2. Dekontaminasi
Proses untuk menghilangkan atau menetralisir kontaminan yang terkumpul pada personel dan
peralatan. Dekontaminasi menjadikan sebuah benda atau material aman untuk digunakan.
Menurut The George Washington University, dekontaminasi terbagi menjadi :
1. Sterilisasi
2. Disinfeksi
3. Antisepsis.
Lewis dan McIndoe (2004) menyatakan bahwa 3 metode yang umum
untuk melakukan dekontaminasi ada :
1. Pembersihan
2. Disinfeksi
3. Sterilisasi.
Pengertian
3. Lewis dan McIndoe (2004) menambahkan bahwa proses dekontaminasi harus memperhatikan:
Risiko infeksi dari penggunaan peralatan yang sebagaimana mestinya
Panas, tekanan, kelembaban, atau tolerasi kimia dari peralatan.
Ketersediaan dari peralatan proses
Risiko yang bisa muncul dari proses dekontaminasi
Waktu yang tersedia
4. Desinfeksi
Desinfeksi adalah sebuah proses menghilangkan, mencegah, atau
mengurangi mikroorganisme seperti virus, kuman, dan bakteri yang
berbahaya dari sebuah benda mati dan permukaannya. Beberapa virus dan
spora bakterial mungkin bisa tetap tahan pada proses disinfeksi. Proses disinfeksi
bisa dibilang tidak lebih ketat dibandingkan proses sterilisasi.
5. Metode Desinfeksi
MENGGUNAKAN DISINFEKTAN KIMIA
• Etil alcohol 70% lebih efektif dibandingkan dengan etil alcohol 95%, hal ini dikarenakan
kemampuan air (H2O) dalam menghidrolisis ikatan protein dari mikroorganisme. Sehingga,
proses membunuh mikroorganisme menjadi lebih efektif.
• Aldehid yang berupa glutraldehid dan formaldehid memiliki kemampuan iritasi yang besar
sehingga tidak digunakan sebagai antiseptic.
• Halogen, seperti chlorin dan iodine merupakan desinfektan yang seringali digunakan.
Persiapan sebelum dilakukan operasi seringkali menggunakan kombinasi etil alcohol 70%
diikuti dengan povidon-iodine.
• Logam berat, contohnya adalah air raksa. Karena logam ini sangat berbahaya bagi
lingkungan, maka penggunaannya sebagai desinfektan tidak direkomendasikan. Namun
dalam keadaan konsentrasi sangat rendah misalkan silver nitrat 1%, masih efektif
digunakan dalam pengobatan konjungtivitis neonatorum karena Neisseria gonorrhoeae.
6. Metode Desinfeksi
DESINFEKSI DENGAN METODE FISIKA
• Merebus pada suhu 1000 C selama 15 menit dapat membunuh bakteri vegetative.
• Pasteurisasi pada suhu 630C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik yang berfungsi membunuh pato
gen pada makanan namun tidak mengurangi nutrisi dan rasa dari makanan tersebut.
• Menggunakan radiasi non-ionisasi seperti ultraviolet (UV). Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang
yang panjang dengan low energy. Contohnya adalah untuk membunuh bakteri yang ada di permukaan BS
Cs. Sehingga, sebelum menggunakan BSCs, sinar UV harus dinyalakan terlebih dahulu yaitu kurang lebih
30 menit sebelum penggunaan.
7. Tingkat Desinfeksi
• Disinfektan tingkat rendah
Desinfeksi yang dapat membunuh banyak bakteri, jamur, dan virus dalam periode hanya 10 menit. Artinya,
hanya 10 menit saja suatu benda mati dapat bebas dari pathogen, setelah itu pathogen dapat berkembang
lagi.
• Disinfektan tingkat menengah
Desinfeksi yang dapat mematikan untuk mycobacteria, vegetative bacteria, kebanyakan virus dan
kebanyakan jamur namun tidak semuanya mampu membunuh spora bakterial.
• Disinfektan tingkat tinggi
Desinfeksi yang akan membunuh seluruh mikroorganisme kecuali sejumlah banyak spora bakterial.
Contohnya adalah zat glutardehid sebanyak 2% yang dianggap mampu untuk memberikan disinfeksi selama
20 menit.
8. Desinfektan
10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
• 1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada
suhu kamar
• 2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur
dan kelembaban
• 3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
• 4. Tidak bersifat korosif
• 5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
• 6. Tidak berbau/ baunya disenangi
• 7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
• 8. Larutan stabil
• 9. Mudah digunakan dan ekonomis
• 10. Aktivitas berspektrum luas
9. Desinfektan
Variabel dalam desinfektan
1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung
kepada bahan yang akan didesinfeksi dan
pada organisme yang akan dihancurkan.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi
oleh banyak variable.
3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi
kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing mungkin
sangat mempengaruhi proses disinfeksi.
10.
11. Antiseptik
adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup
seperti pada permukaan kulit dan membran
mukosa.
antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi
jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan
menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang
dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun
disinfektan.
Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan
ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat
memperlambat penyebaran penyakit.
12. Antiseptik
dua jenis antiseptik :
a. Germisida mampu menghancurkan mikroba
b. Bakterisida digunakan untuk memperlambat pertumbuhan bakteri.
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan
Mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalk
an) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri.
Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri,
boric acid, dan triclosan
13. Antiseptik
Penggunaan antiseptik
Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka
memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptic
pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan
dan penutupan luka
14. Antiseptik
Jenis Antiseptik
Etakridin laktat (rivanol)
senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau
menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam
larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk
dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol
dilakukan dengan mengganggu proses vital pada
asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol
cenderung lebih kuat pada bakteri gram
positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi
antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki
keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga
banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul,
atau borok bernanah
15. • Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman
dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari
jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh
alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum
digunakan untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah
pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok
untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
16. Antiseptik
Jenis alkohol yang digunakan sebagai
antiseptik adalah etanol (60-90%),
propanol (60-70%)
danisopropanol (70-80%)
atau campuran dari ketiganya. Metil
alkohol (metanol) tidak boleh
digunakansebagai antiseptik karena
dalam kadar rendah pun
dapat menyebabkan gangguan saraf dan
masalah penglihatan.
17. Antiseptik
• Yodium
Yodium atau iodine biasanya
digunakan dalam larutan beralkohol
(disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi
kulit sebelum dan sesudah tindakan
medis.
Larutan ini tidak lagi
direkomendasikan untukmendisinfeksi
luka ringan karena mendorong
pembentukan jaringan parut dan
memperlamawaktu penyembuhan.
Generasi baru yang disebut iodine
povidone (iodophore), sebuah polimer
larut air yang mengandung sekitar 10%
yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit,
tidak memperlambat penyembuhan luka,
dan meninggalkan deposit yodium aktif
yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik
dengan iodine povidoneadalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis
yodium adalah cakupan luas aktivitas
antimikrobanya. Yodium menewaskan
semua patogen utama berikut spora-
sporanya, yang sulit diatasi
18. Antiseptik
• Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan
untuk membersihkan luka dan borok.
Larutan 3% lebih umum digunakan untuk
pertolongan pertama luka gores atau iris ringan
di rumah.
Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat
yang ditimbulkannya merangsang pembentukan
parut dan menambah waktu penyembuhan.
19. • Triclosan
• Triclosan adalah antiseptik yang efektif
dan populer, bisa ditemui dalam
sabun,obat kumur, deodoran, dan
lainlainTriclosan Mempunyai daya
antimikroba dengan spektrum luas (dapat
melawan berbagai macam bakteri) dan
mempunyai sifat toksisitas minim.
Mekanisme kerja triclosan adalah dengan
menghambat biosintesis lipid sehingga
membrane mikroba kehilangan kekuatan
dan fungsinya.
20. STERILISASI
Sementara itu, sterilisasi adalah sebuah proses membunuh semua mikroorganisme.
Dalam hal ini, ia juga menghancurkan spora dari berbagai organisme. Dari yang ada di
benda mati, permukaan barang, cairan, pengobatan, hingga media biologis.
Pengertian inilah yang menjadi perbedaan sterilisasi dan desinfeksi yang utama.
Pembedanya cukup kompleks meski tujuan desinfektan dan sterilisasi sama-sama
menghilangkan mikroorganisme.
22. Pemanasan Kering
• Pemijaran
Metode ini dengan memanaskan alat biasanya berupa ose di atas api
bunsen sampai ujung ose memijar
• Pembakaran
Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau kaca
dengan cara dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampai
memijar.
Misalkan: a) melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas
api Bunsen; b) memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum
digunakan; c) memanaskan pinset sebelum digunakan untuk
meletakkan disk antibiotic pada cawan petri yang telah ditanam bakteri
untuk pemeriksaan uji kepekaan antibiotik.
23. Pemanasan Kering
• Oven
Sterilisasi dengan metode ini digunakan
untuk benda-benda dari kaca/gelas, petri
, tabung Erlenmeyer, tidak boleh bahan
yang terbuat dari karet atau plastic. Oven
Suhu 160-1800C selama
1.5-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih dahu
lu dibungkus menggunakan kertas sebel
um dilakukan
sterilisasi.
24. • Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti
jarum bekas suntikan yang ditampu
ng dalam safety box
biohazard, darah, dilakukan sterilis
asi dengan menggunakan insinerat
or. Hasil pemanasan dengan suhu
8700-9800 C akan menghasilkan
polutan berupa asap atau debu. Hal
ini yang menjadi
kelemahan dari sterilisasi dengan
metode insenerasi. Namun, metode
ini dapat meyakinkan bahwa bahan
infeksius dapat dieliminasi dengan
baik yang tidak dapat dilakukan de
ngan metode lainnya.
25. Pemanasan Basah
• Autoclave
Merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi,
contohnya adalah dengan menggunakan
autoklav. Sterilisasi dengan metode ini dapat
digunakan untuk sterilisasi biohazard
(bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat
yang tahan terhadap panas (bluetip, mikropipet),
pembuatan media, dan sterilisasi cairan.
Pemanasan yang digunakan pada suhu 1210C
selama 15 menit
26. Pemanasan Basah
• Radiasi
Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan
alat-alat berupa bahan plastic seperti kateter,
plastic spuit injeksi, atau sarung tangan sebelum
digunakan. Contoh radiasi ionisasi adalah
metode pada penggunaan microwave yaitu
dengan menggunakan panjang gelombang
pendek dan sinar gamma high energy.
27. Pemanasan Basah
• Filtrasi (penyaringan)
Metode ini digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang sensitive terhadap panas seperti radioisotope,
kimia toksik.
i. Filtarsi berupa cairan dengan menggunakan prinsip melewatkan larutan pada membran selulosa asetat
atau selulosa nitrat.
ii. Filtarsi berupa udara dengan menggunakan high-efficiency particulate air (HEPA) untuk menyaring org
anisme dengan ukuran lebih besar dari 0.3 µm dari ruang biology savety cabinet (BSCs)