SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I

                                 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

       Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.Aborsi merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia.Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab
kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan
tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat
ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi
dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan
kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis
di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan
jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang
bulan.Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu,
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi
masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi
tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko
kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara
maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di
Indonesia masih cukup besar.




                                                1
1.2 RUMUSAN MASALAH

   1. Apakah definisi/pengertian dari aborsi?
   2. Apa yang sebenarnya terjadi dalam masalah aborsi ?
   3. Apa akibat aborsi ini untuk hidup manusia secara keseluruhan?
   4. Bagaimana reaksi manusia tentang aborsi?
   5. Mengapa masalah ini sangat serius dan membahayakan?


1.3 TUJUAN

        Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan masalah-masalah dalam
segi/aspek masyarakat yang akan saya uraikan dalam bab II – bab IV, dan masalah-masalah
dalam segi/aspek Gereja Katolik yang akan saya uraikan dalam bab V.Dalam bab II – IV,
saya akan menjelaskan secara mendetail apa itu aborsi, metode-metode yang digunakan,
efek-efek dan resiko-resiko, jenis-jenis aborsi, dan alasan dilakukannya aborsi.Untuk data
real, saya menyajikannya pada bagian lampiran yang berada pada akhir bab.




                                            2
BAB II
                                         ABORSI

2.1 PENGERTIAN ABORSI

       Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
(uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Selain itu aborsi adalah
menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran di kenal dengan istilah “abortus”.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).


2.2 PENYEBAB ABORTUS

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

 1) Maternal.
       Penyebab secara umum :

a).Infeksi akut

       • virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

       • Infeksi bakteri, misalnya streptokokus

       • Parasit, misalnya malaria

b)Infeksi kronis

       Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


                                                3
Tuberkulosis paru aktif.
       Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll


 2) Janin

       Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.


2.3 ALASAN ABORTUS PROVOKATUS

       Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-
    syarat sebagai berikut:

       Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
       menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

       Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

       Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

       Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
       adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
       pada tubuh seperti kanker payudara.

       Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

       Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

       Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
       organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
       toksemia gravidarum yang berat.

       Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
       komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

       Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

       Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

       Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
       ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.




                                                  4
BAB III
                        ABORSI DITINJAU DARI

                                SUDUT MEDIS


3.1 ABORSI DARI SUDUT MEDIS

       Menurut batasan atau definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana
buah kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan. Sedangkan
dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau
kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, meskipun ada laporan
kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500 gram yang dapat hidup. Karena
janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran
janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai aborsi.Ada negara tertentu yang memakai batas
1000 gram sebagai aborsi, menurut Undang-Undang di Indonesia, kematian janin di bawah
1000 gram tidak perlu dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar Tempat Pemakaman
Umum.Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus
spontaneus) dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri tanpa
campur tangan manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan manusia yang
dengan sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang terjadi pada usia kehamilan
di bawah 12 minggu disebut abortus dini.


1) Abortus Spontaneus

       Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini
mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak
terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.Insiden abortus
spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang belum diterapkan kapan
sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam sel telur sudah
merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi berarti mulainya
kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst membenamkan diri kedalam decidua?
Atau setelah janin “bernyawa”?Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human
Chorionic Gonadotropin maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% – 62%).
                                            5
a) Penyebab abortus spontan

       Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di antaranya
disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan makin
tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan terjadinya
abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.Pada
abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian janin/embrio.
Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup sebelum
dikeluarkan.

     Kelainan Pertumbuhan Zygote.

        Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
        konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
        Ternyata 50% – 60% dari abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom.

     Faktor Ibu.

        Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling
        banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus
        dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan
        abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut
        atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat
        menyebabkan abortus spontan.

b) Pembagian abortus spontan

       Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang
       mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih
       dapat diselamatkan.
       Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya
       aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian
       kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
       Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan
       sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak
       namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.


                                             6
Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim.
         Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.
         Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang
         telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya
         tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir
         dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan
         abortus yang lain.


2) Abortus Therapeuticus

         Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum
dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut Undang-Undang di
Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa
ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta
beberapa penyakit kanker.Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan
akibat perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai
cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu
menderita campak Jerman (German Measles) pada trimester pertama.


3) Elective Abortion

Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup namun
bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang paling
sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir
hidup.


