Dokumen tersebut membahas mengenai ketidakjelasan definisi dan kriteria hutan produksi terbatas dalam peraturan perundangan, yang menyebabkan terjadinya perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan aturan. Dokumen ini juga menggunakan beberapa studi kasus untuk mengilustrasikan masalah yang terjadi akibat ketidakjelasan peraturan tersebut.
2. Berawal dari Ketidak
Jelasan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152748038954217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
• Ketidak Jelasan:
• Definisi tidak dijelaskan dalam peraturan perundangan bidang
kehutanan
• Kriteria tidak diatur dengan tegas dalam peraturan perundangan
bidang kehutanan
• Ketidak jelasan bentuk pengelolaan yang diperbolehkan pada
kawasan ini
• Praktek:
• Praktek dilapangan, perlakuannya sama dengan Hutan Produksi
Tetap (HP)
• Terjadi perubahan fungsi menjadi: Hutan Produksi Tetap (HP),
Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Konversi (HPK)
• Terjadi Perubahan peruntukan menjadi Area Pemanfaatan Lain
(APL)
• Peraturan perundangan yang mengatur:
• Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 683/Kpts/Um/8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara
Penetapan Hutan Produksi
• PP No 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Permenhut Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 Tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan
• PP No 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
3. Hutan Produksi Terbatas
• Yang dimaksud dengan hutan produksi dengan penebangan terbatas ialah hutan
produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih ...... (Pengertian point 1.3
Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 683/Kpts/Um/8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan
Produksi)........ Apakah “Hutan Produksi dengan Penebangan Terbatas” sama
dengan “Hutan Produksi Terbatas”?
• Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan dengan
faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174 ....... (Pasal 1
point 4 Permenhut Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 Tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, dan
Pasal 1 Point 10 PP No 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan)
• ..Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan produksi terbatas...a. kawasan
hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hutan, setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 125-
174 ....(Pasal 45 ayat 1 point a PP No 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
• hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng,
jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima)
sampai dengan 174 (pasal 46 ayat 2 PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
Apakah Skoring 125 sampai 174
merupakan Kriteria atau Definisi?
5. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152615663469217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Studi Kasus
Hutan Produksi Terbatas Batu Gajah
Sudah selesai di tata batas
• Panjang : 14. 085,00 meter dengan
Skala 1 : 25.000 Disahkan : Jakarta,
8 Mei 2000 an. Menteri kehutanan
dan perkebunan kepala badan
Planologi kehutanan dan
perkebunan Ir. Moch. Toh M.B
• Panjang : 45.000 Km dengan Skala 1
: 25.000 Disahkan : Jakarta, 12
Oktober 1998 an. Menteri
Kehutanan dan Perkebunan direktu
jendral inventarisasi tata guna hutan
dan kebun Ir. Soebagjo
Hadisepoetro
• Panjang : 39. 739,48 Km dengan
Skala 1 : 25.000 Disahkan : Jakarta,
14 Maret 1996 an. Menteri
Kehutanan Direktur Jenderal
inventarisasi dan tata guna hutan Ir.
Sumahadi,
• Kenapa terjadi perubahan fungsi?
• Apakah ada perubahan skoring kawasan sehingga fungsinya berubah?
• Perubahan Fungsi HPT ke HP, HPK dan APL hanya mungkin terjadi jika terjadi perubahan skoring
• Perubahan skoring hanya mungkin terjadi apa bila faktor pembentuk skoring (Curah hujan, jenis tanah
dan kemiringan) berubah
• Tidak mungkin terjadi perubahan curah hujan, jenis tanah dan curah hujan
7. Studi Kasus Kota Pekanbaru
1986 2011
2012 2014
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan di Kota
Pekanbaru diusulkan dalam Perubahan Fungsi dan
Peruntukan Kawasan Hutan dalam rangka revisi
rencana tata ruang
Usulan Pemerintah Provinsi disetujui dan
direkomendasikan oleh tim terpadu pada
tahun 2012
Tidak semua kawasan yang direkomendasikan
oleh tim terpadu ditetapkan oleh mentri pada
tahun 2014
Telah ada perubahan Peruntukan kawasan
hutan pada tahun 2011 untuk konsesi
perkebunan
Artinya Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Kota
Pekanbaru baru dilakukan pada tahun 2014
Pemberian hak atas tanah oleh BPN sebelum tahun 2014
merupakan perbuatan melawan hukum
Sebelum tahun 2014, warga kota pekanbaru dapat dipidana dengan
tuduhan menguasai kawasan hutan secara tidak syah (Jika
mengikuti logika berfikir Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan)
8. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153154829869217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
• Pada tahun 2015 Luas hutan tetap di provinsi riau adalah 4.230.926 ha atau 49,20% dari luas provinsi riau.
