SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MAKALAH
PEMAHAMAN MENDASAR HAK ASASI MANUSIA
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
Clara Ivana Kumalawati 14416241028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
2 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Hak Asasi Manusia”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh dosen Bapak Dr. Suharno.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta, Mei 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat
dan tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia mengenal
konsep hak dan kewajiban. Dalam hal ini, hak sering pula dikenal lebih akrab
dengan sebutan Hak Asasi Manusia (HAM). HAM adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan
karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif,
melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. (Donnely,
2003:7-21)
Dalam konsep ini, meskipun setiap orang terlahir dengan warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap
mempunyai hak-hak tersebut. Inilah sifat universal dari hak-hak tersebut. Selain
bersifat universal, HAM juga tidak dapat dicabut (inalienable). Artinya, seburuk
apapun perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia karena ia
tetap memiliki hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada
dirinya sebagai makhluk insani atau makhluk hidup. (Smith, 2009:12)
Savornin Lohman (melalui Lubis, 1982:48) berpikir bahwa begitu
pentingnya peran HAM dalam kehidupan hingga akhirnya HAM juga
digolongkan sebagai salah satu dari ketiga unsur dalam konstitusi negara.
Konstitusi dianggap sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, yang
mana perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia sekaligus menjadi
penentuan batas-batas hak dan kewajiban manusia sebagai bagian dari negara.
Terlebih, pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan
kebebasan lain dibuka, itu artinya HAM semakin diakui oleh dunia. Namun
sangat disayangkan, dalam perkembangannya, kebebasan (yang berlebihan) ini
telah menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh
pemerintah sebelumnya. Masyarakat tidak lagi kritis dalam melihat apa yang
perlu diganti dan apa yang perlu dipertahankan. Ada euphoria untuk mengganti
semuanya. Perjuangan menuntut hak asasi menguat. Perjuangan tersebut muncul
dalam berbagai bidang dengan berbagai permasalahan seperti: kedaerahan, agama
3
4 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
dan partai politik. Mereka masing-masing ingin menunjukkan identitasnya,
sehingga tampak kesan ada ‘perang identitas’. Munculnya istilah putra daerah,
organisasi keagamaan baru, lahirnya partai-partai politik yang begitu banyak,
kalau tidak hati-hati dapat memunculkan ‘konflik identitas’. Sebagai suatu
bangsa, perbedaan-perbedaan tersebut harus dilihat sebagai realitas yang wajar.
Perlu dibangun jembatan-jembatan yang menghubungkan keragaman itu sebagai
upaya membangun konsep kesatuan dalam keragaman. Kelahiran Pancasila
hendaknya diniatkan sebagai alat pemersatu, sedangkan keragaman yang ada di
dalamnya adalah mozaik yang mempercantik gambaran tentang Indonesia secara
keseluruhan. Idealnya dalam suatu bangsa, semua identitas dari kelompok yang
berbeda-beda itu dilampaui, yang terpenting adalah identitas nasional. (Bagir,
2011:18)
Oleh karena itu, perlunya pemahaman mendasar mengenai apa itu HAM
membuat penulis tertarik untuk menyusun makalah ini. Banyaknya sumber
pengetahuan akan HAM dapat membuka wawasan sehingga bisa
mengaplikasikan HAM yang melekat dalam diri sebagai manusia dengan
sebagaimana mestinya, dengan tetap dibatasi oleh hak orang lain agar tidak
menimbulkan konflik antar anggota masyarakat.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dasar HAM?
b. Apa saja prinsip pokok HAM?
c. Bagaimana pemikiran dan perkembangan HAM di Indonesia?
d. Bagaimana gagasan mengenai HAM dalam UUD 1945?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar HAM
b. Untuk mengetahui prinsip pokok HAM
c. Untuk mengetahui pemikiran dan perkembangan HAM di
Indonesia
d. Untuk mengetahui gagasan mengenai HAM dalam UUD 1945
4
BAB II
PEMBAHASAN
1 Konsep Dasar Hak Asasi Manusia
Dalam pengertian yang sederhana, hak asasi manusia (human rights)
merupakan hak yang secara alamiah melekat pada orang semata-mata karena ia
merupakan manusia (human being). HAM meliputi nilai-nilai ideal yang
mendasar, yang tanpa nilai-nilai dasar itu orang tidak dapat hidup sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai manusia. Penghormatan terhadap nilai-nilai dasar
itu memungkinkan individu dan masyarakat bisa berkembang secara penuh dan
utuh. HAM tidak diberikan oleh negara atau tidak pula lahir karena hukum. HAM
berbeda dengan hak biasa yang lahir karena hukum atau karena perjanjian. (Arif,
2012:70). Dikatakan HAM menurut Ahmad Sanusi (melalui Budimansyah
2006:201) ialah karena hak-hak itu bersumber pada sifat hekekat manusia sendiri
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. HAM itu bukan karena diberikan
oleh negara atau pemerintah. Karena itu, hak-hak itu tidak boleh dirampas atau
diasingkan oleh negara dan oleh siapa pun. Argumen lain dalam pembahasannya
tentang pengertian HAM, Jan Materson anggota Komisi Hak Asasi Manusia PBB
(melalui Chamim, 2000:371), merumuskan HAM dalam ungkapan berikut:
“Human rights could be generally defines as those right which area inherent
in our natural and without we can’t live as human being”. (HAM adalah hak-
hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu
manusia tidak dapat hidup sebagai manusia)
Dalam konteks Indonesia, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia merumuskan pengertian HAM sebagai berikut:
“Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang
sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan
5
6 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau
diganggu oleh siapa pun.”
Sedangkan berdasarkan rumusan Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, HAM diartikan sebagai berikut:
“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakaan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.”
Dari pengertian di atas, dapat dicermati dua makna yang terkandung dalam
pengertian HAM, yaitu: Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat
dalam diri setiap manusia sejak ia dilahirkan ke dunia. Hak alamiah adalah hak
yang sesuai dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka yang berakal budi dan
berperikemanusiaan. Hal ini tidak berarti bahwa HAM bersifat mutlak tanpa
pembatasan, karena batas HAM seseorang adalah HAM yang melekat pada orang
lain. Kedua, HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat
manusia sesuai dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur. Tanpa HAM manusia
tidak akan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Dengan demikian, maka HAM bukan sekedar hak-hak dasar yang dimiliki oleh
setiap manusia sejak dilahirkannya ke dunia, tetapi juga merupakan standar
normatif yang bersifat universal bagi perlindungan hak-hak dasar itu dalam
lingkup pergaulan nasional, regional dan global. Esensi itu dapat dilihat dalam
Mukaddimah Universal Declaration of Human Rights yang menyebutkan bahwa
pengakuan atas martabat yang luhur dan hak-hak yang sama tidak dapat dicabut
dari semua anggota keluarga manusia, karena merupakan dasar kemerdekaan,
keadilan, dan perdamaian dunia. (Arif, 2012:70).
2. Prinsip-Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia
Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan,
pemajuan dan perlindungan HAM. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
6
a. Prinsip universal, bahwa HAM itu berlaku bagi semua orang, apa pun
jenis kelaminnya, statusnya, agamanya, suku bangsa atau kebangsaannya.
b. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), siapa pun, dengan alas apa
pun, tidak dapat dan tidak boleh mencerabut atau mengambil hak asasi
seseorang. Seseorang tetap mempunyai hak asasinya kendati hukum di
negaranya tidak mengakui dan menghormati hak asasi orang itu, atau
bahkan melanggar hak asasi tersebut.
c. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), bahwa hak-hak sipil dan
politik, maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak
pembangungan, tidak dapat dipisah-pisahkan, dalam penerapan,
pemenuhan, pemantauan maupun penegakannya.
d. Prinsip saling tergantung (inter-dependent), bahwa di samping tidak dapat
dipisahkan, hak-hak asasi itu saling tergantung satu sama lainnya,
sehingga pemenuhan hak asasi yang satu akan mempengaruhi pemenuhan
hak asasi lainnya.
e. Prinsip keseimbangan, bahwa (perlu) ada keseimbangan dan keselarasan
di antara HAM perorangan dan kolektif di satu pihak dengan tanggung
jawab perorangan terhadap individu yang lain, masyarakat dan bangsa di
pihak lainnya. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara
kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam
penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan HAM.
f. Prinsip partikularisme, bahwa kekhususan nasional dan regional serta
berbagai latar belakang sejarah, budaya dan agama adalah sesuatu yang
penting dan harus terus menjadi pertimbangan. Namun, hal ini tidak serta
merta menjadi alasan untuk tidak memajukan dan melindungi HAM,
karena hal itu adalah tugas semua negara, apa pun sistem politik, ekonomi
dan budayanya, untuk memajukan dan melindungi semua HAM. (Arif,
2012:76-77)
7
8 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
3. Pemikiran dan Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut
yang secara jelas dapat terlihat melalui tabel periodisasi sejarah Indonesia, mulai
tahun 1908 hingga sekarang. Pada dasarnya, konsep HAM bukanlah semata-mata
sebagai konsep tentang hak-hak asasi individual, melainkan juga kewajiban-
kewajiban asasi yang menyertainya. Periode perkembangan HAM di Indonesia
dipaparkan sebagai berikut:
i. Periode 1908-1945
ii. Periode 1945-1950
iii. Periode 1950-1959
iv. Periode 1959-1966
v. Periode 1966-1998
vi. Periode 1998-sekarang (Manan, 2001)
i. Periode 1908-1945
Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh bangsa Indonesia terutama sejak
tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni tahun mulai timbulnya kesadaran akan
pentingnya pembentukan suatu negara bangsa (nation state) melalui berbagai
tulisan dalam suatu Majalah Goeroe Desa. Konsep HAM yang mengemuka
adalah konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan, dalam arti hak sebagai
bangsa merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights of self
determination). Namun HAM bidang sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi
dalam segala bentuknya dan hak untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat mulai
juga diperbincangkan. Bahkan konsep mengenai hak untuk turut serta dalam
pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi Utomo.
8
Perkembangan HAM di Indonesia selanjutnya tumbuh seiring dengan
kemunculan berbagai organisasi pergerakan yang intinya sebagaimana
diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia yaitu hak menentukan nasib sendiri.
Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran tentang demokrasi asli Bangsa
Indonesia yang antara lain dikemukakan Hatta, makin memperkuat anggapan
bahwa HAM telah dikenal dan bukanlah hal baru bagi Bangsa Indonesia.
Perkembangan pemikiran HAM mengalami masa-masa penting manakala terjadi
perdebatan tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI. Hak asasi barulah
mendapatkan tempat yang penting utamanya pada masa Konstitusi RIS 1949 dan
UUDS 1950, karena kedua UUD atau konstitusi itu memuat HAM secara
terperinci. Hal itu disebabkan Konstitusi RIS 1949 dibuat setelah lahirnya
Declaration of Human Right 1948, sedangkan UUDS 1950 adalah perubahan
dari Konstitusi RIS 1949 melalui UU Federal No. 7 tahun 1950.
ii. Periode 1950- 1959
Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27 Desember 1949
sampai 17 Agustus 1950, namun baik sistem kepartaian multi partai maupun
sistem pemerintahan parlementer yang dicanangkan pada kurun waktu pertama
berlakunya UUD 1945, masih berlanjut. Kedua sistem yang
menumbuhkembangkan sistem politik demokrasi liberal/parlementer tersebut
semakin berlanjut setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan
berlakunya UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959. Bahkan pada
periode ini suasana kebebasan yang menjadi semanggat demokrasi liberal sangat
ditenggang, sehingga dapat dikatakan bahwa baik pemikiran maupun aktualisasi
HAM pada periode ini mengalami “pasang” dan menikmati “bulan madu”
karena:
a. semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing;
b. kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul
menikmati kebebasannya;
9
10 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
c. Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung
dalam suasana kebebasan, fair dan demokratis;
d. Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai
wakilwakil rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan;
e. Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang
kondusif. (Manan, 2001)
Satu hal yang penting adalah bahwa semua partai, dengan pandangan
ideologis yang berbeda-beda, sepakat bahwa HAM harus dimasukan ke dalam
bab khusus yang mempunyai kedudukan sentral dalam batang tubuh UUD 1945.
iii. Periode 1959-1966
Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi Presiden Soekarno mengenai
demokrasi terpimpin dilihat dari sistem politik yang berlaku yang berada di
bawah kendali Presiden. Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama hak sipil
dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak memberikan keleluasaan
ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pikiran dengan tulisan. Di bawah naungan demokrasi terpimpin, pemikiran
tentang HAM dihadapkan pada restriksi atau pembatasan yang ketat oleh
kekuasaan, sehingga mengalami kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang
berbanding terbalik dengan situasi pada masa Demokrasi Parlementer.
iv. Periode 1966-1998
Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan
situasi chaos mengantarkan Indonesia kembali mengalami masa kelam kehidupan
berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang dijadikan
landasan hukum bagi Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat
Indonesia dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM tidak
dilindungi. Hal ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan terhadap
HAM. Umumnya era ini ditandai oleh pemikiran HAM adalah produk barat. Pada
saat yang sama Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan
10
mengunakan slogan “pembangunan” sehingga segala upaya pemajuan dan
perlindungan HAM dianggap sebagai penghambat pembangunan. Hal ini
tercermin dari berbagai produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang
pada umumnya bersifat restriktif terhadap HAM. Pada pihak lain, masyarakat
umumnya diwakili LSM dan kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM
adalah universal. Keadaan minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini
mencapai titik nadir pada tahun 1998 yang ditandai oleh turunnya Soeharto
sebagai Presiden. Periode 1966-1998 ini secara garis besar memiliki karakteristik
tahapan sebagai berikut:
- Tahap represi dan pembentukan jaringan (repression and activation of
network)
Pada tahap ini Pemerintah melakukan represi terhadap segala bentuk
perlawanan yang menyebabkan kelompok tertindas dalam masyarakat
menyampaikan informasi ke masyarakat internasional. Konflik berdarah yang
dimulai di Jakarta, ditandai dengan terbunuhnya pada Jenderal, disusul dengan
munculnya konflik langsung yang melibatkan tentara, penduduk sipil serta orang-
orang yang dianggap simpatisan PKI. Pembunuhan, baik dalam bentuk operasi
militer maupun konflik sipil terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, dengan
jumlah korban yang berbeda di tiap Provinsi. AD secara ressi menyimpulkan
bahwa jumlah korban di seluruh Indonesia 78.000 orang. (Sulistyo, 2000:43) Di
tengah-tengah keprihatinan akan runtuhnya supremasi hukum atas banyaknya
pelanggaran HAM yang terjadi di periode ini, hasil pembentukan jaringan
menampakan hasilnya dengan dibebaskannya hampir seluruh tahanan politik PKI
pada tahun 1970-1979. Namun, tindakan represif Orde Baru tetap berlangsung
terutama terhadap gerakan mahasiswa dan aktivis yang kritis terhadap
pemerintah.
- Tahap Penyangkalan
Tahap ini ditandai dengan suatu keadaan dimana pemerintah otoriter
dikritik oleh masyarakat Internasional atas pelanggaran-pelanggaran HAM
11
12 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
yang terjadi, jawaban yang umumnya diberikan oleh pemerintah adalah bahwa
HAM merupakan urusan domestik sehingga kritikan dianggap sebagai campur
tangan terhadap kedaulatan negara. Tampaknya pada masa penyangkalan ini
Pemerintahan Soeharto yang mendasarkan HAM pada konsepsi negara
integralistik yang dikemukakan Supomo, yang tampaknya lebih
mengedepankan kewajiban dibanding hak. Hal ini sebetulnya rancu, karena
paham integralistik telah ditolak pada pembahasan naskah UUD, dan Supomo
sendiri akhirnya menerima usul Hatta dan Muhammad Yamin untuk
memasukan hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran ke dalam
UUD. Kritik internasional yang berlanjut atas berbagai pelanggaran HAM
TimorTimur, kasus Tanjung Priok, kasus DOM Aceh, kasus Kedung Ombo,
peristiwa Santa Cruz coba diatasi dengan membentuk Komnas HAM pada
tahun 1993.
- Tahap Konsesi Taktis
Pada tahap ini Pemerintah Orde Baru terdesak dan diterpa krisis moneter
pada tahun 1997. Indonesia mulai menerima HAM internasional karena
membutuhkan dana untuk membangun. Pada bagian lain kekuasaan Orde Baru
mulai melemah, puncaknya terjadi pada bulan Mei 1998 yang diwarnai dengan
peristiwa berdarah 14 Mei 1998. Demonstrasi mahasiswa yang terjadi secara
besar-besaran telah menurunkan Soeharto sebagai Presiden.
- Tahap Penentuan
Banyaknya norma HAM internasional yang diadopsi dalam peraturan
perundang-undangan nasional melalui ratifikasi dan institusionalisasi.
Beberapa kemajuan dapat dilihat dari berbagai peraturan perundang-undangan
HAM yaitu diintegrasikannya HAM dalam perubahan UUD 1945 serta
dibentuknya peraturan perundangan HAM.
12
4. Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
a. Sebelum Amandemen
UUD 1945 sebelum diubah dengan Perubahan Kedua pada tahun 2000, hanya
memuat sedikit ketentuan yang dapat dikaitkan dengan pengertian HAM. Pasal-
pasal yang biasa dikategorikan dalam pengertian HAM itu adalah:
PASAL URAIAN HAK
Pasal 27 Ayat (1) menjunjung hukum dan pemerintahan
Pasal 27 Ayat (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pasal 28 berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya
Pasal 29 Ayat (2) memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya
Pasal 30 Ayat (1) ikut serta dalam usaha pembelaan negara
Pasal 31 Ayat (1) mendapat pengajaran
Pasal 34 fakir miskin dan anak-anak yang terlantar diperlihara oleh negara
(Arif, 2012:79-80)
b. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Setelah Amandemen
Setelah dilakukannya Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000,
ketentuan mengenai HAM dan hak-hak warga negara dalam UUD 1945 telah
mengalami perubahan yang sangat mendasar. Materi yang semula hanya berisi
tujuh butir ketentuan yang juga tidak seluruhnya dapat disebut sebagai jaminan
konstitusional HAM, sekarang telah bertambah secara signifikan. Ketentuan baru
yang diadopsikan ke dalam UUD 1945 setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000
termuat dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, ditambah beberapa ketentuan
lainnya yang tersebar di beberapa pasal. Karena itu, menurut Asshiddiqie (2008)
perumusan tentang HAM dalam konstitusi Republik Indonesia dapat dikatakan
sangat lengkap dan menjadikan UUD 1945 sebagai salah satu undang-undang
dasar yang paling lengkap memuat ketentuan yang memberikan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia.
Pasal-pasal tentang HAM, terutama yang termuat dalam Pasal 28A sampai
dengan Pasal 28J, pada pokoknya berasal dari rumusan TAP MPR Nomor
13
14 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang kemudian isinya menjadi
materi UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu,
untuk memahami konsepsi tentang hak-hak asasi manusia itu secara lengkap dan
historis, ketiga instrumen hukum UUD 1945, TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998
dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tersebut dapat dilihat
dalam satu kontinum. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
ketentuanketentuan tentang hak-hak asasi manusia yang telah diadopsikan ke
dalam sistem hukum dan konstitusi Indonesia itu berasal dari berbagai konvensi
internasional dan deklarasi universal tentang HAM serta berbagai instrumen
hukum internasional lainnya.
Setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000, keseluruhan materi ketentuan
hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945, yang apabila digabung dengan berbagai
ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang berkenaan dengan HAM,
dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yang berisi 37 butir ketentuan
(Asshiddiqie, 2008). Di antara keempat kelompok HAM tersebut, terdapat HAM
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun atau non-derogable rights,
yaitu:
1. Hak untuk hidup;
2. Hak untuk tidak disiksa;
3. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani;
4. Hak beragama;
5. Hak untuk tidak diperbudak;
6. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; dan
7. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Sedangkan keempat kelompok hak asasi manusia terdiri atas; kelompok
pertama adalah kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang
meliputi:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
kehidupannya;
14
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan
martabat kemanusiaan;
3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan;
4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya;
5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati
nurani;
6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan
pemerintahan;
8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut;
9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah;
10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan;
11. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya,
meninggalkan, dan kembali ke negaranya;
12. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik;
13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
meliputi:
1. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan
pendapatnya secara damai dengan lisan dan tulisan;
2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka
lembaga perwakilan rakyat;
3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan
publik;
4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah
dan layak bagi kemanusiaan;
5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat
perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
6. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi;
15
16 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk
hidup layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia
yang bermartabat;
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan
pengajaran;
10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan umat manusia;
11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak
masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat
peradaban bangsa-bangsa;
12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
13. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya
itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang meliputi:
1. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk
kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan
terpencil, berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan yang sama;
2. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapai kesetaraan gender
dalam kehidupan nasional;
3. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan uang dikarenakan oleh
fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;
4. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan
orangtua, keluarga, masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan
mental serta perkembangan pribadinya;
5. Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan
turut menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
6. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
7. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang
dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok
tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif dengan
kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus
tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi.
16
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan
kewajiban asasi manusia yang meliputi:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai
dengan nilai-nilai agama, moralitas, dan kesusilaan, keamanan, dan
ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis;
3. Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak-hak asasi manusia;
4. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak
yang pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-
undang.
Hak-hak tersebut di atas ada yang termasuk kategori HAM yang berlaku bagi
semua orang yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik Indonesia,
dan ada pula yang merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi warga
negara Republik Indonesia. Hak-hak dan kebebasan tersebut ada yang tercantum
dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum hanya dalam undangundang tetapi
memiliki kualitas yang sama pentingnya secara konstitusional sehingga dapat
disebut memiliki “constitutional importance” yang sama dengan yang disebut
eksplisit dalam UUD 1945. Sesuai dengan prinsip “kontrak sosial” (social
contract), maka setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendiri
bertimbal-balik dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Demikian pula
dengan kewenangan-kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh negara
melalui organ-organnya juga bertimbal-balik dengan kewajiban-kewajiban
konstitusional yang wajib ditaati dan dipenuhi oleh setiap warga negara. (Arif,
2012:82-85)
5. Kelembagaan HAM di Indonesia
Dalam upaya perlindungan HAM, Indonesia memiliki lembaga-lembaga
resmi yang dibentuk pemerintah, di antaranya yakni:
17
18 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
a. Komnas HAM
Komisi Nasional (Komnas) HAM dibentuk berdasarkan Keppres Nomor
50 Tahun 1993 sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat maupun tekanan
dunia internasional mengenai perlunya penegakan hak asasi manusia di
Indonesia. Komnas HAM bertujuan untuk:
- Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia
- Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan dibentuk
berdasarkan Keppres Nomor 181 Tahun 1998 sebagai upaya mencegah dan
menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan bertujuan untuk:
- Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap
perempuan
- Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk
kekerasan terhadap perempuan
- Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan
c. LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga yang dibentuk pemerintah, ada juga lembaga sejenis
yang dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) atau Non-Govermental Organization (NGO) yang programnya
berfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM. Yang termasuk dalam
LSM ini antara lain ialah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBH), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KONTRAS). (Sunarso, 2013:112-113)
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak yang secara alamiah melekat pada
orang semata-mata karena ia merupakan manusia (human being). HAM juga
merupakan standar normatif yang bersifat universal bagi perlindungan hak-
hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional dan global. Ada
beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan,
pemajuan dan perlindungan HAM yaitu prinsip universal, tidak dapat
dilepaskan (inalienable), tidak dapat dipisahkan (indivisible), saling
tergantung (inter-dependent), keseimbangan, dan partikularisme.
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut
yang secara jelas dapat terlihat melalui periodisasi sejarah Indonesia mulai
dari periode 1908-1945, periode 1945-1950, periode 1950-1959, periode
1959-1966, periode 1966-1998, hingga periode 1998 sampai sekarang.
HAM juga digagas dalam UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia. Namun, UUD 1945 sebelum diubah dengan Perubahan Kedua
pada tahun 2000, hanya memuat sedikit ketentuan yang dapat dikaitkan
dengan pengertian HAM. Setelah dilakukannya Perubahan Kedua UUD
1945 pada tahun 2000, ketentuan mengenai HAM dan hak-hak warga negara
dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.
Keseluruhan materi ketentuan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945,
yang apabila digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam
undang-undang yang berkenaan dengan HAM, dapat dikelompokkan dalam
empat kelompok berisi 37 butir ketentuan. Selain tercantum dalam
konstitusi, sebagai upaya lain untuk perlindungan HAM, Indonesia memiliki
lembaga-lembaga resmi yang dibentuk pemerintah seperti Komnas HAM
19
20 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum
dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, serta lembaga
sejenis yang dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau Non-Govermental Organization (NGO) yang
programnya berfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM.
Daftar Pustaka
Arif, Dikdik Baehaqi. 2012. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Makalah
disampaikan pada Lecture Peringatan 10 Tahun KontraS. Jakarta, 26
Maret 2008
Bagir, Zainal Abidin. 2011. Pluralisme Kewargaan, Arah Baru Politik
Keragaman di Indonesia. Bandung: Mizan dan CRCS
Budimansyah, D dan Syaifullah. 2006. Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi
Pendidikan Kewarganegaraan. (Menyambut 70 tahun Prof. Drs. H.A.
Kosasih Djahiri). Bandung: Laboratorium PKN FPIPS UPI
Chamim, Ahamad Ibn. 2003. Pendidikan Kewargaengaraan Menuju Kehidupan
yang Demokratis dan Berkeadaban. Yogyakarta: Majelis Pendidikan
Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat
Muhammadiyah
Donnely, Jack. 2003. Universal Human Rights in Theory and Practice. Ithaca and
London: Cornell University Press
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni
Manan, Bagir. 2001. Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Bandung: Alumni
Smith, Rhona. 2009. Hukum HAM. Yogyakarta: Pusham Universitas Islam
Indonesia
Sunarso, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press
Sulistyo, Hermawan. 2000. Pembantaian Massal yang Terlupakan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
20

