1. Biografi Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina.
Dikalangan masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli
kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik dan
sarjana Muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu
Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di
pemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik.
Ibnu Sina beruntung lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
Sejak kecil sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari
Qur’an dan Sastra. Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina
menghafal Al Qur’an. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al Qur’an
dan mendalami berbagai karya sastra.
Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang
kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di
kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu
Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.
Tetapi sebelum itu, Ibnu Sina sudah tekun mempelajari ilmu fiqih dari seorang ulama
besar bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi,
Ibnu Sina tidak keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina
semakin terlihat saat beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali
pada gurunya isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-Mages (ilmu astronomi kuno)
dan buku Ecludis (ilmu arsitektur).
Beliau memang benar-benar murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat
menerangkan rumus-rumus dan berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku
tersebut. Bahkan konon dalam bidang ilmu astronomi (perbintangan), beliau sudah
sanggup menciptakan sebuah alat yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik
untuk mempelajari ilmu kedokteran, mulai mendik di bidang kedn, sehingga dalam waktu
singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi
dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.
Semakin lama nama Ibnu Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan
juga diberbagai pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai
mendatangi Ibnu Sina untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan
eksperimen-eksperimen mengenai berbagai cara pengobatan dibawah pengawasan dan
bimbingan Ibnu Sina.
2. Tetapi Ibnu Sina tidak mau menjadikan ilmunya alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia
mau mengajar dan menolong orang-orang sakit ikhlas karena Alloh dan terdorong rasa
kemanusiaannya. Ia merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat pahala di
sisi Alloh diakherat kelak. Ibnu Sina menghabiskan waktunya untuk mengadakan
penelitian-penelitian, menulis dan membaca buku-buku yang bermanfaat bagi kemajuan
berbagai ilmu.
Konon suatu hari Amir Nuh bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu
Sina, ia diminta datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, iapun sembuh. Bukan main
gembira hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata
memiliki perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan
perpustakaan itu untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari
perpustakaan Sang Amir Nuh bin Nashr ini Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu
pengetahuan untuk bahan-bahan penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun Ibnu Sina sudah
menguasai berbagai bidang ilmu.
Ketika berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Terpaksa ia mengambil alih
tugas-tugas ayahnya. Namun itu tidak berlangsung lama. Ibnu Sina harus meninggalkan
Bukhara karena telah terjadi goncangan pemerintahan. Mula-mula ia pindah ke Gurganj
selama 10 tahun. Kemudian pindah ke Nasa’, kemudian pindah lagi ke Baward, Thus lalu
ke Samalqan, Sajarm, Surjan, dan terus berpindah-pindah guna mengamalkan dan
mempelajari ilmu baru.
Selain sebagai dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati
orang yang sakit jiwanya. Suatu hari ada seorang lelaki yang terkena melancholia, sebuah
penyakit jiwa yang timbul akibat penyakit empedu yang cukup menyedihkan. Lelaki ini
merasa dirinya adalah seekor sapi. Ia tidak mau makan dan minum bersama manusia
bahkan tidurnya pun di kandang sapi sehingga badannya kurus kering dan kotor.
Keluarganya sudah membawanya kemana-mana untuk diobati namun belum juga
berhasil. Akhirnya keluarganya mendengar keahlian Ibnu Sina. Kemudian keluarganya
membawa laki-laki sakit jiwa tadi ke Ibnu Sina.
Setelah mengamati keadaan lelaki malang itu, Ibnu Sina bertanya :
“Ada apa denganmu?”
3. “Aku tidak apa-apa.” Jawab lelaki itu. “Aku hanya merasa telah menjadi seekor sapi. Aku
melenguh, makan dan minum serta bertingkah layaknya sapi.”
“Kalau begitu kamu memang seekor sapi. Aku akan menyembelihmu, “ kata Ibnu Sina.
“Silahkan saja ,” katanya.
Ibnu Sina lalu menyuruh beberapa orang mengikat tubuhnya dan menyiapkan golok yang
tajam. Sambil memegang golok, Ibnu Sina mendekat dan membungkuk. Tapi ketika
golok sudah menempel di leher orang tersebut, tiba-tiba Ibnu Sina berhenti.
“ Wah sayang sekali sapinya masih kurus. Ia belum pantas disembelih, “ Kata Ibnu Sina.
“Tidak, aku sudah pantas disembelih, sembelih saja aku,” kata laki-laki tadi.
“Jangan, aku tidak mau menyembelih sapi yang masih kurus, rugi tak ada dagingnya. “
Kata Ibnu Sina.
“Jadi apa yang harus aku lakukan supaya bisa gemuk dan pantas disembelih?” tanya
lelaki itu.
“Kamu harus makan dan minum layaknya manusia.” Jawab Ibnu Sina.
“Tetapi janji, setelah aku gemuk kamu akan menyembelihku,” kata lelaki itu.
“Baiklah aku janji.” Kata Ibnu Sina.
Setelah itu, lelaki tersebut mau makan dan minum layaknya manusia. Kesehatannyapun
berangsur-angsur pulih karena mendapat asupan makanan. Badannya sudah gemuk
kembali dan tentu saja akalnya berfungsi normal lagi. Sehingga ia benar-benar sudah
sembuh.
