Studi menunjukkan bahwa setengah juta anak di Amerika Serikat mengalami efek samping dari obat yang mereka konsumsi setiap tahunnya. Efek samping obat umumnya disebabkan oleh interaksi antara molekul obat dengan sistem biologis tubuh dan dapat berupa reaksi alergi, masalah kulit, pencernaan, atau gangguan saraf dan hormon. Dokter perlu lebih berhati-hati dalam meresepkan obat untuk anak
2. Setengah Juta Anak Setiap Tahun Alami
Efek Samping Obat
Lusia Kus Anna | Selasa, 29 September 2009 | 11:34 WIB
• KOMPAS.com — Peresepan obat yang irasional
sudah tentu merugikan konsumen karena bisa
menimbulkan efek samping.
• Berdasarkan analisis data dari National Center for Health Statistics
terhadap pasien rawat jalan antara tahun 1995-2005 diketahui ada
585.992 pasien anak hingga remaja usia 18 tahun yang berobat.
Kebanyakan memang melakukan rawat jalan, tapi 22 persen di
antaranya harus dirawat di unit gawat darurat akibat efek samping
obat tadi.
• Mayoritas pasien yang berobat adalah anak berusia 4 tahun ke
bawah (43 persen), dan diikuti dengan remaja usia 15-18 (23
persen). Reaksi alergi dilaporkan dari mayoritas kasus efek samping
obat pada anak(52 %). Gejala lain yang dikeluhkan adalah masalah
kulit (45 %) dan pencernaan (16,5 %).
3. • Di urutan kedua dalam obat yang paling sering menimbulkan efek
samping adalah obat-obatan saraf (6,5 persen) dan hormon (6
persen). Dua jenis obat ini biasanya diterima oleh pasien
remaja, yang menggambarkan peningkatan penggunaan obat untuk
gangguan emosional dan kontrasepsi di kalangan remaja.
• Hasil studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Pediatrics.
Dalam laporannya, para peneliti menyarankan agar para dokter lebih
berhati-hati dalam meresepkan obat untuk anak-anak hingga remaja.
Selain itu. para dokter juga diharapkan bisa memberi informasi yang
mungkin dibutuhkan para orangtua.
• Dengan semakin terdidiknya orangtua, seharusnya orangtua juga
makin kritis terhadap rasional tidaknya peresepan yang dilakukan
para dokter. yang berbahaya, terutama bagi bayi dan anak-anak kecil.
Studi terkini menunjukkan, lebih dari setengah juta anak di Amerika
Serikat setiap tahunnya mengalami efek samping dari pengobatan
yang diterimanya.
• Available at:
http://nasional.kompas.com/read/2009/09/29/11340132/Setengah.Juta.A
nak.Tiap.Tahun.Alami.Efek.Samping.Obat
4. Efek Samping Obat
• Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek
samping, seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat merupakan
hasil interaksi antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam
sistem biologik tubuh. Efek farmakologik terjadi secara ekstrim akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.
• Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang
merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu
pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama
sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan
menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
• Beberapa contoh efek samping misalnya:
– reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik),
– hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang
berlebihan),
– osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek samping
karena penggunaan jangka lama),
– hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian obat -
withdrawal syndrome),
– fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan (efek teratogenik),
5. Efek Samping Obat (cont’d)
• Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat
dikesampingkan begitu saja oleh karena kemungkinan dampak
negatif yang terjadi, misalnya:
– Kegagalan pengobatan,
– Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-
induced disease atau iatrogenic disease), yang semula tidak diderita
oleh pasien,
– Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan
terapi, memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi
(dampak ekonomik).
– Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi
keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan
berobat.
• Sayangnya tidak semua efek samping dapat dideteksi secara mudah
dalam tahap awal, kecuali kalau yang terjadi adalah bentuk-bentuk
yang berat, spesifik dan jelas sekali secara klinis.
6. Jenis Efek Samping Obat
Efek samping yang dapat Efek samping yang tidak dapat
diperkirakan: diperkirakan:
- aksi farmakologik yang - reaksi alergi
berlebihan - reaksi karena faktor
- respons karena genetik
penghentian obat - reaksi idiosinkratik
- efek samping yang tidak
berupa efek farmakologik
utama
7. Reaksi Alergi
• Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan
efek samping yang sering terjadi, dan terjadi akibat
reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan seringkali sama sekali tidak
tergantung dosis. Reaksinya dapat bervariasi dari
bentuk yang ringan seperti reaksi kulit eritema sampai
yang paling berat berupa syok anafilaksi yang bisa fatal.
• Dikenal ada mekanisme terjadinya alergi :
– Tipe I - Reaksi Anafilaksis
– Tipe II - Reaksi Sitotoksik
– Tipe III - Reaksi imun-kompleks
– Tipe IV - Reaksi dengan media sel
8. Faktor penyebab terjadinya Efek
Samping Obat
Faktor bukan obat Faktor obat
Faktor-faktor pendorong yang a) Intrinsik dari obat, yaitu
tidak berasal dari obat antara sifat dan potensi obat untuk
lain adalah: menimbulkan efek samping.
a) Intrinsik dari pasien, yakni b) Pemilihan obat.
umur, jenis c) Cara penggunaan obat
kelamin, genetik, kecenderung
an untuk alergi, penyakit, sikap d) Interaksi antar obat.
dan kebiasaan hidup.
b) Ekstrinsik di luar
pasien, yakni dokter (pemberi
obat) dan lingkungan, misalnya
pencemaran oleh antibiotika.
9. Upaya Pencegahan Efek Samping Obat
• Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah
mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
– Telusuri riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien
pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan
– Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada
alternatif non-farmakoterapi.
– Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi
sekaligus.
– Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons
pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien
yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung
– Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan
segera hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi.
– Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit
baru, atau penyakitnya memberat, selalu ditelaah lebih
dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan
penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru
karena efek samping obat.