More Related Content

What's hot

Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKN
Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKNBab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKN
Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKNIchsan Maulana
 
Hak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasilaHak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasilaAhmad Royhan Nst
 
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaMakalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaSelvi Ramadhenisa
 
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILA
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILAHAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILA
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILAFanol Girindra
 
Tugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannahTugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannahannisanj22
 
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)fikri asyura
 
Tugas pp kn hak asasi manusia
Tugas pp kn hak asasi manusiaTugas pp kn hak asasi manusia
Tugas pp kn hak asasi manusiaNadia Santosa
 
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia EkaMaisaraAmalia
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaPT Lion Air
 
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasilaMateri subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasilaedo soehendro
 
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektifHarmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektifSrimaryatiEko
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaWATI SRIWAHYUNINGSIH
 

What's hot (19)

Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKN
Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKNBab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKN
Bab isi Makalah "Hak Asasi Manusia" Mata Kuliah PKN
 
Makalah TENTANG HAM
Makalah TENTANG HAMMakalah TENTANG HAM
Makalah TENTANG HAM
 
Hak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasilaHak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasila
 
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaMakalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
 
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILA
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILAHAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILA
HAM DALAM NILAI IDEAL SILA-SILA PANCASILA
 
Makalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusiaMakalah hak asasi manusia
Makalah hak asasi manusia
 
Tugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannahTugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannah
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)
Hak asasi manusia dalam pancasila dan uud 1945 (modul pancasila)
 
Tugas pp kn hak asasi manusia
Tugas pp kn hak asasi manusiaTugas pp kn hak asasi manusia
Tugas pp kn hak asasi manusia
 
PKMakaah ham
PKMakaah hamPKMakaah ham
PKMakaah ham
 
Ham makalah
Ham makalahHam makalah
Ham makalah
 
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
Makalah ppkn Hak Asasi Manusia
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
 
181116213 makalah-ham-keadilan
181116213 makalah-ham-keadilan181116213 makalah-ham-keadilan
181116213 makalah-ham-keadilan
 
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasilaMateri subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila
Materi subtansi hak dan kewajiban asasi manusia dalam pancasila
 
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektifHarmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif
Harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia dalam perspektif
 
Iv hak asasi manusia
Iv hak asasi manusiaIv hak asasi manusia
Iv hak asasi manusia
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 

Similar to Hak Asasi Manusia (20)

4.ham dian 127855 copy
4.ham dian 127855   copy4.ham dian 127855   copy
4.ham dian 127855 copy
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia
 
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docxMAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
 
Ham
HamHam
Ham
 
Mendeskripsikan HAM (PKn)
Mendeskripsikan HAM (PKn)Mendeskripsikan HAM (PKn)
Mendeskripsikan HAM (PKn)
 
Jaml
JamlJaml
Jaml
 
Makalah pcl
Makalah pclMakalah pcl
Makalah pcl
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah ham (2)
Makalah ham (2)Makalah ham (2)
Makalah ham (2)
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Makalah hak asasi manusia (3)
Makalah hak asasi manusia (3)Makalah hak asasi manusia (3)
Makalah hak asasi manusia (3)
 
Makalah hak asasi manusia (2)
Makalah hak asasi manusia (2)Makalah hak asasi manusia (2)
Makalah hak asasi manusia (2)
 
MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ISLAM_PROF SU...
MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ISLAM_PROF SU...MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ISLAM_PROF SU...
MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ISLAM_PROF SU...
 

Recently uploaded

Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 

Recently uploaded (6)

Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 

Hak Asasi Manusia

  • 1. MAKALAH PEMAHAMAN MENDASAR HAK ASASI MANUSIA Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Oleh : Clara Ivana Kumalawati 14416241028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 KATA PENGANTAR
  • 2. 2 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Hak Asasi Manusia”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh dosen Bapak Dr. Suharno. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Yogyakarta, Mei 2015 Penyusun BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2
  • 3. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia mengenal konsep hak dan kewajiban. Dalam hal ini, hak sering pula dikenal lebih akrab dengan sebutan Hak Asasi Manusia (HAM). HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. (Donnely, 2003:7-21) Dalam konsep ini, meskipun setiap orang terlahir dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut. Inilah sifat universal dari hak-hak tersebut. Selain bersifat universal, HAM juga tidak dapat dicabut (inalienable). Artinya, seburuk apapun perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia karena ia tetap memiliki hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani atau makhluk hidup. (Smith, 2009:12) Savornin Lohman (melalui Lubis, 1982:48) berpikir bahwa begitu pentingnya peran HAM dalam kehidupan hingga akhirnya HAM juga digolongkan sebagai salah satu dari ketiga unsur dalam konstitusi negara. Konstitusi dianggap sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, yang mana perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia sekaligus menjadi penentuan batas-batas hak dan kewajiban manusia sebagai bagian dari negara. Terlebih, pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan kebebasan lain dibuka, itu artinya HAM semakin diakui oleh dunia. Namun sangat disayangkan, dalam perkembangannya, kebebasan (yang berlebihan) ini telah menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh pemerintah sebelumnya. Masyarakat tidak lagi kritis dalam melihat apa yang perlu diganti dan apa yang perlu dipertahankan. Ada euphoria untuk mengganti semuanya. Perjuangan menuntut hak asasi menguat. Perjuangan tersebut muncul dalam berbagai bidang dengan berbagai permasalahan seperti: kedaerahan, agama 3
  • 4. 4 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum dan partai politik. Mereka masing-masing ingin menunjukkan identitasnya, sehingga tampak kesan ada ‘perang identitas’. Munculnya istilah putra daerah, organisasi keagamaan baru, lahirnya partai-partai politik yang begitu banyak, kalau tidak hati-hati dapat memunculkan ‘konflik identitas’. Sebagai suatu bangsa, perbedaan-perbedaan tersebut harus dilihat sebagai realitas yang wajar. Perlu dibangun jembatan-jembatan yang menghubungkan keragaman itu sebagai upaya membangun konsep kesatuan dalam keragaman. Kelahiran Pancasila hendaknya diniatkan sebagai alat pemersatu, sedangkan keragaman yang ada di dalamnya adalah mozaik yang mempercantik gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan. Idealnya dalam suatu bangsa, semua identitas dari kelompok yang berbeda-beda itu dilampaui, yang terpenting adalah identitas nasional. (Bagir, 2011:18) Oleh karena itu, perlunya pemahaman mendasar mengenai apa itu HAM membuat penulis tertarik untuk menyusun makalah ini. Banyaknya sumber pengetahuan akan HAM dapat membuka wawasan sehingga bisa mengaplikasikan HAM yang melekat dalam diri sebagai manusia dengan sebagaimana mestinya, dengan tetap dibatasi oleh hak orang lain agar tidak menimbulkan konflik antar anggota masyarakat. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana konsep dasar HAM? b. Apa saja prinsip pokok HAM? c. Bagaimana pemikiran dan perkembangan HAM di Indonesia? d. Bagaimana gagasan mengenai HAM dalam UUD 1945? 3. Tujuan a. Untuk mengetahui konsep dasar HAM b. Untuk mengetahui prinsip pokok HAM c. Untuk mengetahui pemikiran dan perkembangan HAM di Indonesia d. Untuk mengetahui gagasan mengenai HAM dalam UUD 1945 4
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 1 Konsep Dasar Hak Asasi Manusia Dalam pengertian yang sederhana, hak asasi manusia (human rights) merupakan hak yang secara alamiah melekat pada orang semata-mata karena ia merupakan manusia (human being). HAM meliputi nilai-nilai ideal yang mendasar, yang tanpa nilai-nilai dasar itu orang tidak dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Penghormatan terhadap nilai-nilai dasar itu memungkinkan individu dan masyarakat bisa berkembang secara penuh dan utuh. HAM tidak diberikan oleh negara atau tidak pula lahir karena hukum. HAM berbeda dengan hak biasa yang lahir karena hukum atau karena perjanjian. (Arif, 2012:70). Dikatakan HAM menurut Ahmad Sanusi (melalui Budimansyah 2006:201) ialah karena hak-hak itu bersumber pada sifat hekekat manusia sendiri yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. HAM itu bukan karena diberikan oleh negara atau pemerintah. Karena itu, hak-hak itu tidak boleh dirampas atau diasingkan oleh negara dan oleh siapa pun. Argumen lain dalam pembahasannya tentang pengertian HAM, Jan Materson anggota Komisi Hak Asasi Manusia PBB (melalui Chamim, 2000:371), merumuskan HAM dalam ungkapan berikut: “Human rights could be generally defines as those right which area inherent in our natural and without we can’t live as human being”. (HAM adalah hak- hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia) Dalam konteks Indonesia, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia merumuskan pengertian HAM sebagai berikut: “Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan 5
  • 6. 6 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh siapa pun.” Sedangkan berdasarkan rumusan Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM diartikan sebagai berikut: “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakaan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.” Dari pengertian di atas, dapat dicermati dua makna yang terkandung dalam pengertian HAM, yaitu: Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia dilahirkan ke dunia. Hak alamiah adalah hak yang sesuai dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka yang berakal budi dan berperikemanusiaan. Hal ini tidak berarti bahwa HAM bersifat mutlak tanpa pembatasan, karena batas HAM seseorang adalah HAM yang melekat pada orang lain. Kedua, HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur. Tanpa HAM manusia tidak akan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Dengan demikian, maka HAM bukan sekedar hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sejak dilahirkannya ke dunia, tetapi juga merupakan standar normatif yang bersifat universal bagi perlindungan hak-hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional dan global. Esensi itu dapat dilihat dalam Mukaddimah Universal Declaration of Human Rights yang menyebutkan bahwa pengakuan atas martabat yang luhur dan hak-hak yang sama tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia, karena merupakan dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia. (Arif, 2012:70). 2. Prinsip-Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan, pemajuan dan perlindungan HAM. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 6
  • 7. a. Prinsip universal, bahwa HAM itu berlaku bagi semua orang, apa pun jenis kelaminnya, statusnya, agamanya, suku bangsa atau kebangsaannya. b. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), siapa pun, dengan alas apa pun, tidak dapat dan tidak boleh mencerabut atau mengambil hak asasi seseorang. Seseorang tetap mempunyai hak asasinya kendati hukum di negaranya tidak mengakui dan menghormati hak asasi orang itu, atau bahkan melanggar hak asasi tersebut. c. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), bahwa hak-hak sipil dan politik, maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak pembangungan, tidak dapat dipisah-pisahkan, dalam penerapan, pemenuhan, pemantauan maupun penegakannya. d. Prinsip saling tergantung (inter-dependent), bahwa di samping tidak dapat dipisahkan, hak-hak asasi itu saling tergantung satu sama lainnya, sehingga pemenuhan hak asasi yang satu akan mempengaruhi pemenuhan hak asasi lainnya. e. Prinsip keseimbangan, bahwa (perlu) ada keseimbangan dan keselarasan di antara HAM perorangan dan kolektif di satu pihak dengan tanggung jawab perorangan terhadap individu yang lain, masyarakat dan bangsa di pihak lainnya. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan HAM. f. Prinsip partikularisme, bahwa kekhususan nasional dan regional serta berbagai latar belakang sejarah, budaya dan agama adalah sesuatu yang penting dan harus terus menjadi pertimbangan. Namun, hal ini tidak serta merta menjadi alasan untuk tidak memajukan dan melindungi HAM, karena hal itu adalah tugas semua negara, apa pun sistem politik, ekonomi dan budayanya, untuk memajukan dan melindungi semua HAM. (Arif, 2012:76-77) 7
  • 8. 8 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum 3. Pemikiran dan Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut yang secara jelas dapat terlihat melalui tabel periodisasi sejarah Indonesia, mulai tahun 1908 hingga sekarang. Pada dasarnya, konsep HAM bukanlah semata-mata sebagai konsep tentang hak-hak asasi individual, melainkan juga kewajiban- kewajiban asasi yang menyertainya. Periode perkembangan HAM di Indonesia dipaparkan sebagai berikut: i. Periode 1908-1945 ii. Periode 1945-1950 iii. Periode 1950-1959 iv. Periode 1959-1966 v. Periode 1966-1998 vi. Periode 1998-sekarang (Manan, 2001) i. Periode 1908-1945 Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh bangsa Indonesia terutama sejak tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni tahun mulai timbulnya kesadaran akan pentingnya pembentukan suatu negara bangsa (nation state) melalui berbagai tulisan dalam suatu Majalah Goeroe Desa. Konsep HAM yang mengemuka adalah konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan, dalam arti hak sebagai bangsa merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights of self determination). Namun HAM bidang sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi dalam segala bentuknya dan hak untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat mulai juga diperbincangkan. Bahkan konsep mengenai hak untuk turut serta dalam pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi Utomo. 8