3.2 ABORSI DARI SUDUT ETIKA KRISTIANI

         Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati,
kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh
banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga
tidak tahu apa yang harus dilakukan.Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam
prakteknya aborsi telah menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif
fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap


                                              7
cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang
melakukan    aborsi   sebagai   pembunuh     berdarah   dingin,   atau   membunuh        secara
sederhana.Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak
pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap
perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

1. Perbedaan Pandangan

       Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan janin
yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu maka yang “anti”
aborsi menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya
alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang
pasti secara teologis semuanya adalah hak Allah.

2. Perbedaan Paham

   Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia. Pembuahan terjadi di
rahim, di situlah kehidupan dimulai. Tapi belum menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi
menjadi calon siapa. Kapan terjadi manusia, ada beberapa hipotesa, yaitu :

   1. Minggu ke-12, karena setelah bulan ke tujuh telah terbentuk kortek yang akan
       menjadi manusia.
   2. Hari yang ke-12, karena sebelum hari ke-12 belum terjadi individu alisasi.
   3. Hari ke-6 atau ke-7 setelah haid terakhir sel tersebut berkembang menjadi janin.
   4. Sejauh pembuahan sudah berkembang menjadi manusia.

Dari keempat hipotesa tersebut disimpulkan bahwa, semakin tua usia janin semakin komplek
masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa benar atau salah melakukan tindakan aborsi, yang
pasti salah.Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong atau
dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif
dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika
tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan.




                                              8
Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila:

   1. Demi keselamatan jiwa ibu.
   2. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat.
   3. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan usia janin
       tersebut masih sangat muda sekali.

   Namun ini bukan berarti saya menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi tetap akan
berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang yang mendorong
aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa etika
menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang
ada.Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika
harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang menyebabkan masalah
aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”.




                                               9
BAB IV

                      METODE-METODE, EFEK,

                     RESIKO dan KASUS ABORSI



4.1 METODE-METODE ABORSI

 a)Urea

       Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah
hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan
asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal
aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping
yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi
pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

 b)Prostaglandin

       Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam
proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa
proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya
diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam
keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini
dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah
bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena
dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

 c) Partial Birth Abortion

       Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat
jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin
juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam


                                            10
rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir
(kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting
dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang
cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang
lebih dahulu ditarik keluar.

 d) Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa
yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita,
karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.


4.2 Metode Penyedotan (Suction Curettage)

       Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin
penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim
yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik
ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-
bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat
penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga
guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan
hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di
dalam rahim.


4.3 EFEK ABORSI

   1. Efek Jangka Pendek :

          Rasa sakit yang intens
          Terjadi kebocoran uterus
          Pendarahan yang banyak

                                             11
Infeksi
         Bagian bayi yang tertinggal di dalam
         Shock/Koma
         Merusak organ tubuh lain
         Kematian

   2. Efek Jangka Panjang :

         Tidak dapat hamil kembali
         Keguguran Kandungan
         Kehamilan Tubal
         Kelahiran Prematur
         Gejala peradangan di bagian pelvis
         Hysterectom


4.4 RESIKO ABORSI

       Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “. Resiko
kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara
fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi
seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

       Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
       Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
       Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
       Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
       Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
       anak berikutnya.
       Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
       Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
       Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
       Kanker hati (Liver Cancer).




                                              12
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
       berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
       Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
       Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
       Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

   Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai
“Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam ” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-
Abortion Review. Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini
adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan
seks yang baik dan benar.


4.5 KASUS-KASUS ABORSI

Posted at 7:14 am on April 11, 2011

        Aborsi menjadi momok di negeri ini. Bahkan, di internet saat ini sudah banyak
situs yang menjual jamu atau obat peluntur untuk melakukan proses aborsi. Begitu kejamnya
jika aborsi dilakukan tanpa sebab yang tepat. Belum lagi risiko dan dosa yang harus
ditanggung oleh pelaku aborsi tersebut. Berikut cara-cara aborsi sesuai usia kandungan:

Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan)




                                             13
Pada kehamilan muda, di mana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan
dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang masih sangat lembut
langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa
gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.

Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan)




       Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu,bagian-bagian
tubuhnya mulai terbentuk.Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut,kemudian
bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk
aborsi (cunam abortus). Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang
tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang,
bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya.Tulang-
tulangnya diremukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-
kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan. Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-
potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala
dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil.Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil
telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.

Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan)

       Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat
jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa
merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik.Aborsi dilakukan
dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan
maut (saline) yang langsung dimasukkan ke dalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar
kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah
menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal.Selama proses ini

                                            14
dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya berdetak keras. Aborsi
bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus
sadar mengenai hal ini.

