1. Tugas Rutin
EPISTEMOLOGI STOIKIOMETRI MENURUT PARA AHLI KIMIA
PROUST, LAVOISIER, DALTON, AVOGADRO, BOYLE, DAN GAY LUSSAC
DISUSUN OLEH:
NAMA : ISMANISA
NIM : 8186141003
KELAS : PASCASARJANA DIKKIM A 2018
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
2. EPISTEMOLOGI STOIKIOMETRI
1. Hukum Boyle (1627-1691)
Robert Boyle lahir pada tanggal 25 Januari 1627 di di Lismore Castle, County Waterford
Irlandia dan Meninggal di Inggris pada tanggal 30 Desember 1691. Dia adalah ahli fisika
Inggris, pengarang, Bapak Ilmu Kimia, penemu hukum Boyle, penemu pompa hampa udara,
penemu konsep atom, orang pertama di dunia yang membedakan unsur dari senyawa, asam
dari alkali, orang pertama di dunia yang menemukan pentingnya udara bagi pernafasan,
pembakaran, dan kehidupan, orang pertama di dunia yang menemukan bahwa suara tak dapat
merambat di dalam tabung hampa. Boyle menekankan pentingnya eksperimen yang cermat
bagi perkembangan ilmu. Ia membuat eksperimen dengan luas tentang proses pemanasan
logam. Ia menemukan gejala penguapan dan pembekuan.
Hukum Boyle (atau sering direferensikan sebagai Hukum Boyle-Mariotte) adalah salah
satu dari banyak hukum kimia dan merupakan kasus khusus dari hukum kimia ideal. Hukum
Boyle mendeskripsikan kebalikan hubungan proporsi antara tekanan absolut dan
volumeudara, jika suhu tetap konstan dalam sistem tertutup. Hukum ini dinamakan setelah
kimiawan dan fisikawan Robert Boyle, yang menerbitkan hukum aslinya pada tahun 1662.
Hukumnya sendiri berbunyi: Untuk jumlah tetap gas ideal tetap di suhu yang sama, P
[tekanan] dan V [volume] merupakan proporsional terbalik (di mana yang satu ganda, yang
satunya setengahnya).
Hubungan antara tekanan dan volume pertama kali dicatat oleh ilmuwan amatir, Richard
Towneley dan Henry Power. Boyle mengkonfirmasi penelitian dan eksperimen mereka dan
menerbitkan hasilnya. Berdasarkan keterangan dari Robert Gunther dan otoritas lain, saat itu
adalah asisten Boyle, Robert Hooke, yang membuat peralatan eksperimen. Hukum Boyle
adalah berdasarkan dari eksperimen dengan udara, di mana ia mempertimbangkan adanya
partikel fluida di tengah mata air yang tidak terlihat. Saat itu, udara masih terlihat sebagai satu
dari empat elemen, tetapi Boyle tidak setuju. Minat Boyle kemungkinan adalah untuk
mengerti bahwa udara adalah bagian penting dalam hidup, ia mempublikasikan sebagai
contoh pertumbuhan tumbuhan tanpa udara. Fisikawan Perancis,Edme Mariotte (1620-1684)
juga menemukan hukum yang sama secara terpisah dengan Boyle tahupn 1676, tetapi Boyle
telah mempublikasikan hukum tersebut tahun 1662.
Hukum Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan. Akhirnya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:
"dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan absolut dan volume udara terbalik
3. secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan sebagai: secara agak berbeda, produk
dari tekanan absolut dan volume selalu konstan”.
P1.V1 = P2.V2
Kebanyakan udara berjalan seperti udara ideal saat tekanan dan suhu cukup. Teknologi
pada abad ke-17 tidak dapat memproduksi tekanan tinggi atau suhu rendah. Tetapi, hukum
tidak mungkin memiliki penyimpangan pada saat publikasi. Sebagai kemajuan dalam
teknologi membolehkan tekanan lebih tinggi dan suhu lebih rendah, penyimpangan dari sifat
udara ideal bisa tercatat, dan hubungan antara tekanan dan volume hanya bisa akurat,
dijelaskan sebagai teori udara sesungguhnya. Penyimpangan ini disebut sebagai faktor
kompresibilitas.
