Manajemen jalan napas bertujuan untuk membebaskan saluran napas agar udara dapat masuk dan keluar paru dengan normal untuk menjamin kecukupan oksigen. Beberapa alat bantu napas seperti OPA, NPA, sungkup ventilasi, LMA, combitube, dan intubasi endotrakeal dapat digunakan untuk membuka jalan napas sesuai indikasinya. Penilaian jalan napas meliputi inspeksi, auskultasi, dan palpasi untuk menentukan t
2. FISIOLOGI PERNAPASAN
Respirasi atau pernapasan didefinisikan sebagai pertukaran
gas-gas antara suatu organisme dan lingkungannya.
Fisiologi pengaturan pernapasan dapat terjadi secara
involunter, volunteer humoral (kemoreseptor sentral dan
perifer) dan secara refleks mekanis.
- Involunter diatur di pons dan medulla oblongata
- Valunter diatur di korteks daerah frontal dan limbik
- Kemoreseptor setral di medulla
- Kemoreseptor perifer pada arcus-aorta dan badan carotid
- Reflek mekanik timbul karena adanya stretch-reseptor
pada otot polos bronkus
3. Udara masuk kedalam paru saat inspirasi, terdistribusi ke seluruh paru, terjadi
proses difusi dimana O2 pada alveoulus masuk kedalam aliran darah kapiler
paru, dibawa ke jantung kiri, diedarkan ke seluruh tubuh.
CO2 dari darah kapiler paru masuk ke alveolus dan bersama dengan uap air
akan dikeluarkan melalui paru saat ekspirasi.
4. DIFUSI
Difusi adalah proses perpindahan molekul dari area yang
relative bertekanan tinggi menuju tempat bertekanan rendah.
Oksigen akan berdifusi dari alveolus ke dalam kapiler dan CO2
akan berdifusi dari darah kepiler ke dalam alveolus.
Faktor-faktor yang memperngaruhi difusi:
- Perbedaan tekana parsial
- Luas area alveolar-capillary membrane (A-C)
- Ketebalan jaringan yang dilewati
- Koefisien difusi gas
5. TRANSPORO2 DALAMDARAH
Oksigen dalam darah berikatan dengan Hb dan Sebagian kecil
terlarut dalam plasma.
Satu gram Hb dapat membawa 1,34 mL O2 dengan saturasi
Hb (SaO2) 100%, dan oksigen yang terlarut dalam plasma
sekitar 0,3 mL setiap 100 mL darah pada PaO2 100 mmHg.
Oksigen dalam darah arteri akan diedarkan ke seluruh tubuh
yang dikenal sebagai oxygen delivery (DO2) dengan jumlah
oksigen yang diedarkan dalam 1 menit.
Secara kuantitatif dapat dihihitung denagn rumus:
DO2 = (CO x Hb x SaCO2) + O2 terlarut dalam plasma
6. TRANSPORCO2 DALAM DARAH
Metabolisme substrat di sel jaringan menghasilkan CO2+
H2O+ energi.
Selanjutnya CO2 masuk ke dalam sirkulasi darah balik,
kembali ke jantung kanan dan melalui arteri pulmonal dan
dikeluarkan melalui paru.
Produksi CO2 sebanyak 12.000- 15.000 mEq/hari atau 200-220
mL/menit sebagai volatile acide = carbonic acid = respiratory
acid.
CO2 didalam darah ditransportasikan dalam bentuk 5%
terlarut dalam plasma, 95% dibawa oleh eritrosit (carbamino-
CO2 dan bikarbonat)
7.
8.
9. AIRWAY MANAGEMENT
Manajemen jalan napas merupakanTindakan membebaskan
jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal,
yang bertujuan untuk membebaskan saluran napas untuk
menjamin keluar masuknya udara ke paru secara normal
sehingga kecukupan oksigen dalam tubuh terpenuhi.
Oksigenasi dan ventilasi merupakan tujuan esensial dari
managemen jalan napas.
10. Indikasi manajemen jalan napas
Keputusan dalam melakukan manajemen jalan napas harus
dengan cepat dan sering tanpa adanya hasil laboratorium,
radiologi atau fungsi paru,
Keputusan dalam keadaan darurat berdasarkan pertimbangan
klinis dari tanda dan keluhan adanya oksigenasi dan ventilasi
yang tidak adekuat.
Tanda ancaman gagal napas: napas cepat, sesak, sianosis,
agitasi, penggunaan alat bantu napas, wheezing, stridor,
hipoksia dan hiperkarbia
11. PenilaianJalan Napas
- Inspeksi
dilihat leher dan dada, gerakan napas atau pengembangan
dada, warna kulit dan mukosa serta kesadaran
- Auskultasi
dengarkan aliran udara pernapasan, stridor, snoring,
hilangnya suara napas
- Palpasi
rasakan aliran udara pernapasan, buka mulut dan lihat jalan
napas atas.
12. Posisi Pasien
Menempatkan pasien pada posisi sniffing atau
lateral decubitus.
Posisi sniffing tercapai dengan fleksi dari tulang
leher ± 15 derajat dan ektensi maksimal dari sendi
atlantooccipital. Posisi ini dapat dicapai dengan
manuver chin-lift dan jaw- thrust.
13.
14. PambukaanJalan Napas
denganAlat Bantu
1. Oropharyngeal Airway (OPA)
OPA atau guedel’s airway berbentuk S yang digunakan
untuk menahan lidah yang menutup dinding posterior
faring sehingga udara dapat mengalir. Digunakan untuk
pasien napas spontan dengan gangguan refleks batuk dan
muntah.
Cara mengukur OPA dengan meletakkan salah satu
ujungnya di sudut mulut dan ujung lainnya harus mancapai
sudut mandibula.
15.
16. 2. Nasopharyngeal Airway (NPA)
Digunakan pada pasien intoksikasi atau kasadaran
menurun tidak dapat mengunakan OPA. Efektif pada
keadaan trauma, trismus atau penghalang lain yang
menyulitkan memasukkan OPA.
NPA diukur mulai dari ujing hidung hingga telinga dan kira-
kira 2-4 cm lebih Panjang dari OPA.
NPA tidak digunakan pada pasien dengan gangguan
perdarahan adanya resiko epistasis dan pada pasien fraktur
basis cranii.
17.
18. 3. SungkupVentilasi
Sungkup muka dipasang dengan penekanan pada bagian
badan sungkup dengan ibu jari dan telunjuk. Jari tengah
dan jari manis menarik mandibula untuk ekstensi sendi
atlantooccipital. Tangan lainnya memompa kantong.
Atau
Dengan menggunakan dua tangan untuk mendapatkan
jaw thrust yang adekuat dan sangkup muka yang rapat dan
memerlukan bantuan asisten untuk memompa kantong.
19.
20. 4. Laryngeal Mask Airway (LMA)
LMA merupakan pipa yang
ujungnya berbentuk sungkup
dengan balon yang bisa
dikembangkan. LMA
dimasukkan ke dalam Faring
tanpa laringoskop.
21. 5. Combitube
Combitube merupakan pipa dengan dua lumen dan dua
balon. Pipa ini dipasangkan tanpa perlu menvisualisasikan
pita suara.
Bila bombitube dimasukkan kedalam mulut dan balon
faring dikembangkan, balon akan berada diantara dasar
lidah dan palatum mole, sehingga combitube berada pada
posisi yang tepat dan memisahkan orofaring dari
hipofaring. Pengembangan balon esofagus akan
memisahkan trakea dan esofagus.