Dokumen tersebut membahas upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terpadu di fasilitas kesehatan tingkat pertama, mencakup tujuan pembelajaran untuk meningkatkan deteksi dini dan pencegahan penyakit jantung, diabetes, paru kronis, kanker, dan gangguan indera; serta pembahasan penyakit jantung, diabetes, stroke, dan penyakit ginjal kronis beserta faktor risikonya."
2. TUJUAN
PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
• Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
Pencegahan Terpadu PTM di FKTP
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
• Menjelaskan pengertian Penyakit jantung & pembuluh darah dan faktor
risikonya
• Melakukan upaya promotif dan preventif Penyakit jantung & pembuluh
darah
• Melakukan deteksi dini faktor risiko Penyakit jantung & pembuluh darah
3. POKOK BAHASAN
1) Pengertian PTM
• Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
• Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
• Penyakit Paru Kronik
• Penyakit Kanker
• Gangguan Indera dan Fungsional
2) Upaya Promotif dan Preventif Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
3) Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
4. PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak
bisa ditularkan dari orang ke orang dan perkembangannya
berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronik)
1) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
2) Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
3) Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
4) Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
5) Gangguan Indera dan Fungsional
6. Prioritas Nasional
Hipertensi
PJK
Stroke
Penyakit Ginjal
Kronis
Penyakit jantung dan
pembuluh darah
(kardiovaskuler), yaitu
penyakit yang menyangkut
jantung itu sendiri dan
pembuluh-pembuluh darah.
7. PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Hipertensi
Kecelakaan
Diabetes Melitus
Penyakit Jantung
Stroke
Penyakit Ginjal
Kronis
Kanker
34.1
9.2
8.5
1.5
10.9
3.8
1.8
25.8
8.2
6.9
1.5
12.1
2
1.4
RKD 2013 RKD 2018
8. HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah secara
menetap ≥ 140/90 mmHg.
Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala,
sehingga penderita tidak merasa sakit.
Kompetensi 4A
9. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi TD Sistolik
(mmHg)
TD Diastolik
(mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3
≥180 dan ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sumber: Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti RE, Azizi M, Burnier M, et al; ESC Scientific
Document Group. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart
J. 2018;39:3021-104.
10. PENTING
• Pengontrolan Hipertensi dimulai dengan Pengukuran TD
yang akurat
• Survei menunjukkan medis dan paramedis jarang
mengikuti petunjuk pengukuran TD yang benar
• Kesalahan Klasifikasi TD karena :
– Cara pengukuran yang tidak akurat
– Variasi Tekanan Darah
– Kecenderungan TD yang meningkat saat ada tenaga
medis
11.
12. DAMPAK MODIFIKASI GAYA HIDUP TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH
Modifikasi Rekomendasi Penurunan TD (mmHg)
Berat badan Pertahankan IMT 18,5 – 22.9 kg/m2* 5-20mmHg/penurunan 10 kg
Diet sehat Konsumsi sayur & buah cukup, hindari
lemak
8-14 mmHg
Batasi garam Konsumsi garam < 1 sendok teh kecil 2-8 mmHg
Aktifitas fisik Olah raga teratur : jalan kaki 30-45 menit
(3 km)/hari – 5 kali per-minggu
4-9 mmHg
Batasi alkohol Laki-laki : 2 unit minuman/hari
Perempuan : 1 unit minuman/hari
2-4 mmHg
14. PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan dan
penyumbatan pembuluh arteri koroner akibat proses
aterosklerosis, spasme atau kombinasi keduanya.
Date 14
Gejala dan Tanda :
Rasa tertekan seperti ditimpa beban
berat, rasa sakit, terjepit, atau terbakar
di dada
Dirasakan seperti tercekik atau rasa
sesak
Lamanya 20 menit bahkan lebih.
Disertai keringat dingin, rasa lemah,
berdebar
Kompetensi 3B
16. STROKE
Disebut sebagai "serangan otak", disebabkan oleh kurangnya aliran
darah yang mengalir ke otak yang terkadang menyebabkan
pendarahan di otak.
Stroke dibedakan menjadi 2:
1) Stroke Iskemik
Sumbatan arteri yang menuju otak atau perfusi otak
inadekuat. Trombosis dan Emboli (serangan berat, saat
aktivitas)
2) Stroke Perdarahan
Pecahnya pembuluh darah otak. terjadi apabila pembuluh
darah otak mengalami penyumbatan atau pecah.
Kompetensi 3B
16
18. DETEKSI DINI STROKE
FAKTOR RISIKO RISIKO
TINGGI
HATI-HATI RISIKO
RENDAH
Tekanan darah >140/90
mmHg atau
tidak
diketahui
120-139/80-
89 mmHg
<120/80
mmHg
Fibrilasi atrium Denyut
jantung tidak
teratur
Saya tidak
tahu
Denyut
jantung
teratur
Merokok Perokok Mencoba
berhenti
Bukan
perokok
Kolesterol total >240
mg/dL atau
tidak
diketahui
200 – 239
mg/dL
<200 mg/dL
Diabetes Ya Borderline Tidak
Aktivitas/latihan Malas Kadang-
kadang
Aktivitas
latihan
teratur
Diet Berat
badan
berlebihan
Sedikit
kelebihan
berat badan
Berat badan
normal
Stroke di keluarga Ya Tidak tahu Tidak
TOTAL SKOR Risiko
tinggi
Hati-hati Risiko
rendah
Stroke
Prone
Profile
18
20. PENYAKIT GINJAL KRONIS
Penyakit ginjal kronis , biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya
menahun. Pada awalnya tidak ditemukan gejala yang khas sehingga
penyakit ini sering terlambat diketahui.
•PGK didefinisikan sebagai kelainan pada urin atau
darah atau kelainan morfologi yang berlangsung lebih
dari 3 bulan, disertai dengan bila ditemukan satu atau
lebih tanda :
1.Albumin urin
2.Terdapat sedimen urin yang abnormal,
3.Elektrolit abnormal,
4.Riwayat transplantasi ginjal,
5.Penurunan LFG : < 60 ml/mnt/ 173m2
Date 20
22. FAKTOR RISIKO UTAMA PENYAKIT GINJAL
KRONIS DI INDONESIA
34,1 %
Hipertensi
Prevalensi Terendah sebesar 22,2% dan Prevalensi Tertinggi
sebesar 44,1 %
Prevalensi Hipertensi 34,1 %
21,8 %
Obesitas
Prevalensi Terendah sebesar 10,3% Prevalensi Tertinggi sebesar
30,2 %
Prevalensi Obesitas 21,8 %
2,0%
Diabetes
Melitus
Prevalensi Terendah sebesar 0,9% Prevalensi Tertinggi sebesar 3,4 %
Prevalensi Diabetes Melitus (diagnosis) 2,0 %
Sumber : Riskesdas, 2018
22
26. Persiapan pengukuran
1. Pasien sebaiknya duduk nyaman bersandar dan lengan
ditopang setinggi jantung.
2. Kaki menyentuh lantai dan tidak bersilang
3. Tidak ada cemas, nyeri , stres
4. Tidak ada kafein dan Nikotin 30 menit sebelum pengukuran.
5. Tidak sedang minum obat adrenergic stimulants , seperti
phenylephrine / pseudoephedrine
6. Kandung kemih tidak penuh
7. Tidak menggunakan baju yang ketat.
8. Tempat pengukuran yang nyaman
9. Istirahat 5 menit sebelum pengukuran
10. Pasien tidak berbicara saat sedang pengukuran
26