• Terjadi pengurangan hutan tetap seluas 89.868 ha atau 1,05% dari luas provinsi pada SK 878 terhadap SK 173
(Bukan merupakan perubahan yang significant)
• HPK bukanlah merupakan kawasan hutan, kenapa masih dipertahankan seluas 1.268.767 ha, apakah kondisinya
masih berhutan atau sudah dikelola?
• Kawasan Hutan seluas 4.230.926 ha masih dalam tahap penunjukan (bukanlah merupakan kawasan hutan yang
dimaksud oleh UU 41 tahun 1999)
Kawasan Hutan di Provinsi Riau
9. Kawasan di Provinsi Riau
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152565043049217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
Penunjukan kawasan hutan
dapat dimaknai sebagai
kawasan hutan yang
diusulkan oleh mentri
Kawasan hutan yang
dimaksud oleh UU 41/1999
di provinsi riau adalah
596.145 ha
• Kenapa semenjak tahun 1986-2014 (28 tahun) baru 596.145 ha atau
13,08% yang ditetapkan?
• Proses penyusunan RTRWP selama 15 tahun (2000 -2015) terkendala
karena belum adanya kesepakatan antara pemerintah provinsi dengan
kementrian lingkungan hidup dan kehutanan
Dapat dikatakan bahwa objek
hukum UU 41 hanyalah seluas
596.145 ha
11. Best Practice Yang Terabaikan
Skenario Hijau 2060
Pada tahun 2006 masyarakat sipil
berhasil mendorong BKPRD (Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
untuk menyusun rencana tata ruang
berdasarkan kriteria kawasan sesuai
dengan peraturan perundangan yang
berlaku
Kesepakatan yang dibuat
diantaranya:
• Karena sudah terlanjur
banyak izin yang diberikan
yang tidak sesuai dengan
ketentuan perundangan maka
kondisi ideal baru bisa
tercapai pada tahun 2060
• Izin yang sudah terlanjur
diberikan akan dihapus secara
bertahap dan tidak ada
pemberian izin baru pada
kawasan yang berkategori
lindung.
• Langkah langkah yang akan
dilakukan ditulis dalam buku
rencana
Riau telah mencanangkan moratorium
perizinan semenjak adanya skenario hijau ini.
Karena lamanya proses persetujuan substansi
di kementrian lingkungan hidup dan
kehutanan, sampai tahun 2015 kebijakan ini
belum diperdakan dan tidak bisa di eksekusi
12. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152648743274217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Usulan Perubahan
Fungsi akawasan
Hutan
Tim Terpadu
Memberikan
Rekomendasi Perubahan
Fungsi dan Peruntukan
Mentri Menetapkan
Perubahan Fungsi dan
Peruntukan berdasarkan
hasil rekomendasi Tim
Terpadu
TimTerpaduBekerja
Kenapa Keluar SK Kawasan
Hutan yang baru Pada Saat
Usulan Perubahan Fungsi dan
Peruntukan yang sedang
diverifikasi Tim terpadu tengah
dilaksanakan?
Rekomendasi Timdu yang
dipakai hanya sebagian, apa
pertimbangannya?
Penyesuaian Fungsi Kawasan Hutan
Terhadap Rencana Tata Ruang
Tidak ada instrumen
untuk menguji hasil
Timdu
13. Kawasan Hutan Dephut Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor > 175
HL
TGHK
TGHK
TGHK
Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor 125- 175
HPT
TGHK
TGHK
TGHK
Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor <125
HP
TGHK
TGHK
TGHK
Pemutihan
Pelanggaran
Hasil GIS
Sumber Data
???
Distorsi Kajian Timdu
Cacat Metodologi?
Izin yang dikeluarkan
oleh mentri dilindungi
Izin yang dikeluarkan
oleh daerah
dipersoalkan
Sumber yang digunakan
TGHK Update (tidak
memiliki dasar hukum)
14. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152629672989217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Praktek Perubahan Fungsi dan Peruntukan
Kawasan Hutan
Kriteria Fungsi Kawasan
Hutan berdasarkan Scoring
• Skor > 175 Hutan Lindung
• Skor 125-174 Hutan Produksi
Terbatas
• Skor < 124 Hutan Produksi Tetap,
Hutan Produksi Konversi dan Area
Pemanfaatan Lain
Perubahan Fungsi yang
diperbolehkan antara HP, HPK
Perubahan Peruntukan yang
diperbolehkan adalah dari HP, HPK
menjadi APL atau sebaliknya Dalam Prakteknya terjadi Perubahan
pada semua fungsi
• Apakah terjadi perubahan scoring?
• Bukankah praktek ini merupakan
pelanggaran?
Pola Ruang dan Fungsi Kawasan
Hutan memiliki Kriteria yang sama,
kenapa muncul perbedaan antara
Draft RTRWP dengan Kawasan
Hutan?
15. https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152690186779217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Peta Sebagai Alat Bukti Kejahatan
Salah satu alat bukti yang
digunakan adalah Peta
Sudah banyak pejabat daerah
yang dihukum, tetapi belum
ada pejabat kementrian
Dalam kasus korupsi, yang
menerima suap dan memberi
sama sama mendapat
hukuman, kecuali untuk kasus
riau (Penerima dihukum,
pemberi tidak diproses hukum)
Izin yang diperoleh melalui
praktek korupsi masih berjalan
dan dilegalkan oleh
kementrian
Tidak adanya persamaan di depan hukum menjadi kan pejabat daerah berhati hati dalam
dalam penetapan rencana tata ruang, karena ada sangsi pidana terhadap pemberi izin
apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
20. TGHK 1985
• Merupakan sebuah kesepakatan diantara pejabat di
tingkat provinsi
• Tidak ada penjelasan tentang metode pengambilan
keputusan
• Tidak ada penjelasan apakah skoring kawasan
digunakan dalam kesepakatan ini
22. Perubahan Fungsi dan Peruntukan
Perubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian
Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh
Pemerintah
Berdampak penting dan
cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPR
Tata Cara diatur
oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi
selama 11 tahun?
23. N
O
NAMA PERUSAHAAN NO TANGGAL LUAS
1 PT. Adel Plantation &
Industry
027/Kpts-II/90 13/01/1990 15526
2 PT. Adel Plantations 692/Kpts-II/95 26/12/1995 12500
3 PT. Adi Mulia Agrolestari 339/Kpts-II/1992 31/03/1992 7726
5 PT. Agrita Sari Prima 161/Kpts-II/1993 27/03/1993 9000
7 PT. Agro Jaya Gema
Trans
151/Kpts-II/98 27/02/1998 53476
10 PT. Arindo Tri Sejahtera 921/Kpts-II/91 30/01/1991 7540
12 PT. Bumi Palma Lestari
Persada
89/Kpts-II/90 25/06/1990 11562
13 PT. Bumi Raksa Nusa
Sejati
98/Kpts-II/1993 20/02/1993 93021
15 PT. Cibaliung Tunggal
Plantation
787/Kpts-II/1996 20/12/1996 4914
16 PT. Ciliandra Perkasa 590/Kpts-II/1990 6/10/1990
17 PT. Cipta Daya Sejati 256/Kpts-II/1991 8/5/1991 6520
19 PT. Duta Swakarsa Indah 17/Kpts-II/98 6/6/1998 13532
21 PT. Ekadura Indonesia 1999/Kpts-II/88 13/061988 12277
22 PT. Flora Wahana Tirta 642/Kpts-II.3/91 24/04/1991 3899
23 PT. Gandaerah Hendana 806/Kpts-II/1993 30/11/1993 14000
24 PT. Gunung Mas Jaya 892/Kpts-
II/95,HK,350/187/BUD.5
/III/2001
26/12/1995,
16/03/1989
12088
8.