Beberapa hari berikutnya Ibnu Sina mengunjungi lelaki tersebut. Melihatnya dalam
keadaan sehat dan gemuk, Ibnu Sina berkata “Wah rupanya sapinya sudah gemuk.”
Lelaki itupun kemudian menjawab, “Iya bahkan sudah pintar.” Jawabnya dengan tertawa.
Keluarga lelaki itupun sangat senang dan sangat berterimakasih pada Ibnu Sina yang
telah berhasil menyembuhkannya dari penyakit jiwanya.
Itulah Ibnu Sina. Beliau bukan hanya pandai tapi juga cerdik.
Karya Tulis Ibnu Sina
Sesungguhnya Ibnu Sina adalah salah seorang tokoh besar Islam. Ia adalah filosof dari
timur. Hal itu bukan saja diakui orang-orang Arab melainkan juga ilmuwan barat.
Menurut mereka Ibnu Sina adalah orang yang jenius, cerdik, dan pintar. Selain terkenal
4. sebagai ahli kedokteran, ia juga seorang ahli filsafat, astronom dan ahli ilmu jiwa
(psikolog handal). Ibnu Sina telah meninggalkan karya-karya agung yang dapat
membantu meningkatkan keluhuran harkat umat manusia. Tidak berlebihan jika para
penulis Prancis memberinya gelar “Aristoteles Islam” atau juga “Hipocrates Islam”.
Ibnu Sina dikenal aktif dalam urusan-urusan pemerintahan, pendidikan, penulisan,
kedokteran atau kesehatan dan lain-lain. Washtankald, seorang Ilmuwan Jerman sempat
menghitung karya tulis Ibnu Sina tidak kurang dari 150 judul yang membahas berbagai
macam ilmu, seperti kedokteran, filsafat, agama, astronomi, bahasa, kebudayaan, sastra,
musik, arsitektur, logika, dan ketuhanan. Ibnu Sina telah menyumbangkan kekayaan
ilmunya pada umat manusia. Padahal ia hidup pada zaman yang sering terjadi kekacauan.
Karya-karya tulis Ibnu Sina menjadi sangat khas dan istimewa berkat isinya yang
berbobot, pembahasannya yang cukup mendalam, keterangannya yang jelas dan
kepintarannya dalam mengolah informasi menjadi tulisan yang mudah dipahami.
Diantara tulisan Ibnu Sina yang cukup terkenal adalah al-Qanun (Kedokteran), al-Syifa,
al-Isyarat (filsafat), dan as-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan salah satu
literatur utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu
Sina juga menemukan obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan
umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan
penyuntikan dibawah kulit pasien, dan menggunakan cara pembiusan untuk mengobati
luka.
Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-
negara Eropa saat itu yang masih menganut takhayul dan sihir dalam mengobati berbagai
penyakit. Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan, konon apabila ada
orang sakit, ia disalib pada sebatang pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya
dengan kejam sampai setan atau roh halus lainnya keluar dari tubuh orang tersebut.
Menurut mereka, setan dan roh halus itulah penyakitnya.
Begitulah perbedaan peradaban Eropa dan Muslim saat itu. Ini adalah fakta, penulis
bukan melebih-lebihkan namun itulah faktanya. Saat Eropa berada di zaman kegelapan,
Islam justru berada di zaman kegemilangan.
5. Berikut ini adalah daftar buku-buku yang dihasilkan oleh Ibnu Sina :
1. Al-Qanun (Aturan) 10 jilid
2. Al-Syifa’ (Penyembuhan atau Pengobatan) 8 jilid
3. Al-Isyarat (Petunjuk) 1 jilid
4. AL-Majmu’ (Himpunan) 1 jilid
5. Al-Biir wa a-l Itsm (Perbuatan baik dan dosa) 2 jilid
6. Al-Arshad al-Kulliyyat (Petunjuk Lengkap) 1 jilid
7. Al-Hashil wa Al-Mahshul (pokok-pokok) 2 jilid
8. An-Najad (pembebasan) 3 jilid
9. Al-Inshaf (keputusan) 20 jilid
10. Al-Hidayat (petunjuk) 1 jilid
Hari-Hari Terakhir Ibnu Sina
Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Alloh,
menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas,
menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an,
saking tekunnya beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali.
Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari
jum’at di bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota
tersebut dan hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia.
6. Berikut ini adalah daftar buku-buku yang dihasilkan oleh Ibnu Sina :
1. Al-Qanun (Aturan) 10 jilid
2. Al-Syifa’ (Penyembuhan atau Pengobatan) 8 jilid
3. Al-Isyarat (Petunjuk) 1 jilid
4. AL-Majmu’ (Himpunan) 1 jilid
5. Al-Biir wa a-l Itsm (Perbuatan baik dan dosa) 2 jilid
6. Al-Arshad al-Kulliyyat (Petunjuk Lengkap) 1 jilid
7. Al-Hashil wa Al-Mahshul (pokok-pokok) 2 jilid
8. An-Najad (pembebasan) 3 jilid
9. Al-Inshaf (keputusan) 20 jilid
10. Al-Hidayat (petunjuk) 1 jilid
Hari-Hari Terakhir Ibnu Sina
Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Alloh,
menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas,
menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an,
saking tekunnya beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali.
Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari
jum’at di bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota
tersebut dan hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia.