Contoh Laporan Praktik Kerja Lapangan Manajemen Fakeltas Ekonomi Universitas ...
TEFA SMK
1. PROPOSAL
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TEACHING
FACTORY SMK 6 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BOGA
DI YOGYAKARTA
Elan diwangkoro
NIM: 17702251013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
DIREKTORAT PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
2018
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Tugas Ahir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Tingkat Kepuasan
Konsumen Terhadap Kualitas Kopi Dan Kualitas Pelayanan Di Kafe Kopi Garasi
Candi Winangun Ngaglik Sleman Yogyakarta” dapat disusun sesuai harapan.
Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama
dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan disini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak diatas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi penbaca atau pihak
lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, ..... 2018
Penulis,
Elan Diwangkoro
NIM. 17702251013
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Identifikasi Masalah ...............................................................................
C. Batasan Masalah .....................................................................................
D. Rumusan Masalah ..................................................................................
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
A. Kajian Teori ............................................................................................
1. Teaching Factory ...............................................................................
2. Evaluasi ..............................................................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................
C. Kerangka Berfikir ...................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
C. Definisi Operasional variabel Penelitian ................................................
1. Kualitas Kopi .....................................................................................
D. Populasi dan Sampel ..............................................................................
1. Populasi ...........................................................................................
2. Sampel .............................................................................................
E. Teknik dan Instrumen Penelitian ............................................................
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
2. Instrumen Penelitian ..........................................................................
F. Uji Coba Instrumen Penelitian ...............................................................
1. Uji Validasi instrumen .......................................................................
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................
G. Teknik Analisis Data ..............................................................................
1. Analisis Deskriptif .............................................................................
2. Analisis Kepuasan Konsumen (Importance Performance Analysis) .
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lanjutan pendidikan
menengah pertama yang mempunyai tujuan utama menyiapkan tenaga kerja
yang terampil, profesional, dan berdisiplin tinggi sesuai dengan tuntutan
dunia kerja. Tujuan tersebut tercan-tum dalam UU Sisdiknas pasal 15 dimana
me-nyebutkan tujuan khusus SMK adalah menyi-apkan siswa agar menjadi
manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat mene-
ngah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
Salah satu usaha untuk mewujudkannya adalah mening-katkan kualitas
pembelajaran.
Kritik yang selalu dilontarkan oleh para pengguna lulusan lembaga
pendidikan adalah kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh lembaga
pendidikan masih jauh dari standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri.
Sehingga seringkali kalangan industri masih membutuhkan biaya besar dan
mengalokasikan waktu yang cukup lama untuk program training. Menyikapi
kondisi tersebut maka Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), seperti tertuang dalam Roadmap Pengembangan SMK
2015-2019, menyebutkan akan terus berupaya untuk memberdayakan SMK
dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki kompetensi
keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan berbagai
entitas bisnis yang relevan dalam bentuk Teaching Industry/ Factory (TEFA).
Program teaching factory saat ini menciptakan lulusan SMK yang
berkompetensi dan siap kerja sesuai tuntutan dunia kerja. Maka pembelajaran
berbasis dunia kerja adalah salah satu solusinya. Kegiatan pembelajaran di
SMK selama ini baru sebatas praktik dengan media praktik atau laboratorium
yang memproduksi barang yang tidak memiliki nilai jual. Kegiatan produksi
yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai jual dapat
6. 2
mengembangkan potensi SMK untuk mengolah sumber-sumber pembiayaan
sekaligus merupakan sumber belajar.
