SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan 
pengupasan overburden (OB). Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah 
pemindahan lapisan tanah penutup (OB) dengan alat-alat mekanis agar dapat 
dilakukan proses penambangan bijih. Overburden yang telah dikupas kemudian 
dipindahkan ke tempat penimbunan yang biasa disebut disposal. Disposal merupakan 
daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai tempat 
membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material tersebut 
harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi. Lokasi disposal 
merupakan lereng yang sudah ditambang yang nantinya akan dilakukan revegetasi. 
Disposal biasanya juga digunakan sebagai tempat pembuangan reject dryer, maupun 
sampah padat pabrik lainnya. 
PT. Inco sebenarnya mempunyai tiga macam tipe disposal, yakni disposal tipe 
Induced Flow, disposal tipe Semi induced dan disposal tipe Finger tetapi berhubung 
disposal tipe Induced Flow sangat sulit untuk diterapkan karena tingginya persyaratan 
untuk menggunakan tipe disposal tersebut, sehingga saat ini perusahaan hanya 
menggunakan dua tipe disposal. Rancangan disposal sangat penting untuk 
perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh 
terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu 
armada. Dalam perencanaan disposal, perlu untuk mengetahui aspek teknis suatu 
disposal diantaranya menyangkut kemampuan produksi, kebutuhan akan material sipil
dan aspek biaya operasi suatu disposal. Pentingnya aspek tersebut di atas menjadi 
2 
dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut menyangkut hal tersebut. 
1.2 Rumusan Masalah 
Perencanaan disposal secara komprehensif membutuhkan banyak analisis 
terhadap aspek operasi terutama menyangkut kajian teknisnya. Analisis yang senantiasa 
dilakukan berkaitan dengan aspek keselamatan, aspek kestabilan lereng disposal, dan 
menyangkut jenis atau tipe disposal. Untuk membuat suatu perencanaan disposal yang 
kompleks demi memaksimalkan produksi, ataupun pengakurasian perencanaan masih 
membutuhkan beberapa analisis pelengkap. Analisis yang dimaksud yakni menyangkut 
produktivitas alat mekanis yang bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal, 
komposisi aktual penggunaan material sipil terhadap overburden serta penggunaan biaya 
terhadap aktivitas disposal per minggunya. Data yang menyangkut beberapa aspek teknis 
di atas akan dibutuhkan dalam membantu perencanaan disposal secara keseluruhan, baik 
itu dalam pengevaluasian kinerja alat mekanis, perencanaan produksi disposal pertahun, 
perencanaan produksi material sipil, dan pengaturan budget biaya terhadap aktivitas 
operasi tambang di PT. Inco Tbk. 
1.3 Tujuan Penelitian 
Salah satu operasi pada departemen tambang di PT. Inco yang cukup penting 
adalah operasi disposal. Operasi ini akan menunjang kelangsungan produksi bijih dan 
bertujuan mempersiapkan lahan yang telah selesai digali untuk dapat dipergunakan 
sebagai lahan reklamasi tambang sehingga dibutuhkan suatu perencanaan matang 
yang melibatkan berbagai aspek. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah 
untuk melakukan analisis aspek produktivitas alat mekanis, laju pengisian disposal,
komposisi material sipil dan aspek biaya operasi di disposal area. Data tersebut akan 
menjadi pertimbangan tambahan dari sisi perencanaan disposal baik itu perencanaan 
disposal tahunan, perencanaan produksi material sipil serta pengalokasian budget 
biaya operasi tambang yang lebih baik dan efisien di PT. Inco Tbk. Untuk mendukung 
3 
tujuan penelitian tersebut maka akan dilakukan penelitian yang berfokus pada: 
1. Analisis produktivitas alat mekanis yang bekerja pada disposal tipe Finger dan 
disposal tipe Semi Induced. 
2. Analisis produksi overburden perminggu yang masuk ke disposal tipe Finger 
dan disposal tipe Semi Induced. 
3. Analisis komposisi material sipil sebagai material perkuatan terutama pada 
landasan dumping material disposal tipe Finger dan disposal tipe Semi 
Induced. 
4. Analisis penggunaan biaya perminggu kegiatan disposal area. 
1.4 Manfaat Penelitian 
Dengan adanya penelitian menyangkut aspek teknis tersebut di atas pada 
disposal area, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 
1. Memberikan perencanaan disposal yang lebih efektif dan efisien dengan 
adanya parameter tambahan (second line opinion) berupa data produktivitas 
dan penggunaan biaya pada kegiatan operasi di disposal. 
2. Dengan adanya data menyangkut analisis komposisi material sipil yang dipakai 
di disposal area akan sangat membantu dalam perencanaan produksi material 
sipil terutama menyangkut target produksi material sipil serta perencanaan 
dalam pengalokasian untuk setiap jenis material sipil. 
3. Peningkatan produktivitas disposal yakni menyangkut laju produksi overburden, 
reject dryer dan slag yang masuk ke disposal area.
4. Dengan adanya analisis penggunaan biaya diharapkan dapat menjadi acuan 
oleh pihak managemen, dalam pengalokasian budget biaya produksi untuk 
4 
setiap item atau jenis aktifitas produksi di Departemen Mining PT. Inco. 
1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian 
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama kurun waktu 6 bulan dimana 
khusus untuk penelitian lapangan dilakukan kurang lebih selama tiga bulan yakni mulai 
awal bulan september 2010 hingga akhir bulan november 2010. 
Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan PT. International Nikel Indonesia 
Tbk. atau yang biasa disebut PT. Inco Tbk. Daerah penambangan PT Inco Tbk. dibagi 
atas dua yaitu blok barat dan blok timur. Blok penambangan ini dipisahkan oleh pabrik 
peleburan Plant site dan secara umum berbatasan dengan bagian utara Desa Nuha 
dan Danau Matano, bagian timur Danau Mahalona, bagian selatan Desa Wawondula, 
Kecamatan Towuti dan bagian barat Desa Wasuponda, Kecamatan Nuha. 
Blok barat meliputi 36 bukit dengan luas daerah sekitar 46,5 km2 dan blok timur 
meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km2. Lokasi penelitian terletak pada 
Sorowako Project Area (SPA), daerah Anoa South dan Watulabu tepatnya disposal 
Anoa 28 dan disposal Watulabu 07.
5 
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian 
1.6 Tahapan Penelitian 
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan 
tersebut terbagi atas sebagai berikut: 
1. Tahapan Persiapan yakni tahapan penelitian yang paling awal dilakukan berupa 
pengurusan administrasi baik itu mengenai persuratan hingga program pengenalan 
akan lingkungan perusahaan tempat penelitian untuk mendapatkan akses masuk 
ke lingkungan tambang. 
2. Tahapan Kedua yakni tahapan yang dilakukan dalam hal penentuan studi yang 
akan dilakukan yakni menyangkut rumusan masalah penelitian, judul penelitian 
serta jenis data-data yang akan diambil, baik itu data primer maupun data 
sekunder.
3. Tahapan ketiga adalah pengambilan data studi baik itu data primer maupun data 
6 
sekunder. 
4. Tahapan keempat adalah pengolahan data, yang mana pengolahan datanya 
difokuskan untuk untuk melakukan analisis terhadap produktivitas alat mekanis 
pada kedua tipe disposal, laju produksi/pengisian disposal, komposisi aktual 
penggunaan material sipil terhadap jumlah overburden yang masuk ke disposal, 
serta menyangkut analisis penggunaan biaya untuk menunjang operasi disposal 
area. 
5. Tahapan kelima adalah melakukan penyusunan tugas akhir sesuai dengan tujuan 
penelitian dan format baku penyusunan tugas akhir di lingkup Teknik 
Pertambangan Universitas Hasanuddin. 
1.7 Sistematika Penulisan 
Penulis membagi beberapa bagian penelitian ini ke dalam beberapa bab dengan 
sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut: 
 Bab I pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan, batasan masalah, 
sistematika penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan, serta bagan alur studi. 
 Bab II studi pustaka merupakan teori-teori yang dipakai untuk mengolah data 
yang didapat untuk selanjutnya dipakai sebagai salah satu acuan dalam analisis 
masalah. 
 Bab III metodologi penelitian berisi tahapan-tahapan penelitian serta alur 
penelitian yang menjelaskan cara pengambilan data, jenis data yang dipakai, 
proses pengolahan data hingga pada proses pembahasan dan pengambilan 
kesimpulan.
 Bab IV ananlisis aspek teknis disposal area merupakan penjelasan secara 
menyeluruh terhadap hasil olahan data yang diselaraskan dengan dasar teori dan 
7 
penelitian-penelitian terkait sebelumnya. 
 Bab V kesimpulan dan saran merupakan bab akhir yang merangkum hasil yang 
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat disampaikan oleh 
penulis terkait dengan studi ini, terhadap pihak-pihak yang berkepentingan 
mengenai studi ini terutama kepada PT. Inco tempat penulis melakukan studi.
8 
BAB II 
STUDI PUSTAKA 
2.1 Disposal Secara Umum 
Suatu kegiatan pertambangan umumnya memindahkan tanah penutup untuk 
mengambil bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu 
area tertentu untuk membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak 
menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang ekonomis. Tempat 
penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump/disposal dan stockpile. 
Waste dump/disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang 
dijadikan tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. 
Material tersebut perlu digali dari pit demi memperoleh bijih/material kadar tinggi, 
sedangkan stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada 
saat yang akan datang. Stockpile juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan 
bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah 
penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk reklamasi. 
Berdasarkan alasan sosiologis di masyarakat, banyak perusahaan menjauhi 
nama waste dumps. Istilah yang dipakai adalah disposal area, waste rock storage area, 
rock piles, dan lain-lain. 
Disposal biasanya dibuat pada lubang-lubang bekas penambangan ataupun 
bekas penambangan kuari, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Ketika lubang 
tersebut telah penuh, maka permukaan dari disposal ini akan ditutupi dengan lapisan 
tanah penutup (top soil) untuk dijadikan daerah penghijauan. Sudah menjadi tanggung 
jawab tiap perusahaan penambangan untuk melakukan penghijauan kembali setelah
area penambangan ditutup. Oleh karena itu, suatu area yang berupa lubang atau 
9 
lereng bekas penambangan harus disiapkan untuk menjadi disposal area. 
Gambar 2.1 Pemindahan lapisan tanah penutup 
Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian. Lokasi 
dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk, biaya operasi 
dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada umumnya daerah yang 
diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 2–3 kali dari daerah penambangan 
(pit). Hal ini berdasarkan pertimbangan diantaranya: 
 Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 – 45 % 
dibandingkan dengan material in situ. 
 Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit. 
 Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit. 
2.2 Tipe-Tipe Disposal pada PT. INCO 
Tipe-tipe disposal yang biasa diterapkan dalam pertambangan menggunakan 
jenis penambangan open cast mining seperti pada PT. Inco terbagi atas tiga jenis, 
yaitu: Finger Disposal, Semi Induced Disposal dan Induced Fow Dsposal (Sunarno, 
2008).
10 
2.2.1 Finger Disposal 
Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan dozer. 
Disposal tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15 meter dengan 
kemiringan lereng yang landai kurang dari 400. Dibutuhkan kontinuitas dari material 
sipil sebagai landasan Dump Truck agar tidak terjadi longsoran. Jika diperlukan dapat 
dibuat dyke untuk melindungi area yang belum terganggu dan juga untuk 
meningkatkan kapasitas disposalnya. Sama seperti tipe dumping Semi Induced Flow, 
material didorong dengan dozer hingga ujung lereng. Dozer mendorong material 
buangan dari jarak 7,5 meter dari crest yang merupakan posisi truk menongkang 
muatannya (Sunarno, 2008). 
Gambar 2.2 Rancangan Finger Disposal (Sunarno,2008) 
Karena kemiringannya yang landai, pengaruh gaya gravitasi tidaklah terlalu 
besar sehingga dibutuhkan dozer yang lebih banyak untuk mendorong material. 
Disposal ini dapat bergerak maju setelah dilakukan pembatuan dengan menggunakan 
material sipil seperti slag, material reject, dan material kuari. Kelebihan dari jenis ini
yaitu dapat memaksimalkan kapasitas disposal itu sendiri. Sedangkan kerugiannya, 
11 
membutuhkan biaya untuk pembatuan atau kontinuitas material sipil. 
2.2.2 Disposal Tipe Induced Flow 
Induced Flow Disposal adalah tipe disposal yang memanfaatkan beda 
ketinggian > 15 meter untuk mendumping material, dengan sudut kemiringan antara 
500 maksimum 700. Disposal tipe ini dibangun di atas tanah asli yang stabil (original), 
pada area blue zone atau pada area yang direkomendasikan oleh engineer geoteknik. 
Disposal ini juga dilengkapi dengan backstop sebagai dudukannya (bund wall) setinggi 
setengah ban roda truk yang terletak pada ujung crest seperti yang terlihat pada 
gambar 2.3 dan 2.4. Untuk mendorong material yang cukup padat ke bawah bisa 
disemprot dengan air. Selain itu, juga diperlukan instalasi alat pemantauan untuk 
mengamati ada tidaknya pergerakan tanah pada lereng, alatnya berupa inclinometer. 
Gambar 2.3 Rancangan Induced Flow (Sunarno,2008)
12 
Gambar 2.4 Rancangan Backstop Induced Flow (Sunarno,2008) 
Kekurangan tipe dumping ini yaitu tidak dapat diterapkan pada semua slope 
karena batuan landasannya harus cukup kuat untuk menahan live road dari truk 
beserta muatannya hingga ke crest-nya, kapasitas disposal-nya kurang maksimal dan 
membutuhkan banyak biaya untuk pengadaan backstop (Sunarno, 2008). 
2.2.3 Disposal Tipe Semi Induced 
Disposal Semi Induced Flow, umumnya sama atau memiliki kemiripan dengan 
Induce Flow tetapi truk hanya bisa dumping pada jarak tertentu yang diperbolehkan 
yaitu 12.5 m dari original crest. Setelah itu tanah penutup di dorong oleh dozer hingga 
