1. SYSTEM MOORING
SYSTEM MOORING ADALAH :
• Menurut Layton (2002 : 253) Kata Mooring Line berasal dari kata
dasar moor di kapal lazim disebut dengan tali kepil, tali tambat, dan
tali tross. Moor ialah mengaitkan atau mengikatkan kapal pada
posisinya di darat dengan menggunakan dua atau lebih jangkar,
kawat maupun tali
Fungsi utama dari mooring ialah
• untuk mengamankan letak dan posisi kapal supaya tidak
bergerak walaupun diterpa gelombang dan angin kencang.
Mooring kapal selain dilakukan Ketika berlabuh saat di
Pelabuhan, tetapi juga dapat dilakukan sesuai kebutuhan
kapal, seperti di tengah-tengah kapal
3. Nama-nama Mooring Lines
• Perhatikan gambar di atas:
1 = Head line
• Head lines atau tros depan, berfungsi menahan agar kapal tidak bergerak ke belakang.
2 = Forward breast line
• Forward breast line atau tali melintang depan, berfungsi menahan agar kapal tetap rapat dengan dermaga.
3 = Forward spring line
• Forward spring line atau tali spring depan, berfungsi menahan agar kapal tidak bergera ke depan.
4 = Aft spring line
• Aft spring line atau tali spring belakang, berfungsi menahan agar kapal tidak bergerak ke depan.
5 = Aft breast line
• Aft breast line atau tali melintang belakang, berfungsi menahan agar kapal tetap rapat dengan deramaga.
6 = Stern line
• Stern line atau tros belakang, berfungsi menahan agar kapal tidak bergerak ke depan.
4. • fungsi Mooring Lines
• Mooring lines berfungsi menahan agar kapal tetap berada di posisinya.
•
Breast lines
• Breast line tidak selalu digunakan. Di pelabuhan-pelabuhan yang terlindung dimana
lautnya tenang breast line tidak diperlukan.
•
Di pelabuhan-pelabuhan samudera, pelabuhan terbuka, dimana ombak atau alun
relatif besar, breast line diperlukan. Breast line menjaga agar kapal tidak
merenggang dari dermaga akibat pukulan ombak balik.
7. Spread Mooring
• Dalam mooring system ini biasanya tak memungkinkan untuk kapal
berputar atau bergerak dalam posisinya, Ketika ada gangguan seperti
arus, angin serta gelombang yang relatif kecil. Akan tetapi dalam
sistem mooring kapal ini bisa menyebabkan beban lingkungan pada kapal
akan semakin besar, sehingga bisa meningkatkan jumlah line
tension atau mooring lines. Biasanya untuk mooring system ini dipakai 1
set anchor legs bersama mooring lines dan terletak diantara
posisi stern dan bow kapal.
• Spread mooring bisa diterapkan di setiap jenis kapal, tapi tetap
mempertimbangkan fasilitas produksi yang ada di bagian kapal. Dalam
sistem mooring kapal inilah, biasanya peralatan offloading terletak
pada stern atau bow kapal,bisa juga memakai buow khusus untuk
digunakan sebagai sarana perpindahan cargo.
8. Turret Mooring
• Turret Mooring
• Sistem mooring kapal ini memungkinkan kapal untuk dihubungkan pada turret, dimana melalui
adanya bearing bisa membuat kapal berputar. Jika dibandingkan sistem spread mooring, dalam
sistem ini umbilical dan riser akan lebih banyak diakomodasi lagi. Sistem turret mooring kapal bisa
berbentuk internal turret atau external turret.
• Selain itu, external turret bisa diposisikan pada stern atau bow kapal, di bagian luar pada lambung
kapal, sehingga memungkinkan kapal bisa berputar sampai 360 derajat serta dapat beroperasi
dalam kondisi cuaca ekstrim atau normal. Biasanya chain leg akan ditanam di bagian dasar laut
memakai piles atau anchor. Memiliki biaya pembuatan yang lebih terjangkau daripada internal
turret, serta modifikasi pada kapal pun tak akan terlalu banyak.
• Di samping posisi pada turret, perbandingan lainnya dengan jenis internal turret ialah posisi
pada chain table. Biasanya chain table akan diletakkan di bagian atas water level pada external
turret, sementara itu dalam internal turret sendiri, posisi chain table dibuat terendam sampai di
bagian bawah garis air.
• Sistem ini biasanya diaplikasikan di perairan dangkal atau tak terlalu dalam, contoh aplikasinya
yaitu pada FPSO Anoa Natuna. Lain halnya dengan aplikasi internal turret, adapun keunggulan dari
sistem mooring kapal ini yaitu bisa terpasang secara permanen atau tidak, bisa diaplikasikan di
lapangan yang kondisinya biasa saja sampai ekstrim, serta menyesuaikan kedalaman air.
Sistem mooring kapal ini bisa mengakomodasi riser sampai 100 unit dengan kedalaman laut
mencapai 10.000 feet.
9. • Sistem penambatan kapal atau mooring system adalah teknik untuk menambatkan sebuah kapal agar diam di satu titik. Titik yang dimaksud ini
bisa di dermaga, atau di tengah laut lepas. Namun yang akan dibahas dalam tulisan kali ini adalah bagaimana Sistem Penambatan Kapal atau
Mooring System di dermaga.
• Sistem Penambatan Kapal di Dermaga
• Sistem Penambatan Kapal atau Mooring System di dermaga bukan urusan sepele, tidak semudah melepaskan jangkar semata. Dibutuhkan
serangkaian tali tambat untuk membantu agar kapal tidak bergerak. Sebab arus air laut serta angin kencang dapat muncul kapan saja dan bisa
menggerakkan kapal apabila tidak ditambatkan dengan baik dan benar. Sudah terjadi beberapa kecelakaan kapal akibat sistem penambatan
yang kurang sempurna.
• Ada berbagai variasi dalam menambatkan kapal, namun umumnya semuanya menggunakan tali tross, tali spring serta tali breast. Susunannya
dapat dipelajari melalui video berikut ini.
• Head lines / tali tross muka, tali di bagian paling depan kapal
• Forward breast lines, diletakkan antara head lines dan forward spring lines.
• Forward spring lines / tali spring muka, terletak di bagian tengah kapal agak ke depan.
• After spring lines / tali spring belakang, terletak di badan kapal agak ke belakang.
• After breast lines, ada di antara after spring lines dan stern lines.
• Stern lines / tali tross belakang, dipasang di bagian paling belakang kapal.