2. Oklusi adalah perubahan hubungan
permukaan gigi geligi pada Maksila dan
mandibula yang terjadi selama pergerakan
Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh
dari gigi geligi pada kedua rahang.
Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara
Dental system.
3. Kontak antara gigi-geligi yang saling
berhadapan secara langsung (tanpa
perantara) dalam suatu hubungan biologis
yang dinamis antara semua komponen sistem
stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-
geligi yang berkontak dalam keadaan
berfungsi berkontak dalam keadaan
berfungsi.
6. Oklusi seimbang (balanced occlusion) yang
menyatakan suatu oklusi baik atau normal,
bila hubungan antara kontak geligi bawah
dan geligi atas memberikan tekanan yang
seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan sentrik maupun eksentrik.
7. Oklusi morfologik (morphologic occlusion)
yang penganutnya menilai baik-buruknya
oklusi melalui hubungan antar geligi bawah
dengan lawannya dirahang atas pada saat
geligi tersebut berkontak.
8. Oklusi dinamik/individual/fungsional
(dinamic)/individual/functional occlusion).
Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi
keserasian antara komponen-komponen yang berperan
dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi.
Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan
jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan
penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem
neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila
semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat
dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka
oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A;
dkk).
11. merupakan konsep teoritis dari struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan
karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan
oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal
adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali
insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi
dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami
keausan.
12. Menurut anggle: suatu konsep oklusi normal
yang diterapkan dibidang ortodonti.
Maksudnya : membenarkan adanya hubungan
morfologi yang tetap sebagai standar ideal
antara gigi-gigi di rahang atas dengan gigi-
gigi di rahang bawah
13. Menurut Leory Johnson menggambarkan
oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi
yang berfungsi secara harmonis dengan
proses metabolic untuk mempertahankan
struktur penyangga gigi dan rahang berada
dalam keadaan sehat.
14. Disebut normal jika fungsi-fungsi gigi-gigi
dapat digunakan secara efisien dan jaringan
lunak dapat dipertahankan kesehatannya.
Jadi oklusi normal tidak menentukan
hubungan yang tetap antara gigi-gigi rahang
bawah terhadap gigi rahang atas seperti pada
konsep oklusi normal ideal.
15. c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal
dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam
keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada
dalam posisi bilateral simetris di dalam
fossanya. Sentris atau tidaknya posisi
mandibula ini sangat ditentukan oleh
panduan yang diberikan oleh kontak antara
gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan
ini akan mudah berubah bila terdapat gigi
supra posisi ataupun overhanging restoration.
16. Konsep oklusi berimbang Ialah suatu konsep
oklusi yang sesuai dengan prinsip
keseimbangan. Prinsip keseimbangan ini
dapat dicapai apabila pada setiap terjadi
oklusi selalu terjadi kontak oklusal pada gigi
disisi yang berlawanan.
Jadi bila disisi kiri terjadi kontak, di sisi
kanan pun harus terjadi kontak.
18. oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas
(RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau
hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak
berfungsi (statik).
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi
posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal
ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to
fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat
ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite)
dalam satuan milimeter (mm).
Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal
edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus
pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak
vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
19. merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat
seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
(samping) ataupun kedepan (antero-posterior).
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral,
kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior).
Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering
disebut artikulasi.
Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working
side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp
bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan
(balancing side).
Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai
panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing
side.
20. 1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal
antara gigi geligi dengan antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal
antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke
posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara
terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi
anterior pada saat RB digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi
geligi pada saat RB digerakkan ke lateral.
21. 1.Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior
pada kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam
keadaan kontak
2.Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior
pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak
kontak
3.Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada
gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam
klasifikasi diatas. (Hamzah, Zahreni,dkk)
22. Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula
terhadap maksila, yang menunjukkan posisi
mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari
oklusi sentris (mandibula terletak paling posterior
dari maksila) atau kondil terletak paling distal dari
fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya
gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini
gigi-geligi dalam keadaan Intercuspal Contact
Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada
pada posisi RCP.
23. Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest
Position) yaitu jarak antara oklusal premolar
RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks
dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-
otot pengunyahan dalam keadaan istirahat,
hal ini menunjukkan otot-otot kelompok
elevator dan depressor tonus adan
kontraksinya dalam keadaan seimbang, dam
kondil dalam keadaan netral atau tidak
tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk
setiap individu.
24.
25.
26. Merupakan relasi rahang bawah terhadap rahang atas dalam arah
vertikal .
Ada 3 macam ukuran vertikal hubungan rahang:
1. Tinggi vertikal (vertical height)
Ialah hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang
atas pada waktu oklusi sentrik
2. Posisi istirahat fisiologis (physiological rest position)
Hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas
pada waktu otot-otot dalam keadaan istirahat (rest)
3. Ruang bebas (free way spacer inter occlusal distance)
Jarak antara bidang oklusal gigi rahang bawah terhadap bidang oklusal
gigi rahang atas
Menurut penelitian jarak tersebut yaitu 3-5mm.
