SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
“Implementasi Pembelajaran Quantum (Quanrum Learning) Dalam Mata
   Pelajaran Bahasa Arab Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado”

1. LATAR BELAKANG

            Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang
sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik dari proses maupun lulusan (out
- put) pendidikan1. Pendidikan juga memiliki pengaruh yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan yang ada. Biasanya keberhasilan suatu proses
pembelajaran tergantung dari kemampuan guru untunk mengemas proses
pembelajaran se efektif dan se efisien mungkin2. Pembelajaran yang dilaksanakan
secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang sangat dominan bagi
peserta didik, sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan tidak efektif dan
efisien hanya akan membawa masalah baru dalam pembelajaran dan akan
berimbas pada potensi siswa yang sulit di kembangkan dan di berdayakakan.
Banyak fenomena negative yang di sebabkan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari proses pembelajaran, fenomena kontra produktiv dengan idealism
pembelajaran sering terjadi baik di alami guru maupun siswa3. Di magelang
misalnya ada siswa sd yang di tempeleng oleh gurunya hanya karena menyela
pemberitahuan guru tentang pertunjukan sulap. Di tanjung pinang ada oknum
guru olahraga yang menendang siswanya saat pelajaran praktek di laksanakan
dengan alasan mendidik. Tanpa harus manyalahkan siapa – siapa praktek negative
tersebut terjadi kare tidak dilaksanakannya proses pembelajaran yang efektif,
efisien, ideal serta proporsional4. oleh sebab itu pembelajaran yang ideal itu perlu
senantiasa dilaksanakan baik untuk menunjang prestasi belajar siswa maupun
pemahaman akan materi pelajaran yang di berikan.


       1
        M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang : RaSAIL Media Group,
2007) h.1
       2
        Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1
       3
        Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1
       4
        Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1
Dari berbagai aspek pendidikan aspek pembelajaranlah yang memiliki
pengaruh signifikan untuk mewujudkan kualitas out put atau lulusan yang
berkualitas5. Proses pembelajaran dapat di ibaratkan sebagai proses meramu
masakan untuk menjadi enak atau lezat. Kelezatan suatu masakan tidak hanya di
tentukan oleh bumbu – bumbunya yang banyak dan lezat saja, justru yang amat
penting adalah sang juru masak atau koki yang mempunyai pengalaman dan
kemampuan yang amat memadai dalam hal memasak tadi, sehingga bahan –
bahan yang telah ada tadi dapat di ramu dengan baik sehinnga masakan yang lezat
yang diharapkan akan sesuai dengan kenyataan, berdasarkan analogi ini maka
pembelajaran adalah adalah proses meramu masakan sedangkan koki adalah guru
yang mempunyai tanggung jawap penuh terhadap murid – muridnya6. Melalui
proses pembelajaran seorang guru memiliki peluang dan kesempatan yang sangat
luas untuk melakukan proses bimbingan, mengatur dan membentuk karakteristik
siswa agar sesuai dengan rumusan tujuan yang di tetapkan 7. Salah dalam bersikap
dan berperilaku dalam pembelajaran, akan berakibat fatal dalam kelangsungan
perkembangan      manusia     khusunya      aspek    psikis       (Kepribadian).   Hakekat
pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia,
meskipun juga ada aspek fisik yang dilatih. Proses pembelajaran dituntut untuk
bisa menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat baik masyarakat secara luas
maupun masyarakat dalam artian sempit yakni peserta didik, dinamika yang saya
maksudkan adalah keadaan yang berubah – ubah yang tercipta dari pengaruh di
sekitar peserta didik baik itu lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat
sehingga mempengaruhi keadaan psikis peserta didik saat belajar yang seiring kita
sebut Gangguan hati (mood disorder) disebut juga gangguan afektif 8. Pengertian
mood atau suasana hati mengacu pada emosi yang berlaman lama mencakup
peranana murung maupun kegembiraan. Emosi digambarkan dalam istilah mood
dan afek. Mood adalah suasana emosi sedangkan afek mengaju kepada expresi

       5
        Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3
       6
        Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3
       7
        Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3
       8
        Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 4
emosi, yang dapat diamati dari expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada
suara ketika individu menceritakan perasaannya9. keadaan peserta didik yang
seperti ini semestinya dapat di deteksi oleh pendidik dan kemudian memberikan
penanganan penanganan yang dapat menghilangkan atau mengurangi Mood
negative sehingga peserta didik akan lebih siap menerima materi pembelajaran
serta mengikuti proses pembelajaran10. Gangguan suasana hati atau BadMood
tidak hanya terjadi dari pengaruh ekstrinsik yang dapati peserta didik, semisal
lingkungan, guru dan lain yang merupakan pengaruh ekstrinsik, akan tetapi
belajar telah menjadi mitos yang buruk bagi mind set peserta didik, mindset yang
berubah menjadi keyakinan bahwa belajar hanya menjadi kegiatan yang
membosankan, mengintimidasi, dan pasti tidak mampu melakukan apapun. Siswa
atau peserta didik terarahkan oleh opini atau asumsi yang mereka ciptakan dari
pengalaman yang mereka dapati sebelumnya11. Maka semestinya tugas awal dari
proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah Merubah Paradigma yang telah
menjadi keyakinan dari peserta didik, paradigma yang hanya akan menggiring
peserta didik pada level ogah – ogahan untuk melakukan proses pembelajaran,
pradigma yang seperti ini menjadi tanggung jawab pendidik atau guru untuk
diarahkan, di dobrak, atau di arahkan pada pembelajaran yang penuh dengan
keyakinan aman, menyenangkan, nyaman, dam optimis untuk dapat melakukan
apapun termasuk belajar. Guru sebelumnya juga harus dapat meyakinkan siswa
atau peserta didik bahwa pembelajaran adalah proses yang paling penting dan
menentukan dalam pendidikan. Namun tidak semua model pendidikan itu seperti
ini. Maksud saya, tidak semua model pendidikan yang menitik berat pada
efektifitas maupun efisiensi proses pendidikan, kebanyakan dari model pendidikan
hanyalah menitik beratkan pada upaya pencapaian hasil akhir dari sebuah proses



        9
         ,Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2010). 27
        10
            Bobbi Deporter & Micke Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar dengan
Nyaman dan Menyenangkan, ( Bandung ; Khaifa, 2011),h. 8
        11
            Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 2
pendidikan, misalnya pada model pendidikan active12, siswa di tuntut utntuk bisa
bersikap aktiv saat proses pembelajaran dan ini menjadi tujuan utama dari model
active learning, namun yang menjadi pertanyaan penting sebelum peserta didik
belajar adalah, apakah siswa mau belajar? Apakah siswa tahu cara belajar? Dan
bagaimana kondisi psikis siwa saat belajar? Kebanyakan praktisi pendidikan lebih
menekankan hasil akhir tapi tanpa kita sadari jika proses pembelajaran itu berhasil
maka tentusaja hasil akhir dari proses pembelajaran akan senantiasa berhasil. Lalu
adakah model pendidikan yang seperti di atas? Dari sebuah penelitian
sugesstology yang dilakukan oleh Dr. georgi lozanov seorang pendidik asal
Bulgaria, taerciptalah model pendidikan Quantum, atau Quantum Learning13.
Model pendidikan ini kemudian di terapkan dalam institusi belajar saat musim
panas SupperCamp oleh Bobbi Deporter dan kawan kawannya sembari
melakukan ujicoba model pendidikan ini pada Suppercamp. Beliau juga
menyelesaikan desertasinya atas penerapan quantum learning pada pembelajaran
di Suppercamp14, dari hasil penelitian yang dibukukan oleh beliau di atas ternyata
ada banyak hal yang mencengangkan yang terjadi pada hasil atau out – put
SupperCamp, salah satunya adalah peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
500% dari sebelumnya, hanya dengan waktu hamper 3 bulan saja siswa menjadi
lebih bergairah dalam belajar dan optimis pada setiap pembelajar dan siap
melakukan pembelajaran dengan model apapun. Hanya saja kelemahan dari
penelitian ini ada pada, objek penelitiannya yakni para siswa, siswa yang masuk
dalam suppercamp yang kemudian berhasil semua basicnya memang siswa yang
cerdas dan hanya memiliki masalah yang sifatnya menengah pada belajar, selama

        12
              Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran untuk
memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara
aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua
potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu
pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran
        13
             Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 14
        14
             Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 4
ini katanya SupperCamp belum memiliki siswa yang notabene bermasalah level
berat pada belajar15. Kemudian pembelajaran di supercamp hanya pada materi
umum maksudnya bukan pada materi keagamaan atau yang berkaitan dengan
itu16, daftar list materi pembelajaran saat itu juga tidak di cantumkan, oleh karena
itu saya menjadi bertanya – Tanya apakah Quantum learning ini efektif dan
efisien jika di terapkan dalam materi pembelajaran agama islam kususnya Bahasa
Arab yang selalu menjadi momok menakutkan pada setiap siswanya, atau juga
karena Suppercam bukan suatu institusi formal maka bisa tidak Quantum learning
ini di terapkan pada institusi formal semisal Madrasah Aliyah Negeri Model
Manado, beberapa hal diatas yang telah saya sebutkan dan jelaskan tadilah yang
menjadi latar belakan mengapa saya ingin melakukan penelitian ini, dan semoga
penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan Indonesia dan dapat
memajukannya dan berguna bagi saya, dan semoga Proposal penelitian ini dapat
diterima sehingga penyelesaian tugas akhir saya dapat segera saya laksanakan dan
selesaikan, Terima Kasih.

2. RUMUSAN MASALAH

              Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini
tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan
permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana          Model      Pembelajaran       atau      Pendidikan       Quantum        dalam
   implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab?

         15
              Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 18
         16
          Dalam sebuah pembelajaran atau yang lebih luas pendidikan, kita mengenal dua model
mata atau materi pelajaran jika di lihat dari sifatnya, yakni terdiri dari materi atau mata pelajaran
umum dan mata pelajaran khusus atau keagamaan, mata pelajaran umum terdiri dari mata
pelajaran yang sifatnya menghitung, membaca dan menganalisa, sementara materi atau mata
pelajaran keagamaan mata atau materi pelajaran yang memiliki sifat umum tadi hanya saja di
tambah dengan satu aspek yakni aspek keyakinan juga teologis.
2.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya penerapan
   Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab?

3.Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran
   bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar bahasa arab siswa
   MAN Model Manado?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
           Adapun tujuan dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana Model Pembelajaran atau Pendidikan Quantum
   dalam implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab?
2) Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau
   tidaknya penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab?
3) Untuk Mengetahui Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning
   dalam mata pelajaran bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar
   bahasa arab siswa MAN Model Manado?

           Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat
penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi :

1. Peneliti

a. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan Quantum Learning dalam segala
macam proses pembelajaran

b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat menerapkan pula Quantum
Learning ini baik dalam pembelajaran individu maupun saat mengajar di sekolah
nantinya

2. Keilmuan

           Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran kususnya tentang
pengembangan konsep pembelajaran yang efektif dan efisien dan dapat
memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan pendidikan agama islam
khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum

3. Penyelesaian Tugas akhir

            Dengan selesainya proposal penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan
penelitian di harapkan mampu menjadi penyelesaian tugas akhir dari perkuliahan.

4. Landasan Theory
A. Pengertian, Konsep serta Prinsip belajar dan pembelajaran
            Ada beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan pengertian belajar
yang tentunya agak berbeda antara satu dan yang lain namun memiliki satu tujuan
yang sama, adpun pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
  I.   Menurut james O. Whittaker Belajar adalah Proses dimana tingkah laku
       ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman17.
 II.   Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
       dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
       perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap18.
III.   Cronchbach Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
       perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman19.
IV.    Howard L. Kingskey Belajar adalah proses dimana tingkah laku
       ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan20.
 V.    Drs. Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
       untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
       keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
       interaksi dengan lingkungannya21.


       17
        Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta; 1999).h. 45
       18
        Op- Cit, Drs Slameto, h.8
       19
        Ibid, Drs Slameto, h. 8
       20
        Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45
       21
        Op- Cit, Drs Slameto, h.8
VI.    Syaiful Bahri Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
        memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
        individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
        kognitif, afektif dan psikomotor22.
VII.    R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
        pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku23
VIII.   Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan
        pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui
        hafaln24
 IX.    Robert     M.    Gagne      dalam      buku:   the   conditioning   of   learning
        mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or
        capacity, wich persists over a period time, and which is not simply
        ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
        dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
        hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan
        bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri
        dan keduanya saling berinteraksi.
  X.    Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah
        acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-
        upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
 XI.    Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap
        perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi
        hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
             Menurut kamus besar bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha
 memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
 yang disebabkan oleh pengalaman. Knirk & Gustafson menjelaskan bahwa
 Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk
 membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru

        22
         Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45
        23
         Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45
        24
         Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar25. Dimyati & Mudjiono
menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar26. Pembelajaran menurut Surya, merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya27. Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne dan Briggs
mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dari beberapa Pengertian
Pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai Pembelajaran, bahwa
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah setiap
perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat
perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah
teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:

            “ Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu
berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari


       25
            Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, ( Jakarta : Alfabeta, 2011) h, 117
       26
        Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117
       27
            Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117
Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap
dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan
merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari
caranya berperilaku sebelumnya.”

            Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik28.

            Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang



       28
            Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117
memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian
operan, dan pembelajaran sosial29.

            Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum
dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:

  PERHATIAN
            Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut
atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan
juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian
terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan
perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar
pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa
yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan
untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar.
Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang
akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan
memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan30.

  MOTIVASI
            Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar

       29
        Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118
       30
        Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban
bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari
observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan
bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin
tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; berusaha keras dan
memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut; Terus bekerja
sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. Motivasi dapat bersifat internal, yaitu
motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari
guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga
motivasi berprestasi. Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan
dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa
mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif,
dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan
keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang
menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan
stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang
bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar
diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat
diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini
juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu
merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu"31.

  AKTIF
              Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang
sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan           dan     sebaginya.      Kegiatan      psikis   misalnya
menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan lain sebagainya32.

  KETERLIBATAN LANGSUNG
              Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami
dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa
tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang
yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung
dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi
hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja,
karena        dengan    bekerja    mereka     memperoleh      pengetahuan,     pemahaman,
pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk
hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques
Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui
belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan
         31
          Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119
         32
              Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119
potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk
mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan
demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang
disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan
belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang
telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut
menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui
perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini
didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak
pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan
dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar
adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah,
maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya
mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan
sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%33. Hal
ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina
Confocius, bahwa:

            “ apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan
apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui
betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.”

       33
        Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120
PENGULANGAN
        Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori
psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan
menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-
pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering materi
pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri
seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya
pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan
tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah
membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan
pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain
yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike.
Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Teori medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada
dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah
tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk
mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya.
Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode
eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk
belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga
akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau
terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan34.

  PENGUATAN
            Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah
teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah
hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat,
jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai
perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik,
maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu
menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi
lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil
yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu
tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif
dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia
terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik
kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut
penguatan negatif.

  PERBEDAAN
            Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-
masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat
bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar


       34
        Ibid., Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120-121
belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus
memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang
sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan
sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya
masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan          masalah     perbedaan     individual,   umumnya     pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata,      kebiasaan   yang    kurang     lebih   sama,   demikian   pula   dengan
pengetahuannya.sehebat dan sebagus apapun sebuah konsep pembelajaran akan
menjadi sebuah hal yang tidak berguna jika tidak berkesesuaian dengan situasi
dan kondisi serta guru yang menerapkannya, konsep pembelajaran tak ubahnya
sebuah hal yang sia sia jika tidak di elaborasi dengan metode yang baik dan bias
dalam setiap kondisi, dan menurut saya konsep Quantum Learning atau
pemebelajaran Quantum mampu melakannya, untuk membuktikan hal yang saya
sebutkan tadi maka patutlah kita membahas lebih jauh tentang Quantum learning
ini35.

