SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN GIZI ANAK
               Studi kasus di : Ds. Gununggedangan kota Mojokerto
                             DINDA RUDZIKZANI
                                   111684230


                                     Abstrak

        Gizi adalah hal yang terpenting bagi perkembangan si anak. Dengan gizi
yang tercukupi anak akan mampu berkembang secara optimal di masa-masa
emasnya. Namun di Indinesia tak luput pula dari masalah gizi buruk ini. Banyak
sekali hal yang berakar dari permasalah gizi yang tak berujung.

        Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan
antara pola makan anak terhadap perkembangan gizi anak. Entah itu pola makan
anak sejak kecil, atau pola makan Ibu sejak dalam masa kehamilan di Desa
Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2012. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan
masalah balita BGM (Bawah Gaeis Merah) yang ada di Desa Gununggedangan dan
menjelaskan seberapa pentingnya peran orangtua dalam menangani masalah
tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara,
dokumen, dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita BGM di
Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sejumlah 26 anak,
serta diambil menjadi sample sebanyak 18 anak. Hal yang saya lakuakan dalam
penelitian ini adalah 1) Menghitung Berat badan anak dan berat badan Ibu, 2)
Mencari Penyebab permaslahan balita BGM menurut para orangtua, 3) meneliti apa
saja solusi yang sudah dilakuakan orangtua sejauh ini, dan 4) Pendapat orangtua
tentang posyandu.

        Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pola makan anak dan pola makan Ibu saat hamil dengan pertumbuhan gizi anak.
Pola makan yang dibiasakan oleh orangtua adalah tonggak utama terjadinya
permaslahan tersebut, lepas dari permasalah ekonomi penduduk. Karena meskipun
terbilang keluarga miskin, bukan menjadi suatu halangan untuk tetap kreatif dalam
mendidik anak. Saran yang dapat diajukan adalah, bagi para orangtua hendaknya
lebih kreatif dalam masalah mendidik anak, jangan hanya berpangku tangan tanpa
usaha yang lebih baik.

Kata Kunci: Pola makan, perkembangan gizi anak




                                        1
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk

anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang

menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Gizi

yang cukup sangat mempengaruhi perkembangan anak. Terlebih-lebih perkembangan

kognitif anak. Kita sebagai orangtua hendaknya selalu memperhatikan makanan yang

mengandung cukup gizi. Namun kita ketahui bahwa banyak sekali anak yang

tergolong dalam balita BGM (Bawah Garis Merah) di Indonesia ini.


       Jutaan anak Indonesia rentan terkena gizi buruk dan gizi kurang, khususnya

anak di bawah usia tiga tahun (batita),dan di desa gunuggedangan kota Mojokerto.

Desa yang tergolong dekat dengan pusat kota Mojokerto ini sudah terjamah dengan

sosialisasi Pemerintah Kota mengenai gizi yang baik untuk anak, tetapi tidak

dipungkuri bahwa masih saja ada balita BGM. Seperti yang di ungkapkan oleh Pia

(Dalam blog PIA poenya,2008:10) menyatakan bahwa, padahal jika anak-anak balita

mengalami kekurangan gizi yang berkepanjangan tak hanya mengganggu

perkembangan fisik seperti tinggi dan berat badan, tapi juga pada perkembangan otak.

Karena faktor itulah, yang menjadi tolok ukur kasus gizi buruk di Indonesia. “Anak

usia dua tahun mengalami pertumbuhan berat badan kurang dari 2 kg dan tinggi rata-

rata kurang 2 sentimeter dari pertumbuhan bayi normal,” jelas Guru Besar Pangan

dan Gizi IPB Prof Dr Ali Khomsan.




                                         2
Hal tersebut memang sangat benar, karena perlu kita ketahui bahwa anak-anak pada

masa usia nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan

kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja akan membuat pertumbuhan

mereka terganggu. Contoh mudahnya saja zat besi. Apabila anak-anak menerima

asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah maka berakibat

kurangnya kemampuan kerja otak. Hasil penelitian terhadap 185 remaja Costa Rica

menunjukkan bahwa mereka pada masa usia balita mengalami kekurangan zat besi

pada nutrisisnya semasa lima tahun pertama dalam kehidupan mereka, tak pernah

lulus tes daya ingat dan daya kemampuan belajar, dan semakin besar kekurangan zat

besi pada nutrisi yang diperolehnya pada usia hingga lima tahun, maka semakin

buruk pula kondisinya bersamaan dengan bertambahnya umur mereka (dalam

Memperkuat Daya Tahan Tubuh Balita, 2007).


       Pentinganya akan nutrisi yang terkandung dalam makanan si anak memang

sangat mempengaruhi perkembangan kognitif, fisik, dan perkembangan otak.

