2. Definisi
• Mehen and Clark (1996) preceptor adalah sorg
perawat yg mengajar, memberikan bimbingan,
dpt mengintegrasikan temannya, menjadi
tokoh/panutan (role model), serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu
(traince, utk jangka waktu tertentu dng tujuan
mensosialisasikan traince pd peran barunya.
3. Tujuan .....
Makro
• Melibatkan pengembangan perawat di dlm
organisasi
• Shamen and Inhaber (1985) sbg alat sosialisasi
dan orientasi
• Hill and Lowenstein (1992) salah satu model
rekrutment staf
4. Mikro
• Untuk membantu proses transisi dari
pembelajar ke praktisioner (Mahen and Clark,
1996).
• Mengurangi dampak syok realita (Kramer,
1974).
• Memfasilitasi perawat untuk berkembang dr
apa yg dihadapi dlm lingkungan barunya (Bain,
1996).
6. Kritera Preceptor....
• Pengalaman perawat min. 12 tahun dibidang yg
sama/ bidang yg masih berhubungan
• Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan
• Kemampuanmembuat keputusan yg tepat
• Mendukung perkembangan profesional
• Memiliki kemauan belajar dan mengajar
• Tdk bersikap menilai terlalu awal pd rekan kerja
asertif
• Fleksibilitas utk berubah
• Mampu beradaftasi dng kebutuhan belajar
7. Tanggung Jawab...
Menurut Cerinus and Ferguson (1994) :
1. Bertgjwb thdp pengkajian yg dilakukan
preceptee.
2. Merencanakan model precepthorship utk
mendesain sesuai dng kebutuhan preceptee
3. Melakukan peran pengajaran dan sbg role
model
4. Melakukan evaluasi pd preceptee selama
penerapan model precepthorship
8. Lanjutan Tanggung Jawab.....
Tanggung jawab dasar :
1. Omitmen dlm peran sbg prespthor
2. Memiliki keinginan utk
mengajar/membimbing dan berbagi keahlian
dng mitra
9. Tanggung Jawab Prosedural :
1. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee di
masing2 unit.
2. Menilai perkembangan dr tujuan yg dicapai preceptee
3. Merencanakan kolaburaasi dan inplementasi program
pembelajaran utk memenuhi keb. Preceptee
4. Melakukan tindakan sbg role model
5. Mengobservasi perkembangan preceptee
6. Memfasilitasi pengembangan dari apa yg hrs dikuasai
preceptee melalui model presepthorship
10. KATAGORI DAN JENIS KONFLIK
• KATAGORI : PERSONAL, INTERPERSONAL,
ANTAR KLPK
• JENIS :
fungsional ; konflik yg mendukung tujuan klpk
& memperbaiki kinerja klpk
disfungsional : konflik yg terjadi merintangi
kinerja klpk
12. Situasi Yang Sama
• Karyawan baru yang merasa asing dalam
lingkungan kerjanya
• Pasien dan keluarga yang merasa tertekan
karena sakit dan diharuskan menginap di RS
yang jelas-jelas bukan lingkungan hidupnya
• Siswa praktikan yang kebingungan mencapai
target belajar dalam lingkungan yang kaya
ilmu
13. “Anda butuh seseorang di samping
anda ketika memasuki ruangan baru
bangsal perawatan”
..............mereka disebut :
• Assesors
• Practice educator
• Clinical Mentors
• PRESEPTOR
14. Menjadi seorang
Preseptor
• Teregistrasi
• Pengetahuan dan teknikal prosedur tinggi
• Berpengalaman dalam bidangnya
• Terampil berkomunikasi efektif
• Memiliki jiwa kepemimpinan
• Mampu berpikir kritis dan inovatif
15. Elemen Preseptoring
yang baik
1. Persahabatan : Hub orang dewasa
didasari rasa aman & nyaman
2. Perencanaan : pembelajaran yang
sesuai kebutuhan sasaran
3. Kerja sama : Preseptor dan
Preseptee saling membantu
mencapai tujuan
4. Transfer Perilaku : mencontohkan
dan dicontoh
16. Role Model : memberi contoh
bagaimana menjadi staff yg
kompeten dalam pekerjaanya
Sosialiser : membantu setiap
staff baru, praktikan dan
pasien/keluarga agar merasa
diterima oleh lingkungannya
Edukator : Membantu staff
baru, praktikan dan pasien
untuk belajar
Educator
Tujuan
MENJADIKAN ANDA MENJADI
SEORANG PRESEPTOR
23. Diskusi Kata Kunci
• Komunikasi Efektif
– Sharing harapan
– Orientasi lingkungan di hari pertama
– Rumuskan tujuan dgn jelas dan reevaluasi
secara periodik
– Feedback yang konstruktif dgn segera
• Kualitas bukan kuantitas : Managemen waktu
24. Siklus pembelajaran bidang kesehatan
(White and Ewan, 1997)
Paparan
Teori
Debriefing
Briefing
Praktek
Lab
Praktek
Nyata
25. Lihat apa yang akan saya
tunjukan...berikutnya anda yang harus
menunjukannya pada saya !
