De Cecco merupakan pengembangan cdari model Galser yang
dimodifikasi sedikit. Karena merupakan modifikasi, para ahli pendidikan
lebih senang menyebut bahwa model De Cecco itu bukan model
pengembangan instruksional, akan tetapi lebih tepat disebut model
mengajar. Keuntungan mempelajari model ini karena sangat sederhana
dan mudah dipahami, sehingga dapat menjadi batu loncatan untuk
mempelajari model-model yang lain.
Model Pengembangan De Cecco
Model De Cocco ada 6 komponen, yaitu =
1. pernyataan instruksional yang harus dicapai siswa. Bentuknya seperti
yang dianjurkan oleh Mager, yaitu pernyataannya dalam bentuk tingkah
laku yang dapat dilihat dan diukur.
21. 21
2. Melakukan penilaian kemampuan awal dan karakteristik siswa,
dimulai apa yang telah dipelajari sebelumnya (kemampuan,
perkembangan intelektual, motivasi dan kemampuan lainnya) setelah
melihat tingkat kemampuan siswa, selanjutnya dibandingkan dengan
tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
3. menentukan prosedur instruksional yang akan dipakai. Model ini
membagi belajar menjadi; keterampilan, bahasa, konsep,
prinsip/memecahkan masalah. Dengan pengelolaan yang tepat,
menyebabkan perubahan tingkah laku yang dinamakan “Belajar” dan
“Prestasi”
4. penilaian penampilan siswa. Apabila tujuan belajar belum sesuai
dengan standar yang ditentukan, maka berarti salah satu komponen
atau semua komponen ada kelemahan.
22. 22
2. Melakukan penilaian kemampuan awal dan karakteristik siswa,
dimulai apa yang telah dipelajari sebelumnya (kemampuan,
perkembangan intelektual, motivasi dan kemampuan lainnya) setelah
melihat tingkat kemampuan siswa, selanjutnya dibandingkan dengan
tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
3. menentukan prosedur instruksional yang akan dipakai. Model ini
membagi belajar menjadi; keterampilan, bahasa, konsep,
prinsip/memecahkan masalah. Dengan pengelolaan yang tepat,
menyebabkan perubahan tingkah laku yang dinamakan “Belajar” dan
“Prestasi”
4. penilaian penampilan siswa. Apabila tujuan belajar belum sesuai
dengan standar yang ditentukan, maka berarti salah satu komponen
atau semua komponen ada kelemahan.
Bagi guru yang belum berpengalaman, pengembangan model
instruksional ini sangat baik sebagai landasan untuk memahami
berbagai konsep pengembangan yang ada.