12826
25 PT. Hutahean 723/Kpts-II/1989 25/11/1989 5065
26 PT. Indri Plant 079/Kpts-II/88 27/02/1988 6011
27 PT. Inecda Plantations 93/Kpts-II/1989,
195/M/XI/1989
15/05/1989,
18/09/1989
12702,
1785
29 PT. Inti Indo Sawit Subur 664/Kpts-II.3/89,
664/Kpts-II.3/89
31/10/1989,
31/10/1989
2572,
97750
31 PT. Ivomas Tunggal 369/Kpts-II/1990 20/01/1990 28095
32 PT. Ivomas Tunggal 369/Kpts-II/90 20/01/1990 28099
33 PT. Jatim Jaya Perkasa 135/Kpts-II/1998 24/02/1998 20300
34 PT. Kebun Pantai Raja No.112/Kpts-II/1994 10/5/1994 3556
35 PT. Kimia Tirta Utama (PIR/KKPA) 152/Kpts-II/94 18/04/1994 6560
36 PT. Lahan Tani Sakti 720/Kpts-II/1988 3/10/1988 15300
39 PT. Langgam Inti Hibrido 256/Kpts-II/1995 16/05/1995 15038
40 PT. Mega Nusa Inti Sawit HPL.Mentrans
No.Kep.49/Men/1996
19/04/1996 6000
41 PT. Meridan Sejati Surya Plantation 772/Kpts-II/1993,
264/Kpts-II/1997
18/11/1993,
19/05/1997
5158
42 PT. Mitra Unggul Pusaka 713/Kpts-II/1989 22-11-1990 1557
43 PT. Murini Wood Indah Industri (First
Resources)
331/Kpts-II/1995 3/7/1995 9903
44 PT. Musim Mas 98/Kpts-VII.3/90 20-05-1990 30360
45 PT. Mustika Agro Sari 435/Kpts-II/1995 22/08/1995 3330
46 PT. Mustika Agro Sari HK. 350/ES.719/11.94 4/1/1994 2700
47 PT. Panca Surya Agrindo 027/Kpts-II/1990 13/01/1990 15526
49 PT. Pusaka Megah Bumi Nusantara 41/IV-/1992 17-02-1992 7
50 PT. Raja Garuda Mas Sejati 791/Kpts-II/1991 24-09-1991 11795
51 PT. Ramajava Pramukti 248/Kpts-8/1991,
437/Kpts-II/1993
08/05/1991,
09/09/1993
4942, 8356
52 PT. Riau Makmur Sentosa / PT. Surya
Dumai Agrindo 2
328/Kpts-II/1997 20/06/1997 10400
53 PT. Riau Sakti United Plantations 1490/Ktps-II/88 10/10/1988 20157
54 PT. Rigunas Agri Utama 690/Kpts-II/1992 9/7/1992 28171
55 PT. Salim Ivomas Pratama 35/Kpts-II/1990, 785/Kpts-
II/1996
20/01/1990,
20/12/1996
20373,
2703
56 PT. Sari Lembah Subur 126/Kpts-II/1990 27-02-1990 25000
57 PT. Sawit Asahan Indah 182/Kpts-II/1990 16/04/1990 7376
58 PT. Sekar Bumi Alam Lestari 692/Kpts-II/1991 5/8/1991 6500
59 PT. Serikat Putera 919/Kpts-II/1991 17-12-1991 9330
60 PT. Sewangi Sejati Luhur 132/Kpts-V/1990, 79/Kpts-
V/1996
26/03/1990,
04/03/1996
7500
62 PT. Sindora Seraya 157/Kpts-II/98 26-02-1998 11284
64 PT. Surya Agrolika Reksa 725/Kpts-II/1989 27/11/1989
65 PT. Surya Dumai Agrindo 230/Kpts-II 11506
66 PT. Surya Inti Sari Raya 1698/Menhut 28/11/1996 5557
68 PT. Teguh Karsa Wana Lestari 583/Kpts-II/1995 26/12/1995 7525
69 PT. TH Indo Plantations 831/Kpts-II/1993,
611/kpts-II/1995
21-12-1993, 15-
11-1995
55872,
27750
70 PT. Triomas FDI 05/Menhut-II/06 4/1/2006 10713
71 PT. Tunggal Mitra Plantation 794/Kpts-II/96 20/12/1996 2790
72 PT. Tunggal Mitra Plantation 793/Kpts-II/1996 20/12/1996 2091
73 PT. Tunggal Perkasa Plantations 809/Kpts-VII.3/91 26/07/1991 5000
74 PT. Tunggal Yunus Estale 103/Kpts-II/1997 2/12/1997 5242
SK Pelepasan Kawasan Hutan Sebelum 1999
Sumber: Kajian DPRD Provinsi Riau 2015
24. • Ada Berapa SK Perubahan Fungsi?
