Pengaruh Pola makan terhadap perkembangan gizi anak
1. PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN GIZI ANAK
Studi kasus di : Ds. Gununggedangan kota Mojokerto
DINDA RUDZIKZANI
111684230
Abstrak
Gizi adalah hal yang terpenting bagi perkembangan si anak. Dengan gizi
yang tercukupi anak akan mampu berkembang secara optimal di masa-masa
emasnya. Namun di Indinesia tak luput pula dari masalah gizi buruk ini. Banyak
sekali hal yang berakar dari permasalah gizi yang tak berujung.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan
antara pola makan anak terhadap perkembangan gizi anak. Entah itu pola makan
anak sejak kecil, atau pola makan Ibu sejak dalam masa kehamilan di Desa
Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2012. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan
masalah balita BGM (Bawah Gaeis Merah) yang ada di Desa Gununggedangan dan
menjelaskan seberapa pentingnya peran orangtua dalam menangani masalah
tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara,
dokumen, dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita BGM di
Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sejumlah 26 anak,
serta diambil menjadi sample sebanyak 18 anak. Hal yang saya lakuakan dalam
penelitian ini adalah 1) Menghitung Berat badan anak dan berat badan Ibu, 2)
Mencari Penyebab permaslahan balita BGM menurut para orangtua, 3) meneliti apa
saja solusi yang sudah dilakuakan orangtua sejauh ini, dan 4) Pendapat orangtua
tentang posyandu.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pola makan anak dan pola makan Ibu saat hamil dengan pertumbuhan gizi anak.
Pola makan yang dibiasakan oleh orangtua adalah tonggak utama terjadinya
permaslahan tersebut, lepas dari permasalah ekonomi penduduk. Karena meskipun
terbilang keluarga miskin, bukan menjadi suatu halangan untuk tetap kreatif dalam
mendidik anak. Saran yang dapat diajukan adalah, bagi para orangtua hendaknya
lebih kreatif dalam masalah mendidik anak, jangan hanya berpangku tangan tanpa
usaha yang lebih baik.
Kata Kunci: Pola makan, perkembangan gizi anak
1
2. Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang
menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Gizi
yang cukup sangat mempengaruhi perkembangan anak. Terlebih-lebih perkembangan
kognitif anak. Kita sebagai orangtua hendaknya selalu memperhatikan makanan yang
mengandung cukup gizi. Namun kita ketahui bahwa banyak sekali anak yang
tergolong dalam balita BGM (Bawah Garis Merah) di Indonesia ini.
Jutaan anak Indonesia rentan terkena gizi buruk dan gizi kurang, khususnya
anak di bawah usia tiga tahun (batita),dan di desa gunuggedangan kota Mojokerto.
Desa yang tergolong dekat dengan pusat kota Mojokerto ini sudah terjamah dengan
sosialisasi Pemerintah Kota mengenai gizi yang baik untuk anak, tetapi tidak
dipungkuri bahwa masih saja ada balita BGM. Seperti yang di ungkapkan oleh Pia
(Dalam blog PIA poenya,2008:10) menyatakan bahwa, padahal jika anak-anak balita
mengalami kekurangan gizi yang berkepanjangan tak hanya mengganggu
perkembangan fisik seperti tinggi dan berat badan, tapi juga pada perkembangan otak.
Karena faktor itulah, yang menjadi tolok ukur kasus gizi buruk di Indonesia. “Anak
usia dua tahun mengalami pertumbuhan berat badan kurang dari 2 kg dan tinggi rata-
rata kurang 2 sentimeter dari pertumbuhan bayi normal,” jelas Guru Besar Pangan
dan Gizi IPB Prof Dr Ali Khomsan.
2
3. Hal tersebut memang sangat benar, karena perlu kita ketahui bahwa anak-anak pada
masa usia nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan
kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja akan membuat pertumbuhan
mereka terganggu. Contoh mudahnya saja zat besi. Apabila anak-anak menerima
asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah maka berakibat
kurangnya kemampuan kerja otak. Hasil penelitian terhadap 185 remaja Costa Rica
menunjukkan bahwa mereka pada masa usia balita mengalami kekurangan zat besi
pada nutrisisnya semasa lima tahun pertama dalam kehidupan mereka, tak pernah
lulus tes daya ingat dan daya kemampuan belajar, dan semakin besar kekurangan zat
besi pada nutrisi yang diperolehnya pada usia hingga lima tahun, maka semakin
buruk pula kondisinya bersamaan dengan bertambahnya umur mereka (dalam
Memperkuat Daya Tahan Tubuh Balita, 2007).
Pentinganya akan nutrisi yang terkandung dalam makanan si anak memang
sangat mempengaruhi perkembangan kognitif, fisik, dan perkembangan otak.