Orangtua yang hendaknya mengatur nutrisi apa saja yang terkandung dalam makanan

si anak. Makanan yang sehat tentu saja akan membuat tubuh mereka sehat dan aktif

dalam melakukan apapun, cerdas dalam berfikir, dan anak akan merasa bersemangat

untuk melakukan hal-hal positif. Namun dalam kenyataannya masih banyak orangtua

yang tidak tahu akan pentingnya unsur-unsur yang terdapat dalam nutrisi makanan,

atau bahkan mereka tidak peduli terhadap hal-hal tersebut karena rata-rata penduduk




                                        3
Desa tidak mau pikir panjang. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang seharusnya di

basmi.


         Untuk mencegah terjadinnya berbagai gangguan gizi dan mencegah

psicososial diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orangtua, ibu atau

pengasuh dalam keluarga untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang

kepada batitanya (Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial RI, 2000). Perilaku

menunjang yang dimaksud tentu saja perilaku orangtua yang syarat dengan

pengetahuan tentang perkembangan anak, termasuk pentingnya nutrisi bagi anak. Di

desa Gununggedangan balita BGM 100% terlahir dari keluarga yang kurang mampu,

dan keluarga tersebut menerima Raskin (Beras untuk keluarga miskin). Dalam salah

satu blog di nyatakan bahwa, tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung

dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun

kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan

hal ini terjadi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang

adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa ada hubungan timbal

balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok

atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan

pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang

kekurangan gizi (ceria cemerlang,2012). Terlepas dari itu, orangtua harus tetap

memperhatikan dan punya cara tersendiri untuk mengkondisikan agar gizi anak

sedikit banyak terpenuhi. Sebagai orangtua jangan hanya menerima dan diam saja




                                        4
ketika anak kita terkena gizi buruk. Dan di sinilah peran Pemerintah untuk

menerdaskan masyarakat desa agar mereka memperhatikan bagaimana cara mendidik

anak.


        Pola makan tentu juga mempengaruhi perkembangan gizi. Di Desa

Gununggedangan banyak sekali orangtua yang kurang memperhatikan pola makan

anak sehingga pola makan mereka tidak teratur. Dinyatakan juga bahwa, pola makan

yang salah satu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak

bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal

orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan

anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri

dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,

manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya

lebih sehat (ceria cemerlang, 2012).


Di desa gununggedangan mojokerto ini memang perlu adanya suatu kesadaran atas

peran orangtua untuk memerangi gizi buruk. Bagaimanapun juga orangtua adalah

tonggak utama untuk keberhasilan si anak. Dan yang dapat dilakuakan Pemerintah

adalah mengadakan program untuk mencerdaskan serta meluruskan cara pandang

orangtua di desa-desa.




                                        5
Desa Gununggedangan kota Mojokerto adalah salah satu desa yang terletak di

dekat pusat kota. Meskipun berada dekat di pusat kota, tidak menjamin bahwa desa

ini sejahtera penduduknya. Terdapat 26 balita yang masuk dalam kategori Balita

BGM (Bawah Garis Merah). Kenyataannya, desa gununggedangan sudah terjamah

oleh program-program pemerintah untuk memajukan penduduknya, apalagi program

posyandu yang selalu memantau gizi para balita. Memang, gizi buruk adalah masalah

yang berakar pada perekonomian penduduk sehingga sangat susah untuk di pecahkan.


        Setelah penelitian yang saya lakukan berdasarkan sample, sebanyak delapan

belas balita BGM adalah balita yang lahir dari keluarga miskin. Terlihat bahwa

keluarga tersebut setiap bulannya rutin menerima Raskin (beras untuk keluarga

miskin) dari Pemerintah Kota. Namun tetap saja hal tersebut tidak boleh dijadikan

sebuah alasan bahwa keluarga miskin tidak mampu menghidupi anak-anak mereka

sehingga si anak terlantar begitu saja. Tidakkah semua orangtua wajib untuk merawat

anaknya, mendidik, dan tidakkah semua anak mempunyai hak agar dapat hidup

dengan layak? “ Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara

wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial” (UU Perlindungan Anak bab I pasal 1 ayat

6). Ketika saya menyusuri desa ini dan melihat kondisi rumah dari keluarga yang

memiliki balita BGM, dari delapan belas keluarga terdapat empat keluarga yang

mempunyai rumah tak layak huni dan terdiri dari beberapa keluarga inti. Sungguh

tempat yang tidak efektif untuk memfasilitasi perkembangan anak.