Aborsi pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan)




        Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan, termasuk
mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas
dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan
dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh.Cara membunuhnya
mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan ke dalam air
atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu
selesai. Selesai dengan tuntas hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan orang-orang
yang terlibat di dalam aborsi ini bahwa pembunuhan keji telah terjadi.Semua proses ini
seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang melakukan aborsi. Mereka merasa
bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena di bawah pengaruh obat
bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi dilakukan.Benar, bagi si
wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi tidak bagi bayi, itu adalah proses yang sangat
mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi.Kematian bayi yang tidak
berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang wanita yang kelak menjadi ibuyang
seharusnya memeluk dan menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri.




                                              15
BAB V

                                   PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

        Setelah saya membaca kasus-kasus yang terlampir pada lampiran, kasus aborsi
sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat manusia. Menurut data,
sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat tinggi, bahkan sampai remaja
pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak Negara telah menyerukan program
KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk memakai kondom sebagai pilihan
alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia ini masih tinggi akan kasus aborsi.Saya
menanggapi bahwa perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang
boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang
boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya
apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin
tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu
menanggung resiko mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan
dimana seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak
menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh
melakukan tindakan aborsi.Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam
kandungan merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas
hak dari janin tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap
pasangan kita (di dalam maupun diluar perkawinan), maka kita harus menanggung resiko
untuk mempunyai anak. Kita tidak boleh lepas begitu saja untuk menggugurkan janin
tersebut.

5.2 SARAN

   Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah
meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah
baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang diwujudkan
dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi kita semua. Saya berharap agar kita
semua menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi.




                                           16
DAFTAR PUSTAKA
 Bobak,M.Irrene.2004.Keperwatan Maternitas.Jakarta:Kedokteran EGC
 http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus
 Sujianti,dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika




                                        17

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

Pandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap AborsiPandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap Aborsi
 
Aborsi dalam perspektif agama dan kesehatan
Aborsi dalam perspektif agama dan kesehatanAborsi dalam perspektif agama dan kesehatan
Aborsi dalam perspektif agama dan kesehatan
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
ABORSI DALAM TINJAUAN ETIKA, HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
ABORSI DALAM TINJAUAN ETIKA, HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMABORSI DALAM TINJAUAN ETIKA, HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
ABORSI DALAM TINJAUAN ETIKA, HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
ABORSI
ABORSIABORSI
ABORSI
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Presentasi aborsi
Presentasi aborsiPresentasi aborsi
Presentasi aborsi
 
Aborsiiiiii
AborsiiiiiiAborsiiiiii
Aborsiiiiii
 
aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)
 
Abortus leaflet
Abortus leafletAbortus leaflet
Abortus leaflet
 
PPT Abortus
PPT AbortusPPT Abortus
PPT Abortus
 
Aborsi dari berbagai perspektif
Aborsi  dari berbagai perspektifAborsi  dari berbagai perspektif
Aborsi dari berbagai perspektif
 
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggiAsuhan pada ibu hamil resiko tinggi
Asuhan pada ibu hamil resiko tinggi
 
Makalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplitMakalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplit
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Persentase aborsi
Persentase aborsiPersentase aborsi
Persentase aborsi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Free sex
Free sexFree sex
Free sex
 
Power point abortus AKPER PEMKAB MUNA
Power point abortus AKPER PEMKAB MUNA Power point abortus AKPER PEMKAB MUNA
Power point abortus AKPER PEMKAB MUNA
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Power point abortus
Power point abortusPower point abortus
Power point abortus
 
Ppt seks bebas
Ppt seks bebasPpt seks bebas
Ppt seks bebas
 

Similar to ABORSI DITINJAU DARI SUDUT MEDIS (20)

Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Sap abortus
Sap abortusSap abortus
Sap abortus
 
Makalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplitMakalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplit
 
Makalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplitMakalah abortus inkomplit
Makalah abortus inkomplit
 
258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit
 
258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit258350405 makalah-abortus-inkomplit
258350405 makalah-abortus-inkomplit
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
 
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdfMK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
MK ASKEB KOMPLEK 1 BU NIDYA.pdf
 
Yudy kirihio
Yudy kirihioYudy kirihio
Yudy kirihio
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Abortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartumAbortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartum
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)
 
Unsafe abortion 1
Unsafe abortion 1Unsafe abortion 1
Unsafe abortion 1
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
PPT Aborsi.pptx
PPT Aborsi.pptxPPT Aborsi.pptx
PPT Aborsi.pptx
 
Isu etik (aborsi)
Isu etik (aborsi)Isu etik (aborsi)
Isu etik (aborsi)
 
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
 
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
195137392 askep-pada-ibu-hamil-1
 

ABORSI DITINJAU DARI SUDUT MEDIS

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar. 1
  • 2. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi/pengertian dari aborsi? 2. Apa yang sebenarnya terjadi dalam masalah aborsi ? 3. Apa akibat aborsi ini untuk hidup manusia secara keseluruhan? 4. Bagaimana reaksi manusia tentang aborsi? 5. Mengapa masalah ini sangat serius dan membahayakan? 1.3 TUJUAN Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan masalah-masalah dalam segi/aspek masyarakat yang akan saya uraikan dalam bab II – bab IV, dan masalah-masalah dalam segi/aspek Gereja Katolik yang akan saya uraikan dalam bab V.Dalam bab II – IV, saya akan menjelaskan secara mendetail apa itu aborsi, metode-metode yang digunakan, efek-efek dan resiko-resiko, jenis-jenis aborsi, dan alasan dilakukannya aborsi.Untuk data real, saya menyajikannya pada bagian lampiran yang berada pada akhir bab. 2
  • 3. BAB II ABORSI 2.1 PENGERTIAN ABORSI Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Selain itu aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran di kenal dengan istilah “abortus”. Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan). 2.2 PENYEBAB ABORTUS Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu : 1) Maternal. Penyebab secara umum : a).Infeksi akut • virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis • Infeksi bakteri, misalnya streptokokus • Parasit, misalnya malaria b)Infeksi kronis Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. 3
  • 4. Tuberkulosis paru aktif. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll 2) Janin Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta. 2.3 ALASAN ABORTUS PROVOKATUS Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat- syarat sebagai berikut: Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion). Mola Hidatidosa atau hidramnion akut. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi. Telah berulang kali mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater. 4
  • 5. BAB III ABORSI DITINJAU DARI SUDUT MEDIS 3.1 ABORSI DARI SUDUT MEDIS Menurut batasan atau definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana buah kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan. Sedangkan dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin di bawah 500 gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin dibawah 20 minggu tersebut sebagai aborsi.Ada negara tertentu yang memakai batas 1000 gram sebagai aborsi, menurut Undang-Undang di Indonesia, kematian janin di bawah 1000 gram tidak perlu dilaporkan dan dapat dikuburkan di luar Tempat Pemakaman Umum.Dari cara terjadinya aborsi, ada dua macam aborsi, aborsi spontan (abortus spontaneus) dan aborsi buatan (abortus provocatus). Aborsi spontan terjadi sendiri tanpa campur tangan manusia, sedang aborsi buatan adalah hasil dari perbuatan manusia yang dengan sengaja melakukan perbuatan pengguguran. Abortus yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 12 minggu disebut abortus dini. 1) Abortus Spontaneus Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai sekarang belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi sperma kedalam sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur yang telah dibuahi berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah blastocyst membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin “bernyawa”?Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% – 62%). 5
  • 6. a) Penyebab abortus spontan Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup sebelum dikeluarkan. Kelainan Pertumbuhan Zygote. Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta. Ternyata 50% – 60% dari abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom. Faktor Ibu. Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom yang normal, paling banyak pada usia kehamilan 13 minggu. Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat menyebabkan abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia yang lebih lanjut atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan. b) Pembagian abortus spontan Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan. Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya. 6
  • 7. Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan. Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain. 2) Abortus Therapeuticus Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker.Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman (German Measles) pada trimester pertama. 3) Elective Abortion Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis inilah yang paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi sukarela untuk tiap 3 janin lahir hidup. 3.2 ABORSI DARI SUDUT ETIKA KRISTIANI Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap 7
  • 8. cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah dingin, atau membunuh secara sederhana.Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua kutub. 1. Perbedaan Pandangan Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan janin yang dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu maka yang “anti” aborsi menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang pasti secara teologis semuanya adalah hak Allah. 2. Perbedaan Paham Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia. Pembuahan terjadi di rahim, di situlah kehidupan dimulai. Tapi belum menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi menjadi calon siapa. Kapan terjadi manusia, ada beberapa hipotesa, yaitu : 1. Minggu ke-12, karena setelah bulan ke tujuh telah terbentuk kortek yang akan menjadi manusia. 2. Hari yang ke-12, karena sebelum hari ke-12 belum terjadi individu alisasi. 3. Hari ke-6 atau ke-7 setelah haid terakhir sel tersebut berkembang menjadi janin. 4. Sejauh pembuahan sudah berkembang menjadi manusia. Dari keempat hipotesa tersebut disimpulkan bahwa, semakin tua usia janin semakin komplek masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa benar atau salah melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong atau dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan. 8