2. Hukum Lavoisier (1743-1794)
Antoine-Laurent Lavoisier lahir dari keluarga kaya di Paris pada tanggal 26 Agustus
1743. Dalam kelas filsafat, ia berada di bawah asuhan Abbé Nicolas Louis de Lacaille,
seorang matematikawan dan astronom. Lavoisier meninggal pada tanggal 8 Mei 1794.
Antoine-Laurent de Lavoisier adalah seorang bangsawan Perancis dan kimiawan abad ke-18
yang memiliki pengaruh besar pada sejarah kimia dan biologi. Secara luas Ia dianggap
sebagai "Bapak Kimia Modern”.
Penelitian
Lavoisier sudah menyusun skema pertama yang tersusun rapi tentang sistem kimiawi
(bekerja sama dengan Berthollet, Fourcroy dan Guyton de Morveau). Dalam sistem Lavoisier
(yang jadi dasar pegangan hingga sekarang) komposisi kimia dilukiskan dengan namanya.
Untuk pertama kalinya penerimaan suatu sistem kimia yang seragam dijabarkan sehingga
memungkinkan para ahli kimia di seluruh dunia dapat saling berhubungan satu sama lain
dalam hal penemuan-penemuan mereka.
Lavoisier merupakan orang pertama yang dengan gamblang mengemukakan prinsip-
prinsip penyimpanan jumlah reaksi benda kimia tanpa bentuk tertentu: yakni reaksi dapat
mengatur kembali elemen yang benar dalam substansi semula tetapi tak ada hal yang
terhancurkan dan pada akhir hasil berada dalam berat yang sama seperti komponen asal.
Keyakinan Lovoisier tentang pentingnya kecermatan menimbang bahan kimiawi melibatkan
reaksi yang mengubah ilmu kimia menjadi ilmu eksakta dan sekaligus menyiapkan jalan bagi
banyak kemajuan-kemajuan di bidang kimia pada masa-masa sesudahnya.
4. Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan Massa yang dikemukakan oleh Antoine Laurent Lavoisier berbunyi:
”Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”, dengan kata lain
massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Artinya selama reaksi terjadi tidak
ada atom-atom pereaksi dan hasil reaksi yang hilang.
Percobaan yang dilakukan oleh Lavoisier.
Lavoisier mereaksikan cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah di ruang
tertutup sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah. Apabila merkuri
oksida dipanaskan kembali, senyawa tersebut akan terurai menghasilkan sejumlah cairan
merkuri dan gas oksigen dengan jumlah yang sama seperti semula.
Dengan bukti dari percobaan ini Lavoisier merumuskan suatu hukum dasar kimia yaitu
Hukum Kekekalan Massa yang menyatakan bahwa jumlah massa zat sebelum dan sesudah
rekasi adalah sama.
3. Hukum Proust (1754-1826)
Joseph L. Proust lahir pada 26 September 1754 di Angers, Prancis. Joseph belajar kimia
di toko ayahnya dan kemudian datang ke Paris dimana dia memperoleh penunjukan apoteker
di kepala dengan Salpetriere. Ia juga mengajar kimia dengan Pilatre de Rozier, seorang
penerbang terkenal. Di bawah bimbingan Carlos IV pengaruh 's Proust pergi ke Spanyol. Di
sana ia mengajar di Sekolah Kimia di Segovia dan di Universitas Salamanca. Tapi ketika
Napoleon menyerbu Spanyol, mereka membakar laboratorium Proust dan memaksanya
kembali ke Prancis. Ia meninggal di Angers, Prancis pada tanggal 5 Juli 1826.
Pengertian Hukum Perbandingan Tetap
Hukum perbandingan tetap atau sering disebut hukum Proust adalah adalah hukum yang
menyatakan bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa
yang selalu tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi
unsur-unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen.
Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap
adalah hukum dasar stoikiometri.
Penyimpangan dari hukum Proust
Perlu diketahui bahwa sekalipun hukum ini amat berguna dalam dasar-dasar kimia
modern, hukum perbandingan tetap tidak selalu berlaku untuk semua senyawa. Senyawa yang
tidak mematuhi hukum ini disebut senyawa non-stoikiometris. Perbandingan massa unsur-
unsur pada senyawa non-stoikiometris berbeda-beda pada berbagai sampel. Misalnya oksida
5. besi wüstite, memiliki perbandingan antara 0.83 hingga 0.95 atom besi untuk setiap atom
oksigen. Proust tidak mengetahui hal ini karena peralatan yang ia gunakan tidak cukup akurat
untuk membedakan angka ini.
Selain itu, hukum Proust juga tidak berlaku untuk senyawa-senyawa yang mengandung
komposisi isotop yang berbeda. Komposisi isotop dapat berbeda sesuai sumber dari unsur
yang membentuk senyawa tersebut. Perbedaan ini dapat digunakan untuk penanggalan secara
kimia, karena proses-proses astronomis, atmosferis, maupun proses dalam samudera, kerak
bumi dan Bumi bagian dalam kadang-kadang memiliki kecenderungan terhadap isotop berat
ataupun ringan. Perbedaan yang diakibatkan amat sedikit, namun biasanya dapat diukur
dengan peralatan modern. Selain itu, hukum Proust juga tidak berlaku pada polimer, baik
polimer alami maupun polimer buatan.
4. Hukum Dalton (1766-1844)
John Dalton lahir di Eaglefield, Cumberland, Ingris, pada tangal 6 September 1766 dan
meninggal di Manchester pada tangal 27 Juli 1844 pada umur 78 tahun. Karena menemukan
teori atom yang ilmiah dan bukan seperti teori atom Democritus yang filosofis dan spekulatif
maka ia disebut bapak teori atom. John Dalton (1766-1844) adalah ahli fisika dan kimia
Inggris, penemu Teori Atom, penemu Hukum Dalton, hukum Proporsi Ganda, Daltonisme,
Tanda Atom, daftar bobot atom, penemu sebab hujan, perintis meteorolgi, pengarang, guru,
doktor, dan anggota Royal Society.
Dalton menjelaskan hukum tersebut dalam buku “New System of Chemical Philosophy”
yang diterbutkan pada tahun 1808. Pernyataan hukum perbandingan berganda tersebut adalah:
“Jika dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, maka perbandingan dari massa salah
satu unsur tersebut sama, maka perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut
merupakan bilangan bulat dan sederhana”.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat kimia
tersebut akan ada dalam proporsi yang berbentuk bilangan bulat kecil (misalnya 1:2; O:H
dalam air = H2O); walaupun dalam banyak sistem (terutama biomakromolekul dan mineral)
rasio ini cenderung membutuhkan angka besar, dan sering diberikan dalam bentuk pecahan.
Senyawa seperti ini dikenal sebagai senyawa non-stoikhiometrik.
Dalton merumuskan prinsip bahwa setiap unsur kimia terdiri dari atom-atom identik,
menjadi kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dalam proporsi sederhana, dan
Dalton mendefinisikan ‘berat atom’ sebagai massa atom dibandingkan suatu atom hidrogen.
Prinsip ini mampu menjangkau fakta-fakta stoikiometri proses kimia sederhana tidak
6. membuktikan kebenaran atomisme, tetapi merupakan cara yang menunjukkan nilai
pendekatan atom, aplikasi sistematis dan keberhasilan pertama pengamatan kuantitatif.
Sejarah Penemuan Hukum Perbandingan Berganda
John Dalton yang pertama kali mengungkapkan hukum tersebut pada tahun 1804.
Beberapa tahun sebelumnya, kimiawan Perancis Joseph Proust telah mengungkapkan hukum
perbandingan tetap, yang menyatakan bahwa unsur-unsur digabungkan untuk membentuk
senyawa dengan proporsi tertentu saja. Antoine Lavoisier membuktikan hukum kekekalan
massa, yang kemudian membantu Dalton. Dengan mempelajari berbagai perbandingan secara
teliti, Dalton kemudian mengusulkan hukum perbandingan berganda. Hukum ini merupakan
langkah penting dalam perumusan teori atom yang ia usulkan pada akhir tahun kemudian,
kemudian ia meletakkan dasar tersebut untuk rumus kimia pada senyawa.
Pembatasan Hukum Perbandingan Berganda
Hukum perbandingan berganda lebih baik dibuktikan dengan menggunakan senyawa
sederhana. Hukum ini tidak bekerja pada senyawa non stokiometrik, polimer, dan oligomer.
Misalnya karbon bereaksi dengan oksigen membentuk karbondioksida (CO2) dan
karbonmonoksida (CO). Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing-masing adalah 1
gram, maka diamati bahwa pada karbonmonoksida yang terbentuk akan terdapat 1,33 gram
oksigen dan 2,67 gram oksigen pada karbondioksida. Perbandingan massa oksigen mendekati
2:1, yang perbandingan bilangan bulat sederhana, mematuhi hukum perbandingan berganda.
5. Hukum Avogadro (1776-1856)
Lorenzo Romano Amedeo Carlo Avogadro di Quaregna e di Cerreto, Count dari
Quaregna dan cerreto (lahir di Torino, Italia, 9 Agustus 1776 – meninggal di Torino, Italia, 9
Juli 1856 pada umur 79 tahun) adalah seorang ilmuwan Italia. Ia paling terkenal karena
kontribusinya untuk teori molekul, termasuk apa yang dikenal sebagai hukum Avogadro.
Sebagai upeti dan apresiasi kepadanya, jumlah entitas dasar (atom s, molekul s, ion s atau
partikel lain) dalam 1 mol suatu zat, dikenal sebagai Avogadro konstan.
Hukum Avogadro berpendapat bahwa satuan terkecil dari suatu zat tidaklah harus atom,
tetapi dapat merupakan gabungan atom yang di sebut molekul, 1 molekul gas hidrogen + ½
molekul oksigen + ½ molekul oksigen → 1 molekul air. Berdasarkan hal tersebut, maka
avogadro membuat hipotesis yang di kenal dengan hipotesis avogadro yang menyatakan
bahwa: "Pada suhu dan tekanan yang sama semua gas yang volumnya sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama”.
7. Avogadro yang mengemukakan pola hubungan antara perbandingan volum gas-gas yang
bereaksi yaitu :
"Jika di ukur pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volum gas yang terlibat dalam
reaksi yang sama merupakan angka yang bulat dan sederhana".
Sejarah Penemuan Hukum Avogadro
Untuk menjelaskan hukum Gay-Lussac maka pada tahun 1811 Amadeo Avogadro (1776-
1956) dari Italia mengajukan yang kemudian di sebut teori avogadro. Mengapa perbandingan
volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan sederhana? Banyak ahli termasuk
Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume yang ditemukan oleh
Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia menganggap partikel unsur selalu berupa
atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan
Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik).
Para ahli fisika abad ke-19 tidak memiliki pengetahuan mengenai masa molekul atau
atom dan ukurannya sampai pergantian abad ke-20, setelah penemuan elektron oleh ahli fisika
Amerika, Robert Andrews Millikan, yang menentukan dengan hati-hati muatannya.
Penentuan ini, akhirnya, menunjukkan angka avogadro tersebut secara akurat, bahwa jumlah
molekul dalam jumlah bahan yang sama beratnya sama dengan molekulnya.
Penjelasan Hukum Avogadro
Hukum ini ditemukan oleh Amadeo Avogadro pada tahun 1811. Hipotesis Avogadro
menyatakan bahwa dua sampel gas ideal dengan volume, suhu, dan tekanan yang sama, maka
akan mengandung molekul yang jumlahnya sama. Contohnya adalah, ketika hidrogen dan
nitrogen dengan volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama ketika mereka
berada pada suhu dan tekanan yang sama. Avogadro menyebut partikel sebagai molekul.
Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara langsung akan proporsional
jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana:
V adalah volume gas
n adalah jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)
k adalah konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah konstanta gas
universal, T adalah suhu Kelvin, dan P adalah tekanan. Sebagai suhu dan tekanan
8. yang konstan, RT/P juga konstan dan disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas
ideal.
Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan, dan volume gas yang
sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama. Untuk membandingkan substansi yang
sama di bawah dua set yang kondisinya berbeda, hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika jumlah mol gas meningkat, volume gas juga
akan meningkat secara proporsional. Dan sebaliknya, jika jumlah mol gas berkurang, maka
volume juga menurun.