Kenyataan di lapangan, di Yogyakarta, SMK dengan Program Studi
Tata Boga yang mempunyai unit produksi tetapi tidak berjalan dengan baik
atau bahkan hanya nama saja. Tentu hal ini menjadi permasalahan yang
penting yang harus dicari solusinya. Di satu sisi, pelaksanaan Unit Produksi
di SMK sebagai sarana pembelajaran yang mengacu pada dunia kerja yang
nyata, namun di sisi lain, proses pembelajaran itu diharapkan dapat dihasilkan
suatu produk/jasa yang mempunyai nilai jual, memberikan nilai finansial,
yang bertujuan agar bisa memberikan kontribusi bagi penyelenggara
pendidikan. Hasil belajar yang dicapai siswa SMK akan bernilai jika dapat
diakui oleh masyarakat sebagai sesuatu yang bermanfaat dan laku dijual.
SMK Negeri 6 Yogyakarta merupakan salah satu Sekolah
Kejuruan di bidang Pariwisata yang berada di Kota Yogyakarta yang
menyelenggarakan program teaching factory. Program teaching factory
yang merupakan Unit Produksi di SMK N 6 Yogyakarta terdiri dari 2
jurusan yaitu Unit Produksi Tata Boga dan Unit Produksi Busana.
Dalam pelaksanaannya di unit produksi peserta didik yang dimagangkan
kurang semangat/belum melaksanakan latihan praktek industri dengan
baik, padahal sudah dibuatkan jadwal sesuai dengan jam mata pelajaran
kejuruan, selain itu belum semua lulusan dapat memenuhi tuntutan
lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Dengan ditingkatkannya
pengawasan terhadap peserta didik yang melakukan praktek di unit
produksi dan perlu adanya evaluasi di unit produksi untuk melatih peserta
didik lebih giat dan semangat dalam melakukan praktek di unit
produksi maupun di lingkungan kerja, sehingga peserta didik menjadi
lulusan yang sesuai dengan bidangnya/ tuntutan lapangan kerja.
Pelaksanaan teaching factory tidak terlepas dari berbagai masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan
dan upaya pengembangan mutu SMK yang merupakan bagian dari program
vokasi perlu dilakukan suatu evaluasi pelaksanaan teaching factory SMKN 6
7. 3
di Yogyakarta. Melalui evaluasi ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
proses pelaksanaan dalam kegiatan pembelajarannya, hambatan dan kendala
apa yang dihadapi selama proses pelaksanaan, dan hal-hal apa saja yang harus
diperbaiki dan ditingkatkan dalam proses pelaksanaan teaching factory.
Proses penerapan teaching factory adalah dengan memadukan konsep bisnis
dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan,
pada teaching factory di SMK Yogyakarta. Penjelasan tentang pelaksanaan
teaching factory di Yogyakarta meliputi aspek context, input, process, dan
product.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikatakan
pelaksanaan teaching factory (TEFA) di SMK belum berjalan dengan baik.
Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian tentang efektivitas model
pembelajaran teaching factory SMK program studi keahlian tata boga di
Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalaha yang telah dikemukanan, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan masih jauh
dari standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri.
2. SMK yang memiliki unit produksi belum berjalan dengan baik.
3. Pelaksanaan teaching factory tidak terlepas dari berbagai masalah yang
dihadapi..
4. Belum diketahuinya efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK
program keahlian tata boga di Yogyakarta ditinjau dari segi context,
input, process, product.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang
jelas tentang maksud dari judul untuk menghindari kesalahpahaman terhadap
masalah yang diteliti.
8. 4
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini difokuskan pada:
1. Belum diketahuinya efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK
program keahlian tata boga di Yogyakarta ditinjau dari segi context.
2. Belum diketahuinya efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK
program keahlian tata boga di Yogyakarta ditinjau dari segi input.
3. Belum diketahuinya efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK
program keahlian tata boga di Yogyakarta ditinjau dari segi process.
4. Belum diketahuinya efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK
program keahlian tata boga di Yogyakarta ditinjau dari segi product.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata boga di
Yogyakarta ditinjau dari segi context efektif?
2. Apakah pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata boga
di Yogyakarta ditinjau dari segi input efektif?
3. Apakah pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata boga
di Yogyakarta ditinjau dari segi process efektif?