26. Pasien sebagai Sumber Belajar
Perlakukan secara manusiawi
& bukan objek semata saat
dipakai untuk kegiatan belajar
Peka dan peduli bahwa
penyakit mempengaruhi
kehidupan pasien & Keluarga
Dorong klien untuk bertanya
tentang situasi yang sedang
dihadapinya
30. DEFINISI
• Menurut Duch (1995): Problem Based Learning (PBL)
adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-
masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan
untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum
mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan
siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta
mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara
tepat sumber-sumber pembelajaran.
31. Tujuan PBL
Membangun dan mengembangkan
pembelajaran sasaran yang memenuhi
kriteria ketiga ranah pembelajaran
(taxonomy of learning domains).
Di bidang kognitif (knowledges):
Di bidang psikomotor (skills
Di bidang affektif (attitudes)
32. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based
Learning
• Pembelajaran dipicu oleh permasalahan
• Masalah didasarkan pada situasi nyata yang kompleks
• Informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
tidak diberikan terlebih dahulu
• Dilaksanakan dalam kelompok kecil yang tetap
• Berfokus pada kecakapan berpikir, diantaranya adalah
menyelesaikan maslah, analisis, penetapan keputusan, dan
berpikir kritis.
• Memerlukan integrasi pengetahuan antar disiplin,
kecakapan maupun perilaku
• Terjadi “self directed learning” dan “interdependent
learning”
33. Langkah – langkah Pembelajaran
Problem Based Learning
• Fasilitator /preceptor membuka proses belajar mengajar
• Fasilitator /preceptor mengajukan permasalahan pada siswa untuk
dipecahkan memakai metode Problem Based Learning (PBL)
• praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 5
atau 6 anggota kelompok (situasional)
• Memberi waktu kepada praktikan untuk saling mendiskusikan
permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut
• Mengawasi dan membantu mengarahkan jalannya diskusi
• Pengumpulan tugas secara kelompok
• Fasilitator /preceptor mengacak kelompok untuk presentasi terhadap
permasalahan yang sudah didiskusikan
• Fasilitator /preceptor melakukan klarifikasi atas hasil presentasi praktikan
38. Kekurangan dan Kelebihan dalam Penggunaan
Metode Pembelajaran PBL
Kelebihan:
• Mengajak sasaran/praktikan berfikir secara rasional
• Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi
pelajaran
• Dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-
kenyataan yang ada dalam masyarakat
• Memotivasi sasaran/praktikan giat belajar
• Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sasaran/praktikan
• PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong sasaran/praktikan
untuk melakukan pembelajaran yang yang reflektif, kritis dan aktif.
• PBL merangsang peserta didik untuk bertanyadan menggali pengetahuan
secara mendalam.
• PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan,yaitu: kompleks dan
berubah-ubah sesuai kebutuhan,sebagai respons terhadap masalah yang
dihadapi
39. Lanjutan . . .
Kelemahan:
• Waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan metode Problem Based
Learning (PBL) cukup lama.
• Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan, karena
permasalahan diberikan diawal pelajaran sehingga siswa belum paham
dengan materi pelajaran.
• Peran sasaran dalam proses belajar mereka sediri sukar untuk di
ubah,karena mereka terbiasa berorientasi pada materi pelajaran dan
mengingat fakta, sehingga kemampuan untuk mempertanyakan sesuatu
menjadi hilang.
• Perubahan peran fasilitator/preceptor masih sukar dilakukan terutama pada
saat pertama kali di terapkan
• Kesulitan untuk memunculkan masalah
• Penilaian hasil belajar masih sukar dan tidak sesuai bila dilakukan dengan
cara tradisional.
40. The Learning Pyramid
Teach each other
Practice by Doing
Discussion Group
Demonstration
Audio Visual
Reading
Lecture
5%
10%
20%
30%
50%
75%
80%
Retention RateLearning Pyramid