B. Sejarah Singkat Quantum Learning

              Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu
rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan
setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran.
Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun
1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di
Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows,
Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau
dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian


         35
          Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.121
pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan
dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike
Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram
dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja
di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an. Dia belajar dari Dr.
Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”.
Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun
negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan
belajar). Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan
bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting),
lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas
(sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan
falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus
diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. Falsafah dan metodologi pembelajaran
yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya
dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku
Learning. Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-
sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan,
sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses
pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep
TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat
menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat,
menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning
diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,
Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh
dan terintegrasi. Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang
mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas,
menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri
anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia
guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang
belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang
diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa
dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami
sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Learning merupakan
strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena
memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan
berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya
belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan
cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah
mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat,
dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. Konsep itu
sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter.
Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan
sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak
potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% ,
meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum
yaitu:

E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

          Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses
pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan
antusiasme belajar pada peserta didik.
C. Pengertian Quantum Learning

            Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya36. Jadi Quantum Learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya
melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas37. Dalam Quantum Learning
bersandar pada konsep „Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia
kita ke dunia mereka‟. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum
Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh
dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang
baik dalam dan ketika belajar. Dengan Quantum Learning kita dapat mengajar
dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya
masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa
masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang
memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif
dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang
bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus,
dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama. Otak kanan mengurusi
masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme,
musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya
cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh
parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa
dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan
dimensi yang mengikat.

D. Perbedaan Quantum Learning Dan Quantum Teaching

            Quantum   Teaching      dan     Quantum       Learning      merupakan       model
pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep
       36
        Abdul rasyid, Fisika untuk jurusan ipa semester genap, (Jakarta : Rineka cipta, 2010) h.
35
       37
        Op-Cit, Bobby de porter & Micke Hemacki
kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching
diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan
dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum
Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning
merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan
berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning
diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,
Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh
dan terintegrasi. Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor
yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas,
menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri
anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia
guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah
siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik
sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi
siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara,
mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Quantum
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain
sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan
cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui
terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu,
pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah
merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning.
Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan
suasana     yang    menyenangkanTeaching          dan    Learning   merupakan   model
pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep
kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat38.


       38
          Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62
Adapun pebedaan dari teaching dan learning adalah sebagai berikut:

1) Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas,
berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

2) Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan
berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa
Manfaatnya Bagiku

             Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa
atau masyarakat umum sebagai pembelajar39.

5. METODE PENELITIAN

1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN

             Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data.
Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari
obyek penelitian40. Menurut ,saya penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-
metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari
kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Pendekatan dalam Penelitian

             Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

        39
         Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62
        40
         Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),
h. 43
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang
menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita
empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu
penggunaan       pendekatan    kualitatif   dalam   penelitian   ini   adalah   dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakkan metode diskriptif. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan peristilahannya”. Metode kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi41.

            Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan
kenyataan ganda

2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden

3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh
bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi42.

            Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut
Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

       41
        Ibid., Lexy J Moleong, h. 43
       42
        Ibid., Lexy J Moleong, h. 20
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-
sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

2. KEHADIRAN PENELITIAN

             Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.
sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai
bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat
digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai
instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di
lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,
sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau
sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan43.

3. LOKASI PENELITIAN

             Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,
beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Jalan S. Musi, Kecamatan Tuminting,
Kelurahan islam, Kota Manado. Madrasah Aliyah Negeri Model Manado adalah
salah satu madrasa islam negeri, yang berada di daerah manado, dan merupakan
Madrasah yang menerapkan pembelajaran quantum pada mata pelajaran bahasa
arab, serta merupakan madrasah yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti
asrama untuk siswa, baik putra dan putri, serta menerapkan sistem pembelajaran
yang mengintegrasikan antara ilmu islam, umum dan kemasyarakatan, sehingga
siswa menjadi isnsan yang cerdas, profesional, dan mempunyai kedalaman
spiritual.



        43
             Ibid., Lexy J Moleong, h. 45
4. SUMBER DATA

1. Data Primer

            Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan44.
Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan
dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi lansung tentang penerapan Quantum learning dalam mata
pelajaran bahasa arab di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. yaitu dengan
cara wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

2. Data sekunder

            Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari
berbagai      organisasi,    lampiran-lampiran        dari    badan-badan       resmi    seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan
sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan
dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung
dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

             Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data
agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.


       44
           Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003).h. 65
1. Observasi Langsung

        Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam
kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu.
Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara
sistematik tentang bagimana peroses dan langkah – langkah penerapan quantum
learning Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku,
perkembangan, dan sebagainya tentang penerapan Quantum Learning dalam
proses pembelajaran bahasa arab Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.
sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari
ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek
baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau
berkomunikasi secara verbal.

2. Wawancara

        Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk
memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang bagaimana guru melakukan
penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah
Negeri Model Manado.. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan
wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

3. Dokumentasi

        Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,
pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga
masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas
maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-
catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan
digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang
penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah
Negeri Model Manado.

6. ANALISIS DATA

            Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari
rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud
pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa
laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Setelah data dari lapangan terkumpul
dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan
mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara
deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif45. Analisis deskriptif-
kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan
arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M.
Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN

            Menurut Moleong ‟‟kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)
kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan
(dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini
memakai 3 macam antara lain :



       45
            Ibid., Moh. Nazir. Ph. D. h.67
1. Kepercayaan (kreadibility)

            Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai
kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota,
perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan
pengecekan kecakupan refrensi46.

2. Kebergantungan (depandibility)

            Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data
sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering
dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan
pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses
penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor
independent oleh dosen pembimbing47.

3. Kepastian (konfermability)

             Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang
didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit48.

8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Moleong mengemukakan bahwa ‟‟Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :
(1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis
data, (4) tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh
sebagai berikut :


       46
         Ibid., Moh. Nazir. Ph. D,h.67
       47
         Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67
       48
          Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan
dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,
penyusunan usulan penelitian49.

b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Data tersebut diperoleh dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat penerapan
pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri
Model Manado.

c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui
observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan siswa siswa Madrasah
aliyah negeri model manado. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan
konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan
data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan
makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks
penelitian yang sedang diteliti50.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing
untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang
kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang
sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk
ujian skripsi.




        49
         Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research,( Bumi Aksara, Jakarta 2004). 23
        50
         Ibid,. Prof. Dr. S. Nasution, M.A. h. 23
DAFTAR PUSTAKA

Muchit M.Saekhan       , Pembelajaran Kontekstual, Semarang : RaSAIL Media
        Group, 2007.
Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta :
        Rineka Cipta, 2010.
Deporter Bobbi & Hernacki Micke, Quantum Learning: Membiasakan Belajar
        dengan Nyaman dan Menyenangkan, Bandung ; Khaifa, 2011.
Djamarah, Bahri Syaiful , Psikologi Belajar, akarta; Rineka Cipta; 1999.
Sagala Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Jakarta : Alfabeta, 2011.
rasyid Abdul, Fisika untuk jurusan IPA Semester Genap, Jakarta : Rineka cipta,
        2010.
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya,
        1991.
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.

More Related Content

What's hot (17)

Latihan worshop ptk 1 lanjutan gusrizal sma3 bungo
Latihan worshop ptk 1 lanjutan   gusrizal sma3 bungoLatihan worshop ptk 1 lanjutan   gusrizal sma3 bungo
Latihan worshop ptk 1 lanjutan gusrizal sma3 bungo
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
 
Ppt matematika sm 4
Ppt matematika sm 4Ppt matematika sm 4
Ppt matematika sm 4
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Macam macama metode dalam pembelajaran
Macam macama metode dalam pembelajaranMacam macama metode dalam pembelajaran
Macam macama metode dalam pembelajaran
 
Variasi belajar jadi
Variasi belajar jadiVariasi belajar jadi
Variasi belajar jadi
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
proposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadistproposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadist
 
Kajian tindakan komunikasi dua hala
Kajian tindakan komunikasi dua halaKajian tindakan komunikasi dua hala
Kajian tindakan komunikasi dua hala
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Unimed article-24625-abdul hasan
Unimed article-24625-abdul hasanUnimed article-24625-abdul hasan
Unimed article-24625-abdul hasan
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJARHAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
Pkp ut raha
Pkp ut rahaPkp ut raha
Pkp ut raha
 

Similar to Implementasi Quantum

Similar to Implementasi Quantum (20)

MODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN.pptx
MODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN.pptxMODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN.pptx
MODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN.pptx
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
 
Peran guru ipa
Peran guru ipaPeran guru ipa
Peran guru ipa
 
Apa Peran Saya Sebagai Guru.pptx
Apa Peran Saya Sebagai Guru.pptxApa Peran Saya Sebagai Guru.pptx
Apa Peran Saya Sebagai Guru.pptx
 
Pengembangan variasi mengajar111
Pengembangan variasi mengajar111Pengembangan variasi mengajar111
Pengembangan variasi mengajar111
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaran
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
Belajar Resume Buku
Belajar Resume BukuBelajar Resume Buku
Belajar Resume Buku
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Belajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaran Belajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaran
 
Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royani
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Makalah ainah
Makalah ainahMakalah ainah
Makalah ainah
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
 