                                             6
Yang menjadi pusat perhatian saya adalah orangtua dari balita BGM ini rata-

rata memiliki berat badan di atas normal, khusunya si Ibu. Terdapat delapan ibu yang

memiliki berat badan diatas rata-rata dari delapan belas sample. Hal tersebut menurut

saya adalah yang yang ganjal. Mengapa si Ibu memiliki berat badan di atas rata-rata

sementara si anak tergolong balita BGM? Orangtua memang membutuhkan makanan

yang lebih banyak dari balita. Atau lebih sederhananya lagi jumlah makanan yang

dimakan oleh orang dewasa dalam sehari sebanyak 3 porsi (piring) lebih besar

daripada anak balita yang hanya makan dalam hitungan sendok, seperti dicontohkan :


   1. Orang dewasa yang mempunyai berat badan 60 kg mengkomsumsi makanan

       dalam sehari 3 porsi ( pagi, siang dan malam) dengan nilai energi sebesar

       2000 kkal

   2. Anak balita yang mempunyai berat badan 6 kg mengkonsumsi makanan

       dalam sehari hanya 12 sendok makan dengan nilai energi sebesar 600 kkal


Terlihat sekali perbandingan antara jumlah makanan yang dibutuhkan orangtua

dengan makanan yang dibutuhkan anak. Dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu

alasan mengapa masih banyak balita yang tervonis gizi buruk. Anak yang termasuk

dalam balita BGM ini memang bermacam-macam penyebabnya. Seperti yang sudah

saya jelaskan di atas. Bahwa masalah berat badan orangtua yang diatas rata-rata

sementara anaknya tergolong balita BGM adalah masalah yang berakar pada pola

makan. Ya sekali lagi adalah pola makan. Banyak di antara orangtua ketika anaknya




                                         7
sudah tidak mau makan, mereka diam saja tanpa membujuk agar anak tersebut mau

makan. Terlebih-lebih orangtua malah menghabiskan jatah makanan anaknya.

“Sayang mbak makanannya, lebih baik saya makan saja kalau anak saya sudah tidak

mau makan lagi.” tutur Bu Siswoyo salah satu ibu dari balita BGM di desa

Gununggedangan. Dan hasilnya? Anak kekurangan gizi karena jatah makanan

diambil oleh si Ibu, sementara si Ibu kelebihan gizi. Kesimpulannya mereka orang

dewasa makan lebih banyak dari anak-anak balita disekitarnya, mereka (orang

dewasa) telah mengambil jatah makanan yang seharusnya dimakan oleh anak balita,

mungkin karena mereka (orang dewasa ) tidak mengerti kebutuhan gizi induvidu.

Mereka tidak mengerti karena karena petugas kesehatan juga dirasa kurang serius

menjelaskan ilmu praktis gizi dan kesehatan, petugas terlalu terpola dengan teori

didapat,   seharusnya   berikanlah   kepada   masyarakat    yang   bisa   langsung

dipraktekan/digunakan dalam kebutuhan gizi balita dan orang dewasa.


       Jika semua orangtua mau mencari tahu apa penyebab anak susah makan,

kemungkinan besar masalah balita BGM ini akan berkurang secara perlahan. Menurut

Mifta Novikasari seorang nutritionist memaparkan, penyebab anak susah makan

karena faktor makanan itu sendiri, gangguan pola makan, atau sakit. Anak-anak cepat

bosan dengan makanan mereka, malas mengunyah, dan pertumbuhan gigi. “Anak-

anak dikenal suka menolak makanan tertentu atau memilih makanan yang ingin

mereka makan, itu penyebab umum dari faktor anak susah makan,” (K. Wahyu utami




                                        8
dalam Okezone, 2012:05). Untuk menangggulangi hal tersebut perlu adanya suatu

solusi yang konkret dan dapat dilakukan dirumah, seperti:


   1. Ikutsertakan anak dalam menyajikan makanan.

       Anak yang ikut serta dalam penyajian makanan akan lebih semangat ketika

       waktu makan tiba.

   2. Konsultasi ke posyandu atau puskesmas terdekat.

       Konsultasikan masalah anak susah makan, karena kemungkinan besar ada

       faktor fisik yang mempengaruhi hal tersebut. Secara umum, faktor penyebab

       seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik. Faktor fisik meliputi

       terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya infeksi dalam

       tubuh anak (enny sophia-medicastore).

   3. Ciptakanlah suasana makan yang menyenangkan.

       Dalam hal apapun anak butuh suasana yang menyenangkan. Begitu juga

       dalam hal makanan. Dengan berbagai kreasi yang dapat anda lakukan,

       misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang

       menarik. Tentu saja hindari gaya mengancam pada anak.

   4. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan.

       Minuman rendah lemak maupun jus buah segar memang penting untuk anak,

       namun bila anak terlalu banyak minum, tidak akan ada tempat yang cukup

       untuk makanan maupun kudapan sehat yang bisa masuk ke perut anak

       (mayoclinic.com).




                                         9
5. Selama waktu makan, minimalkan gangguan

       Gangguang yang dimaksud misalnya matikan televisi dan jauhkan buku atau

       mainan dari meja makan. Sehingga anak dapat fokus untuk makan.