  • 9. Perkembangan HAM di Indonesia selanjutnya tumbuh seiring dengan kemunculan berbagai organisasi pergerakan yang intinya sebagaimana diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia yaitu hak menentukan nasib sendiri. Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran tentang demokrasi asli Bangsa Indonesia yang antara lain dikemukakan Hatta, makin memperkuat anggapan bahwa HAM telah dikenal dan bukanlah hal baru bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan pemikiran HAM mengalami masa-masa penting manakala terjadi perdebatan tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI. Hak asasi barulah mendapatkan tempat yang penting utamanya pada masa Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, karena kedua UUD atau konstitusi itu memuat HAM secara terperinci. Hal itu disebabkan Konstitusi RIS 1949 dibuat setelah lahirnya Declaration of Human Right 1948, sedangkan UUDS 1950 adalah perubahan dari Konstitusi RIS 1949 melalui UU Federal No. 7 tahun 1950. ii. Periode 1950- 1959 Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, namun baik sistem kepartaian multi partai maupun sistem pemerintahan parlementer yang dicanangkan pada kurun waktu pertama berlakunya UUD 1945, masih berlanjut. Kedua sistem yang menumbuhkembangkan sistem politik demokrasi liberal/parlementer tersebut semakin berlanjut setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan berlakunya UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959. Bahkan pada periode ini suasana kebebasan yang menjadi semanggat demokrasi liberal sangat ditenggang, sehingga dapat dikatakan bahwa baik pemikiran maupun aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “pasang” dan menikmati “bulan madu” karena: a. semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya masing-masing; b. kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya; 9
  • 10. 10 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum c. Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair dan demokratis; d. Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakilwakil rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan; e. Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif. (Manan, 2001) Satu hal yang penting adalah bahwa semua partai, dengan pandangan ideologis yang berbeda-beda, sepakat bahwa HAM harus dimasukan ke dalam bab khusus yang mempunyai kedudukan sentral dalam batang tubuh UUD 1945. iii. Periode 1959-1966 Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi Presiden Soekarno mengenai demokrasi terpimpin dilihat dari sistem politik yang berlaku yang berada di bawah kendali Presiden. Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama hak sipil dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak memberikan keleluasaan ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Di bawah naungan demokrasi terpimpin, pemikiran tentang HAM dihadapkan pada restriksi atau pembatasan yang ketat oleh kekuasaan, sehingga mengalami kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang berbanding terbalik dengan situasi pada masa Demokrasi Parlementer. iv. Periode 1966-1998 Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan situasi chaos mengantarkan Indonesia kembali mengalami masa kelam kehidupan berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang dijadikan landasan hukum bagi Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM tidak dilindungi. Hal ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan terhadap HAM. Umumnya era ini ditandai oleh pemikiran HAM adalah produk barat. Pada saat yang sama Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan 10
  • 11. mengunakan slogan “pembangunan” sehingga segala upaya pemajuan dan perlindungan HAM dianggap sebagai penghambat pembangunan. Hal ini tercermin dari berbagai produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang pada umumnya bersifat restriktif terhadap HAM. Pada pihak lain, masyarakat umumnya diwakili LSM dan kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM adalah universal. Keadaan minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini mencapai titik nadir pada tahun 1998 yang ditandai oleh turunnya Soeharto sebagai Presiden. Periode 1966-1998 ini secara garis besar memiliki karakteristik tahapan sebagai berikut: - Tahap represi dan pembentukan jaringan (repression and activation of network) Pada tahap ini Pemerintah melakukan represi terhadap segala bentuk perlawanan yang menyebabkan kelompok tertindas dalam masyarakat menyampaikan informasi ke masyarakat internasional. Konflik berdarah yang dimulai di Jakarta, ditandai dengan terbunuhnya pada Jenderal, disusul dengan munculnya konflik langsung yang melibatkan tentara, penduduk sipil serta orang- orang yang dianggap simpatisan PKI. Pembunuhan, baik dalam bentuk operasi militer maupun konflik sipil terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, dengan jumlah korban yang berbeda di tiap Provinsi. AD secara ressi menyimpulkan bahwa jumlah korban di seluruh Indonesia 78.000 orang. (Sulistyo, 2000:43) Di tengah-tengah keprihatinan akan runtuhnya supremasi hukum atas banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di periode ini, hasil pembentukan jaringan menampakan hasilnya dengan dibebaskannya hampir seluruh tahanan politik PKI pada tahun 1970-1979. Namun, tindakan represif Orde Baru tetap berlangsung terutama terhadap gerakan mahasiswa dan aktivis yang kritis terhadap pemerintah. - Tahap Penyangkalan Tahap ini ditandai dengan suatu keadaan dimana pemerintah otoriter dikritik oleh masyarakat Internasional atas pelanggaran-pelanggaran HAM 11
  • 12. 12 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum yang terjadi, jawaban yang umumnya diberikan oleh pemerintah adalah bahwa HAM merupakan urusan domestik sehingga kritikan dianggap sebagai campur tangan terhadap kedaulatan negara. Tampaknya pada masa penyangkalan ini Pemerintahan Soeharto yang mendasarkan HAM pada konsepsi negara integralistik yang dikemukakan Supomo, yang tampaknya lebih mengedepankan kewajiban dibanding hak. Hal ini sebetulnya rancu, karena paham integralistik telah ditolak pada pembahasan naskah UUD, dan Supomo sendiri akhirnya menerima usul Hatta dan Muhammad Yamin untuk memasukan hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran ke dalam UUD. Kritik internasional yang berlanjut atas berbagai pelanggaran HAM TimorTimur, kasus Tanjung Priok, kasus DOM Aceh, kasus Kedung Ombo, peristiwa Santa Cruz coba diatasi dengan membentuk Komnas HAM pada tahun 1993. - Tahap Konsesi Taktis Pada tahap ini Pemerintah Orde Baru terdesak dan diterpa krisis moneter pada tahun 1997. Indonesia mulai menerima HAM internasional karena membutuhkan dana untuk membangun. Pada bagian lain kekuasaan Orde Baru mulai melemah, puncaknya terjadi pada bulan Mei 1998 yang diwarnai dengan peristiwa berdarah 14 Mei 1998. Demonstrasi mahasiswa yang terjadi secara besar-besaran telah menurunkan Soeharto sebagai Presiden. - Tahap Penentuan Banyaknya norma HAM internasional yang diadopsi dalam peraturan perundang-undangan nasional melalui ratifikasi dan institusionalisasi. Beberapa kemajuan dapat dilihat dari berbagai peraturan perundang-undangan HAM yaitu diintegrasikannya HAM dalam perubahan UUD 1945 serta dibentuknya peraturan perundangan HAM. 12
  • 13. 4. Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 a. Sebelum Amandemen UUD 1945 sebelum diubah dengan Perubahan Kedua pada tahun 2000, hanya memuat sedikit ketentuan yang dapat dikaitkan dengan pengertian HAM. Pasal- pasal yang biasa dikategorikan dalam pengertian HAM itu adalah: PASAL URAIAN HAK Pasal 27 Ayat (1) menjunjung hukum dan pemerintahan Pasal 27 Ayat (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 28 berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya Pasal 29 Ayat (2) memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya Pasal 30 Ayat (1) ikut serta dalam usaha pembelaan negara Pasal 31 Ayat (1) mendapat pengajaran Pasal 34 fakir miskin dan anak-anak yang terlantar diperlihara oleh negara (Arif, 2012:79-80) b. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Setelah Amandemen Setelah dilakukannya Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000, ketentuan mengenai HAM dan hak-hak warga negara dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Materi yang semula hanya berisi tujuh butir ketentuan yang juga tidak seluruhnya dapat disebut sebagai jaminan konstitusional HAM, sekarang telah bertambah secara signifikan. Ketentuan baru yang diadopsikan ke dalam UUD 1945 setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000 termuat dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, ditambah beberapa ketentuan lainnya yang tersebar di beberapa pasal. Karena itu, menurut Asshiddiqie (2008) perumusan tentang HAM dalam konstitusi Republik Indonesia dapat dikatakan sangat lengkap dan menjadikan UUD 1945 sebagai salah satu undang-undang dasar yang paling lengkap memuat ketentuan yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Pasal-pasal tentang HAM, terutama yang termuat dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, pada pokoknya berasal dari rumusan TAP MPR Nomor 13