Implementasi Quantum

  • 1. “Implementasi Pembelajaran Quantum (Quanrum Learning) Dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado” 1. LATAR BELAKANG Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik dari proses maupun lulusan (out - put) pendidikan1. Pendidikan juga memiliki pengaruh yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan yang ada. Biasanya keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung dari kemampuan guru untunk mengemas proses pembelajaran se efektif dan se efisien mungkin2. Pembelajaran yang dilaksanakan secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang sangat dominan bagi peserta didik, sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan tidak efektif dan efisien hanya akan membawa masalah baru dalam pembelajaran dan akan berimbas pada potensi siswa yang sulit di kembangkan dan di berdayakakan. Banyak fenomena negative yang di sebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran, fenomena kontra produktiv dengan idealism pembelajaran sering terjadi baik di alami guru maupun siswa3. Di magelang misalnya ada siswa sd yang di tempeleng oleh gurunya hanya karena menyela pemberitahuan guru tentang pertunjukan sulap. Di tanjung pinang ada oknum guru olahraga yang menendang siswanya saat pelajaran praktek di laksanakan dengan alasan mendidik. Tanpa harus manyalahkan siapa – siapa praktek negative tersebut terjadi kare tidak dilaksanakannya proses pembelajaran yang efektif, efisien, ideal serta proporsional4. oleh sebab itu pembelajaran yang ideal itu perlu senantiasa dilaksanakan baik untuk menunjang prestasi belajar siswa maupun pemahaman akan materi pelajaran yang di berikan. 1 M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2007) h.1 2 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1 3 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1 4 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1
  • 2. Dari berbagai aspek pendidikan aspek pembelajaranlah yang memiliki pengaruh signifikan untuk mewujudkan kualitas out put atau lulusan yang berkualitas5. Proses pembelajaran dapat di ibaratkan sebagai proses meramu masakan untuk menjadi enak atau lezat. Kelezatan suatu masakan tidak hanya di tentukan oleh bumbu – bumbunya yang banyak dan lezat saja, justru yang amat penting adalah sang juru masak atau koki yang mempunyai pengalaman dan kemampuan yang amat memadai dalam hal memasak tadi, sehingga bahan – bahan yang telah ada tadi dapat di ramu dengan baik sehinnga masakan yang lezat yang diharapkan akan sesuai dengan kenyataan, berdasarkan analogi ini maka pembelajaran adalah adalah proses meramu masakan sedangkan koki adalah guru yang mempunyai tanggung jawap penuh terhadap murid – muridnya6. Melalui proses pembelajaran seorang guru memiliki peluang dan kesempatan yang sangat luas untuk melakukan proses bimbingan, mengatur dan membentuk karakteristik siswa agar sesuai dengan rumusan tujuan yang di tetapkan 7. Salah dalam bersikap dan berperilaku dalam pembelajaran, akan berakibat fatal dalam kelangsungan perkembangan manusia khusunya aspek psikis (Kepribadian). Hakekat pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia, meskipun juga ada aspek fisik yang dilatih. Proses pembelajaran dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat baik masyarakat secara luas maupun masyarakat dalam artian sempit yakni peserta didik, dinamika yang saya maksudkan adalah keadaan yang berubah – ubah yang tercipta dari pengaruh di sekitar peserta didik baik itu lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat sehingga mempengaruhi keadaan psikis peserta didik saat belajar yang seiring kita sebut Gangguan hati (mood disorder) disebut juga gangguan afektif 8. Pengertian mood atau suasana hati mengacu pada emosi yang berlaman lama mencakup peranana murung maupun kegembiraan. Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek. Mood adalah suasana emosi sedangkan afek mengaju kepada expresi 5 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3 6 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3 7 Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3 8 Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 4
  • 3. emosi, yang dapat diamati dari expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan perasaannya9. keadaan peserta didik yang seperti ini semestinya dapat di deteksi oleh pendidik dan kemudian memberikan penanganan penanganan yang dapat menghilangkan atau mengurangi Mood negative sehingga peserta didik akan lebih siap menerima materi pembelajaran serta mengikuti proses pembelajaran10. Gangguan suasana hati atau BadMood tidak hanya terjadi dari pengaruh ekstrinsik yang dapati peserta didik, semisal lingkungan, guru dan lain yang merupakan pengaruh ekstrinsik, akan tetapi belajar telah menjadi mitos yang buruk bagi mind set peserta didik, mindset yang berubah menjadi keyakinan bahwa belajar hanya menjadi kegiatan yang membosankan, mengintimidasi, dan pasti tidak mampu melakukan apapun. Siswa atau peserta didik terarahkan oleh opini atau asumsi yang mereka ciptakan dari pengalaman yang mereka dapati sebelumnya11. Maka semestinya tugas awal dari proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah Merubah Paradigma yang telah menjadi keyakinan dari peserta didik, paradigma yang hanya akan menggiring peserta didik pada level ogah – ogahan untuk melakukan proses pembelajaran, pradigma yang seperti ini menjadi tanggung jawab pendidik atau guru untuk diarahkan, di dobrak, atau di arahkan pada pembelajaran yang penuh dengan keyakinan aman, menyenangkan, nyaman, dam optimis untuk dapat melakukan apapun termasuk belajar. Guru sebelumnya juga harus dapat meyakinkan siswa atau peserta didik bahwa pembelajaran adalah proses yang paling penting dan menentukan dalam pendidikan. Namun tidak semua model pendidikan itu seperti ini. Maksud saya, tidak semua model pendidikan yang menitik berat pada efektifitas maupun efisiensi proses pendidikan, kebanyakan dari model pendidikan hanyalah menitik beratkan pada upaya pencapaian hasil akhir dari sebuah proses 9 ,Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010). 27 10 Bobbi Deporter & Micke Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar dengan Nyaman dan Menyenangkan, ( Bandung ; Khaifa, 2011),h. 8 11 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 2
  • 4. pendidikan, misalnya pada model pendidikan active12, siswa di tuntut utntuk bisa bersikap aktiv saat proses pembelajaran dan ini menjadi tujuan utama dari model active learning, namun yang menjadi pertanyaan penting sebelum peserta didik belajar adalah, apakah siswa mau belajar? Apakah siswa tahu cara belajar? Dan bagaimana kondisi psikis siwa saat belajar? Kebanyakan praktisi pendidikan lebih menekankan hasil akhir tapi tanpa kita sadari jika proses pembelajaran itu berhasil maka tentusaja hasil akhir dari proses pembelajaran akan senantiasa berhasil. Lalu adakah model pendidikan yang seperti di atas? Dari sebuah penelitian sugesstology yang dilakukan oleh Dr. georgi lozanov seorang pendidik asal Bulgaria, taerciptalah model pendidikan Quantum, atau Quantum Learning13. Model pendidikan ini kemudian di terapkan dalam institusi belajar saat musim panas SupperCamp oleh Bobbi Deporter dan kawan kawannya sembari melakukan ujicoba model pendidikan ini pada Suppercamp. Beliau juga menyelesaikan desertasinya atas penerapan quantum learning pada pembelajaran di Suppercamp14, dari hasil penelitian yang dibukukan oleh beliau di atas ternyata ada banyak hal yang mencengangkan yang terjadi pada hasil atau out – put SupperCamp, salah satunya adalah peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai 500% dari sebelumnya, hanya dengan waktu hamper 3 bulan saja siswa menjadi lebih bergairah dalam belajar dan optimis pada setiap pembelajar dan siap melakukan pembelajaran dengan model apapun. Hanya saja kelemahan dari penelitian ini ada pada, objek penelitiannya yakni para siswa, siswa yang masuk dalam suppercamp yang kemudian berhasil semua basicnya memang siswa yang cerdas dan hanya memiliki masalah yang sifatnya menengah pada belajar, selama 12 Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran 13 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 14 14 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 4