Adapula Ibu yang mengajak anaknya untuk makan sambil main, bahkan lari-larian

dengan alasan anak tidak mau makan. “Kalau tidak seperti ini, si sabrina yo gak mau

makan”, tutur Bu yanto yang sedang menyuapi anak-anaknya sambil kejar-kejaran di

halaman rumah. Sebenarnya hal tersebut justru dihindari karena selain anak mudah

tersedak, makanan yang dimakan pun akan sia-sia. Logikanya, makanan yang

dimakan sedikit, satu suap anak sudah berlari-lari selama 10 menit, satu suap lagi,

dan seterusnya, apakah terserap dengan sempurna makanan tersebut? Tidak heran jika

si anak tidak tercukupi gizinya. Banyak sekali cara untuk mengatasi anak yang susah

makan, dan itu semua tentu saja tidak lepas dari peran orangtua yang memang benar-

benar mau kreatif dalam hal mendidik anak. Dan saya tekankan lagi bahwa

perekonomian tidak layak untuk dijadikan satu-satunya alasan mengapa anak

kekurangan gizi. Karena cara atau pola makan yang dibiasakan orangtualah yang

perlu kita benahi.


       Masalah kedua adalah adanya pola makan si Ibu yang keliru dimasa-masa

kehamilan. “Anak saya memang sejak pertama lahir sudah dengan kondisi kurang

gizi seperti ini. Wong memang salah saya waktu hamil makannya tidak teratur,

sampai-sampai anak saya kurus seperti ini”, kata Bu Teguh yang mengaku saat saya

wawancarai. Masalah pola makan si Ibu sejak lahir memang perlu kita tindak lanjuti




                                        10
juga. Ketika Ibu hamil, pola makan pun hendaknya di jaga. Makanlah makanan yang

bernutrisi guna menjaga kesehatan janin mulai dalam kandungan hingga lahir. Dalam

Buletin PKH dinyatakan bahwa, gizi ibu hamil sebetulnya tidak jauh dari gizi untuk

pola makanan sehat. Hanya saja, adanya janin di kandungan mengharuskan ibu hamil

ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi. Ibu hamil yang kekurangan gizi dapat

mengakibatkan terjadinya keguguran, bayi lahir prematur, kematian janin, kelainan

sistem syaraf pusat bayi maupun perkembangan yang tidak normal (Muslimah

setiawan, 2011:06). Jelaslah bahwa nutrisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap

perkembangan janin sebelum dan sesudah dilahirkan. Dampak tersebut juga bisa

terjadi sampai anak usia balita yang notabennya lahir prematur dan semakin lama

perkembangan gizinya lambat. Hendaknya para orangtua memahami akan hal

tersebut sehingga tidak terjadi kekurangan sedikitpun dalam kelahiran si anak. Dan

dasar dari penyelesaian masalah tersebut adalah pengetahuan orangtua akan nutrisi-

nutrisi penting untuk si janin agar pola makan sehat dapat terjaga. Pola makan sehat

berarti makan makanan bervariasi dengan komposisi seimbang. Misalnya


       Lima porsi buah dan sayur dalam sehari. Dua kuntum kecil brokoli dan

       segelas jus jeruk dapat dihitung sebagai satu porsi.

       Makanan berserat, misalnya nasi, roti, pasta, dan sereal. Usahakan

       mengonsumsi satu porsi setiap kali makan.

       Protein, seperti daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Penuhi dua porsi per

       hari.




                                          11
Produk olahan susu yang mengandung kalsium. Makan sebanyak tiga porsi

       setiap hari. Anda dapat memvariasi produknya, misalnya pagi minum susu,

       siang mengemil keju, dan malam makan yoghurt.

       Makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya daging merah dan

       sayuran berwarna hijau. Makanan ini berfungsi sebagai tabungan untuk

       mempersiapkan kehamilan.

       Mengurangi makanan jenis fast food, kue, dan sebagainya yang cenderung

       tinggi lemak, gula, dan garam, namun tidak bergizi.


       Begitulah masalah yang ada di desa Gununggedangan Kecamatan Magersari

Kota Mojokerto yang berakar pada pola makan sehingga menyebabkan terjadinya

gizi buruk yang menimpa 26 balita. Alasan akan pilar utama penyebab gizi buruk

yaitu kemiskinan, bukanlah faktor utama yang fundamental. Tetapi ada pula masalah

lain yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk di desa-desa yaitu pola makan yang

tidak teratur dan perlu di perhatikan. Kepedulian orangtua juga sangat penting bagi

tumbuh kembang si anak. Tanpa kepedulian, orangtua tidak akan mau belajar dan

mencari tahu „apa yang harus saya lakukan‟ untuk menanggulangi masalah yang

menghambat pertumbuhan anak termasuk gizi buruk ini.




                                        12
13

More Related Content

What's hot

Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifZakiah dr
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangdiansachio
 
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanGizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanSari Setiawan
 
Presentasi sidang..
Presentasi sidang..Presentasi sidang..
Presentasi sidang..piok_kuek
 
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Candra Wiguna
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal PenelitianYayu Ferdian
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222candijayaamerta
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Putri shyafira El - maryam
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKelinciTosca
 

What's hot (19)

Artikel 21
Artikel 21Artikel 21
Artikel 21
 
Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusif
 
Stunting
StuntingStunting
Stunting
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 
Gerakan 1000 hpk
Gerakan 1000 hpkGerakan 1000 hpk
Gerakan 1000 hpk
 
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupanGizi pada 1000 hari pertama kehidupan
Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
Presentasi sidang..
Presentasi sidang..Presentasi sidang..
Presentasi sidang..
 