27.
28. 1. Titik nasion
Titik pada bagian apex batang hidung yaitu pada bagian
pertemuan antara sutura frontonasalis dengan garis
median.
2. Titik subnasion
Titik pada garis median yang terletak tepat di bawah
batang hidung pada tempat berakhirnya septum
nasalis
29. 3. Titik porion
Titik pada tenjgah tpi atas lubang telinga luar
4. Titik orbital
Titik terendah pada margin orbita
5. Titik gnation
Titik paling bawah dan paling luar pada dagu
6. Titik gonion
Titik pada sudut mandibula yang terletak paling
bawah, paling lateral, dan paling posterior
30.
31. 1. Garis kamfer
Garis yang ditarik dari alanasi ke porion. Garis ini kira-kira sejajar
dengan bidang oklusal. Pembuatan tanggul gigi (bite rim) pada gigi
tiruan penuh mengikuti ngaris kamfer
2. Garis pupil
Garis yang ditarik melalui mata ppupil mata kiri dan pupil mata kanan.
Garis ini digunakan untuk menentukan garis horisontal pada bidang
frontal. Garis pupil ini digunakan sebagai patokan untuk menentukan
agar garis insisal (gigi anterior) letaknya horisontal
3. High lip line
Garis yang ditarik melalui tepi bawah bibir atas pada saat tersenyum.
Garis ini digunakan untuk menentukan letak garis (cervikal gigi
anterior) yaitu harus diletakkan sedikit diatas HLL membereskan pada
bite rim, di bagian posterior, dan digunakan sebagai patokan untuk
pemilihan dan penyussunan gigi buatan anterior
32. 4. Low lip line (LLL)
Garis yang ditarik melalui tepi bawah bibir atas
pada saat istirahat. Garis ini digunakan untuk
menentukan letak garis insisal, yaitu terletak
kurang lebih 2mm di bawah LLL. Dengan
menggunakan HLL dan LLL maka arah dan posisi
garis insisal dapa ditentukan
5. Garis sihung (caninus line)
Garis yang melalui tepi atas gigi kaninus atas
6. Garis median
Garis yang membagi muka menjadi 2 bagian yang
sama
33.
34.
35.
36.
37. Artikulasi merupakan hubungan dinamis
antara rahang bawah terhadap rahang atas,
yaituhubungan dinamis perpindahan dari satu
gigi ke oklusi yang lain, atau dari relasi
mandibula ke relasi mandibula lainnya.
Hubungan antara rahang bawah dan rahang
atas yang ideal adalah bila relasi sentrik
sama dengan oklusi sentrik, atau antara
kedua posisi rahang tersebut dapat dilakukan
dengan gerakan yang lancar tanpa terjadi
sangkutan.
38. Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat
artikulator. Artikulator, terdiri atas :
Paru-paru
Tenggorokan
Rongga mulut
Hidung
40. Bunyi Vokal : bunyi yang tidak mengalami
hambatan di daerah artikulator. Disebut
huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan
dapat mengihupkan konsonan.
o Terdiri dari : a, i, u, e,o.
o Diftong → au, ai, oi
41. Vokal dapat diklaifikasikan menjadi:
o Berdasarkan bentuk bibir
Ø Vokal bulat → a, o, u
Ø Vokal lonjong → i, e
o Berdasarkan tinggi rendah lidah
Tinggi → I
Tengah → e
Bawah → a
o Berdasarkan maju mundurnya lidah
Depan → i, a
Tengah → e
Belakang → o
42. Bunyi Konsonan : bunyi yang mengalami hambatan
dalam pengucapan. Pembentukan konsonan:
o Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir.
(b, p, m)
o Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung
lidah dan gigi (t, d, h)
o Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi
dan bibir (f, v)
o Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)
o Velar : belakang lidah – langit-langit lembut
(k,g)
o Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara
tertutup sama sekali.
o Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar
melalui geseran.