4. Apakah pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata boga di
Yogyakarta ditinjau dari segi product efektif?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata
boga di Yogyakarta ditinjau dari segi context.
2. Efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata
boga di Yogyakarta ditinjau dari segi input.
9. 5
3. Efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata
boga di Yogyakarta ditinjau dari segi process.
4. Efektivitas pelaksanaan teaching factory SMK program keahlian tata
boga di Yogyakarta ditinjau dari segi product.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran
dalam pengembangan ilmu boga khususnya pada bidang hospitality.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
melengkapi kajian teoritis.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dalam
melakukan penelitian di bidang boga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman peneliti serta salah satu prasyarat yang harus dipenuhi
guna memperoleh gelar magister.
b. Bagi SMK
Sebagai sumbangan informasi bagi pihak yang berkepentingan
dalam usaha pengoptimalan pelaksanaan teaching factory di SMK.
c. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Sebagai salah satu bahan untuk menambah referensi bacaan bagi
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya,
khususnya kajian ilmu bagi para mahasiswa PTK.
10. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teaching Factory (TEFA)
Lamancusa, Zayas, Soyster, Morel, dan Jorgensen (2008: 7)
menyatakan bahwa konsep teaching factory ditemukan karena tiga faktor yaitu:
(1) pembelajaran yang biasa saja tidak cukup; (2) keuntungan peserta didik
diperoleh dari pengalaman praktik secara langsung; dan (3) pengalaman,
pembelajaran berbasis team yang melibatkan siswa, staf pengajar dan partisipasi
industri memperkaya proses pendidikan dan memberikan manfaat yang nyata
bagi semua pihak. Kemudian menurut Lamancusa, Jorgensen, Zayas-Castro,
Ratner (1995: 5), prinsip dasar tearning factory merupakan pengintegrasian
pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum sekolah. Semua peralatan dan
bahan serta pelaku pendidikan disusun dan dirancang untuk melakukan proses
produksi dengan tujuan untuk menghasilkan produk (barang ataupun jasa).
Moerwismadhi (2009: 2) mengungkapkan bahwa dalam teaching
factory, sekolah melaksanakan kegiatan produksi atau layanan jasa yang
merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Dengan demikian sekolah
diharuskan memiliki sebuah pabrik, workshop atau unit usaha lain untuk
kegiatan pembelajaran. Kemudian Sudiyanto (2011: 5) dala penelitiannya
menyatakan bahwa, teaching factory merupakan suatu kegiatan pembelajaran
dengan melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam
lingkungan pendidikan sekolah oleh siswa. Barang atau jasa yang dihasilkan
oleh siswa memiliki kualitas sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat
atau konsumen. Hasil keuntungan yang didapatkan diharapkan dapat
menambah sumber pendapatan sekolah yang berguna untuk keberlangsungan
kegiatan pendidikan. Teaching factory menghadirkan dunia industri/kerja yang
sesungguhnya dalam lingkungan sekolah untuk menyiapkan lulusan yang siap
kerja.
Hadlock, Wells, Hall, Clifford, Winowich, dan Burns (2008: 14)
mengungkapkan bahwa teaching factory mempunyai tujuan yaitu menyadarkan
bahwa mengajar siswa seharusnya lebih dari sekedar apa yang terdapat dalam
11. 7
buku. Siswa tidak hanya mempraktikkan soft skill dalam pembelajaran, belajar
untuk bekerja secara tim, melatih kemampuan komunikasi interpersonal, tetapi
juga mendapatkan pengalaman secara langsung dan latihan bekerja untuk
memasuki dunia kerja nantinya.
Dari uraian di atas diperoleh kesimpulan bahwa teaching factory
merupakan suatu gabungan dari pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
dan pembelajaran berbasis produksi dimana proses belajar mengajar dilakukan
seperti di dunia kerja yang sesungguhnya dengan mengadakan kegiatan
produksi atau layanan jasa di lingkungan sekolah. Barang atau jasa yang
dihasilkan memiliki kualitas sehingga layak jual dan dapat diterima masyarakat
atau konsumen.