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Seminar Proposal
Seminar ProposalSeminar Proposal
Seminar Proposal
 
Stunting bayi neww
Stunting bayi newwStunting bayi neww
Stunting bayi neww
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
 
Sosbud 7
Sosbud 7Sosbud 7
Sosbud 7
 
841 1526-1-sm
841 1526-1-sm841 1526-1-sm
841 1526-1-sm
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
 

Similar to Pengaruh Pola makan terhadap perkembangan gizi anak

Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02melisa rahmiyanti
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdfellyaniabadi1
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfrasya_wirayudha
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxElsisRosari
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfyenihandayani9
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
Makalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anakMakalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anakasep nababan
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaRahmat Ramadhani
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdfellyaniabadi1
 
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lamteng
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. LamtengAdvokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lamteng
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. LamtengUniversity of Lampung
 
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxPERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxRendyPerdanaSamosir
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfHerman673394
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiakartika purwandari
 

Similar to Pengaruh Pola makan terhadap perkembangan gizi anak (20)

Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
Makalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anakMakalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anak
 
Obesitas pada Anak
Obesitas pada AnakObesitas pada Anak
Obesitas pada Anak
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docx
 
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdfWarta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136(1).pdf
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Makalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anakMakalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anak
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balita
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lamteng
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. LamtengAdvokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lamteng
Advokasi Stunting di Kota Bandar Lampung dan Kab. Lamteng
 
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxPERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
 
Sumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam IntervensiSumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam Intervensi
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesia
 