ujung crest. Crest ke toe adalah 30 meter dengan kemiringan lereng antara 260- 360. 
Semi Induce Flow membutuhkan pembatuan material sipil pada landasan truk yang 
akan menongkang untuk menambah daya dukung tanah agar tidak terjadi longsoran 
(subsidence) . Karena kemiringannya lebih besar, disposal tipe ini membutuhkan dozer 
yang lebih sedikit dari pada Fnger Flow. Namun batas dorongan dozer pada disposal 
jenis ini tidak bergerak maju. Sebagai langkah antisipasi kelongsoran, perlu dilakukan 
pemantauan dengan alat extensometer (Sunarno, 2008). 
Kelebihan dari jenis ini yaitu tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan 
pembatuan di dumping area. Kekurangannya dibanding Disposal Induced Fow adalah
mengeluarkan biaya untuk pengadaan dozer dan apabila dibandingkan dengan Finger 
13 
disposal, kapasitas disposal-nya kurang maksimal. 
Gambar 2.5 Semi Induced Flow Disposal (Sunarno,2008) 
Dari jenis-jenis disposal dapat diketahui bahwa material sipil digunakan 
sebagai bahan untuk perkuatan, baik itu perkuatan untuk jalan dozer, maupun sebagai 
landasan untuk tempat backstop. Landasan dozer dibutuhkan agar nantinya dozer 
yang digunakan tidak terperosok. Pada backstop, perkuatan dilakukan agar cukup 
kuat untuk menahan beban sehingga tidak terjadi longsor. 
2.3 Material Sipil 
Material sipil adalah material-material yang digunakan untuk konstruksi yang 
meliputi kuari, pecahan batuan slag, dan reject screening station. Material sipil ini 
berguna untuk menambah kekuatan dari tanah. Material sipil ini biasanya digunakan 
untuk penggunaan material pondasi bawah, jalan, rail roads, dan sebagainya. Di PT. 
INCO, selain sebagai bahan perkerasan jalan, material sipil juga digunakan sebagai
bahan perkerasan permukaan lapangan di front dan sebagai bahan untuk perkuatan 
14 
material di disposal. 
Material sipil yang digunakan oleh pihak PT. Inco dibedakan atas tiga macam 
yaitu kuari, reject dan slag yang memiliki komposisi berbeda-beda untuk setiap macam 
jenis perkerasan atau penguatan baik itu jalan tambang, disposal, ataupun pada lokasi 
penambangan. Material ini dibedakan dari segi cara memperolehnya masing-masing. 
2.3.1 Kuari 
Kuari adalah batuan dasar yang berasl dari daerah-daerah bluezone atau 
bedrock. Produksi kuari biasanya disertai dengan kegiatan peledakan karena di 
butuhkan suatu kegiatan untuk melakukan pemberaian terhadap material kuari. 
Berdasarkan letak struktur batuannya, kuari dapat dibagi menjadi dua: 
1. Kuari tipe satu 
Kuari tipe satu merupakan batuan yang terletak di bawah lokasi penambangan. 
Batuan ini merupakan bluezone pada daerah penambangan. Kuari tipe 1 ini baru 
dapat diambil apabila kegiatan pengambilan ore di mine front-nya sudah selesai. 
Sebagai contoh Delaney quarry 
2. Kuari tipe dua 
Kuari tipe dua merupakan suatu massa batuan yang tersingkap di permukaan atau 
hanya ditutupi oleh tanah penutup. Tidak seperti kuari tipe satu, kuari tipe dua ini 
tidak ada kegiatan pengambilan ore disana sehingga pengambilan batuannya 
tidak dipengaruhi oleh kegiatan penambangan. Sebagai contoh yaitu Anoa north 
dan Anoa South Kuari.
15 
2.3.2 Slag (terak nikel) 
Slag (terak nikel) adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel 
membentuk liquid panas yang kemudian mengalami pendinginan sehingga 
membentuk batuan alam yang terdiri dari slag padat dan slag yang berpori (seperti 
yang terlihat pada gambar 2.8). Berdasarkan bentuknya, slag nikel dapat dibedakan 
menjadi 3 tipe yaitu high, medium, dan low slag. Terak nikel yang masuk kategori high 
diperoleh dari proses pemurnian di converter berbentuk pasir halus berwarna coklat 
tua, sedangkan kategori medium dan low slag diperoleh lewat tungku pembakaran 
(furnace) . 
Di PT. Inco, produksi limbah slag yang melewati proses pemurnian di converter 
mencapai 3000 ton perminggu, sedangkan pada tungku pembakaran dihasilkan 
medium slag dan low slag sebanyak 48.679 ton. Terak ini akan disimpan ke lokasi 
pembuangan terak (slag dump). PT. Inco tidak diperkenankan membuang terak di luar 
lokasi penambangan yang diizinkan dan tidak boleh menjual atau memberikan terak 
kepada pihak lain melainkan hanya boleh dimanfaatkan dan dikelola oleh pihak PT. 
Inco sendiri. Atas dasar kebijakan PT. Inco, maka terak akan dimanfaatkan sebagai 
lapisan material untuk pembuatan akses jalan tambang, dan sebagai material untuk 
meningkatkan daya dukung tanah. Hal ini dilakukan karena lemahnya daya dukung 
tanah yang ada untuk operasi alat berat dan Dump Truck dalam proses penambangan.
16 
Gambar 2.6 Foto proses pouring 
Gambar 2.7 Foto proses quarrying 
Kegiatan utama di slag dump yaitu pouring dan quarrying seperti yang terlihat 
pada gambar 2.6 dan 2.7. Pouring adalah kegiatan penumpahan slag sedangkan 
quarrying adalah kegiatan pengambilan slag yang sudah dingin.
17 
Gambar 2.8 Foto material sipil slag 
2.3.3 Reject 
Material reject adalah material-material (batu/boulder) yang menjadi pengotor 
dalam kegiatan pengambilan ROM. Reject material ini merupakan hasil pemisahan 
dengan menggunakan grizzy bar pada screening station, seperti yang terlihat pada 
gambar 2.9. Secara umum ada beberapa ukuran reject yang dihasilkan oleh screening 
station di PT. Inco. Material reject yang dihasilkan dari screening station berupa +18", 
+4", +2". Selain dari hasil screening station, PT. Inco juga memperoleh reject yang 
merupakan keluaran dari kiln berupa reject dryer +1". 
Berdasarkan ukuran dan pemamfaatannya, hanya reject +4", +2" dan reject 
dryer yang digunakan sebagai material sipil. Hal ini disebabkan oleh ukuran reject 
+18" yang terlalu besar dan persentase pemakaian yang kecil untuk dipakai sebagai 
material sipil. Sebenarnya reject +18" ini bisa digunakan lagi dengan cara memperkecil 
ukuran batunya dengan di-crushing, namun karena hal ini dinilai tidak ekonomis, maka 
reject +18" kebanyakan hanya dibuang begitu saja atau dijadikan sebagai dasar untuk 
landasan disposal.
18 
Gambar 2.9 Foto grizzly bar reject +18” di screening station 
Gambar 2.10 Foto screening station dan persebaran material reject. 
2.4 Biaya Penggunaan Material Sipil 
Ada beberapa komponen biaya yang harus diperhatikan untuk menghitung 
besarnya biaya yang terpakai untuk setiap penggunaan jenis material sipil apakah itu 
kuari, reject maupun slag. Untuk masing-masing jenis material sipil, memiliki
perbedaan satu sama lainnya. Ada yang hanya berupa biaya penggunaan alat mekanis 
ada juga yang memerlukan biaya tambahan berupa biaya produksi material. Untuk 
material sipil kuari dan slag masih memerlukan biaya operasi untuk memproduksi 
material tersebut sedangkan untuk material slag hanya memerlukan biaya penggunaan 
alat mekanis karena tidak memerlukan usaha untuk memproduksi material tersebut. 
19 
2.4.1 Biaya Pemboran dan Peledakan Kuari 
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan peledakan pada 
suatu daerah penambangan. Kegiatan peledakan ini biasanya dilakukan pada 
pengambilan material kuari. Material kuari ini biasa diambil dari batuan bluezone. 
Batuan-batuan ini biasanya memiliki tingkat kekerasan tertentu yang sebagian besar 
tidak dapat langsung diambil dengan menggunakan backhoe/shovel. Maka dari itu, 
digunakanlah blasting untuk memudahkan pengambilan batuan dan memperkecil 
fragmen batuan yang diambil. Dalam sistem pemboran peledakan, biaya yang 
digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 
1. Waktu kerja Alat 
Dalam kegiatan pemboran, waktu yang diperlukan untuk membuat lubang tembak 
tergantung kepada tingkat kekerasan batuan. Semakin bagus mata bor yang 
digunakan semakin cepat kecepatan pengeboran dan semakin keras batuan akan 
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuang lubang tembak. Apabila 
waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah lubang tembak semakin besar, 
maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. 
2. Jumlah bahan peledak yang digunakan 
Bahan peledak merupakan komponen utama dalam sistem peledakan. Banyaknya 
jumlah bahan peledak yang digunakan akan sangat bergantung pada jumlah 
produksi yang diinginkan. Semakin banyak lubang tembak yang kita isi, akan
semakin banyak komsumsi bahan peledak, sehingga akan membuat biaya 
20 
peledakan menjadi mahal. 
3. Perbaikan dari peralatan yang rusak 
Kuari merupakan kegiatan penggalian batuan dengan tingkat kekerasan yang 
cukup keras. Penggunaan mata bor pada alat pengeboran adalah hal yang paling 
diperhatikan karena tingkat kerusakan mata bor ini sangat tinggi. Semakin banyak 
mata bor yang rusak, maka akan semakin banyak jumlah biaya yang dibutuhkan 
untuk melakukan perbaikan. Dalam komponen biaya, biaya perbaikan ini sudah 
termasuk ke dalam biaya pemakaian alat/jam. Biaya pemakaian alat itu sendiri 
meliputi biaya operasional dan biaya maintenance. 
2.4.2 Biaya Pemuatan 
Biaya yang dikeluarkan untuk memuat material dari lapangan ke atas Dump 
Truck. Biaya ini lebih banyak dipengaruhi oleh waktu kerja alat muat. 
Dimana biaya alat muat dirumuskan: 
Bm = W x bm ............................................................................... (2.1) 
Keterangan: 
Bm = Biaya pemuatan ($) 
W = Waktu operasi kerja alat (jam) 
bm = Biaya alat muat (perjam/ton) 
2.4.3 Biaya Pengangkutan 
Biaya pengangkutan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut 
material. Dalam pemakaian alat angkut, biaya yang dikeluarkan tergantung kepada 
lamanya pemakaian waktu pengangkutan. Biaya pemakaian alat angkut ini disusun 
oleh beberapa komponen penting diantaranya biaya operasi dan biaya perbaikan. 
Biaya operasi ini berarti biaya yang dikeluarkan untuk operasional alat seperti biaya
bahan bakar, pemakaian pelumas dan lain-lain. Sedangkan untuk biaya perawatan, 
biaya yang dibutuhkan untuk perawatan alat agar tetap maksimal. Komponen biaya ini 
akan dibagi terhadap jumlah jam kerja alat untuk mendapatkan biaya penggunaan alat 
21 
per jam. Dalam rumusannya, biaya pengangkutan dapat dirumuskan menjadi: 
Ba = W x ba ................................................................................ (2.2) 
Keterangan: 
Ba = Biaya pemuatan ($) 
W = Waktu operasi kerja alat (jam) 
ba = Biaya alat angkut (biaya/jam) 
2.4.4 Biaya Pendinginan Slag 
Biaya pendinginan ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyewaan truk 
kontraktor pengangkut air dalam pendinginan slag. Slag yang merupakan buangan dari 
pabrik pada awalnya berbentuk material liquid panas sehingga belum bisa digunakan 
untuk material sipil. Agar slag dapat dimanfaatkan, proses pendinginan perlu dilakukan 
agar bentuk slag yang liquid menjadi material padat. Untuk mendinginkan slag 
dilakukan penyiraman air terhadap slag panas tersebut sampai material slag menjadi 
padat dan cukup dingin untuk digunakan sebagai material sipil. 
Untuk biaya penyiraman dirumuskan: 
Bs = W x V ................................................................................ (2.2) 
Keterangan: 
Bs = Biaya penyiraman ($) 
W = Waktu operasi kerja alat (jam) 
V = Volume air per tonnase slag yang dihasilkan (m3/ton) 
Slag yang dibawa oleh haul master dari pabrik pengolahan ke slag dump memiliki suhu 
berkisar antara 15000C-15600C. Kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan 
dengan cara didiamkan selama kurang lebih 4 minggu maka suhunya akan berkurang 
menjadi 4000C-5500C. Setelah proses pendinginan selama 4 minggu, dilakukan lagi 
proses pendinginan dengan cara penyiraman dengan air. Hal ini dilakukan agar suhu
slag bisa turun dan dapat dilakukan penambangan slag. Suhu rata-rata pada saat 
22 
setelah dilakukan penyiraman yaitu berkisar antara 1200C-1300C. 
2.5 Alat Mekanis 
Hal yang mempengaruhi penggunaan alat mekanis adalah menyangkut jenis 
alat mekanis dan aspek kesediaan alat mekanis yang mengindikasikan kesediaan suatu 
alat untuk melakukan kerja, pengaruh dari kesediaan alat mekanis akan berujung pada 
tingkat produksi suatu alat mekanis. 
2.5.1 Jenis Alat Mekanis 
Alat mekanis yang bekerja pada disposal area umumnya terdiri atas 2 alat 
mekanis yang merupakan kombinasi sesuai dengan fungsi alat mekanis tersebut. 
Umumnya terdiri atas alat angkut seperti dump truck yang mengangkut material dari 
front penambangan dan dozer sebagai alat dorong yang membantu meratakan dan 
mendorong material ke dalam disposal (gambar 2.11.). Berikut rincian alat tersebut: 
1. Dump Truck 
Dump truck senantiasa menjadi pilihan idola sebagai alat angkut dalam 
pemindahan tanah penutup ke disposal ini dikarenakan kemampuan manuvernya 
yang baik yang dapat menyesuaikan kondisi medan. Bahkan menurut 
Projosumarto (1993), karena kecepatannya yang tinggi, Dump Truck memiliki 
tingkat produksi yang tinggi sehingga menghemat ongkos angkut material per ton 
jika dibandingkan dengan jenis alat angkut yang lain. Selain itu, Dump Truck juga 
fleksibel, artinya dapat mengangkut berbagai jenis material dan muatan yang 
bentuk dan ukurannya beraneka ragam dan tidak terlalu bergantung pada jalur 
jalan. Berdasarkan ukurannya Dump Truck dibedakan atas tiga jenis yaitu: 
a. Ukuran kecil yaitu truk-truk yang mempunyai kapasitas hingga 25 ton
23 
b. Ukuran sedang yaitu yang mempunyai kapasitas antara 25-100 ton 
c. Ukuran besar yaitu yang memliki kapasitas diatas 100 ton 
Berdasarkan cara mengosongkan muatannya juga dibagi atas tiga yaitu: 
a. End-dump atau rear dump yaitu mengososngkan muatannya ke belakang 
b. Side dump yaitu mengosongkan muatan ke samping. 
c. Bottom dump yaitu mengosongkan muatan ke bawah. 
Pemilihan cara mengosongkan muatannnya tergantung dari keadaan tempat 
kerja, artinya tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material 
(Projosumarto, 1993) 
2. Buldozer 
Salah satu alat mekanis yang sangat berpengaruh pada aktivitas di disposal area 
adalah bulldozer. Bulldozer adalah alat mekanis yang menggunakan traktor 
sebagai alat penggerak utama, yang biasanya dilengkapi dengan dozer 
attachment. Dalam hal ini attachment adalah blade. Dalam aplikasinya, bulldozer 
dirancang sebagai alat yang mempunyai kemampuan untuk mendorong berbagai 
macam material ke arah depan. Beberapa klasifikasi yang diperhatikan dalam 
menentukan alternatif alat mekanis bulldozer yang akan digunakan yaitu: 
a. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan kabel (Cable Controlled Blade), 
dimana gerakan naik turun bilahnya memakai kabel sebagai alat pengendali. 
Jenis ini merupakan tipe lama. 
b. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan tenaga hidrolik (Hidroulik 
Controlled Blade), ini merupakan yang lebih modern dengan tenaga hidrolik 
untuk mengendalikan gerakan naik turunnya bilah. 
Bila ditinjau dari segi penggeraknya, ada 2 (dua) macam bulldozer, yaitu: 
a. Bulldozer yang memakai roda karet (rubber tired bulldozer atau whell dozer). 
Bulldozer jenis ini lebih gesit dan lincah dalam pergerakannya. Jenis
bulldozer ini sangat cocok untuk daerah kering dan memiliki landasan yang 
keras. Sementara untuk daerah yang becek dan landasan lunak, bulldozer 
24 
tipe ini akan kehilangan kekuatannya karena sering selip. 
b. Bulldozer yang memakai rantai (track type bulldozer atau crawler dozer). 
Bulldozer tipe ini gerakannya lamban tetapi memiliki daya gusur yang cukup 
dan dapat bergerak dengan baik pada daerah yang kering maupun becek, 
karena rantainya mampu mencengkram landasan kerjanya dengan baik. 
(Projosumarto, 1993) 
2.5.2 Kesediaan Alat Mekanis 
Kesediaan alat mekanis merupakan kesediaan suatu alat untuk melakukan 
kerja yang terdiri atas empat macam, yaitu: 
1. Kesediaan Mekanis atau Mechanical Availability (MA) 
Suatu faktor yang menunjukkan tingkat kesediaan alat dapat berproduksi 
dengan memperhatikan kehilangan-kehilangan waktu karena sebab 
mekanik seperti kerusakan mesin dan perawatan. 
Kesediaan mekanis dirumuskan: 
MA = ............................................................ (2.3) 
2. Kesediaan fisik atau Physical Availability (PA) 
Suatu faktor yang menunjukkan tingkat kerja suatu alat dengan 
memperhatikan kehilangan waktu kerja segala macam alasan seperti hujan 
dan sebagainya. 
Kesedian Fisik dapat dirumuskan: 
PA = ............................................................. (2.4)
25 
3. Kesediaan pemakaian atau Used of Availability (UoA) 
Suatu faktor yang menunjukkan tingkat efisiensi suatu alat dalam 
melakukan suatu kegiatan produksi. Biasanya dapat memperlihatkan 
seberapa efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan. 
Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan/managemen 
peralatan yang sedang digunakan. 
Kesedian pemakaian dirumuskan: 
UoA = ........................................................... (2.5) 
4. Penggunaan efektif atau Effective Utility (EU) 
Suatu faktor yang menunjukkan persentase dari keseluruhan waktu kerja 
yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif dari alat dalam 
suatu kegiatan. 
Penggunaan Efektif dirumuskan : 
MA = ............................................................... (2.6) 
Dimana : 
W = waktu operasi aktual, merupakan jumlah jam kerja alat pada saat 
alat dalam kondisi dapat dioperasikan. 
R = waktu repair, merupakan waktu yang hilang akibat unit rusak, 
sedang atau belum diperbaiki karena tunggu suku cadang atau 
tenaga. 
S = waktu standby, merupakan jumlah waktu yang tidak dapat 
dipergunakan unit tetapi unit dalam keadaan baik dan siap 
digunakan. 
T = waktu total, merupakan jumlah dari waktu operasi aktual, waktu 
repair dan waktu standby. 
2.5.3 Produksi Alat Mekanis 
Alat mekanis yang bekerja di disposal yakni alat angkut dan alat dorong 
memiliki komponen produksi tersendiri dimana komponen produksi kedua alat
dipengaruhi oleh kapasitas bucket/blade alat mekanis. Terkhusus pada alat mekanis 
26 
yang bekerja di disposal area, produksinya terbagi atas 2 yaitu: 
a. Produksi Alat Angkut 
Pengangkutan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut material 
menuju tempat yang dibutuhkan. Untuk mengetahui kemampuan produksi alat 
angkut dapat digunakan persamaan sebagai berikut : 
Pa = Cb x n ............................................................................ (2.7) 
Keterangan: 
Pa = Produksi alat angkut (wmt) 
Cb = Kapasitas baket alat angkut (ton) 
n = Jumlah edar/trip tiap hari 
Kapasitas truk diperoleh berdasarkan jumlah pemuatan dari kapasitas alat muat 
yang memiliki faktor koreksi yaitu S (Swell faktor), F (Fill Faktor), tetapi di 
dalam operasi pengangkutan material tidak menggunakan swell faktor, karena 
material pada saat diambil dan dimuat sudah dalam keadaan lepas. Sedangkan 
dalam jumlah trip perhari memiliki 2 (dua) faktor koreksi yaitu : availability 
yang terdiri dari ; Mechanical Availability (MA), dan Physical Availability (PA), 
serta utilisasi yang terdiri dari ; Use of Availability (UoA), dan Effective Utility 
(EU) (Indonesianto, 2008). MA merupakan persentase kesiapan alat bila tidak 
rusak atau sedang dalam perawatan, PA merupakan persentase keadaan fisik 
dari alat yang siap dipergunakan, UoA merupakan persentase kemampuan 
waktu untuk beroperasi yang dapat dipergunakan dari waktu kerja dan EU 
merupakan persentase kemampuan waktu untuk beroperasi yang dapat 
dipergunakan dari total waktu. Maka EU digunakan untuk faktor koreksi. 
Sedangkan MA, PA dan UoA tidak dipergunakan karena MA merupakan 
persentase kesediaan suatu alat atau mesin bila tidak rusak atau sedang dalam 
perawatan dan EU adalah perkalian dari PA dan UoA. Bila PA dan UoA
digunakan, faktor koreksi dalam perhitungan produksi akan dobel. Sehingga 
27 
rumus untuk perhitungan produksi alat angkut menjadi : 
Pa = 60/Cta x n x Cb x Ff x EU ..................................................... (2.8) 
Keterangan : 
Pa : Produktivitas alat angkut, (ton/jam) 
Pm : Produktivitas alat muat, (ton/jam) 
Cta : Waktu edar alat angkut, (menit) 
Ctm : waktu edar alat muat satu swing, (menit) 
Cb : Kapasitas bucket alat muat, (m3) 
Ff : faktor pengisian (fill faktor) , (%) 
PA : Phisical Availability atau kesediaan fisik, (%) 
UoA : Use of Availability atau kesediaan pemakaian, (%) 
MA : Mechanical Availability atau kesediaan mekanis, (%) 
EU : Effective Utility atau penggunaan efektif, (%) 
Untuk Waktu Edar Alat Angkut (Cta) dirumuskan sebagai berikut: 
Ct a  A  B  C  D  E  F  G  H ........................................... (2.9) 
Keterangan: 
A = Waktu diisi muatan (detik) 
B = Waktu mengangkut muatan (detik) 
C = Waktu menunggu bermuatan (detik) 
D = Waktu manuver saat muatan (detik) 
E = Waktu menumpahkan (detik) 
F = Waktu kembali dalam keadaan kosong (detik) 
G = Waktu menunggu keadaan kosong (detik) 
H = Waktu manuver kosong (detik) 
b. Produksi Alat Dorong/Dozer 
Dozing adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mendorong atau meratakan 
material yang telah di tumpahkan oleh alat angkut pada dumping point 
(Indonesianto, 2008). Rumus yang dipergunakan untuk menghitung kemampuan 
produksinya adalah sebagai berikut: 
푃퐻 = 푃퐶 × 60 
퐶푇 
× 퐸푈 ........................................................... (2.10) 
Keterangan: 
PH = Produksi per jam 
Pc = Produksi per cycle 
EU = Efisiensi kerja alat 
Untuk waktu edar alat dorong dirumuskan: 
Ct  A  B  C .................................................................... (2.11)
28 
Keterangan: 
A = Waktu melakukan pendorongan (detik) 
B = Waktu melakukan ganti gigi (detik) 
C = Waktu mundur (detik)
29 
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
Penelitian merupakan suatu proses kegiatan mencari sesuatu secara sistematis, 
dengan menggunakan pemikiran yang kritis dalam waktu yang relatif lama dan 
menggunakan metode yang bersifat ilmiah dan beraturan. Proses metodologi 
penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai acuan langkah dalam melakukan 
penelitian hingga pada akhirnya penelitian ini diseminarkan dan menjadi dasar buat 
pihak lain guna melakukan penelitian serupa ataukah meneliti unsur kebenaran dari 
penelitian ini. Proses kegiatan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sisi 
produktivitas alat, produksi rata-rata, pemakaian material sipil dan biaya rata-rata 
untuk aktivitas disposal per minggu. 
3.1 Perumusan Masalah 
Perumusan masalah didapatkan setelah melakukan identifikasi masalah yang 
kemudian dikumpulkan dan dipisahkan berdasarkan kategori-kategori permasalahan. 
Setelah itu kategori permasalahan kemudian dikumpulkan, dipadukan dan diurutkan 
membentuk rumusan masalah. 
Adapun masalah yang dirumuskan yaitu belum diketahuinya secara aktual 
beberapa aspek teknis di disposal area yakni menyangkut produktivitas alat mekanis yang 
bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal, komposisi aktual penggunaan 
material sipil terhadap overburden serta penggunaan biaya terhadap aktivitas disposal 
per minggunya.
30 
3.2 Studi Pustaka 
Studi pustaka dilakukan untuk mempersiapkan beberapa materi penunjang 
yang berkaitan dengan penelitian secara umum. Studi pustaka yang digunakan sebagai 
dasar pengolahan data penelitian tidak hanya dilakukan pada tahapan persiapan tetapi 
juga pada tahapan penelitian dilapangan, pengolahan dan analisis data hingga pada 
tahap perampungan sebelum dilakukannya seminar penelitian. Studi pustaka yang 
paling menunjang diantaranya sebagai berikut: 
1. Anonim. Cara menghitung produksi dan ongkos produksi. 
2. Projosumarto, 1993. Pemindahan tanah mekanis 
3. Indonesianto, 2008. Pemindahan tanah mekanis 
4. Nurhakim, 2004. Tambang terbuka & buku panduan lapangan KLT 
5. Projosumarto, 1993 Unit produksi tambang 
6. Wedhanto, 2009.Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis 
3.3 Tabulasi Data 
Adapun data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, 
data primer merupakan data yang berkaitan secara langsung dengan penelitian 
sedangkan data sekunder adalah data-data yang sifatnya sebagai data pelengkap dan 
bahan informasi penelitian. Data-data tersebut kemudian diolah sehingga dapat 
dilakukan analisis. Data-data tersebut antara lain: 
1. Data Primer 
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data primer. Tahapan 
secara umum untuk pengambilan data primer dilapangan adalah sebagai berikut: 
a. Pengambilan data cycle time alat angkut Dump Truck tipe Caterpillar 777 C dan 
Caterpillar 777 D yang dumping di Disposal Watulabu 07, selama satu minggu.
Dimana selain mengambil data cycle time alat, juga mengambil data waktu 
antrian alat angkut, bila terjadi antrian, serta jenis material yang akan di- 
dumping apakah overburden ataupun material sipil, yang akan dipergunakan 
31 
dalam analisis produktivitas alat mekanis. 
b. Di satu minggu yang sama juga diambil data cycle time alat dorong/dozer pada 
Disposal Watulabu 07 yaitu cycle time Dozer Caterpillar D8R. Selain data cycle 
time alat angkut, juga diambil data-data berupa waktu stand by alat, waktu 
berhenti, waktu istirahat yang akan memepengaruhi job efficiency alat. 
c. Kemudian satu minggu berikutnya dilakukan pengambilan data yang sama 
pada Disposal Anoa 28 yang mewakili Disposal Semi Induced dimana data yang 
diambil berupa data cycle time alat angkut dan alat dorong/dozer serta 
lamanya antrian alat angkut. 
d. Data rata-rata dumping material per minggu pada Disposal Watulabu 07 dan 
Disposal Anoa 28. 
e. Data Modular Mining System (MMS) 
f. Data penelitian sebelumnya yang menyangkut disposal yakni mengenai biaya 
perjam dari alat muat pada lokasi striping area. 
g. Data biaya unit cost merupakan data yang mencakup penggunaan suatu alat 
berat dalam bulan tertentu, dimana akan menjadi rujukan utama dalam 
perhitungan biaya alat pada disposal nantinya. 
h. Data biaya operasi produksi material sipil 
2. Data Sekunder 
Ada beberapa data yang diambil baik ke perusahaan maupun pada penelitian 
sebelumnya yang menyangkut penelitian ini yang sifatnya sebagai data tambahan 
atau pelengkap data-data sekunder yang diambil di lokasi penelitian dalam hal ini 
pada Mne Department PT. Inco adalah :
32 
a. Data jenis dan jumlah alat mekanis di PT. Inco 
b. Data assessment geotechnical Disposal Watulabu 07. 
c. Serta data-data pendukung lainnya guna melengkapi data dalam pengolahan 
dan analisis data selanjutnya. 
3.4 Tahapan Pengolahan dan Analisis Data 
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan 
dianalisis guna merumuskan kesimpulan dari penelitian ini. Adapun variabel 
pengolahan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 
a. Menghitung produktivitas alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan Caterpillar 
777 D, kemudian produktivitas alat dorong Caterpillar D8R. Tahap pengolahan data 
produktivitas alat mekanisnya sebagai berikut 
a. Menghitung cycle time rata-rata pada setiap tipe dan jenis alat mekanis 
menggunakan rumus: 
CTrata-rata = 
Σ CT 
n 
.....................................................................(3.1) 
Keterangan: 
CT = Cycle time (menit) 
n = Jumlah siklus 
b. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat angkut menggunakan 
rumus: 
푃푐 = 푊푇 
푛 
............................................................................(3.2) 
Keterangan: 
Pc = Produksi per siklus (wmt) 
WT = Tonase total material (wmt) 
n = Jumlah siklus 
c. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat angkut menggunakan 
rumus:
33 
푃퐻 = 푃퐶 × 60 
퐶푇 
× 퐸푈 .............................................................(3.3) 
Keterangan: 
PH = Produksi per jam 
Pc = Produksi per siklus 
EU = Efisiensi kerja alat 
d. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat dorong menggunakan 
rumus: 
푃퐶 = 푉푏 × 푎 ........................................................................ (3.4) 
Keterangan: 
Vb = kapasitas blade (m3) 
ɑ = Faktor pengisian blade 
e. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat dorong menggunakan 
rumus: 
푃퐻 = 푃퐶 × 60 
퐶푇 
× 퐸푈 (3.5) 
b. Menghitung produksi dumping material, baik itu overburden, material sipil berupa 
material kuari, material reject, yang mana material reject yang dipakai adalah +4, 
+2 dan reject dryer, sedangkan reject +18 tidak digunakan, serta material slag 
dengan rumus: 
푃푚 = 푛 × 푃퐶 ..................................................................... (3.6) 