Orangtua yang hendaknya mengatur nutrisi apa saja yang terkandung dalam makanan
si anak. Makanan yang sehat tentu saja akan membuat tubuh mereka sehat dan aktif
dalam melakukan apapun, cerdas dalam berfikir, dan anak akan merasa bersemangat
untuk melakukan hal-hal positif. Namun dalam kenyataannya masih banyak orangtua
yang tidak tahu akan pentingnya unsur-unsur yang terdapat dalam nutrisi makanan,
atau bahkan mereka tidak peduli terhadap hal-hal tersebut karena rata-rata penduduk
3
4. Desa tidak mau pikir panjang. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang seharusnya di
basmi.
Untuk mencegah terjadinnya berbagai gangguan gizi dan mencegah
psicososial diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orangtua, ibu atau
pengasuh dalam keluarga untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang
kepada batitanya (Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial RI, 2000). Perilaku
menunjang yang dimaksud tentu saja perilaku orangtua yang syarat dengan
pengetahuan tentang perkembangan anak, termasuk pentingnya nutrisi bagi anak. Di
desa Gununggedangan balita BGM 100% terlahir dari keluarga yang kurang mampu,
dan keluarga tersebut menerima Raskin (Beras untuk keluarga miskin). Dalam salah
satu blog di nyatakan bahwa, tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung
dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun
kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan
hal ini terjadi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang
adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa ada hubungan timbal
balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok
atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan
pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang
kekurangan gizi (ceria cemerlang,2012). Terlepas dari itu, orangtua harus tetap
memperhatikan dan punya cara tersendiri untuk mengkondisikan agar gizi anak
sedikit banyak terpenuhi. Sebagai orangtua jangan hanya menerima dan diam saja
4
5. ketika anak kita terkena gizi buruk. Dan di sinilah peran Pemerintah untuk
menerdaskan masyarakat desa agar mereka memperhatikan bagaimana cara mendidik
anak.
Pola makan tentu juga mempengaruhi perkembangan gizi. Di Desa
Gununggedangan banyak sekali orangtua yang kurang memperhatikan pola makan
anak sehingga pola makan mereka tidak teratur. Dinyatakan juga bahwa, pola makan
yang salah satu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak
bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal
orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan
anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri
dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,
manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya
lebih sehat (ceria cemerlang, 2012).
Di desa gununggedangan mojokerto ini memang perlu adanya suatu kesadaran atas
peran orangtua untuk memerangi gizi buruk. Bagaimanapun juga orangtua adalah
tonggak utama untuk keberhasilan si anak. Dan yang dapat dilakuakan Pemerintah
adalah mengadakan program untuk mencerdaskan serta meluruskan cara pandang
orangtua di desa-desa.
5
6. Desa Gununggedangan kota Mojokerto adalah salah satu desa yang terletak di
dekat pusat kota. Meskipun berada dekat di pusat kota, tidak menjamin bahwa desa
ini sejahtera penduduknya. Terdapat 26 balita yang masuk dalam kategori Balita
BGM (Bawah Garis Merah). Kenyataannya, desa gununggedangan sudah terjamah
oleh program-program pemerintah untuk memajukan penduduknya, apalagi program
posyandu yang selalu memantau gizi para balita. Memang, gizi buruk adalah masalah
yang berakar pada perekonomian penduduk sehingga sangat susah untuk di pecahkan.
Setelah penelitian yang saya lakukan berdasarkan sample, sebanyak delapan
belas balita BGM adalah balita yang lahir dari keluarga miskin. Terlihat bahwa
keluarga tersebut setiap bulannya rutin menerima Raskin (beras untuk keluarga
miskin) dari Pemerintah Kota. Namun tetap saja hal tersebut tidak boleh dijadikan
sebuah alasan bahwa keluarga miskin tidak mampu menghidupi anak-anak mereka
sehingga si anak terlantar begitu saja. Tidakkah semua orangtua wajib untuk merawat
anaknya, mendidik, dan tidakkah semua anak mempunyai hak agar dapat hidup
dengan layak? “ Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara
wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial” (UU Perlindungan Anak bab I pasal 1 ayat
6). Ketika saya menyusuri desa ini dan melihat kondisi rumah dari keluarga yang
memiliki balita BGM, dari delapan belas keluarga terdapat empat keluarga yang
mempunyai rumah tak layak huni dan terdiri dari beberapa keluarga inti. Sungguh
tempat yang tidak efektif untuk memfasilitasi perkembangan anak.