Adapun beberapa indikator pelaksanaan teaching factory di SMK
adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran, meliputi: a) proses
pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job); b)
setting pembelajaran dibuat semirip mungkin dengan situasi kerja nyata, yaitu
melalui unit produksi, bisnis center, atau unit usaha lain; c) berorientasi problem
solving; d) berpusat pada peserta didik (student active learning), belajar mandiri
(individual learning) dan bekerjasama; e) belajar dengan melakukan (learning
by doing); f) menekankan pada ketercapaian kompetensi atau hasil belajar
(learning outcomes) siswa secara individual dan klasikal sesuai standar kerja
tertentu; g) mengembangkan soft skill pada siswa, yang meliputi kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, dan sosial; mampu menanggapi penyimpangan
dan kerusakan; bertanggung jawab dalam lingkungan pekerjaannya; mampu
berkomunikasi dengan baik; kemampuan membangun komitmen; dan
kreatifitas; h) melatih siswa untuk belajar terus menerus sehingga mudah
beradaptasi dengan pengetahuan baru; i) Melaksanakan sosialisasi kepada
tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, orang tua siswa dan mitra SMK
tentang pendekatan dan strategi (pola) pembelajaran teaching factory; j)
melaksanakan pengembangan pola pembelajaran berbasis bisnis yang
berkelanjutan; k) Mengorganisasikan dan menyiapkan siswa yang terlibat; l)
memberikan pembimbingan dan konsultasi kepada siswa dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran teaching factory; m) melaksanakan evaluasi dan
perbaikan hasil pembelajaran teaching factory secara bertahap dan terus
12. 8
menerus; 2. Proses produksi, yang terdiri dari a) perencanaan yang meliputi: (1)
Membuat program kerja pelaksanaan pengadaan barang yang berisi jadwal dan
urutan pekerjaan; (2) pembuatan rencana kebutuhan barang/bahan dan peralatan
penunjang dengan memperhatikan standar kualitas yang berlaku; (3) rencana
survei harga barang/bahan; (4) menyediakan barang/bahan yang diperlukan bagi
pelaksanaan teaching factory; (5) pemeriksaan bahan atau komponen yang akan
dirakit/ pengecekan barang yang akan dijual; (6) pembuatan rekapitulasi bahan
baku yang dibeli dari toko/pemasok; b) produksi, meliputi: (1) adanya desain
produk sampai produk selesai (menghasilkan produk); (2) menyediakan
pelayanan jasa; (3) menyediakan barang kebutuhan konsumen; (4) quality
control; 3) Penjualan/pemasaran, meliputi: (1) Melakukan riset pasar; (2)
menentukan strategi pemasaran yang sesuai; (3) membuat dan mengembangkan
jaringan pasar dan distribusi; (4) melakukan promosi dan pencitraan
produk/jasa; (5) Mengadakan hubungan/kontrak dengan relasi; 4) purna jual/
perbaikan, meliputi pemberian service jika terjadi kerusakan; 5) partnership,
yaitu danya kerjasama dengan pemerintah, dunia kerja, masyarakat, dan SMK
lain.
2. Evaluasi
Dalam suatu proses pembelajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan suatu proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi akan diketahui
sejauh mana pelaksanaan pembelajaran, tujuan pendidikan, dan suatu program
pendidikan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Suharsimi Arikunto (2009: 2), menyatakan bahwa evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu Rogers (2005: 2)
mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan dan
analisis informasi untuk membentuk suatu penilaian berdasarkan bukti yang
kuat. Penilaian tersebut berkaitan tentang sejauhmana suatu target tercapai dan
penilaian tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Dari
berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan informasi tentang suatu
program yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pelaksanaan suatu program berjalan dan sampai sejauh mana tujuan program
13. 9
tersebut dapat tercapai. Selain itu evaluasi berguna untuk membantu
menunjukkan kinerja apa saja yang perlu ditingkatkan, diperbaiki, ataupun
dipertahankan dalam suatu program berdasarkan bukti yang diperoleh serta
berguna untuk mengetahui berapa besar nilai dari kinerja penyelenggara
program.
Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto (2009: 40-41)
membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu: (1) Goal Oriented
Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler; (2) Goal Free Evaluation Model,
dikembangkan oleh Scriven; (3) Formatif Summatif Evaluation Model,
dikembangkan oleh Michael Scriven; (4) Countenance Evaluation Model,
dikembangkan oleh Stake; (5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake; (6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”
evaluasi dilakukan; (7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stufflebeam; dan (8) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. Model
evaluasi yang tepat untuk program pemrosesan yaitu model goal oriented
evaluation, model goal free evaluaion, model formative-sumative evaluation,
deskripsi pertimbangan, model evaluasi CSE-UCLA, model evaluasi CIPP,
model evaluasi kesenjangan (Suharsimi Arikunto, 2009: 52-55).
Dari berbagai macam model evaluasi seperti yang telah disebutkan di
atas, salah satu model evaluasi yang tepat untuk program pemrosesan adalah
model evaluasi formatifsumatif oleh Michael Scriven. Evaluasi formatif
dilakukan selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
sesudah program berakhir atau pada pada akhir penghujung program (Suharsimi
Arikunto, 2009: 53-54).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu tentang efektivitas dan
evaluasi yang digunakan untuk membantu mendapatkan gambaran dalam
menyusun kerangka berfikir pada penelitian ini.
14. 10
Selain itu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari beberapa
penelitian dan faktor-faktor lainnya, sebagai kajian yang dapat
mengembangkan wawasan berfikir peneliti, beberapa penelitian yang dikaji
yaitu :
Tabel 1. Hasil Penelitian yang Relevan
No Judul Alat analisis Hasil
1 EVALUASI
PELAKSANAAN
TEACHING
FACTORY SMK DI
SURAKARTA
penelitian
deskriptif dengan
pendekatan
evaluasi model
formatif-sumatif
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pelaksanaan teaching
factory SMK di
Surakarta ditinjau dari
kegiatan pembelajaran
dinyatakan sangat
baik
2 EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN
TEACHING
FACTORY SISWA
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN (SMK)
DI SOLO
TECHNOPARK
Penelitian evaluasi
dengan
menggunakan
pendekatan model
evaluasi CIPP.
C. Kerangka Berfikir
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi dengan
menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP (Context Input Process
Product). Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
dengan menggunakan data kualitatif dan didukung oleh data kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara,
angket (kuisioner) dan studi dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Untuk data kualitatif menggunakan analisis data deskriptif.
Data kualitatif yang diperoleh perlu dilakukan tabulasi data. Selanjutnya
dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
15. 11
Dalam penelitian ini, efektivitas pelaksanaan teaching factory siswa
sekolah menengah kejuruan (SMK) dapat digambarkan ke dalam paradigma
penelitian seperti gambar berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
SMK
Teaching Factory
Context
Input
Proses
pelaksanaan
pembelajaran
Produk/hasil
Analisis
Efektivitas Pelaksanaan
Teaching Factory
16. 12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi. Pendekatan
yg digunakan adalah kualitatif sedangkan metode yang digunakan adalah
studi kasus (case studies). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalanya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong, 2012:6).
Penelitian evaluasi ini menggunakan model CIPP yang
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam. Pemilihan model evaluasi CIPP ini
didasarkan pada karakteristiknya yang bersifat komprehensif, meliputi:
context, input, process, dan product.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Definisi operasional Variabel Penelitian
E. Populasi dan Sampel
F. Teknik dan Instrumen Penelitian
G. Uji Coba Instrumen Penelitian
H. Teknik Analisis Data