Keterangan: 
Pm = Produksi total material 
n = Jumlah siklus angkut material 
Pc = produksi per siklus angkut material 
c. Dari hasil produksi material dumping pada masing-masing tipe disposal per minggu 
kemudian dapat dicari komposisi aktual dilapangan material sipil yang diperlukan 
terhadap tiap tonase overburden yang masuk ke disposal. 
d. Menghitung biaya alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777 D serta alat 
dorong Caterpillar D8R per jam yang kemudian dihitung untuk dikonversikan 
berapa biaya alat yang digunakan per ton untuk menghitung berapa biaya yang
dipakai untuk men-dumping material per ton pada masing-masing tipe disposal. 
34 
Tahapan pengolahan biayanya sebagai berikut: 
a. Menghitung biaya alat mekanis per siklus untuk setiap tipe dan jenis alat 
mekanis yang dikhususkan pada alat angkut dan alat dorong dengan 
menggunakan rumus: 
퐵퐶 = 퐵푈 × 퐶푇 ..................................................................... (3.7) 
Keterangan: 
BC = Biaya per siklus alat ($) 
BU = Biaya unit alat tiap jam ($/hours) 
CT = Cycle time alat mekanis (jam) 
b. Setelah mendapatkan biaya alat per siklus kemudian mencari biaya alat per 
tonase material dengan menggunaka rumus: 
퐵푊 = 
퐵퐶 
푊퐶 
............................................................................. (3.8) 
Keterangan: 
BW = Biaya per tonase material ($) 
BC = Biaya per siklus alat ($) 
WC = Tonase material per siklus angkut (wmt) 
c. Setelah mendapatkan biaya alat per ton kemudian dihitung biaya aktivitas 
disposal secara keseluruhan pada masing-masing tipe disposal dalam satu 
minggu menggunakan rumus: 
Biaya Total = Biaya alat mekanis + Biaya produksi material.................(3.9) 
Setelah dilakukan pengolahan data kemudian coba dilakukan analisis data 
dimana diharapkan dapat diambil kesimpulan terhadap analisis tersebut. Urutan 
analisis yang dilakukan yaitu: 
1. Analisis terhadap produktivitas alat mekanis dengan cara membandingkan antara 
kedua tipe disposal. Analisisnya juga berisikan kesimpulan terhadap faktor 
penyebab tinggi-rendahnya produktivitas alat mekanis, dan hubungan variabel 
antara komponen produktivitas alat mekanis terhadap tingkat produksi.
2. Analisis terhadap tingkat produksi material yang masuk ke disposal perminggu 
dan analisis variabel perbedaan tingkat produksi terhadap perencanaan disposal 
35 
secara komperehensif. 
3. Analisis tingkat pemakaian material sipil secara aktual pada masing-masing tipe 
disposal. 
4. Analisis biaya terpakai pada masing-masing tipe disposal perminggu
36 
RUMUSAN MASALAH 
1. Produktivas alat mekanis. 
2. Laju produksi perminggu. 
3. Komposisi material sipil 
4. Biaya operasi 
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 
Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian 
STUDI PUSTAKA 
1. Anonim, Cara menghitung produksi dan ongkos 
produksi 
2. Projosumarto,1993. Pemindahan tanah mekanis 
3. Indonesianto,2008. Pemindahan tanah mekanis 
4. Nurhakim. 2004. Tambang terbuka & Buku 
panduan KLT 
5. Projosumarto. Unit produksi tambang 
PENGOLAHAN DATA 
1. Produksi per cycle 
2. Produksi per jam 
3. Produksi material dumping 
4. Biaya per cycle 
5. Biaya per ton 
Analisis produktivitas alat mekanis Analisis produksi material dumping perminggu 
Komposisi material sipil Biaya operasi perminggu 
SKRIPSI 
 Data cycle time alat mekanis 
 Data kesediaan alat mekanis 
Data modular mining 
system (MMS DATA) 
 Data unit cost alat mekanis perjam 
 Data biaya produksi material sipil 
TABULASI DATA
37 
BAB IV 
ANALISIS OPERASI DISPOSAL AREA 
Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa aspek teknis dari kedua disposal 
yang berbeda tipe yakni Disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger, 
dan juga Disposal Anoa 28 yang merupakan disposal tipe Semi Induced. Pembahasan 
juga akan dititikberatkan pada kesesuaian antara disposal tipe Finger secara teoritis 
dan aktual pada Disposal Watulabu 07 serta Dsposal tipe Semi Induced pada Disposal 
Anoa 28. Menyangkut inti masalah dari penelitian ini yang berupaya melakukan analisis 
beberapa aspek teknis dalam perencanaan disposal pada masing-masing tipe disposal, 
maka yang akan dibahas secara rinci adalah tingkat produktivitas dari alat angkut dan 
dozer pada masing-masing tipe disposal, serta laju produksi dari overburden yang di- 
dumping pada disposal. Kemudian akan dihitung juga berapa pemakaian material sipil 
pada masing-masing tipe disposal agar tetap aman untuk mendukung laju produksi 
overburden berdasarkan metode pengisian material ke masing-masing tipe disposal. 
Terakhir adalah menghitung dan membandingkan total biaya yang dipergunakan untuk 
menopang aktivitas disposal yang terbatas pada biaya alat, dan biaya produksi 
material sipil. 
4.1 Analisis Produktivitas Alat Mekanis 
Produktivitas alat mekanis yang akan dianalisis yaitu menyangkut produksi per 
siklus dan produksi per jam alat angkut Dump Truk CAT 777C dan Dump Truk CAT 
777D antara kedua tipe disposal yakni Disposal Watulabu 07 yang mewakili tipe 
Finger dan Disposal Anoa 28 yang mewakili tipe Semi Induced.
38 
4.1.1 Analisis Produktivitas Alat Angkut 
Berdasarkan hasil pengolahan mengenai produktivitas masing-masing alat 
angkut pada kedua tipe disposal (lihat lampiran A, perhitungan dan pengolahan data 
produktivitas alat) diperoleh: 
Tabel 4.1 Produktivitas alat angkut 
NO. Produktivitas Alat Angkut Watulabu 07 
Anoa 28 
1 Produksi per siklus DT CAT 777 C 76,29 wmt 
78,48 wmt 
2 Produksi per jam DT CAT 777 C 109,50 wmt 
112,64 wmt 
3 Produksi per siklus DT CAT 777 D 93,86 wmt 
94,46 wmt 
4 Produksi per jam DT CAT 777 D 172,66 wmt 
174,02 wmt 
Dari tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa tingkat produktivitas alat angkut disposal 
tipe Semi Induced Anoa 28 lebih tinggi dibanding alat angkut pada disposal tipe 
Finger Watulabu 07, yang ditandai dengan lebih tingginya produksi per jam Dump 
Truck Caterpillar 777C dan juga Dump Truck Caterpillar 777D pada Disposal Anoa 28. 
Secara aktual ini disebabkan antara lain karena cycle time alat angkut tipe CAT 
777 D alat angkut Disposal Watulabu 07 yang lebih tinggi dibanding cycle time alat 
angkut tipe CAT 777D Disposal Anoa 28. Bahkan pada Disposal Anoa 28, cycle time 
alat angkutnya masih bisa lebih rendah lagi dikarenakan seringnya terjadi antrian 
hingga 6-7 truk dalam satu lokasi disposal. Hal ini berakibat pada cycle time yang lebih 
lama, dimana rata-rata cycle time-nya bertambah hingga 15 menit per unit alat. Yang 
kedua adalah jika ditinjau dari produksi per siklus alat, dimana untuk setiap tipe alat 
angkut pada Disposal Watulabu 07 yaitu Dump Truck CAT 777C dan Dump Truck 
CAT 777D lebih rendah produksi per siklusnya dibanding alat angkut tipe yang sama 
pada Disposal Anoa 28. Produksi per jam Dump Truck CAT 777C Anoa 28 lebih tinggi 
sekitar 2,19 wmt, sedangkan pada Dump Truck CAT 777D lebih tinggi sekitar 0,6 wmt.
Berdasarkan faktor perbedaan cycle time dan produksi percycle masing-masing 
alat angkut sebagaimana disebutkan di atas, mengakibatkan produksi per jam DT CAT 
777 C Disposal Anoa 28 lebih tinggi 3,14 wmt dibanding alat angkut tipe yang sama 
pada Disposal Watulabu 07, sedangkan produksi per jam DT CAT 777 D Disposal 
Anoa 28 lebih tinggi 1,36 wmt. Pengaruh dari produktivitas ini akan sangat 
mempengaruhi terhadap produksi material yang akan dumping ke masing-masing tipe 
39 
disposal. 
4.1.2 Analisis Produktivitas Alat Dorong/Dozer 
Pada pengamatan langsung aktivitas Disposal Watulabu 07 dan Disposal Anoa 
28 serta pengolahan data (lihat lampiran A, perhitungan dan pengolahan data 
produktivitas alat) diperoleh karakteristik dan produktivitas dozer sebagai berikut : 
Tabel 4.2 Produktivitas Alat Dorong 
No. Produktivitas dozer CAT D8R Watulabu 07 Anoa 28 
1 
2 
3 
4 
Jarak Pendorongan rata-rata 
Kecepatan Pendorongan rata-rata 
Produksi per cycle 
Produksi per jam 
20,14 m 
0,69 m/s 
14,67 wmt 
701,43 wmt 
13,6 m 
0,57 m/s 
14,89 wmt 
1.095,47 wmt 
Dari tabel 4.2 di atas kita bisa menarik beberapa asumsi terkait produktivitas alat 
dorong/dozer yang bekerja pada disposal. Dimana terlihat bahwa jarak dorong rata-rata 
dozer pada Disposal Watulabu 07 lebih jauh dibanding jarak dorong rata-rata 
dozer pada Disposal Anoa 28. Secara teoritis jarak dumping yang dianjurkan pada 
disposal tipe finger adalah 7,5 meter, sedangkan pada kondisi aktualnya hingga 
mencapai 20,14 meter. Padahal secara teoritis jarak dumping disposal tipe Finger itu 
lebih rendah dibanding jarak dumping tipe Semi Induced disebabkan karena pada 
disposal tipe Finger mengalami kemajuan batas dumping terus-menerus, sedangkan
pada disposal tipe Semi Induced tidak mengalami kemajuan batas dumping. 
Tingginya jarak dorong rata-rata secara aktual di lapangan pada disposal Watulabu 07 
yang merupakan disposal tipe Finger mengakibatkan secara signifikan pada tingginya 
cycle time Dozer. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada rendahnya produksi per 
40 
jam alat. 
Ini disebabkan karena pada kondisi aktual terkadang jumlah material sipil yang 
masuk ke Disposal Watulabu 07 lebih rendah dari seharusnya. Dengan kata lain, 
karena tidak segera terlayaninya permintaan material sipil dari operator dozer di 
disposal ini. Kurangnya material sipil untuk pembatuan pada Disposal tipe Finger 
yang akan menyebabkan terhambatnya operasi disposal, dikarenakan untuk 
mendorong material terus-menerus kedepan dengan mengalami kemajuan batas 
dumping diperlukan landasan yang cukup kuat sehingga material bisa lancar terdorong 
ke depan. Apabila landasannya kurang baik atau pembatuan yang kurang, akan 
mengakibatkan landasan yang dilalui dozer menurun oleh landasan yang lemah karena 
hanya terisi oleh overburden yang merupakan tanah lepas. Hal ini berimplikasi pada 
berat dozer yang membuat tanah landasan menjadi menurun. Apabila landasan 
menurun, maka pada ujung crest akan mengalami penumpukan material. Dengan 
adanya penumpukan material maka Dozer tidak akan bisa mendorong lebih jauh, dan 
batas dumping juga tidak bisa dimajukan. 
Mengenai kecepatan dorong material, Dozer pada Disposal Anoa 28 lebih 
rendah dibanding kecepatan dorong material pada Watulabu 07. Idealnya kecepatan 
dorong material dozer pada Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced 
harusnya lebih tinggi dibanding kecepatan dorong dozer pada Watulabu 07 yang 
merupakan Disposal Finger dikarenakan material yang didorong pada Disposal Semi 
Induced hampir seluruhnya adalah material overburden yang lunak, karena tidak 
terlalu dibutuhkan pembatuan. Beda halnya dengan disposal tipe Finger yang
senantiasa diikuti dengan material sipil walaupun pada kenyataannya cycle time 
41 
Disposal Watulabu 07 lebih tinggi dibanding cycle time pada Disposal Anoa 28. 
Dari sisi produksi per jam, terlihat bahwa dozer pada Disposal Watulabu 07 
yang merupakan tipe Finger lebih rendah dibanding produksi per jam Disposal Anoa 
28 yang merupakan tipe Semi Induced. Hal ini dikarenakan pada Disposal Watulabu 
07 seringnya dilakukan pembatuan untuk menunjang landasan sehingga tentu saja 
memerlukan waktu yang cukup lama atau cycle time yang lebih lama yang berimplikasi 
pada rendahnya produksi per jam pada Disposal Watulabu 07. Jadi secara umum, bisa 
disimpulkan bahwa produktivitas alat dorong/dozer pada Disposal Anoa 28 yang 
merupakan disposal tipe Finger lebih baik dari produktivitas alat dorong/dozer pada 
Disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger. 
Secara umum merujuk pada hasil produktivitas alat mekanis pada masing-masing 
tipe disposal, terlihat bahwa produktivitas alat pada disposal tipe Semi 
Induced senantiasa lebih tinggi jika dibandingkan dengan Disposal Finger. Dari hasil 
pengolahan data juga terlihat bahwa yang mempengaruhi secara signifikan tingkat 
produksi material dumping dari sisi produktivitas alat adalah menyangkut efisiensi 
kerja alat, cycle time alat angkut dan penggunaan metode pada masing-masing tipe 
disposal di lapangan secara aktual. 
4.2 Analisis Produksi Overburden dan Pemakaian Material Sipil 
Pada subbab ini akan dibahas mengenai produksi overburden atau jumlah 
overburden yang masuk ke disposal. Akan dibandingkan antara kedua tipe disposal, 
karena tentu saja laju pengisian material terutama overburden pada masing-masing 
tipe disposal itu berbeda.
42 
4.2.1 Analisis Produksi Dumping Material pada Disposal 
Material yang di-dumping di disposal yakni material utama berupa overburden 
yang merupakan lapisan tanah penutup yang harus dipindahkan ke disposal dan 
material sipil sebagai material perkuatan. Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan hasil 
pengolahan data mengenai produksi overburden dan pemakaian material sipil pada 
masing-masing disposal, yaitu Disposal Watulabu 07 dan Anoa 28 (lampiran B, 
perhitungan dan pengolahan data produksi material dumping). 
Tabel 4.3 Produksi Dumping Material di Watulabu 07 
No. Jenis Material CAT 777C CAT 777D 
1 
Overburden 
237,00 
2 
Kuari 
602,00 
68.153,24 
2.274,79 
3 
4 
Reject Station 
Slag 
530,85 
3.283,62 
1.443,46 
587,72 
Total 
6.677,61 79.876,07 
77.112,68 
20000 
15000 
10000 
5000 
0 
Produksi Harian Watulabu 07 
1 2 3 4 5 6 7 
OB 
QUARRY 
REJECT 
SLAG 
Gambar 4.1 Grafik produksi material dumping per hari di Watulabu 07
43 
Tabel 4.4 Produksi dumping material Disposal Anoa 28 
No. Jenis Material CAT 777C CAT 777D 
1 
Overburden 
3.346,47 
2 
Quarry 
0,00 
166.493,62 
1.191,03 
3 
4 
Reject Station 
Slag 
136,00 
7.818,46 
777,14 
430,00 
Total 
13.764,07 173.859,31 
180.192,73 
30000 
25000 
20000 
15000 
10000 
5000 
Produksi Harian Anoa 28 
Gambar 4.2 Grafik produksi material dumping per hari di Anoa 28 
Tabel 4.5 Perbandingan produksi material dumping 
NO. Jenis Material Tipe Finger Tipe Semi Induced 
1 
OB 
68.390,24 
169.840,10 
2 
Quarry 
2.876,79 
1.191,03 
3 
4 
Reject 
Slag 
1.974,31 
3.871,34 
913,14 
8.248,46 
Total 77.112,68 180.192,73 
0 
1 2 3 4 5 6 7 
OB 
QUARRY 
REJECT 
SLAG
WATULABU 07 
ANOA 28 
44 
200000.00 
150000.00 
100000.00 
50000.00 
0.00 
OB Quarry Reject Slag 
Gambar 4.3 Grafik data produksi material dumping 
Dari tabel 4.5 dan grafik data di atas (gambar 4.1, gambar 4.2 dan gambar 4.3) 
terlihat bahwa total produksi dumping material pada Disposal Anoa 28 jauh lebih 
banyak dibanding total produksi dumping material pada Disposal Watulabu 07. 
Dimana untuk produksi overburden pada Disposal Anoa 28 lebih tinggi sebanyak 
101.449,85 wmt dibanding Disposal Watulabu 07, yang berarti lebih banyak sekitar 
2,5 (dua setengah) kali lipat. Untuk produksi dumping material sipil pada Disposal 
Anoa 28 juga lebih banyak dibanding pada Disposal Watulabu 07, karena produksi 
dumping material sipil pada Disposal Anoa 28 lebih banyak sekitar 1630,20 wmt 
dibanding pada Disposal Watulabu 07. 
Jumlah produksi dumping material pada Disposal Anoa 28 yang lebih banyak 
dibanding Disposal Watulabu 07 bahkan sekitar 2,5 (dua setengah) kali lipat lebih 
banyak, menunjukkan bahwa tingkat efektifitas dumping material overburden pada 
Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced jauh lebih baik dibanding 
Watulabu 07. Hal ini bisa disebabkan antara lain karena, yang pertama oleh jarak 
pengangkutan dan jumlah alat angkut yang dipergunakan, karena apabila jarak tempat 
loading dan dumping overburdennya lebih sedikit tentu akan meningkatkan jumlah 
siklus alat angkut. Apalagi jika ditunjang dengan penempatan jumlah alat angkut yang
sesuai tentunya akan mendongkrak produksi. Kedua adalah karena pada Disposal 
Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced, tidak terlalu membutuhkan pembatuan 
untuk bisa men-dumping material overburden secara terus menerus dibanding pada 
Disposal Watulabu 07 yang merupakan tipe Finger. Ketiga, bisa juga disebabkan 
karena penggunaan metode disposal pada disposal tipe Finger yang senantiasa tidak 
sesuai dengan prosedur kerja standar menyangkut penggunaan metode. Keempat, 
juga disebabkan karena pada disposal tipe Finger senantiasa terdapat masalah yang 
45 
mempengaruhi kinerja disposal ini. 
Untuk tingkat pemakaian material sipil pada Disposal Watulabu 07 yang lebih 
banyak dibanding pemakaian material sipil pada Disposal Anoa 28, memang sudah 
sesuai teori yang mana pada disposal tipe Finger senantiasa membutuhkan 
pembatuan terus-menerus. Akan tetapi, jika dilihat selisih jumlah sekitar 1600-an ton 
ini disebabkan karena produksi dumping material overburden yang jauh lebih banyak 
pada Disposal Anoa 28 dibanding Disposal Watulabu 07. 
4.2.2 Analisis Komposisi Material Dumping 
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 mengenai produksi dumping material bisa 
diketahui seberapa banyak material sipil yang diperlukan guna menopang aktivitas 
dumping material overburden yang merupakan tanah lepas yang sudah mengalami 
pengembangan. Dimana untuk masing-masing disposal yang mewakili masing-masing 
tipe disposal yang berbeda diperoleh: 
1. Disposal Watulabu 07 ( Disposal Tipe Finger) 
Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 68.153,24) adalah 
sebagai berikut: 
a. Kuari = 2.876,79 wmt 
b. Reject = 1.974,31 wmt
46 
c. Slag = 3.871,34 wmt 
Sehingga komposisinya diperoleh sebagai berikut: 
Total rasio material sipil terhadap overburden 
= 13 % 
Dengan rincian sebagai berikut: 
 Material Kuari 
= 4 % 
 Material Reject 
= 3 % 
 Material Slag 
= 6 % 
2. Disposal Anoa 28 (Disposal Tipe Semi Induced) 
Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 169.840,10) 
adalah sbb: 
a. Kuari = 1.191,03 wmt 
b. Reject = 913,14 wmt 
c. Slag = 8.248,46 wmt 
Sehingga komposisinya diperoleh sebagai berikut: 
Total rasio material sipil terhadap overburden 
= 6 % 
Dengan rincian sebagai berikut: 
 Material Kuari 
= 0,7 % 
 Material Reject 
= 0,5 % 
 Material Slag 
= 4,8 %
47 
4.3. Analisis Perhitungan Biaya 
Pada perhitungan biaya disposal baik itu Disposal Watulabu 07 sebagai 
disposal tipe Finger dan Disposal Anoa 28 sebagai disposal tipe Semi Induced 
terbatas pada biaya alat angkut dan dozer serta komponen biaya produksi pada 
material sipil. Dimana sebagian menggunakan data penelitian yang berkaitan erat 
terhadap penelitian ini, data yang dimaksud adalah : 
1. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 C = US$ 0,62/ton (lihat lampiran C, 
perhitungan biaya alat) 
2. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 D = US$ 0,40/ton (lihat lampiran C, 
perhitungan biaya alat) 
3. Biaya Kuari 
 Biaya Pemboran = US$ 0,19/ton 
 Biaya Peledakan = US$ 0,19/ton 
 Biaya Backhoe = US$ 0,30/ton 
4. Biaya Reject 
Biaya Loader = US$ 0,25/ton 
5. Biaya Slag 
Biaya Pendinginan Slag = US$ 0,068/ton 
Biaya loader = US$ 0,29/ton 
4.3.1 Analisis Biaya Disposal Watulabu 07 
Pada analisis biaya ini lebih menekankan biaya penggunaan alat angkut dan 
alat dorong yaitu biaya penggunaan alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777 
D, sedangkan alat dorong yang dihitung adalah Dozer Caterpillar D8R. Untuk alat
mekanis lainnya, seperti loader dan alat lainnya dianggap sama pada kedua tipe 
48 
disposal. 
1. Biaya alat angkut 
Untuk biaya alat angkut pada Disposal Watulabu 07 didapatkan dari perkalian 
biaya material per tonase material angkut dengan tonase material yang di 
dumping ke Disposal Watulabu 07 seperti yang terlihat pada tabel 4.5. 
Tabel 4.5 Perhitungan biaya alat angkut Watulabu 07 
No. 
Jenis Material 
Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya 
777C/TON 777D/TON CAT 777C CAT 777D 
1 
2 
OB 
QUARRY 
US$ 0,62 
US$ 0,62 
US$ 0,40 
US$ 0,40 
US$ 146,94 
US$ 373,24 
US$ 27.261,30 
US$ 909,92 
3 
4 
REJECT 
SLAG 
US$ 0,62 
US$ 0,62 
US$ 0,40 
US$ 0,40 
US$ 29,12 
US$ 2.035,84 
US$ 577,38 
US$ 235,09 
Dari tabel biaya di atas (tabel 4.5) bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut 
yang dipergunakan untuk menunjang aktivitas dumping material pada Disposal 
Watulabu 07 per minggu adalah sbb: 
 Dump Truk CAT 777C = US$ 2.885,15 
 Dump Truk CAT 777D = US$ 28.983,69 
Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Watulabu 07 selama 
seminggu adalah US$ 31.868,84 
2. Biaya alat dorong/dozer 
Biaya Dozer per ton = US$ 0,057/tonnase 
Total Material = 77.112,68 wmt 
Maka total biaya dozer pada Disposal Watulabu 07 adalah 
= Biaya dozer per ton x total material 
= US$ 4.395,42
49 
Sehingga total biaya keseluruhan menjadi : 
Biaya Total = Biaya Alat Angkut + Biaya Dozer + Biaya Produksi Material 
Biaya Total = $ 31.868,84 + $ 4.395,42 + ((68.930,24 x 0,29) + (2876,79 
x (0,19 + 0,19 + 0,30)) + (1.974,31 x 0,25) + (3.871,34 x 
(0,068 + 0,29))) 
= US$ 31.868,84 + US$ 4.395,42 + US$ 23.825,51 
= US$ 60.089,77 
5.3.2 Analisis Biaya Disposal Anoa 28 
Sama seperti pada Disposal Watulabu 07 biaya operasi disposal area 
melibatkan seluruh komponen biaya operasi mulai dari produksi material hingga pada 
penggunaan alat mekanis seperti alat angkut, alat dorong dan alat muat. Terkhusus 
untuk alat mekanis yang bekerja pada disposal area dibedakan atas: 
1. Biaya alat angkut 
Biaya alat angkut pada Disposal Anoa 28 sedikit berbeda dimana biaya untuk 
pengangkutan material kuari oleh alat angkut Dump Truck CAT 777 C tidak ada 
seperti yang terlihat pada tabel 4.6 dikarenakan tidak ada material kuari yang 
terangkut oleh alat angkut tipe ini. 
Dari tabel biaya 4.6 bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut yang 
dipergunakan untuk menunjang aktivitas dumping material pada Disposal 
Anoa 28 per minggu adalah sbb: 
 Dump Truk CAT 777C = US$ 6,893.57 
 Dump Truk CAT 777D = US$ 65,867.80
50 
Tabel 4.6 Perhitungan biaya alat angkut Anoa 28 
No. 
Jenis Material 
Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya 
777C/TON 777D/TON CAT 777C CAT 777D 
1 OB US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 2.041,35 US$ 64.932,51 
2 QUARRY US$ 0,61 US$ 0,39 - US$ 464,50 
3 REJECT US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 82,96 US$ 303,09 
4 SLAG US$ 0,61 US $ 0,39 US$ 4.769,26 US$ 167,70 
Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Anoa 28 selama 
seminggu adalah US$ 72.761,37 
2. Biaya alat dorong/dozer 
Biaya dozer per ton = US$ 0,045/tonnase 
Total material = 180.192,73 wmt 
Maka total biaya dozer pada Disposal Anoa 28 adalah 
= Biaya dozer per ton x total material 
= US$ 8.108,67 
Sehingga total biaya keseluruhan menjadi : 
Biaya total = Biaya Alat Angkut + Biaya Dozer + Biaya Produksi Material 
Biaya total = $ 72.761,37 + $ 8.108,67 + ((169.840,10 x 0,29) + (1191,03 
x (0,19 + 0,19 + 0,30)) + (913,14 x 0,25) + (8.248,46 x 
(0,068 + 0,29))) 
= US$ 72.761,37 + US$ 8.108,67 + US$ 53.244,74 
= US$ 134.114,78 
Dari perhitungan biaya di atas bisa dilihat bahwa biaya untuk men-dumping 
material overburden serta penggunaan material sipil guna menunjang aktivitas 
disposal selama seminggu maka didapatkan bahwa biaya pada Disposal Anoa 28 
lebih tinggi sekitar US$ 74.025,01. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas atau
produksi dumping material dari Disposal Anoa 28 jauh lebih tinggi dibanding produksi 
dumping material Disposal Watulabu 07 sehingga memerlukan juga biaya yang 
tinggi. Tapi juga terlihat jelas bahwa biaya yang dikeluarkan untuk material sipil 
dengan biaya untuk overburden-nya pada Disposal Watulabu 07 lebih tinggi jika 
dibandingkan antara perbandingan biaya material sipil dengan biaya overburden pada 
Disposal Anoa 28, ini disebabkan dengan komposisi material sipil pada Disposal 
Watulabu 07 lebih tinggi dibanding komposisi material sipil Disposal Anoa 28 yang 
merupakan disposal tipe Finger. Sehingga secara umum disimpulkan biaya operasi 
disposal tipe Finger lebih mahal dibanding disposal tipe Semi Induced. Biaya disposal 
tipe Finger sebesar US$ 0,779/ton material dumping sedangkan pada Semi Induced 
51 
sebesar US$ 0,744/ton material dumping.
52 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dari 
hasil penelitian ini disimpulkan beberapa hal yakni : 
1. Tingkat produktivitas alat mekanis baik itu alat angkut maupun alat dorong pada 
disposal tipe Semi Induced lebih tinggi dibanding disposal tipe Finger, baik dari 
tingkat produksi per siklus maupun produksi per jamnya. 
2. Produksi rata-rata material dumping selama satu minggu sebagai berikut: 
a. Disposal tipe Finger produksi overburden-nya 68.390,24 wmt, kuari 
sebesar 2.876,79 wmt, reject sebesar 1.974,31 wmt dan slag sebesar 
3.871,34 wmt dengan total produksi material dumping sebesar 77.112,68 
wmt 
b. Disposal tipe Semi Induced produksi overburden-nya 169.840,10 wmt, 
kuari sebesar 1.191,03 wmt, reject sebesar 913,14 wmt dan slag sebesar 
8.248,46 wmt dengan total produksi material dumping sebesar 180.192,73 
wmt 
3. Komposisi antara produksi overburden dan pemakaian material sipil sebagai 
berikut: 
a. Pada disposal tipe Finger memerlukan 13% total material sipil dari produksi 
dumping material OB dengan rincian, 4 % untuk kuari, 3 % untuk reject 
dan 6 % untuk material slag.
b. Pada disposal tipe Semi Induced memerlukan 6% total material sipil dari 
produksi dumping material OB dengan rincian, 0,7 % untuk kuari, 0,5 % 
53 
untuk reject dan 0,48 % untuk material slag. 
4. Biaya terpakai untuk aktivitas disposal per minggu sebagai berikut: 
a. Disposal tipe Finger sebesar US$ 60.089,77 atau sebesar US$ 0,779/ton 
material dumping. 
b. Biaya Disposal tipe Semi Induced sebesar US$ 134.114,78 atau sebesar 
US$ 0,744/ton material dumping. 
5.2 Saran 
Adapun saran yang bisa diberikan oleh penulis mengenai penelitian yang 
membahas tentang disposal adalah sebagai berikut : 
1. Perlunya dilakukan perencanaan secara komperehensif terhadap kegiatan 
disposal pertahun agar aktivitas disposal selama setahun dapat berjalan lancar 
dan senantiasa terkendali, serta penggunaan biaya dapat lebih diefisienkan. 
2. Kombinasi antar kedua tipe disposal perlu senantiasa dilakukan agar 
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing tipe disposal dapat saling 
menutupi satu-sama lain yang mana jika faktor keselamatannya dapat tercapai 
ketika dilakukan rekayasa geometri. 
3. Perlu penelitian lanjutan mengenai komposisi jumlah masing-masing tipe 
disposal yang aktif untuk menanggulangi tingkat produksi material yang harus 
masuk ke disposal. 
4. Perlunya penelitian lebih lanjut terhadap SOP mengenai desain dan 
perencanaan disposal mengingat keadaan aktual yang senantiasa tidak sesuai 
dengan kondisi plan, untuk meningkatkan keefektifan masing-masing disposal.
54 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Anonim. 2006. Pemindahan Tanah Mekanis, SAP Peralatan Pekerjaan Tanah. 
Universitas Bina Nusantara: Jakarta 
2. Anonim. Cara Menghitung Produksi dan Ongkos Produksi 
2. Anonim. Caterpillar Performance Handbook Edition 34 
3. Arif, I. 1998. Submodul Pelatihan Perencanaan Tambang Perhitungan Biaya dan 
Evaluasi Finansial. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen 
Pertambangan dan Energi. ITB. Bandung. 
4. Indonesianto, Y. 2008. Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik 
Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta 
5. Nurhakim. 2004/2005. Tambang Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan: 
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 
6. Nurhakim. 2004. Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Edisi 2. Program Studi 
Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru 
7. Projosumarto, P. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik 
Pertambangan: Institut Teknologi Bandung 
8. Projosumarto, P. 1993. Diktat Unit Produksi Tambang. Jurusan Teknik 
Pertambangan: Institut Teknologi Bandung 
9. Sunarno, P. 2008. Standard Job Procedure Perencanaan dan Pelaksanaan Disposal . 
Mining Departement PT. Inco Tbk.: Sorowako 
10. Wedhanto, S. 2009. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah 
Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil) . Universitas Malang: Malang 
11. Wafi Auzan, H. 2010. Optimasi Pemilihan Material Civil Untuk Mendukung 
Keperluan Produksi di PT International Nickel Indonesia Tbk. Teknik Pertambangan 
UPN : Yogyakarta
55 
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