6
7. Yang menjadi pusat perhatian saya adalah orangtua dari balita BGM ini rata-
rata memiliki berat badan di atas normal, khusunya si Ibu. Terdapat delapan ibu yang
memiliki berat badan diatas rata-rata dari delapan belas sample. Hal tersebut menurut
saya adalah yang yang ganjal. Mengapa si Ibu memiliki berat badan di atas rata-rata
sementara si anak tergolong balita BGM? Orangtua memang membutuhkan makanan
yang lebih banyak dari balita. Atau lebih sederhananya lagi jumlah makanan yang
dimakan oleh orang dewasa dalam sehari sebanyak 3 porsi (piring) lebih besar
daripada anak balita yang hanya makan dalam hitungan sendok, seperti dicontohkan :
1. Orang dewasa yang mempunyai berat badan 60 kg mengkomsumsi makanan
dalam sehari 3 porsi ( pagi, siang dan malam) dengan nilai energi sebesar
2000 kkal
2. Anak balita yang mempunyai berat badan 6 kg mengkonsumsi makanan
dalam sehari hanya 12 sendok makan dengan nilai energi sebesar 600 kkal
Terlihat sekali perbandingan antara jumlah makanan yang dibutuhkan orangtua
dengan makanan yang dibutuhkan anak. Dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu
alasan mengapa masih banyak balita yang tervonis gizi buruk. Anak yang termasuk
dalam balita BGM ini memang bermacam-macam penyebabnya. Seperti yang sudah
saya jelaskan di atas. Bahwa masalah berat badan orangtua yang diatas rata-rata
sementara anaknya tergolong balita BGM adalah masalah yang berakar pada pola
makan. Ya sekali lagi adalah pola makan. Banyak di antara orangtua ketika anaknya
7
8. sudah tidak mau makan, mereka diam saja tanpa membujuk agar anak tersebut mau
makan. Terlebih-lebih orangtua malah menghabiskan jatah makanan anaknya.
“Sayang mbak makanannya, lebih baik saya makan saja kalau anak saya sudah tidak
mau makan lagi.” tutur Bu Siswoyo salah satu ibu dari balita BGM di desa
Gununggedangan. Dan hasilnya? Anak kekurangan gizi karena jatah makanan
diambil oleh si Ibu, sementara si Ibu kelebihan gizi. Kesimpulannya mereka orang
dewasa makan lebih banyak dari anak-anak balita disekitarnya, mereka (orang
dewasa) telah mengambil jatah makanan yang seharusnya dimakan oleh anak balita,
mungkin karena mereka (orang dewasa ) tidak mengerti kebutuhan gizi induvidu.
Mereka tidak mengerti karena karena petugas kesehatan juga dirasa kurang serius
menjelaskan ilmu praktis gizi dan kesehatan, petugas terlalu terpola dengan teori
didapat, seharusnya berikanlah kepada masyarakat yang bisa langsung
dipraktekan/digunakan dalam kebutuhan gizi balita dan orang dewasa.
Jika semua orangtua mau mencari tahu apa penyebab anak susah makan,
kemungkinan besar masalah balita BGM ini akan berkurang secara perlahan. Menurut
Mifta Novikasari seorang nutritionist memaparkan, penyebab anak susah makan
karena faktor makanan itu sendiri, gangguan pola makan, atau sakit. Anak-anak cepat
bosan dengan makanan mereka, malas mengunyah, dan pertumbuhan gigi. “Anak-
anak dikenal suka menolak makanan tertentu atau memilih makanan yang ingin
mereka makan, itu penyebab umum dari faktor anak susah makan,” (K. Wahyu utami
8
9. dalam Okezone, 2012:05). Untuk menangggulangi hal tersebut perlu adanya suatu
solusi yang konkret dan dapat dilakukan dirumah, seperti:
1. Ikutsertakan anak dalam menyajikan makanan.
Anak yang ikut serta dalam penyajian makanan akan lebih semangat ketika
waktu makan tiba.
2. Konsultasi ke posyandu atau puskesmas terdekat.
Konsultasikan masalah anak susah makan, karena kemungkinan besar ada
faktor fisik yang mempengaruhi hal tersebut. Secara umum, faktor penyebab
seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik. Faktor fisik meliputi
terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya infeksi dalam
tubuh anak (enny sophia-medicastore).
3. Ciptakanlah suasana makan yang menyenangkan.
Dalam hal apapun anak butuh suasana yang menyenangkan. Begitu juga
dalam hal makanan. Dengan berbagai kreasi yang dapat anda lakukan,
misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang
menarik. Tentu saja hindari gaya mengancam pada anak.
4. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan.
Minuman rendah lemak maupun jus buah segar memang penting untuk anak,
namun bila anak terlalu banyak minum, tidak akan ada tempat yang cukup
untuk makanan maupun kudapan sehat yang bisa masuk ke perut anak
(mayoclinic.com).
9
10. 5. Selama waktu makan, minimalkan gangguan
Gangguang yang dimaksud misalnya matikan televisi dan jauhkan buku atau
mainan dari meja makan. Sehingga anak dapat fokus untuk makan.