  • 9. Dalam pemahaman seperti itu, aborsi mungkin dilakukan apabila: 1. Demi keselamatan jiwa ibu. 2. Kalau probabilitas (kemungkinan) bayi yang akan dilahirkan akan cacat. 3. Keluarga-keluarga yang memang beban ekonominya sangat berat sekali dan usia janin tersebut masih sangat muda sekali. Namun ini bukan berarti saya menyetujui tindakan aborsi, karena aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang yang mendorong aborsi itu yang harus diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang ada.Permasalahannya bukan boleh atau tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas dosa inilah yang menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”. 9
  • 10. BAB IV METODE-METODE, EFEK, RESIKO dan KASUS ABORSI 4.1 METODE-METODE ABORSI a)Urea Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim. b)Prostaglandin Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim. c) Partial Birth Abortion Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam 10
  • 11. rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar. d) Histerotomy Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. 4.2 Metode Penyedotan (Suction Curettage) Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian- bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. 4.3 EFEK ABORSI 1. Efek Jangka Pendek : Rasa sakit yang intens Terjadi kebocoran uterus Pendarahan yang banyak 11
  • 12. Infeksi Bagian bayi yang tertinggal di dalam Shock/Koma Merusak organ tubuh lain Kematian 2. Efek Jangka Panjang : Tidak dapat hamil kembali Keguguran Kandungan Kehamilan Tubal Kelahiran Prematur Gejala peradangan di bagian pelvis Hysterectom 4.4 RESIKO ABORSI Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ; Kematian mendadak karena pendarahan hebat. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. Rahim yang sobek (Uterine Perforation). Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita). Kanker indung telur (Ovarian Cancer). Kanker leher rahim (Cervical Cancer). Kanker hati (Liver Cancer). 12
  • 13. Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy). Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease). Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post- Abortion Review. Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. 4.5 KASUS-KASUS ABORSI Posted at 7:14 am on April 11, 2011 Aborsi menjadi momok di negeri ini. Bahkan, di internet saat ini sudah banyak situs yang menjual jamu atau obat peluntur untuk melakukan proses aborsi. Begitu kejamnya jika aborsi dilakukan tanpa sebab yang tepat. Belum lagi risiko dan dosa yang harus ditanggung oleh pelaku aborsi tersebut. Berikut cara-cara aborsi sesuai usia kandungan: Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan) 13
  • 14. Pada kehamilan muda, di mana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut. Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan) Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu,bagian-bagian tubuhnya mulai terbentuk.Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut,kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus). Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya.Tulang- tulangnya diremukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil- kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan. Dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan- potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil.Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan. Aborsi pada kehamilan lanjutan (3 sampai 6 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik.Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan ke dalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal.Selama proses ini 14
  • 15. dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal ini. Aborsi pada kehamilan besar (6 sampai 9 bulan) Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh.Cara membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan ke dalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan tuntas hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan orang-orang yang terlibat di dalam aborsi ini bahwa pembunuhan keji telah terjadi.Semua proses ini seringkali tidak disadari oleh para wanita calon ibu yang melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena di bawah pengaruh obat bius. Mereka bisa segera pulang tidak lama setelah aborsi dilakukan.Benar, bagi si wanita, proses aborsi cepat dan tidak sakit. Tapi tidak bagi bayi, itu adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi.Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang wanita yang kelak menjadi ibuyang seharusnya memeluk dan menggendong bayinya, telah menjadi algojo bagi anaknya sendiri. 15
  • 16. BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Setelah saya membaca kasus-kasus yang terlampir pada lampiran, kasus aborsi sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat manusia. Menurut data, sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat tinggi, bahkan sampai remaja pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak Negara telah menyerukan program KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk memakai kondom sebagai pilihan alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia ini masih tinggi akan kasus aborsi.Saya menanggapi bahwa perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak dari janin tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap pasangan kita (di dalam maupun diluar perkawinan), maka kita harus menanggung resiko untuk mempunyai anak. Kita tidak boleh lepas begitu saja untuk menggugurkan janin tersebut. 5.2 SARAN Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang diwujudkan dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi kita semua. Saya berharap agar kita semua menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi. 16
  • 17. DAFTAR PUSTAKA  Bobak,M.Irrene.2004.Keperwatan Maternitas.Jakarta:Kedokteran EGC  http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus  Sujianti,dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika 17