insitu dan induce stress.pptx
 insitu  dan induce stress.pptx insitu  dan induce stress.pptx
insitu dan induce stress.pptxarrrrsss
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)ade jalaludin
 
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Jimlin Wanma
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slideDugie Gentri Nugroho
 
Room and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraRoom and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraSyahwil Ackbar
 
PT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima CoalPT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coalirwan iriadi
 
Sistem penambangan
Sistem penambanganSistem penambangan
Sistem penambanganIpung Noor
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakanUDIN MUHRUDIN
 
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Sylvester Saragih
 
paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground miningheny novi
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckevamanroe
 
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Sylvester Saragih
 
Investasi tambang
Investasi tambangInvestasi tambang
Investasi tambangSyarif .
 

What's hot (20)

insitu dan induce stress.pptx
 insitu  dan induce stress.pptx insitu  dan induce stress.pptx
insitu dan induce stress.pptx
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)
 
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
 
Mine planning
Mine planningMine planning
Mine planning
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
 
Room and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubaraRoom and pillar_dan_longwall_batubara
Room and pillar_dan_longwall_batubara
 
Bahan kuliah 4
Bahan kuliah 4Bahan kuliah 4
Bahan kuliah 4
 
PT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima CoalPT Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coal
 
Sistem penambangan
Sistem penambanganSistem penambangan
Sistem penambangan
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakan
 
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
 
paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground mining
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
 
Studi Kelayakan Tambang: Pengantar
Studi Kelayakan Tambang: PengantarStudi Kelayakan Tambang: Pengantar
Studi Kelayakan Tambang: Pengantar
 
Zero oxygen balance
Zero oxygen balanceZero oxygen balance
Zero oxygen balance
 
9 pemantauan lereng
9 pemantauan lereng9 pemantauan lereng
9 pemantauan lereng
 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
 
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
 
Mekanisme dan Kriteria Keberhasilan Reklamasi dan Pascatambang
Mekanisme dan Kriteria Keberhasilan Reklamasi dan PascatambangMekanisme dan Kriteria Keberhasilan Reklamasi dan Pascatambang
Mekanisme dan Kriteria Keberhasilan Reklamasi dan Pascatambang
 
Investasi tambang
Investasi tambangInvestasi tambang
Investasi tambang
 

Similar to OPTIMAL DISPOSAL PLANNING

Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptx
Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptxPertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptx
Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptxAyuFebryanggi
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah MekanisTugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah MekanisRendi Fahreza
 
Proposal kp resta
Proposal kp restaProposal kp resta
Proposal kp restaResta Mega
 
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gas
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gasPerencanaan pengembangan lapangan minyak dan gas
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gasBandung Teknologi Institute
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganSylvester Saragih
 
perancang lanskap madya jenjang 8 .pptx
perancang lanskap madya jenjang 8   .pptxperancang lanskap madya jenjang 8   .pptx
perancang lanskap madya jenjang 8 .pptxboynugraha727
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah Joy Irman
 
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptx
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptxPPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptx
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptxginamoina
 
Proposal ta taruna
Proposal ta tarunaProposal ta taruna
Proposal ta tarunaTaruna Eka
 
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuli
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuliMetode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuli
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuliasmarayudhi
 

Similar to OPTIMAL DISPOSAL PLANNING (20)

Isi
IsiIsi
Isi
 
Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptx
Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptxPertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptx
Pertemuan 8 Manajemen dalam Produksi.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Laporan PKL di tekmira
Laporan PKL di tekmiraLaporan PKL di tekmira
Laporan PKL di tekmira
 
Bab I KERJA PRAKTEK CHINDY FUNAY
Bab I KERJA PRAKTEK CHINDY FUNAYBab I KERJA PRAKTEK CHINDY FUNAY
Bab I KERJA PRAKTEK CHINDY FUNAY
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah MekanisTugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
 
reklamasi pantai.pptx
reklamasi pantai.pptxreklamasi pantai.pptx
reklamasi pantai.pptx
 
Presentasi ta
Presentasi taPresentasi ta
Presentasi ta
 
Proposal kp resta
Proposal kp restaProposal kp resta
Proposal kp resta
 
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gas
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gasPerencanaan pengembangan lapangan minyak dan gas
Perencanaan pengembangan lapangan minyak dan gas
 
Laporan resmi kl
Laporan resmi klLaporan resmi kl
Laporan resmi kl
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
 
Kawasan industri bab i
Kawasan industri bab iKawasan industri bab i
Kawasan industri bab i
 
perancang lanskap madya jenjang 8 .pptx
perancang lanskap madya jenjang 8   .pptxperancang lanskap madya jenjang 8   .pptx
perancang lanskap madya jenjang 8 .pptx
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah
 
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptx
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptxPPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptx
PPT Dasar-dasar kejuruan Safitri Agustin.pptx
 
Proposal ta taruna
Proposal ta tarunaProposal ta taruna
Proposal ta taruna
 
Pengantar teknik industri modul 4
Pengantar teknik industri modul 4Pengantar teknik industri modul 4
Pengantar teknik industri modul 4
 
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuli
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuliMetode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuli
Metode pelaksanaan pekerjaan_gedung_kuli
 

OPTIMAL DISPOSAL PLANNING

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan overburden (OB). Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah pemindahan lapisan tanah penutup (OB) dengan alat-alat mekanis agar dapat dilakukan proses penambangan bijih. Overburden yang telah dikupas kemudian dipindahkan ke tempat penimbunan yang biasa disebut disposal. Disposal merupakan daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material tersebut harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi. Lokasi disposal merupakan lereng yang sudah ditambang yang nantinya akan dilakukan revegetasi. Disposal biasanya juga digunakan sebagai tempat pembuangan reject dryer, maupun sampah padat pabrik lainnya. PT. Inco sebenarnya mempunyai tiga macam tipe disposal, yakni disposal tipe Induced Flow, disposal tipe Semi induced dan disposal tipe Finger tetapi berhubung disposal tipe Induced Flow sangat sulit untuk diterapkan karena tingginya persyaratan untuk menggunakan tipe disposal tersebut, sehingga saat ini perusahaan hanya menggunakan dua tipe disposal. Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada. Dalam perencanaan disposal, perlu untuk mengetahui aspek teknis suatu disposal diantaranya menyangkut kemampuan produksi, kebutuhan akan material sipil
  • 2. dan aspek biaya operasi suatu disposal. Pentingnya aspek tersebut di atas menjadi 2 dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut menyangkut hal tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Perencanaan disposal secara komprehensif membutuhkan banyak analisis terhadap aspek operasi terutama menyangkut kajian teknisnya. Analisis yang senantiasa dilakukan berkaitan dengan aspek keselamatan, aspek kestabilan lereng disposal, dan menyangkut jenis atau tipe disposal. Untuk membuat suatu perencanaan disposal yang kompleks demi memaksimalkan produksi, ataupun pengakurasian perencanaan masih membutuhkan beberapa analisis pelengkap. Analisis yang dimaksud yakni menyangkut produktivitas alat mekanis yang bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal, komposisi aktual penggunaan material sipil terhadap overburden serta penggunaan biaya terhadap aktivitas disposal per minggunya. Data yang menyangkut beberapa aspek teknis di atas akan dibutuhkan dalam membantu perencanaan disposal secara keseluruhan, baik itu dalam pengevaluasian kinerja alat mekanis, perencanaan produksi disposal pertahun, perencanaan produksi material sipil, dan pengaturan budget biaya terhadap aktivitas operasi tambang di PT. Inco Tbk. 1.3 Tujuan Penelitian Salah satu operasi pada departemen tambang di PT. Inco yang cukup penting adalah operasi disposal. Operasi ini akan menunjang kelangsungan produksi bijih dan bertujuan mempersiapkan lahan yang telah selesai digali untuk dapat dipergunakan sebagai lahan reklamasi tambang sehingga dibutuhkan suatu perencanaan matang yang melibatkan berbagai aspek. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis aspek produktivitas alat mekanis, laju pengisian disposal,
  • 3. komposisi material sipil dan aspek biaya operasi di disposal area. Data tersebut akan menjadi pertimbangan tambahan dari sisi perencanaan disposal baik itu perencanaan disposal tahunan, perencanaan produksi material sipil serta pengalokasian budget biaya operasi tambang yang lebih baik dan efisien di PT. Inco Tbk. Untuk mendukung 3 tujuan penelitian tersebut maka akan dilakukan penelitian yang berfokus pada: 1. Analisis produktivitas alat mekanis yang bekerja pada disposal tipe Finger dan disposal tipe Semi Induced. 2. Analisis produksi overburden perminggu yang masuk ke disposal tipe Finger dan disposal tipe Semi Induced. 3. Analisis komposisi material sipil sebagai material perkuatan terutama pada landasan dumping material disposal tipe Finger dan disposal tipe Semi Induced. 4. Analisis penggunaan biaya perminggu kegiatan disposal area. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian menyangkut aspek teknis tersebut di atas pada disposal area, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan perencanaan disposal yang lebih efektif dan efisien dengan adanya parameter tambahan (second line opinion) berupa data produktivitas dan penggunaan biaya pada kegiatan operasi di disposal. 2. Dengan adanya data menyangkut analisis komposisi material sipil yang dipakai di disposal area akan sangat membantu dalam perencanaan produksi material sipil terutama menyangkut target produksi material sipil serta perencanaan dalam pengalokasian untuk setiap jenis material sipil. 3. Peningkatan produktivitas disposal yakni menyangkut laju produksi overburden, reject dryer dan slag yang masuk ke disposal area.
  • 4. 4. Dengan adanya analisis penggunaan biaya diharapkan dapat menjadi acuan oleh pihak managemen, dalam pengalokasian budget biaya produksi untuk 4 setiap item atau jenis aktifitas produksi di Departemen Mining PT. Inco. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama kurun waktu 6 bulan dimana khusus untuk penelitian lapangan dilakukan kurang lebih selama tiga bulan yakni mulai awal bulan september 2010 hingga akhir bulan november 2010. Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan PT. International Nikel Indonesia Tbk. atau yang biasa disebut PT. Inco Tbk. Daerah penambangan PT Inco Tbk. dibagi atas dua yaitu blok barat dan blok timur. Blok penambangan ini dipisahkan oleh pabrik peleburan Plant site dan secara umum berbatasan dengan bagian utara Desa Nuha dan Danau Matano, bagian timur Danau Mahalona, bagian selatan Desa Wawondula, Kecamatan Towuti dan bagian barat Desa Wasuponda, Kecamatan Nuha. Blok barat meliputi 36 bukit dengan luas daerah sekitar 46,5 km2 dan blok timur meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km2. Lokasi penelitian terletak pada Sorowako Project Area (SPA), daerah Anoa South dan Watulabu tepatnya disposal Anoa 28 dan disposal Watulabu 07.
  • 5. 5 Gambar 1.1 Lokasi Penelitian 1.6 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut terbagi atas sebagai berikut: 1. Tahapan Persiapan yakni tahapan penelitian yang paling awal dilakukan berupa pengurusan administrasi baik itu mengenai persuratan hingga program pengenalan akan lingkungan perusahaan tempat penelitian untuk mendapatkan akses masuk ke lingkungan tambang. 2. Tahapan Kedua yakni tahapan yang dilakukan dalam hal penentuan studi yang akan dilakukan yakni menyangkut rumusan masalah penelitian, judul penelitian serta jenis data-data yang akan diambil, baik itu data primer maupun data sekunder.
  • 6. 3. Tahapan ketiga adalah pengambilan data studi baik itu data primer maupun data 6 sekunder. 4. Tahapan keempat adalah pengolahan data, yang mana pengolahan datanya difokuskan untuk untuk melakukan analisis terhadap produktivitas alat mekanis pada kedua tipe disposal, laju produksi/pengisian disposal, komposisi aktual penggunaan material sipil terhadap jumlah overburden yang masuk ke disposal, serta menyangkut analisis penggunaan biaya untuk menunjang operasi disposal area. 5. Tahapan kelima adalah melakukan penyusunan tugas akhir sesuai dengan tujuan penelitian dan format baku penyusunan tugas akhir di lingkup Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin. 1.7 Sistematika Penulisan Penulis membagi beberapa bagian penelitian ini ke dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut:  Bab I pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan, batasan masalah, sistematika penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan, serta bagan alur studi.  Bab II studi pustaka merupakan teori-teori yang dipakai untuk mengolah data yang didapat untuk selanjutnya dipakai sebagai salah satu acuan dalam analisis masalah.  Bab III metodologi penelitian berisi tahapan-tahapan penelitian serta alur penelitian yang menjelaskan cara pengambilan data, jenis data yang dipakai, proses pengolahan data hingga pada proses pembahasan dan pengambilan kesimpulan.
  • 7.  Bab IV ananlisis aspek teknis disposal area merupakan penjelasan secara menyeluruh terhadap hasil olahan data yang diselaraskan dengan dasar teori dan 7 penelitian-penelitian terkait sebelumnya.  Bab V kesimpulan dan saran merupakan bab akhir yang merangkum hasil yang dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat disampaikan oleh penulis terkait dengan studi ini, terhadap pihak-pihak yang berkepentingan mengenai studi ini terutama kepada PT. Inco tempat penulis melakukan studi.
  • 8. 8 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Disposal Secara Umum Suatu kegiatan pertambangan umumnya memindahkan tanah penutup untuk mengambil bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu area tertentu untuk membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang ekonomis. Tempat penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump/disposal dan stockpile. Waste dump/disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang dijadikan tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material tersebut perlu digali dari pit demi memperoleh bijih/material kadar tinggi, sedangkan stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada saat yang akan datang. Stockpile juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk reklamasi. Berdasarkan alasan sosiologis di masyarakat, banyak perusahaan menjauhi nama waste dumps. Istilah yang dipakai adalah disposal area, waste rock storage area, rock piles, dan lain-lain. Disposal biasanya dibuat pada lubang-lubang bekas penambangan ataupun bekas penambangan kuari, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Ketika lubang tersebut telah penuh, maka permukaan dari disposal ini akan ditutupi dengan lapisan tanah penutup (top soil) untuk dijadikan daerah penghijauan. Sudah menjadi tanggung jawab tiap perusahaan penambangan untuk melakukan penghijauan kembali setelah
  • 9. area penambangan ditutup. Oleh karena itu, suatu area yang berupa lubang atau 9 lereng bekas penambangan harus disiapkan untuk menjadi disposal area. Gambar 2.1 Pemindahan lapisan tanah penutup Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada umumnya daerah yang diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 2–3 kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini berdasarkan pertimbangan diantaranya:  Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 – 45 % dibandingkan dengan material in situ.  Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit.  Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit. 2.2 Tipe-Tipe Disposal pada PT. INCO Tipe-tipe disposal yang biasa diterapkan dalam pertambangan menggunakan jenis penambangan open cast mining seperti pada PT. Inco terbagi atas tiga jenis, yaitu: Finger Disposal, Semi Induced Disposal dan Induced Fow Dsposal (Sunarno, 2008).
  • 10. 10 2.2.1 Finger Disposal Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan dozer. Disposal tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15 meter dengan kemiringan lereng yang landai kurang dari 400. Dibutuhkan kontinuitas dari material sipil sebagai landasan Dump Truck agar tidak terjadi longsoran. Jika diperlukan dapat dibuat dyke untuk melindungi area yang belum terganggu dan juga untuk meningkatkan kapasitas disposalnya. Sama seperti tipe dumping Semi Induced Flow, material didorong dengan dozer hingga ujung lereng. Dozer mendorong material buangan dari jarak 7,5 meter dari crest yang merupakan posisi truk menongkang muatannya (Sunarno, 2008). Gambar 2.2 Rancangan Finger Disposal (Sunarno,2008) Karena kemiringannya yang landai, pengaruh gaya gravitasi tidaklah terlalu besar sehingga dibutuhkan dozer yang lebih banyak untuk mendorong material. Disposal ini dapat bergerak maju setelah dilakukan pembatuan dengan menggunakan material sipil seperti slag, material reject, dan material kuari. Kelebihan dari jenis ini
  • 11. yaitu dapat memaksimalkan kapasitas disposal itu sendiri. Sedangkan kerugiannya, 11 membutuhkan biaya untuk pembatuan atau kontinuitas material sipil. 2.2.2 Disposal Tipe Induced Flow Induced Flow Disposal adalah tipe disposal yang memanfaatkan beda ketinggian > 15 meter untuk mendumping material, dengan sudut kemiringan antara 500 maksimum 700. Disposal tipe ini dibangun di atas tanah asli yang stabil (original), pada area blue zone atau pada area yang direkomendasikan oleh engineer geoteknik. Disposal ini juga dilengkapi dengan backstop sebagai dudukannya (bund wall) setinggi setengah ban roda truk yang terletak pada ujung crest seperti yang terlihat pada gambar 2.3 dan 2.4. Untuk mendorong material yang cukup padat ke bawah bisa disemprot dengan air. Selain itu, juga diperlukan instalasi alat pemantauan untuk mengamati ada tidaknya pergerakan tanah pada lereng, alatnya berupa inclinometer. Gambar 2.3 Rancangan Induced Flow (Sunarno,2008)
  • 12. 12 Gambar 2.4 Rancangan Backstop Induced Flow (Sunarno,2008) Kekurangan tipe dumping ini yaitu tidak dapat diterapkan pada semua slope karena batuan landasannya harus cukup kuat untuk menahan live road dari truk beserta muatannya hingga ke crest-nya, kapasitas disposal-nya kurang maksimal dan membutuhkan banyak biaya untuk pengadaan backstop (Sunarno, 2008). 2.2.3 Disposal Tipe Semi Induced Disposal Semi Induced Flow, umumnya sama atau memiliki kemiripan dengan Induce Flow tetapi truk hanya bisa dumping pada jarak tertentu yang diperbolehkan yaitu 12.5 m dari original crest. Setelah itu tanah penutup di dorong oleh dozer hingga ujung crest. Crest ke toe adalah 30 meter dengan kemiringan lereng antara 260- 360. Semi Induce Flow membutuhkan pembatuan material sipil pada landasan truk yang akan menongkang untuk menambah daya dukung tanah agar tidak terjadi longsoran (subsidence) . Karena kemiringannya lebih besar, disposal tipe ini membutuhkan dozer yang lebih sedikit dari pada Fnger Flow. Namun batas dorongan dozer pada disposal jenis ini tidak bergerak maju. Sebagai langkah antisipasi kelongsoran, perlu dilakukan pemantauan dengan alat extensometer (Sunarno, 2008). Kelebihan dari jenis ini yaitu tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan pembatuan di dumping area. Kekurangannya dibanding Disposal Induced Fow adalah
  • 13. mengeluarkan biaya untuk pengadaan dozer dan apabila dibandingkan dengan Finger 13 disposal, kapasitas disposal-nya kurang maksimal. Gambar 2.5 Semi Induced Flow Disposal (Sunarno,2008) Dari jenis-jenis disposal dapat diketahui bahwa material sipil digunakan sebagai bahan untuk perkuatan, baik itu perkuatan untuk jalan dozer, maupun sebagai landasan untuk tempat backstop. Landasan dozer dibutuhkan agar nantinya dozer yang digunakan tidak terperosok. Pada backstop, perkuatan dilakukan agar cukup kuat untuk menahan beban sehingga tidak terjadi longsor. 2.3 Material Sipil Material sipil adalah material-material yang digunakan untuk konstruksi yang meliputi kuari, pecahan batuan slag, dan reject screening station. Material sipil ini berguna untuk menambah kekuatan dari tanah. Material sipil ini biasanya digunakan untuk penggunaan material pondasi bawah, jalan, rail roads, dan sebagainya. Di PT. INCO, selain sebagai bahan perkerasan jalan, material sipil juga digunakan sebagai