  • 14. 14 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang kemudian isinya menjadi materi UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, untuk memahami konsepsi tentang hak-hak asasi manusia itu secara lengkap dan historis, ketiga instrumen hukum UUD 1945, TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tersebut dapat dilihat dalam satu kontinum. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ketentuanketentuan tentang hak-hak asasi manusia yang telah diadopsikan ke dalam sistem hukum dan konstitusi Indonesia itu berasal dari berbagai konvensi internasional dan deklarasi universal tentang HAM serta berbagai instrumen hukum internasional lainnya. Setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000, keseluruhan materi ketentuan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945, yang apabila digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang berkenaan dengan HAM, dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yang berisi 37 butir ketentuan (Asshiddiqie, 2008). Di antara keempat kelompok HAM tersebut, terdapat HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun atau non-derogable rights, yaitu: 1. Hak untuk hidup; 2. Hak untuk tidak disiksa; 3. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani; 4. Hak beragama; 5. Hak untuk tidak diperbudak; 6. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; dan 7. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Sedangkan keempat kelompok hak asasi manusia terdiri atas; kelompok pertama adalah kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang meliputi: 1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya; 14
  • 15. 2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan; 3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan; 4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya; 5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani; 6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; 7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan; 8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut; 9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah; 10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan; 11. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan, dan kembali ke negaranya; 12. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik; 13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut. Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi: 1. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapatnya secara damai dengan lisan dan tulisan; 2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat; 3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik; 4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi kemanusiaan; 5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan; 6. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi; 15
  • 16. 16 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum 7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat; 8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi; 9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran; 10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia; 11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-bangsa; 12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional; 13. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu. Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang meliputi: 1. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang sama; 2. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapai kesetaraan gender dalam kehidupan nasional; 3. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan uang dikarenakan oleh fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum; 4. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orangtua, keluarga, masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan pribadinya; 5. Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam; 6. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat; 7. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi. 16
  • 17. Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban asasi manusia yang meliputi: 1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas, dan kesusilaan, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis; 3. Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia; 4. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang- undang. Hak-hak tersebut di atas ada yang termasuk kategori HAM yang berlaku bagi semua orang yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik Indonesia, dan ada pula yang merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi warga negara Republik Indonesia. Hak-hak dan kebebasan tersebut ada yang tercantum dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum hanya dalam undangundang tetapi memiliki kualitas yang sama pentingnya secara konstitusional sehingga dapat disebut memiliki “constitutional importance” yang sama dengan yang disebut eksplisit dalam UUD 1945. Sesuai dengan prinsip “kontrak sosial” (social contract), maka setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendiri bertimbal-balik dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Demikian pula dengan kewenangan-kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh negara melalui organ-organnya juga bertimbal-balik dengan kewajiban-kewajiban konstitusional yang wajib ditaati dan dipenuhi oleh setiap warga negara. (Arif, 2012:82-85) 5. Kelembagaan HAM di Indonesia Dalam upaya perlindungan HAM, Indonesia memiliki lembaga-lembaga resmi yang dibentuk pemerintah, di antaranya yakni: 17
  • 18. 18 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum a. Komnas HAM Komisi Nasional (Komnas) HAM dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 50 Tahun 1993 sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat maupun tekanan dunia internasional mengenai perlunya penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Komnas HAM bertujuan untuk: - Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia - Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. b. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 181 Tahun 1998 sebagai upaya mencegah dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan bertujuan untuk: - Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan - Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap perempuan - Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan c. LSM Prodemokrasi dan HAM Di samping lembaga yang dibentuk pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Govermental Organization (NGO) yang programnya berfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM. Yang termasuk dalam LSM ini antara lain ialah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBH), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS). (Sunarso, 2013:112-113) 18
  • 19. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak yang secara alamiah melekat pada orang semata-mata karena ia merupakan manusia (human being). HAM juga merupakan standar normatif yang bersifat universal bagi perlindungan hak- hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional dan global. Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan, pemenuhan, pemajuan dan perlindungan HAM yaitu prinsip universal, tidak dapat dilepaskan (inalienable), tidak dapat dipisahkan (indivisible), saling tergantung (inter-dependent), keseimbangan, dan partikularisme. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut yang secara jelas dapat terlihat melalui periodisasi sejarah Indonesia mulai dari periode 1908-1945, periode 1945-1950, periode 1950-1959, periode 1959-1966, periode 1966-1998, hingga periode 1998 sampai sekarang. HAM juga digagas dalam UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia. Namun, UUD 1945 sebelum diubah dengan Perubahan Kedua pada tahun 2000, hanya memuat sedikit ketentuan yang dapat dikaitkan dengan pengertian HAM. Setelah dilakukannya Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000, ketentuan mengenai HAM dan hak-hak warga negara dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Keseluruhan materi ketentuan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945, yang apabila digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang berkenaan dengan HAM, dapat dikelompokkan dalam empat kelompok berisi 37 butir ketentuan. Selain tercantum dalam konstitusi, sebagai upaya lain untuk perlindungan HAM, Indonesia memiliki lembaga-lembaga resmi yang dibentuk pemerintah seperti Komnas HAM 19
  • 20. 20 ak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, serta lembaga sejenis yang dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Govermental Organization (NGO) yang programnya berfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM. Daftar Pustaka Arif, Dikdik Baehaqi. 2012. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Asshiddiqie, Jimly. 2008. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Makalah disampaikan pada Lecture Peringatan 10 Tahun KontraS. Jakarta, 26 Maret 2008 Bagir, Zainal Abidin. 2011. Pluralisme Kewargaan, Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Bandung: Mizan dan CRCS Budimansyah, D dan Syaifullah. 2006. Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. (Menyambut 70 tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih Djahiri). Bandung: Laboratorium PKN FPIPS UPI Chamim, Ahamad Ibn. 2003. Pendidikan Kewargaengaraan Menuju Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadaban. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Donnely, Jack. 2003. Universal Human Rights in Theory and Practice. Ithaca and London: Cornell University Press Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni Manan, Bagir. 2001. Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Bandung: Alumni Smith, Rhona. 2009. Hukum HAM. Yogyakarta: Pusham Universitas Islam Indonesia Sunarso, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press Sulistyo, Hermawan. 2000. Pembantaian Massal yang Terlupakan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 20