Kadarzi
KadarziKadarzi
Kadarzi
 

Pengaruh Pola makan terhadap perkembangan gizi anak

  • 1. PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN GIZI ANAK Studi kasus di : Ds. Gununggedangan kota Mojokerto DINDA RUDZIKZANI 111684230 Abstrak Gizi adalah hal yang terpenting bagi perkembangan si anak. Dengan gizi yang tercukupi anak akan mampu berkembang secara optimal di masa-masa emasnya. Namun di Indinesia tak luput pula dari masalah gizi buruk ini. Banyak sekali hal yang berakar dari permasalah gizi yang tak berujung. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara pola makan anak terhadap perkembangan gizi anak. Entah itu pola makan anak sejak kecil, atau pola makan Ibu sejak dalam masa kehamilan di Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan masalah balita BGM (Bawah Gaeis Merah) yang ada di Desa Gununggedangan dan menjelaskan seberapa pentingnya peran orangtua dalam menangani masalah tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara, dokumen, dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita BGM di Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sejumlah 26 anak, serta diambil menjadi sample sebanyak 18 anak. Hal yang saya lakuakan dalam penelitian ini adalah 1) Menghitung Berat badan anak dan berat badan Ibu, 2) Mencari Penyebab permaslahan balita BGM menurut para orangtua, 3) meneliti apa saja solusi yang sudah dilakuakan orangtua sejauh ini, dan 4) Pendapat orangtua tentang posyandu. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan anak dan pola makan Ibu saat hamil dengan pertumbuhan gizi anak. Pola makan yang dibiasakan oleh orangtua adalah tonggak utama terjadinya permaslahan tersebut, lepas dari permasalah ekonomi penduduk. Karena meskipun terbilang keluarga miskin, bukan menjadi suatu halangan untuk tetap kreatif dalam mendidik anak. Saran yang dapat diajukan adalah, bagi para orangtua hendaknya lebih kreatif dalam masalah mendidik anak, jangan hanya berpangku tangan tanpa usaha yang lebih baik. Kata Kunci: Pola makan, perkembangan gizi anak 1
  • 2. Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Gizi yang cukup sangat mempengaruhi perkembangan anak. Terlebih-lebih perkembangan kognitif anak. Kita sebagai orangtua hendaknya selalu memperhatikan makanan yang mengandung cukup gizi. Namun kita ketahui bahwa banyak sekali anak yang tergolong dalam balita BGM (Bawah Garis Merah) di Indonesia ini. Jutaan anak Indonesia rentan terkena gizi buruk dan gizi kurang, khususnya anak di bawah usia tiga tahun (batita),dan di desa gunuggedangan kota Mojokerto. Desa yang tergolong dekat dengan pusat kota Mojokerto ini sudah terjamah dengan sosialisasi Pemerintah Kota mengenai gizi yang baik untuk anak, tetapi tidak dipungkuri bahwa masih saja ada balita BGM. Seperti yang di ungkapkan oleh Pia (Dalam blog PIA poenya,2008:10) menyatakan bahwa, padahal jika anak-anak balita mengalami kekurangan gizi yang berkepanjangan tak hanya mengganggu perkembangan fisik seperti tinggi dan berat badan, tapi juga pada perkembangan otak. Karena faktor itulah, yang menjadi tolok ukur kasus gizi buruk di Indonesia. “Anak usia dua tahun mengalami pertumbuhan berat badan kurang dari 2 kg dan tinggi rata- rata kurang 2 sentimeter dari pertumbuhan bayi normal,” jelas Guru Besar Pangan dan Gizi IPB Prof Dr Ali Khomsan. 2
  • 3. Hal tersebut memang sangat benar, karena perlu kita ketahui bahwa anak-anak pada masa usia nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja akan membuat pertumbuhan mereka terganggu. Contoh mudahnya saja zat besi. Apabila anak-anak menerima asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah maka berakibat kurangnya kemampuan kerja otak. Hasil penelitian terhadap 185 remaja Costa Rica menunjukkan bahwa mereka pada masa usia balita mengalami kekurangan zat besi pada nutrisisnya semasa lima tahun pertama dalam kehidupan mereka, tak pernah lulus tes daya ingat dan daya kemampuan belajar, dan semakin besar kekurangan zat besi pada nutrisi yang diperolehnya pada usia hingga lima tahun, maka semakin buruk pula kondisinya bersamaan dengan bertambahnya umur mereka (dalam Memperkuat Daya Tahan Tubuh Balita, 2007). Pentinganya akan nutrisi yang terkandung dalam makanan si anak memang sangat mempengaruhi perkembangan kognitif, fisik, dan perkembangan otak. Orangtua yang hendaknya mengatur nutrisi apa saja yang terkandung dalam makanan si anak. Makanan yang sehat tentu saja akan membuat tubuh mereka sehat dan aktif dalam melakukan apapun, cerdas dalam berfikir, dan anak akan merasa bersemangat untuk melakukan hal-hal positif. Namun dalam kenyataannya masih banyak orangtua yang tidak tahu akan pentingnya unsur-unsur yang terdapat dalam nutrisi makanan, atau bahkan mereka tidak peduli terhadap hal-hal tersebut karena rata-rata penduduk 3
  • 4. Desa tidak mau pikir panjang. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang seharusnya di basmi. Untuk mencegah terjadinnya berbagai gangguan gizi dan mencegah psicososial diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orangtua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang kepada batitanya (Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial RI, 2000). Perilaku menunjang yang dimaksud tentu saja perilaku orangtua yang syarat dengan pengetahuan tentang perkembangan anak, termasuk pentingnya nutrisi bagi anak. Di desa Gununggedangan balita BGM 100% terlahir dari keluarga yang kurang mampu, dan keluarga tersebut menerima Raskin (Beras untuk keluarga miskin). Dalam salah satu blog di nyatakan bahwa, tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini terjadi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi (ceria cemerlang,2012). Terlepas dari itu, orangtua harus tetap memperhatikan dan punya cara tersendiri untuk mengkondisikan agar gizi anak sedikit banyak terpenuhi. Sebagai orangtua jangan hanya menerima dan diam saja 4
