4. Hukum Bacaan
Bacaan Hukum Bacaan Cara Membaca Alasan
Alif lam qamariyah Zalqubra
Terletakdalamrangkaian
kalimat,alif-nyatidak
dibacayang dibacahanya
lam-nya.
Madsilah
qasirarah
Haqqahuwalmiskina
(panjangnyadua
harakat).
Dammahterbalikpada
huruf ha' selainhamzah
Qalqalah
Wabbna (huruf ba'
dibacaterlantun)
Huruf ba' bertandasaksi
mati (sukun)
Alif lam syamsiyah Ikhwanasysyayatini
AlifLam tidakdibaca
karenaterletakdalam
rangkaiankalimat
Madsilah
Lirabbihi kafura(hi
dibacapanjangdua
harakat)
Karenakasrah tegak
pada huruf ha.
5. Terjemahan Harfiah
Terjemahan Harfiah
dan berikanlah
kepada keluarga-keluarga yanag dekat
haknya
dan (kepada) orang miskin
dan (kepada) orang yang dalam perjalanan
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
(secara boros)
7. Terjemahan
Ayat26. Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.
(Q.S Al-Isra’, 17:
8. Kesimpulan
Isi atau kandungan dua ayat Al-Qur’an tersebut
adalah :
Suruhan Allah SWT kepada umat manusia
(umat islam) untuk memenuhi hak kaum
kerabat, fakir miskin, dan orang-orang yang
dalam perjalanan.
Larangan Allah SWT agar kita,
umat Islam, jangan
menghambur-hamburkan harta
secara boros, karena
pemboros adalah teman atau
saudaranya setan.
9. Penjelasan
Hak merupakan sesuatu yang harus diterima oleh
seseorang. Sesuatu tersebut dapat berupa materi atau
nonmateri. Misal kaum kerabat berhak memperoleh kasih
sayang, rasa hormat, dikunjungi bila sakit dan
memperoleh pertolongan, baik materi ataupun nonmateri
bila diperlukan. Para fakir miskin selain berhak
memperoleh kasih sayang, juga berhak bantuan materi,
melalui zakat ataupun sedekah. Sedangkan orang-orang
yang dalam perjalanan berhak pula memperoleh bantuan
pikiran, tenaga ataupun harta benda, bila diperlukan agar
sampai ketempat tujuan.
Pemberian bantuan berupa harta benda kapada
kaum kerabat, para fakir miskin (kaum duafa), dan orang-
orang yang dalam perjalanan, merupakan sedekah adau
berderma di jalan-Nya. Tentu semuanya harus dilandasi
niat ikhlas karena Allah SWT, yang insya Allah tentu akan
mendapat pahala yang berlipat ganda.
10. Allah SWT berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 261)
Setiap Muslim/Muslimah dilarang bersikap boros
dalam hidupnya , sebaiknya ia disuruh untuk hidup
sederhana. Catatan bahwa kita dilarang bersikap boros
bukan berarti menjadikan diri kita bersikap dan
berperilaku kikir. Tentu kamu memahami tentang
perbedaan makna kikir dan tidak boros. Pikirkanlah
perbedaan tersebut! Dan refleksikanlah dengan sikap
hidupmu selama ini.
12. Hukum Bacaan
No. Bacaan
Hukum
Bacaan
Cara Membaca Alasan
1 Ikhfa'
Angtuwallu (nunmati
harus dibacasamar
dengandengung).
Nunmati
menghadapi huruf ta'
(huruf ikhfa').
2 Izharsyafawi
Wujuhakumqibala
(mimmati dibacajelas).
Minmati
menghadapi huruf
Qaf ()ق
3 Gunnah
Walakinna (dengan
dengung)
Nunber-syaddah
4 Izhar
Manamana (Nunmati
dibacajelas)
Nunmati
menghadapi huruf
izhar hamzah.
5 Izharsyafawi
Biahdihimiza (mim
mati dibacajelas).
Mim mati
menghadapi huruf
alif.
6 Madarid
Muttaqin (panjangnya
2, 4 atau 6 harakat).
Adanyahuruf mati di
sebabkanberhenti
dalambacaan.
13. Terjemahan Harfiah
Terjemahan Harfiah
bukanlah suatu kebajikan
menghadapkan wajahmu
ke arah Timur dan Barat
dan akan tetapi kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah
dan hari kemudian
dan malaikat-malaikat dan kitab-kitab
14. Terjemahan Harfiah
dan nabi-nabi
dan memberikan harta
yang dibencinya
kepada kerabatnya
dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin
dan musafir (yang memerlukan pertolongan
dan orang-orang yang meminta-minta
dan (memerdekakan) hamba sahaya
dan mendirikan salat
15. Terjemahan Harfiah
dan menunaikan zakat
dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila mereka berjanji
dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan
dan penderitaan
dan ketika peperangan
mereka itulah orang-orang yang benar imannya
dan mereka itulah orang-orang bertakwa
16. Terjemahan Ayat
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
17. Kesimpulan
Kesimpulan isi atau kandungan surah Al-Baqarah ayat 177 adalah
kebijakan tidak terletak pada menghadapkan wajah kearah timur dan
barat. Tetapi, kebijakan ialah memiliki iman yang benar, yakni
kepercayaan yang terhujam dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dibuktikan melalui amal perbuatan.
Ciri-ciri iman yang benar berdasarkan Surah Al-Baqarah ayat 177
antara lain sebagai berikut:
a. Beriman kepada Allah, hari kemudian, para Malaikat, Kitab-kitab
(Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya), para Nabi (dari semenjak
Nabi Adam sampai dengan Rasul terakhir Muhammad SAW).
b. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
c. Mendirikan salat dan menunaikan zakat.
d. Menepati janji bila berjanji dan bersabar dalam kepentingan,
penderitaan dan dalam peperangan.
Orang yang imannya benar, yang memiliki ciri-ciri seperti tersebut
adalah orang yang bertakwa..
18. Penjelasan
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan
tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat
menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga
turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177).
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma'mar, yang bersumber dari
Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
Abil 'Aliyah.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2:
177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan
kepada Rasulullah SAW tentang "al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat
tersebut di atas (S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang
itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu
terjadi sebelum diwajibkan shalat fardhu. Pada waktu itu apabila
seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illalah, wa asyhadu
anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuluh", kemudian meninggal di saat ia
tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum
Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat,
sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari
Qatadah.)