Adapula Ibu yang mengajak anaknya untuk makan sambil main, bahkan lari-larian
dengan alasan anak tidak mau makan. “Kalau tidak seperti ini, si sabrina yo gak mau
makan”, tutur Bu yanto yang sedang menyuapi anak-anaknya sambil kejar-kejaran di
halaman rumah. Sebenarnya hal tersebut justru dihindari karena selain anak mudah
tersedak, makanan yang dimakan pun akan sia-sia. Logikanya, makanan yang
dimakan sedikit, satu suap anak sudah berlari-lari selama 10 menit, satu suap lagi,
dan seterusnya, apakah terserap dengan sempurna makanan tersebut? Tidak heran jika
si anak tidak tercukupi gizinya. Banyak sekali cara untuk mengatasi anak yang susah
makan, dan itu semua tentu saja tidak lepas dari peran orangtua yang memang benar-
benar mau kreatif dalam hal mendidik anak. Dan saya tekankan lagi bahwa
perekonomian tidak layak untuk dijadikan satu-satunya alasan mengapa anak
kekurangan gizi. Karena cara atau pola makan yang dibiasakan orangtualah yang
perlu kita benahi.
Masalah kedua adalah adanya pola makan si Ibu yang keliru dimasa-masa
kehamilan. “Anak saya memang sejak pertama lahir sudah dengan kondisi kurang
gizi seperti ini. Wong memang salah saya waktu hamil makannya tidak teratur,
sampai-sampai anak saya kurus seperti ini”, kata Bu Teguh yang mengaku saat saya
wawancarai. Masalah pola makan si Ibu sejak lahir memang perlu kita tindak lanjuti
10
11. juga. Ketika Ibu hamil, pola makan pun hendaknya di jaga. Makanlah makanan yang
bernutrisi guna menjaga kesehatan janin mulai dalam kandungan hingga lahir. Dalam
Buletin PKH dinyatakan bahwa, gizi ibu hamil sebetulnya tidak jauh dari gizi untuk
pola makanan sehat. Hanya saja, adanya janin di kandungan mengharuskan ibu hamil
ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi. Ibu hamil yang kekurangan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya keguguran, bayi lahir prematur, kematian janin, kelainan
sistem syaraf pusat bayi maupun perkembangan yang tidak normal (Muslimah
setiawan, 2011:06). Jelaslah bahwa nutrisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin sebelum dan sesudah dilahirkan. Dampak tersebut juga bisa
terjadi sampai anak usia balita yang notabennya lahir prematur dan semakin lama
perkembangan gizinya lambat. Hendaknya para orangtua memahami akan hal
tersebut sehingga tidak terjadi kekurangan sedikitpun dalam kelahiran si anak. Dan
dasar dari penyelesaian masalah tersebut adalah pengetahuan orangtua akan nutrisi-
nutrisi penting untuk si janin agar pola makan sehat dapat terjaga. Pola makan sehat
berarti makan makanan bervariasi dengan komposisi seimbang. Misalnya
Lima porsi buah dan sayur dalam sehari. Dua kuntum kecil brokoli dan
segelas jus jeruk dapat dihitung sebagai satu porsi.
Makanan berserat, misalnya nasi, roti, pasta, dan sereal. Usahakan
mengonsumsi satu porsi setiap kali makan.
Protein, seperti daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Penuhi dua porsi per
hari.
11
12. Produk olahan susu yang mengandung kalsium. Makan sebanyak tiga porsi
setiap hari. Anda dapat memvariasi produknya, misalnya pagi minum susu,
siang mengemil keju, dan malam makan yoghurt.
Makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya daging merah dan
sayuran berwarna hijau. Makanan ini berfungsi sebagai tabungan untuk
mempersiapkan kehamilan.
Mengurangi makanan jenis fast food, kue, dan sebagainya yang cenderung
tinggi lemak, gula, dan garam, namun tidak bergizi.
Begitulah masalah yang ada di desa Gununggedangan Kecamatan Magersari
Kota Mojokerto yang berakar pada pola makan sehingga menyebabkan terjadinya
gizi buruk yang menimpa 26 balita. Alasan akan pilar utama penyebab gizi buruk
yaitu kemiskinan, bukanlah faktor utama yang fundamental. Tetapi ada pula masalah
lain yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk di desa-desa yaitu pola makan yang
tidak teratur dan perlu di perhatikan. Kepedulian orangtua juga sangat penting bagi
tumbuh kembang si anak. Tanpa kepedulian, orangtua tidak akan mau belajar dan
mencari tahu „apa yang harus saya lakukan‟ untuk menanggulangi masalah yang
menghambat pertumbuhan anak termasuk gizi buruk ini.
12