  • 5. ini katanya SupperCamp belum memiliki siswa yang notabene bermasalah level berat pada belajar15. Kemudian pembelajaran di supercamp hanya pada materi umum maksudnya bukan pada materi keagamaan atau yang berkaitan dengan itu16, daftar list materi pembelajaran saat itu juga tidak di cantumkan, oleh karena itu saya menjadi bertanya – Tanya apakah Quantum learning ini efektif dan efisien jika di terapkan dalam materi pembelajaran agama islam kususnya Bahasa Arab yang selalu menjadi momok menakutkan pada setiap siswanya, atau juga karena Suppercam bukan suatu institusi formal maka bisa tidak Quantum learning ini di terapkan pada institusi formal semisal Madrasah Aliyah Negeri Model Manado, beberapa hal diatas yang telah saya sebutkan dan jelaskan tadilah yang menjadi latar belakan mengapa saya ingin melakukan penelitian ini, dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan Indonesia dan dapat memajukannya dan berguna bagi saya, dan semoga Proposal penelitian ini dapat diterima sehingga penyelesaian tugas akhir saya dapat segera saya laksanakan dan selesaikan, Terima Kasih. 2. RUMUSAN MASALAH Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini. Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut: 1.Bagaimana Model Pembelajaran atau Pendidikan Quantum dalam implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab? 15 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 18 16 Dalam sebuah pembelajaran atau yang lebih luas pendidikan, kita mengenal dua model mata atau materi pelajaran jika di lihat dari sifatnya, yakni terdiri dari materi atau mata pelajaran umum dan mata pelajaran khusus atau keagamaan, mata pelajaran umum terdiri dari mata pelajaran yang sifatnya menghitung, membaca dan menganalisa, sementara materi atau mata pelajaran keagamaan mata atau materi pelajaran yang memiliki sifat umum tadi hanya saja di tambah dengan satu aspek yakni aspek keyakinan juga teologis.
  • 6. 2.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab? 3.Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar bahasa arab siswa MAN Model Manado? 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui bagaimana Model Pembelajaran atau Pendidikan Quantum dalam implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab? 2) Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab? 3) Untuk Mengetahui Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar bahasa arab siswa MAN Model Manado? Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi : 1. Peneliti a. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan Quantum Learning dalam segala macam proses pembelajaran b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat menerapkan pula Quantum Learning ini baik dalam pembelajaran individu maupun saat mengajar di sekolah nantinya 2. Keilmuan Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran kususnya tentang pengembangan konsep pembelajaran yang efektif dan efisien dan dapat
  • 7. memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan pendidikan agama islam khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum 3. Penyelesaian Tugas akhir Dengan selesainya proposal penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan penelitian di harapkan mampu menjadi penyelesaian tugas akhir dari perkuliahan. 4. Landasan Theory A. Pengertian, Konsep serta Prinsip belajar dan pembelajaran Ada beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan pengertian belajar yang tentunya agak berbeda antara satu dan yang lain namun memiliki satu tujuan yang sama, adpun pendapat beberapa ahli sebagai berikut : I. Menurut james O. Whittaker Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman17. II. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap18. III. Cronchbach Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman19. IV. Howard L. Kingskey Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan20. V. Drs. Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya21. 17 Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta; 1999).h. 45 18 Op- Cit, Drs Slameto, h.8 19 Ibid, Drs Slameto, h. 8 20 Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45 21 Op- Cit, Drs Slameto, h.8
  • 8. VI. Syaiful Bahri Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor22. VII. R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku23 VIII. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln24 IX. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi. X. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya- upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. XI. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Knirk & Gustafson menjelaskan bahwa Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru 22 Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45 23 Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45 24 Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45
  • 9. dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar25. Dimyati & Mudjiono menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar26. Pembelajaran menurut Surya, merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya27. Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne dan Briggs mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dari beberapa Pengertian Pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai Pembelajaran, bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati: “ Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari 25 Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, ( Jakarta : Alfabeta, 2011) h, 117 26 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117 27 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117
  • 10. Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik28. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang 28 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117
  • 11. memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial29. Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi: PERHATIAN Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan30. MOTIVASI Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar 29 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118 30 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118
  • 12. matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut; Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi. Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat
  • 13. diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu"31. AKTIF Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya32. KETERLIBATAN LANGSUNG Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan 31 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119 32 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119
  • 14. potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%33. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina Confocius, bahwa: “ apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.” 33 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120
  • 15. PENGULANGAN Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan- pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman- pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk
  • 16. belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan34. PENGUATAN Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif. PERBEDAAN Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing- masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar 34 Ibid., Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120-121
  • 17. belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.sehebat dan sebagus apapun sebuah konsep pembelajaran akan menjadi sebuah hal yang tidak berguna jika tidak berkesesuaian dengan situasi dan kondisi serta guru yang menerapkannya, konsep pembelajaran tak ubahnya sebuah hal yang sia sia jika tidak di elaborasi dengan metode yang baik dan bias dalam setiap kondisi, dan menurut saya konsep Quantum Learning atau pemebelajaran Quantum mampu melakannya, untuk membuktikan hal yang saya sebutkan tadi maka patutlah kita membahas lebih jauh tentang Quantum learning ini35. B. Sejarah Singkat Quantum Learning Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian 35 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.121
  • 18. pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an. Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan belajar). Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. Falsafah dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Learning. Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama- sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi. Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas,
  • 19. menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% , meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%. Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu: E = mc2 E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat) M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik) c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas) Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
  • 20. C. Pengertian Quantum Learning Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya36. Jadi Quantum Learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas37. Dalam Quantum Learning bersandar pada konsep „Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka‟. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Dengan Quantum Learning kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama. Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat. D. Perbedaan Quantum Learning Dan Quantum Teaching Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep 36 Abdul rasyid, Fisika untuk jurusan ipa semester genap, (Jakarta : Rineka cipta, 2010) h. 35 37 Op-Cit, Bobby de porter & Micke Hemacki
  • 21. kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi. Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat38. 38 Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62
  • 22. Adapun pebedaan dari teaching dan learning adalah sebagai berikut: 1) Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. 2) Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar39. 5. METODE PENELITIAN 1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian40. Menurut ,saya penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode- metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut: A. Pendekatan dalam Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, 39 Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62 40 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 43
  • 23. melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi41. Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong: 1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan kenyataan ganda 2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden 3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi42. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah 41 Ibid., Lexy J Moleong, h. 43 42 Ibid., Lexy J Moleong, h. 20
  • 24. dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi- situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap- sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. 2. KEHADIRAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan43. 3. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Jalan S. Musi, Kecamatan Tuminting, Kelurahan islam, Kota Manado. Madrasah Aliyah Negeri Model Manado adalah salah satu madrasa islam negeri, yang berada di daerah manado, dan merupakan Madrasah yang menerapkan pembelajaran quantum pada mata pelajaran bahasa arab, serta merupakan madrasah yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti asrama untuk siswa, baik putra dan putri, serta menerapkan sistem pembelajaran yang mengintegrasikan antara ilmu islam, umum dan kemasyarakatan, sehingga siswa menjadi isnsan yang cerdas, profesional, dan mempunyai kedalaman spiritual. 43 Ibid., Lexy J Moleong, h. 45
  • 25. 4. SUMBER DATA 1. Data Primer Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan44. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang penerapan Quantum learning dalam mata pelajaran bahasa arab di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. yaitu dengan cara wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. 5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. 44 Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003).h. 65
  • 26. 1. Observasi Langsung Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana peroses dan langkah – langkah penerapan quantum learning Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang penerapan Quantum Learning dalam proses pembelajaran bahasa arab Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. 2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang bagaimana guru melakukan penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan- catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan
  • 27. digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. 6. ANALISIS DATA Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif45. Analisis deskriptif- kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN Menurut Moleong ‟‟kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain : 45 Ibid., Moh. Nazir. Ph. D. h.67
  • 28. 1. Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi46. 2. Kebergantungan (depandibility) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing47. 3. Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit48. 8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Moleong mengemukakan bahwa ‟‟Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut : 46 Ibid., Moh. Nazir. Ph. D,h.67 47 Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67 48 Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67
  • 29. a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian49. b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan siswa siswa Madrasah aliyah negeri model manado. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti50. d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk ujian skripsi. 49 Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research,( Bumi Aksara, Jakarta 2004). 23 50 Ibid,. Prof. Dr. S. Nasution, M.A. h. 23
  • 30. DAFTAR PUSTAKA Muchit M.Saekhan , Pembelajaran Kontekstual, Semarang : RaSAIL Media Group, 2007. Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Deporter Bobbi & Hernacki Micke, Quantum Learning: Membiasakan Belajar dengan Nyaman dan Menyenangkan, Bandung ; Khaifa, 2011. Djamarah, Bahri Syaiful , Psikologi Belajar, akarta; Rineka Cipta; 1999. Sagala Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Jakarta : Alfabeta, 2011. rasyid Abdul, Fisika untuk jurusan IPA Semester Genap, Jakarta : Rineka cipta, 2010. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991. Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003. Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.