  • 5. ketika anak kita terkena gizi buruk. Dan di sinilah peran Pemerintah untuk menerdaskan masyarakat desa agar mereka memperhatikan bagaimana cara mendidik anak. Pola makan tentu juga mempengaruhi perkembangan gizi. Di Desa Gununggedangan banyak sekali orangtua yang kurang memperhatikan pola makan anak sehingga pola makan mereka tidak teratur. Dinyatakan juga bahwa, pola makan yang salah satu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat (ceria cemerlang, 2012). Di desa gununggedangan mojokerto ini memang perlu adanya suatu kesadaran atas peran orangtua untuk memerangi gizi buruk. Bagaimanapun juga orangtua adalah tonggak utama untuk keberhasilan si anak. Dan yang dapat dilakuakan Pemerintah adalah mengadakan program untuk mencerdaskan serta meluruskan cara pandang orangtua di desa-desa. 5
  • 6. Desa Gununggedangan kota Mojokerto adalah salah satu desa yang terletak di dekat pusat kota. Meskipun berada dekat di pusat kota, tidak menjamin bahwa desa ini sejahtera penduduknya. Terdapat 26 balita yang masuk dalam kategori Balita BGM (Bawah Garis Merah). Kenyataannya, desa gununggedangan sudah terjamah oleh program-program pemerintah untuk memajukan penduduknya, apalagi program posyandu yang selalu memantau gizi para balita. Memang, gizi buruk adalah masalah yang berakar pada perekonomian penduduk sehingga sangat susah untuk di pecahkan. Setelah penelitian yang saya lakukan berdasarkan sample, sebanyak delapan belas balita BGM adalah balita yang lahir dari keluarga miskin. Terlihat bahwa keluarga tersebut setiap bulannya rutin menerima Raskin (beras untuk keluarga miskin) dari Pemerintah Kota. Namun tetap saja hal tersebut tidak boleh dijadikan sebuah alasan bahwa keluarga miskin tidak mampu menghidupi anak-anak mereka sehingga si anak terlantar begitu saja. Tidakkah semua orangtua wajib untuk merawat anaknya, mendidik, dan tidakkah semua anak mempunyai hak agar dapat hidup dengan layak? “ Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial” (UU Perlindungan Anak bab I pasal 1 ayat 6). Ketika saya menyusuri desa ini dan melihat kondisi rumah dari keluarga yang memiliki balita BGM, dari delapan belas keluarga terdapat empat keluarga yang mempunyai rumah tak layak huni dan terdiri dari beberapa keluarga inti. Sungguh tempat yang tidak efektif untuk memfasilitasi perkembangan anak. 6
  • 7. Yang menjadi pusat perhatian saya adalah orangtua dari balita BGM ini rata- rata memiliki berat badan di atas normal, khusunya si Ibu. Terdapat delapan ibu yang memiliki berat badan diatas rata-rata dari delapan belas sample. Hal tersebut menurut saya adalah yang yang ganjal. Mengapa si Ibu memiliki berat badan di atas rata-rata sementara si anak tergolong balita BGM? Orangtua memang membutuhkan makanan yang lebih banyak dari balita. Atau lebih sederhananya lagi jumlah makanan yang dimakan oleh orang dewasa dalam sehari sebanyak 3 porsi (piring) lebih besar daripada anak balita yang hanya makan dalam hitungan sendok, seperti dicontohkan : 1. Orang dewasa yang mempunyai berat badan 60 kg mengkomsumsi makanan dalam sehari 3 porsi ( pagi, siang dan malam) dengan nilai energi sebesar 2000 kkal 2. Anak balita yang mempunyai berat badan 6 kg mengkonsumsi makanan dalam sehari hanya 12 sendok makan dengan nilai energi sebesar 600 kkal Terlihat sekali perbandingan antara jumlah makanan yang dibutuhkan orangtua dengan makanan yang dibutuhkan anak. Dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu alasan mengapa masih banyak balita yang tervonis gizi buruk. Anak yang termasuk dalam balita BGM ini memang bermacam-macam penyebabnya. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Bahwa masalah berat badan orangtua yang diatas rata-rata sementara anaknya tergolong balita BGM adalah masalah yang berakar pada pola makan. Ya sekali lagi adalah pola makan. Banyak di antara orangtua ketika anaknya 7
  • 8. sudah tidak mau makan, mereka diam saja tanpa membujuk agar anak tersebut mau makan. Terlebih-lebih orangtua malah menghabiskan jatah makanan anaknya. “Sayang mbak makanannya, lebih baik saya makan saja kalau anak saya sudah tidak mau makan lagi.” tutur Bu Siswoyo salah satu ibu dari balita BGM di desa Gununggedangan. Dan hasilnya? Anak kekurangan gizi karena jatah makanan diambil oleh si Ibu, sementara si Ibu kelebihan gizi. Kesimpulannya mereka orang dewasa makan lebih banyak dari anak-anak balita disekitarnya, mereka (orang dewasa) telah mengambil jatah makanan yang seharusnya dimakan oleh anak balita, mungkin karena mereka (orang dewasa ) tidak mengerti kebutuhan gizi induvidu. Mereka tidak mengerti karena karena petugas kesehatan juga dirasa kurang serius menjelaskan ilmu praktis gizi dan kesehatan, petugas terlalu terpola dengan teori didapat, seharusnya berikanlah kepada masyarakat yang bisa langsung dipraktekan/digunakan dalam kebutuhan gizi balita dan orang dewasa. Jika semua orangtua mau mencari tahu apa penyebab anak susah makan, kemungkinan besar masalah balita BGM ini akan berkurang secara perlahan. Menurut Mifta Novikasari seorang nutritionist memaparkan, penyebab anak susah makan karena faktor makanan itu sendiri, gangguan pola makan, atau sakit. Anak-anak cepat bosan dengan makanan mereka, malas mengunyah, dan pertumbuhan gigi. “Anak- anak dikenal suka menolak makanan tertentu atau memilih makanan yang ingin mereka makan, itu penyebab umum dari faktor anak susah makan,” (K. Wahyu utami 8