6. Hukum Gay Lussac (1778-1850)
Joseph Louis Gay-Lussac dilahirkan di St. Leonard pada tahun 1778 dan meninggal
dunia di Paris tahun 1850. Hasil-hasil karyanya yang penting diantaranya adalah sebagai
berikut:
Pada tahun 1802 ia menemukan hukumtentang pemuaian gaas oleh panas. Diketahuinya
bahwa kenaikan suhu satu derajat akan menyebabkan gas memuai atau mengembang
sebesar volume semula pada suhu 0oC.
Pada tahun 1805 ia bersama Alexander von Humboldt mempelajari reaksi antara gas
hydrogen dan oksigen dengan pertolongan bunga api listrik. Mereka menemukan bahwa
100 bagian gas oksigen bereaksi dengan 200 bagian gas hidrogen.
Pada tahun 1808 diketahuinya bahwa 100 bagian ammonia dapat bereaksi dengan 100
bagian gas HCl, dan 100 bagian nitrogen dapat bereaksi dengan 100 bagian oksigen
membentuk gas oksida nitrogen (NO). juga telah diketahuinya bahwa ammonia terbentuk
dari 1 bagian gas nitrogen dengan 3 bagian gas hidrogen. Gay Lussac menarik
kesimpulan bahwa reaksi kimia antar gas terjadi dalam perbandingan volume yang
sederhana.
Ia berpendapat bahwa dalam keadaan gas, atom-atom berjauhan satu sama lain sehingga
bila dibandingkan dengan ruang yang ditempati oleh atom-atom sendiri, ruang antara atom-
atom tersebut jauh lebih besar. Karenanya ia mengatakan bahwa “volume atom-atom semua
gas dapat dikatakan sama”.
Di awal tahun 1781 Joseph Priestley menemukan hirogen dapat berekasi dengan oksigen
membentuk air, kemudian Henry Cavendish (1731-1810) menemukan volume hidrogen dan
9. oksigen yang bereaksi membentuk uap air mempunyai perbandingan 2 : 1. Dilanjutkan
William Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan air menjadi gas hidrogen dan
oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan volume hidrogen dan oksigen
yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) berhasil
mengukur volume uap air yang terbentuk, sehingga dipeoleh perbandingan volue hidrogen :
oksigen : uap air = 2 : 1 : 2
Gas hidrogen + gas oksigen → uap air
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(g)
Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat berupa bilangan bulat sederhana. Berdasrkan
hasil percobaan ini, Gay-Lussac menyimpulkan bahwa : “Pada suhu dan tekanan yang sama,
volume gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan
bulat sederhana”.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoisier disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
3. Hukum Proust disebut Hukum Perbandingan Tetap (1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle – Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)
Kesimpulan
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan
metron yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antar unsur
dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan antar zat dalam suatu reaksi (stoikiometri
reaksi). Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743–
1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum
kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754–1826) menemukan bahwa unsur-
unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap).
Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar
kimia yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut
10. merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John
Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas
atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan
tertentu. Namun demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom – atom dalam
senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay
Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka perbandingan
massa antar atom (Ar) maupun antar molekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan tentang
massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Soko, Imelda Paulina. 2015. Apakah Atom Sekedar Nama? Kajian Epistemologis Teori Atom
Demokritus – Dalton. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan “Inovasi
Pembelajaran Fisika, IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas
2045”. ISBN : 978-602-71715-1-0. Palembang: Universitas Nusa Cendana,
Kupang, Indonesia.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/11/hukum-perbandingan-berganda-artikel.html
http://rizkandi.blogspot.com/p/materi-hukum-dalton.html
https://sites.google.com/a/unila.ac.id/anadia-rosaria/chemistry/class-stuff/sejarah-kimia/
ditemukannya-hukum-dasar-kimia
https://id.wikipedia.org/wiki/Amedeo_Avogadro
http://winda-kartika-fst14.web.unair.ac.id/artikel_detail-162664-Fisika%20Statistik-
SEJARAH%20PENEMUAN%20TEORI%20KINETIK%20GAS.html
https://blogpenemu.blogspot.com/2014/10/joseph-proust-pencetus-hukum-perbandingan-
tetap.html
https://blogpenemu.blogspot.com/2014/04/antoine-lavoisier-bapak-kimia-modern.html