• Ada Berapa SK Perubahan Peruntukan?
• Berapa SK yang dikeluarkan dari tahun 1999 sampai 2011?
• Kenapa tidak dimunculkan No SK nya
SK 7651/MENHUT-VII/KUH/2011
(30 DESEMBER 2011)
25. 0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 7651/MENHUT-VII/KUH/2011
(30 DESEMBER 2011)
• Apa Sumber data yang merubah peta ini
dari SK.173/Kpts-II/1986
• Bagaimana Melacak tidak terjadi
pemutihan pelanggaran dalam SK ini?
27. REKOMENDASI TIM TERPADU
(18 OKTOBER 2012)
Sumber data sebagai
alat verifikasi tidak
memadai
Bagaimana
memastikan tidak
terjadi pemutihan
pelanggaran dalam
rekomendasi ini?
28. 0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 673/MENHUT-II/2014
(8 AGUSTUS 2014)
• Tidak Seluruh hasil Kajian Timdu yang disetujui
• Tidak ada penjelasan kenapa sebagian tidak
disetujui
• Bagaimana memastikan perubahan ini tidak terjadi
pemutihan pelanggaran
30. 0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 878/MENHUT-II/2014
(29 SEPTEMBER 2014)
• Ada Dua Versi Peta
• Kenapa ada perbedaan
dengan SK 673
• Bagaimana Memastikan
Tidak Terjadi
PemutihanPelanggaran?
31. Terdapat gap yang besar antara hasil kajian
Timdu dengan SK 878/Menhut-II/2014
32. Kesimpulan
1. Fungsi kawasan hutan yang ditunjuk atau ditetapkan lebih hanya merupakan
sebuah kesepakatan, dan tidak taat pada kriteria fungsi kawasan yang telah
diatur dalam peraturan perundangan.
2. Penunjukan/penetapan Fungsi Kawasan lebih didominasi oleh politik
penguasaan lahan daripada scientific analisis yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3. Dalam Perubahan Fungsi dan Peruntukan kawasan Hutan rentan terjadi
pemutihan pelanggaran (Kejahatan Peta)
4. Pemukiman dan wilayah masyarakat yang telah ada semenjak ratusan tahun
yang lalu banyak yang masih merupakan kawasan hutan (Rentan
dikriminalisasi)
5. Rencana Tata Ruang yang disusun tunduk terhadap politik penguasaan ruang
dengan mengakomodir keterlanjuran izin dan mengabaikan kriteria pola
ruang yang diatur dalam peraturan perundangan (Kejahatan Peta)
6. Baik Pemerintah Provinsi maupun Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan telah sama sama melanggar peraturan perundangan.
7. Walaupun Fungsi kawasan hutan telah ditetapkan, tetapi karena RTRWP
belum ditetapkan rentan terjadi saling lempar tanggungjawab antara
kementerian dengan pemerintah provinsi dan kabupaten (Contohnya
kebakaran Hutan yang berulang setiap tahun selama 18 tahun)
33. Rekomendasi
• Diharapkan kepada pemerintah Provinsi dan Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Segera menemukan solusi awal sehingga RTRWP Riau segera
ditetapkan sebagai peraturan daerah yang bersifat sementara untuk mengisi
kekosongan hukum.
• Setelah peraturan daerah tentang RTRWP Riau ditetapkan, Pemerintah Provinsi
Riau agar segera menyiapkan revisi rencana tata ruang yang baru berdasarkan
kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.
• Setelah keluarnya revisi SK 878, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
agar segera menetapkan kawasan hutan yang baru berdasarkan kriteria yang
ditetapkan peraturan perundangan.
• Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera melakukan singronisasi
vertikal dan horizontal terhadap kriteria fungsi kawasan hutan dalam berbagai
peraturan perundangan.
• Agar Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan metode untuk
menguji akuntabilitas dari setiap peta yang pernah di keluarkan.
• Agar kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan setiap SK
beserta lampiran peta yang menyertainya (termasuk diantaranya data yang
digunakan untuk membuat peta) menjadi dokumen publik yang tersedia setiap
saat, sehingga publik bisa ikut serta menguji setiap produk peta yang dihasilkan