  • 9. dalam Okezone, 2012:05). Untuk menangggulangi hal tersebut perlu adanya suatu solusi yang konkret dan dapat dilakukan dirumah, seperti: 1. Ikutsertakan anak dalam menyajikan makanan. Anak yang ikut serta dalam penyajian makanan akan lebih semangat ketika waktu makan tiba. 2. Konsultasi ke posyandu atau puskesmas terdekat. Konsultasikan masalah anak susah makan, karena kemungkinan besar ada faktor fisik yang mempengaruhi hal tersebut. Secara umum, faktor penyebab seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik. Faktor fisik meliputi terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya infeksi dalam tubuh anak (enny sophia-medicastore). 3. Ciptakanlah suasana makan yang menyenangkan. Dalam hal apapun anak butuh suasana yang menyenangkan. Begitu juga dalam hal makanan. Dengan berbagai kreasi yang dapat anda lakukan, misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang menarik. Tentu saja hindari gaya mengancam pada anak. 4. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan. Minuman rendah lemak maupun jus buah segar memang penting untuk anak, namun bila anak terlalu banyak minum, tidak akan ada tempat yang cukup untuk makanan maupun kudapan sehat yang bisa masuk ke perut anak (mayoclinic.com). 9
  • 10. 5. Selama waktu makan, minimalkan gangguan Gangguang yang dimaksud misalnya matikan televisi dan jauhkan buku atau mainan dari meja makan. Sehingga anak dapat fokus untuk makan. Adapula Ibu yang mengajak anaknya untuk makan sambil main, bahkan lari-larian dengan alasan anak tidak mau makan. “Kalau tidak seperti ini, si sabrina yo gak mau makan”, tutur Bu yanto yang sedang menyuapi anak-anaknya sambil kejar-kejaran di halaman rumah. Sebenarnya hal tersebut justru dihindari karena selain anak mudah tersedak, makanan yang dimakan pun akan sia-sia. Logikanya, makanan yang dimakan sedikit, satu suap anak sudah berlari-lari selama 10 menit, satu suap lagi, dan seterusnya, apakah terserap dengan sempurna makanan tersebut? Tidak heran jika si anak tidak tercukupi gizinya. Banyak sekali cara untuk mengatasi anak yang susah makan, dan itu semua tentu saja tidak lepas dari peran orangtua yang memang benar- benar mau kreatif dalam hal mendidik anak. Dan saya tekankan lagi bahwa perekonomian tidak layak untuk dijadikan satu-satunya alasan mengapa anak kekurangan gizi. Karena cara atau pola makan yang dibiasakan orangtualah yang perlu kita benahi. Masalah kedua adalah adanya pola makan si Ibu yang keliru dimasa-masa kehamilan. “Anak saya memang sejak pertama lahir sudah dengan kondisi kurang gizi seperti ini. Wong memang salah saya waktu hamil makannya tidak teratur, sampai-sampai anak saya kurus seperti ini”, kata Bu Teguh yang mengaku saat saya wawancarai. Masalah pola makan si Ibu sejak lahir memang perlu kita tindak lanjuti 10
  • 11. juga. Ketika Ibu hamil, pola makan pun hendaknya di jaga. Makanlah makanan yang bernutrisi guna menjaga kesehatan janin mulai dalam kandungan hingga lahir. Dalam Buletin PKH dinyatakan bahwa, gizi ibu hamil sebetulnya tidak jauh dari gizi untuk pola makanan sehat. Hanya saja, adanya janin di kandungan mengharuskan ibu hamil ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi. Ibu hamil yang kekurangan gizi dapat mengakibatkan terjadinya keguguran, bayi lahir prematur, kematian janin, kelainan sistem syaraf pusat bayi maupun perkembangan yang tidak normal (Muslimah setiawan, 2011:06). Jelaslah bahwa nutrisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin sebelum dan sesudah dilahirkan. Dampak tersebut juga bisa terjadi sampai anak usia balita yang notabennya lahir prematur dan semakin lama perkembangan gizinya lambat. Hendaknya para orangtua memahami akan hal tersebut sehingga tidak terjadi kekurangan sedikitpun dalam kelahiran si anak. Dan dasar dari penyelesaian masalah tersebut adalah pengetahuan orangtua akan nutrisi- nutrisi penting untuk si janin agar pola makan sehat dapat terjaga. Pola makan sehat berarti makan makanan bervariasi dengan komposisi seimbang. Misalnya Lima porsi buah dan sayur dalam sehari. Dua kuntum kecil brokoli dan segelas jus jeruk dapat dihitung sebagai satu porsi. Makanan berserat, misalnya nasi, roti, pasta, dan sereal. Usahakan mengonsumsi satu porsi setiap kali makan. Protein, seperti daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Penuhi dua porsi per hari. 11
  • 12. Produk olahan susu yang mengandung kalsium. Makan sebanyak tiga porsi setiap hari. Anda dapat memvariasi produknya, misalnya pagi minum susu, siang mengemil keju, dan malam makan yoghurt. Makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya daging merah dan sayuran berwarna hijau. Makanan ini berfungsi sebagai tabungan untuk mempersiapkan kehamilan. Mengurangi makanan jenis fast food, kue, dan sebagainya yang cenderung tinggi lemak, gula, dan garam, namun tidak bergizi. Begitulah masalah yang ada di desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto yang berakar pada pola makan sehingga menyebabkan terjadinya gizi buruk yang menimpa 26 balita. Alasan akan pilar utama penyebab gizi buruk yaitu kemiskinan, bukanlah faktor utama yang fundamental. Tetapi ada pula masalah lain yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk di desa-desa yaitu pola makan yang tidak teratur dan perlu di perhatikan. Kepedulian orangtua juga sangat penting bagi tumbuh kembang si anak. Tanpa kepedulian, orangtua tidak akan mau belajar dan mencari tahu „apa yang harus saya lakukan‟ untuk menanggulangi masalah yang menghambat pertumbuhan anak termasuk gizi buruk ini. 12
  • 13. 13