43. Pembentukan konsonan :
o B → bilabial
o C → palatal
o D → apikodental
o F → labiodentals
o G → glottis
o H → hamsa (pita suara
bergetar)
44. o J → palatal
o K → glottis
o L → laringal
o M → bilabial
o N → apikodental
o P → bilabial
o Q → glottis
45. o R → tril
o S → desis
o T → apikodental
o V → labiodentals
o W → labiodentals
o X → glottis
o Y → langit-langit lunak + lidah
o Z → desis
47. LANGKAH-LANGKAH DAN KEADAAN ALAT
ARTIKULASI KETIKA MENGELUARKAN BUNYI
Contoh-contoh daripada huruf vokal
Ø Semasa membunyikan vokal depan sempit [ i ]:
Keadaan bibir hampar.Depan lidah dinaikkan setinggi
mungkin kearah lelangit keras.Anak tekak dan lelangit
lembut dinaikkan bagi menetup rongga hidung supaya udara
tidak keluar melalui rongga hidung.Udara dari paru-paru
keluar ke rongga hidung.Pita suara digetarkan
Contohnya pada perkataan:
· Ikan - [i]kan
· Bila - B[i]la
· Tali - Tal[i]
48. Ø Semasa membunyikan vokal depan separuh
sempit [ e ]
Keadaan bibir hampar.Depan lidah dinaikkan
separuh tinggi ke arah gusi.Anak tekak dan
lelangit lembut dinaikkan bagi menutup rongga
hidung supaya udara tidak keluar.Udara dari
paru-paru keluar ke rongga hidung.Pita suara
digetarkan
Contohnya pada perkataan:
· Enak – [e]nak
· Teleng – tel[e]ng
· Tempe – temp[e]
Contoh – contoh daripada huruf konsonan
49. Ø Konsonan geseran gusi tidak bersuara [s]
Hadapan lidah dinaikkan ke gusi untuk membuat
sempitan pada arus udara.Lelangit lembut dan anak
tekak dinaikkan ke belakang rongga tekak untuk
menyekat arus udara dari paru-paru ke rongga
hidung.Pita suara direnggangkan.Arus udara dari paru-
paru melalui rongg mulut tanpa menggetarkan pita
suara.Udara keluar melalui sempitan depan lidah dan
gusi untuk menghasilkan bunyi konsonan geseran gusi
tidak bersuara
Contohnya pada perkataan:
· Silap – [s]ilap
· Lasak – La[s]ak
· Lemas – Lema[s]
50. Ø Konsonan getaran gusi bersuara [ r ]
Hujung lidah dikenakan pada gusi.Lelangit lembut
dan anak tekak dinaikkan ke belakang rongga
tekak untuk membuat sekatan arus udara dari
paru-paru ke rongga hidung.Pita suara
dirapatkan.Arus udara yang keluar dari paru-paru
melalui rongga tekak menggetarkan pita
suara.Arus udara melalui rongga mulut
menggetakan ujung lidah
Contohnya pada perkataan:
· Rapat – [r]apat
· Tiram – Ti[r]am
· Lebar – Leba[r]
51. Ø Vocal [U]
Seperti pada posisi pengucapan vocal [O], vocal
[U] dibunyikan dengan memperhatikan :
· Mulut lebih dipersempit sedikit, dan bibir
sedikit lebih didorong kedepan.
· Dapatkan vocal [U] yang sempurna, seperti
pada kata busur, sungguh, dlldimana bunyi tidak
didominasi bunyi [U] yang utuh melainkan
terkesan lebihboros dalam hal nafas.
· Hindari bunyi [U] yang menjurus ke [O]
kecuali pada nada-nada rendah seperti ada BASS.
· Jika dirasakan dan diraba, maka vocal
[U]akan terasa bergetar diatas tengkuk.
52. Ø Vokal [O]
Berawal dari bentuk vocal [A] tetapi
merubah bentuk bibir menjadi lonjong
seperti corong, vocal [O] dapat dibunyikan
dengan manis. Diupayakan sebulat atau
selonjang mungkin, sehingga akan terdengar
bunyi vocal [O] seperti pada kata
toko, pohon, lorong. Hindari vocal [O]
seperti pada kata jengkol, tongkol, karena
jika demikian posisi mulut atau lidah akan
berubah. Pada saat membunyikan vocal [O]
kita akan merasakan bunyi dan getarannya di
leher.
53. Ø Vokal [A]
· Dibunyikan dengan menjatuhkan rahang
bawah sejauh mungkin, bukan dengan
membuka kesamping.
· Gigi atas dan bawah tidak dilindungi atau
ditutupi oleh kedua bibir atas dan
bawah, bibir atas dan bawah harus kelihatan.
· Lidah diletakkan rata serta ujungnya
menyentuh gigi bawah.
Setelah dibuat dalam posisi demikian bunyikanlah
vocal [A] dengan santai.
54. TUJUAN ARTIKULASI
Tujuan diberikannya latihan artikulasi pada anak
tunarungu adalah:
1. Membentuk pola-pola ucapan bunyi bahasa
Indonesia dengan baik sesuai dengan aturan
pembentukan yang baik dan benar.
2. Memfungsikan alat bicara yang
diindikasikan/diasumsikan telah baku.
3. Menyadari pola ucapannya yang
dirangkaikan dari rangkaian fonem/vokal dan
konsonan menjadi suku kata, kemudian kata
sampai merupakan suatu kalimat/ide/gagasan
yang lebih luas mengandung arti sehingga
difahami orang lain di lingkungannya.