  • 14. bahan perkerasan permukaan lapangan di front dan sebagai bahan untuk perkuatan 14 material di disposal. Material sipil yang digunakan oleh pihak PT. Inco dibedakan atas tiga macam yaitu kuari, reject dan slag yang memiliki komposisi berbeda-beda untuk setiap macam jenis perkerasan atau penguatan baik itu jalan tambang, disposal, ataupun pada lokasi penambangan. Material ini dibedakan dari segi cara memperolehnya masing-masing. 2.3.1 Kuari Kuari adalah batuan dasar yang berasl dari daerah-daerah bluezone atau bedrock. Produksi kuari biasanya disertai dengan kegiatan peledakan karena di butuhkan suatu kegiatan untuk melakukan pemberaian terhadap material kuari. Berdasarkan letak struktur batuannya, kuari dapat dibagi menjadi dua: 1. Kuari tipe satu Kuari tipe satu merupakan batuan yang terletak di bawah lokasi penambangan. Batuan ini merupakan bluezone pada daerah penambangan. Kuari tipe 1 ini baru dapat diambil apabila kegiatan pengambilan ore di mine front-nya sudah selesai. Sebagai contoh Delaney quarry 2. Kuari tipe dua Kuari tipe dua merupakan suatu massa batuan yang tersingkap di permukaan atau hanya ditutupi oleh tanah penutup. Tidak seperti kuari tipe satu, kuari tipe dua ini tidak ada kegiatan pengambilan ore disana sehingga pengambilan batuannya tidak dipengaruhi oleh kegiatan penambangan. Sebagai contoh yaitu Anoa north dan Anoa South Kuari.
  • 15. 15 2.3.2 Slag (terak nikel) Slag (terak nikel) adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel membentuk liquid panas yang kemudian mengalami pendinginan sehingga membentuk batuan alam yang terdiri dari slag padat dan slag yang berpori (seperti yang terlihat pada gambar 2.8). Berdasarkan bentuknya, slag nikel dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu high, medium, dan low slag. Terak nikel yang masuk kategori high diperoleh dari proses pemurnian di converter berbentuk pasir halus berwarna coklat tua, sedangkan kategori medium dan low slag diperoleh lewat tungku pembakaran (furnace) . Di PT. Inco, produksi limbah slag yang melewati proses pemurnian di converter mencapai 3000 ton perminggu, sedangkan pada tungku pembakaran dihasilkan medium slag dan low slag sebanyak 48.679 ton. Terak ini akan disimpan ke lokasi pembuangan terak (slag dump). PT. Inco tidak diperkenankan membuang terak di luar lokasi penambangan yang diizinkan dan tidak boleh menjual atau memberikan terak kepada pihak lain melainkan hanya boleh dimanfaatkan dan dikelola oleh pihak PT. Inco sendiri. Atas dasar kebijakan PT. Inco, maka terak akan dimanfaatkan sebagai lapisan material untuk pembuatan akses jalan tambang, dan sebagai material untuk meningkatkan daya dukung tanah. Hal ini dilakukan karena lemahnya daya dukung tanah yang ada untuk operasi alat berat dan Dump Truck dalam proses penambangan.
  • 16. 16 Gambar 2.6 Foto proses pouring Gambar 2.7 Foto proses quarrying Kegiatan utama di slag dump yaitu pouring dan quarrying seperti yang terlihat pada gambar 2.6 dan 2.7. Pouring adalah kegiatan penumpahan slag sedangkan quarrying adalah kegiatan pengambilan slag yang sudah dingin.
  • 17. 17 Gambar 2.8 Foto material sipil slag 2.3.3 Reject Material reject adalah material-material (batu/boulder) yang menjadi pengotor dalam kegiatan pengambilan ROM. Reject material ini merupakan hasil pemisahan dengan menggunakan grizzy bar pada screening station, seperti yang terlihat pada gambar 2.9. Secara umum ada beberapa ukuran reject yang dihasilkan oleh screening station di PT. Inco. Material reject yang dihasilkan dari screening station berupa +18", +4", +2". Selain dari hasil screening station, PT. Inco juga memperoleh reject yang merupakan keluaran dari kiln berupa reject dryer +1". Berdasarkan ukuran dan pemamfaatannya, hanya reject +4", +2" dan reject dryer yang digunakan sebagai material sipil. Hal ini disebabkan oleh ukuran reject +18" yang terlalu besar dan persentase pemakaian yang kecil untuk dipakai sebagai material sipil. Sebenarnya reject +18" ini bisa digunakan lagi dengan cara memperkecil ukuran batunya dengan di-crushing, namun karena hal ini dinilai tidak ekonomis, maka reject +18" kebanyakan hanya dibuang begitu saja atau dijadikan sebagai dasar untuk landasan disposal.
  • 18. 18 Gambar 2.9 Foto grizzly bar reject +18” di screening station Gambar 2.10 Foto screening station dan persebaran material reject. 2.4 Biaya Penggunaan Material Sipil Ada beberapa komponen biaya yang harus diperhatikan untuk menghitung besarnya biaya yang terpakai untuk setiap penggunaan jenis material sipil apakah itu kuari, reject maupun slag. Untuk masing-masing jenis material sipil, memiliki
  • 19. perbedaan satu sama lainnya. Ada yang hanya berupa biaya penggunaan alat mekanis ada juga yang memerlukan biaya tambahan berupa biaya produksi material. Untuk material sipil kuari dan slag masih memerlukan biaya operasi untuk memproduksi material tersebut sedangkan untuk material slag hanya memerlukan biaya penggunaan alat mekanis karena tidak memerlukan usaha untuk memproduksi material tersebut. 19 2.4.1 Biaya Pemboran dan Peledakan Kuari Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan peledakan pada suatu daerah penambangan. Kegiatan peledakan ini biasanya dilakukan pada pengambilan material kuari. Material kuari ini biasa diambil dari batuan bluezone. Batuan-batuan ini biasanya memiliki tingkat kekerasan tertentu yang sebagian besar tidak dapat langsung diambil dengan menggunakan backhoe/shovel. Maka dari itu, digunakanlah blasting untuk memudahkan pengambilan batuan dan memperkecil fragmen batuan yang diambil. Dalam sistem pemboran peledakan, biaya yang digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Waktu kerja Alat Dalam kegiatan pemboran, waktu yang diperlukan untuk membuat lubang tembak tergantung kepada tingkat kekerasan batuan. Semakin bagus mata bor yang digunakan semakin cepat kecepatan pengeboran dan semakin keras batuan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuang lubang tembak. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah lubang tembak semakin besar, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. 2. Jumlah bahan peledak yang digunakan Bahan peledak merupakan komponen utama dalam sistem peledakan. Banyaknya jumlah bahan peledak yang digunakan akan sangat bergantung pada jumlah produksi yang diinginkan. Semakin banyak lubang tembak yang kita isi, akan
  • 20. semakin banyak komsumsi bahan peledak, sehingga akan membuat biaya 20 peledakan menjadi mahal. 3. Perbaikan dari peralatan yang rusak Kuari merupakan kegiatan penggalian batuan dengan tingkat kekerasan yang cukup keras. Penggunaan mata bor pada alat pengeboran adalah hal yang paling diperhatikan karena tingkat kerusakan mata bor ini sangat tinggi. Semakin banyak mata bor yang rusak, maka akan semakin banyak jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan. Dalam komponen biaya, biaya perbaikan ini sudah termasuk ke dalam biaya pemakaian alat/jam. Biaya pemakaian alat itu sendiri meliputi biaya operasional dan biaya maintenance. 2.4.2 Biaya Pemuatan Biaya yang dikeluarkan untuk memuat material dari lapangan ke atas Dump Truck. Biaya ini lebih banyak dipengaruhi oleh waktu kerja alat muat. Dimana biaya alat muat dirumuskan: Bm = W x bm ............................................................................... (2.1) Keterangan: Bm = Biaya pemuatan ($) W = Waktu operasi kerja alat (jam) bm = Biaya alat muat (perjam/ton) 2.4.3 Biaya Pengangkutan Biaya pengangkutan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut material. Dalam pemakaian alat angkut, biaya yang dikeluarkan tergantung kepada lamanya pemakaian waktu pengangkutan. Biaya pemakaian alat angkut ini disusun oleh beberapa komponen penting diantaranya biaya operasi dan biaya perbaikan. Biaya operasi ini berarti biaya yang dikeluarkan untuk operasional alat seperti biaya
  • 21. bahan bakar, pemakaian pelumas dan lain-lain. Sedangkan untuk biaya perawatan, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan alat agar tetap maksimal. Komponen biaya ini akan dibagi terhadap jumlah jam kerja alat untuk mendapatkan biaya penggunaan alat 21 per jam. Dalam rumusannya, biaya pengangkutan dapat dirumuskan menjadi: Ba = W x ba ................................................................................ (2.2) Keterangan: Ba = Biaya pemuatan ($) W = Waktu operasi kerja alat (jam) ba = Biaya alat angkut (biaya/jam) 2.4.4 Biaya Pendinginan Slag Biaya pendinginan ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyewaan truk kontraktor pengangkut air dalam pendinginan slag. Slag yang merupakan buangan dari pabrik pada awalnya berbentuk material liquid panas sehingga belum bisa digunakan untuk material sipil. Agar slag dapat dimanfaatkan, proses pendinginan perlu dilakukan agar bentuk slag yang liquid menjadi material padat. Untuk mendinginkan slag dilakukan penyiraman air terhadap slag panas tersebut sampai material slag menjadi padat dan cukup dingin untuk digunakan sebagai material sipil. Untuk biaya penyiraman dirumuskan: Bs = W x V ................................................................................ (2.2) Keterangan: Bs = Biaya penyiraman ($) W = Waktu operasi kerja alat (jam) V = Volume air per tonnase slag yang dihasilkan (m3/ton) Slag yang dibawa oleh haul master dari pabrik pengolahan ke slag dump memiliki suhu berkisar antara 15000C-15600C. Kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan dengan cara didiamkan selama kurang lebih 4 minggu maka suhunya akan berkurang menjadi 4000C-5500C. Setelah proses pendinginan selama 4 minggu, dilakukan lagi proses pendinginan dengan cara penyiraman dengan air. Hal ini dilakukan agar suhu
  • 22. slag bisa turun dan dapat dilakukan penambangan slag. Suhu rata-rata pada saat 22 setelah dilakukan penyiraman yaitu berkisar antara 1200C-1300C. 2.5 Alat Mekanis Hal yang mempengaruhi penggunaan alat mekanis adalah menyangkut jenis alat mekanis dan aspek kesediaan alat mekanis yang mengindikasikan kesediaan suatu alat untuk melakukan kerja, pengaruh dari kesediaan alat mekanis akan berujung pada tingkat produksi suatu alat mekanis. 2.5.1 Jenis Alat Mekanis Alat mekanis yang bekerja pada disposal area umumnya terdiri atas 2 alat mekanis yang merupakan kombinasi sesuai dengan fungsi alat mekanis tersebut. Umumnya terdiri atas alat angkut seperti dump truck yang mengangkut material dari front penambangan dan dozer sebagai alat dorong yang membantu meratakan dan mendorong material ke dalam disposal (gambar 2.11.). Berikut rincian alat tersebut: 1. Dump Truck Dump truck senantiasa menjadi pilihan idola sebagai alat angkut dalam pemindahan tanah penutup ke disposal ini dikarenakan kemampuan manuvernya yang baik yang dapat menyesuaikan kondisi medan. Bahkan menurut Projosumarto (1993), karena kecepatannya yang tinggi, Dump Truck memiliki tingkat produksi yang tinggi sehingga menghemat ongkos angkut material per ton jika dibandingkan dengan jenis alat angkut yang lain. Selain itu, Dump Truck juga fleksibel, artinya dapat mengangkut berbagai jenis material dan muatan yang bentuk dan ukurannya beraneka ragam dan tidak terlalu bergantung pada jalur jalan. Berdasarkan ukurannya Dump Truck dibedakan atas tiga jenis yaitu: a. Ukuran kecil yaitu truk-truk yang mempunyai kapasitas hingga 25 ton
  • 23. 23 b. Ukuran sedang yaitu yang mempunyai kapasitas antara 25-100 ton c. Ukuran besar yaitu yang memliki kapasitas diatas 100 ton Berdasarkan cara mengosongkan muatannya juga dibagi atas tiga yaitu: a. End-dump atau rear dump yaitu mengososngkan muatannya ke belakang b. Side dump yaitu mengosongkan muatan ke samping. c. Bottom dump yaitu mengosongkan muatan ke bawah. Pemilihan cara mengosongkan muatannnya tergantung dari keadaan tempat kerja, artinya tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (Projosumarto, 1993) 2. Buldozer Salah satu alat mekanis yang sangat berpengaruh pada aktivitas di disposal area adalah bulldozer. Bulldozer adalah alat mekanis yang menggunakan traktor sebagai alat penggerak utama, yang biasanya dilengkapi dengan dozer attachment. Dalam hal ini attachment adalah blade. Dalam aplikasinya, bulldozer dirancang sebagai alat yang mempunyai kemampuan untuk mendorong berbagai macam material ke arah depan. Beberapa klasifikasi yang diperhatikan dalam menentukan alternatif alat mekanis bulldozer yang akan digunakan yaitu: a. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan kabel (Cable Controlled Blade), dimana gerakan naik turun bilahnya memakai kabel sebagai alat pengendali. Jenis ini merupakan tipe lama. b. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan tenaga hidrolik (Hidroulik Controlled Blade), ini merupakan yang lebih modern dengan tenaga hidrolik untuk mengendalikan gerakan naik turunnya bilah. Bila ditinjau dari segi penggeraknya, ada 2 (dua) macam bulldozer, yaitu: a. Bulldozer yang memakai roda karet (rubber tired bulldozer atau whell dozer). Bulldozer jenis ini lebih gesit dan lincah dalam pergerakannya. Jenis
  • 24. bulldozer ini sangat cocok untuk daerah kering dan memiliki landasan yang keras. Sementara untuk daerah yang becek dan landasan lunak, bulldozer 24 tipe ini akan kehilangan kekuatannya karena sering selip. b. Bulldozer yang memakai rantai (track type bulldozer atau crawler dozer). Bulldozer tipe ini gerakannya lamban tetapi memiliki daya gusur yang cukup dan dapat bergerak dengan baik pada daerah yang kering maupun becek, karena rantainya mampu mencengkram landasan kerjanya dengan baik. (Projosumarto, 1993) 2.5.2 Kesediaan Alat Mekanis Kesediaan alat mekanis merupakan kesediaan suatu alat untuk melakukan kerja yang terdiri atas empat macam, yaitu: 1. Kesediaan Mekanis atau Mechanical Availability (MA) Suatu faktor yang menunjukkan tingkat kesediaan alat dapat berproduksi dengan memperhatikan kehilangan-kehilangan waktu karena sebab mekanik seperti kerusakan mesin dan perawatan. Kesediaan mekanis dirumuskan: MA = ............................................................ (2.3) 2. Kesediaan fisik atau Physical Availability (PA) Suatu faktor yang menunjukkan tingkat kerja suatu alat dengan memperhatikan kehilangan waktu kerja segala macam alasan seperti hujan dan sebagainya. Kesedian Fisik dapat dirumuskan: PA = ............................................................. (2.4)
  • 25. 25 3. Kesediaan pemakaian atau Used of Availability (UoA) Suatu faktor yang menunjukkan tingkat efisiensi suatu alat dalam melakukan suatu kegiatan produksi. Biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan/managemen peralatan yang sedang digunakan. Kesedian pemakaian dirumuskan: UoA = ........................................................... (2.5) 4. Penggunaan efektif atau Effective Utility (EU) Suatu faktor yang menunjukkan persentase dari keseluruhan waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif dari alat dalam suatu kegiatan. Penggunaan Efektif dirumuskan : MA = ............................................................... (2.6) Dimana : W = waktu operasi aktual, merupakan jumlah jam kerja alat pada saat alat dalam kondisi dapat dioperasikan. R = waktu repair, merupakan waktu yang hilang akibat unit rusak, sedang atau belum diperbaiki karena tunggu suku cadang atau tenaga. S = waktu standby, merupakan jumlah waktu yang tidak dapat dipergunakan unit tetapi unit dalam keadaan baik dan siap digunakan. T = waktu total, merupakan jumlah dari waktu operasi aktual, waktu repair dan waktu standby. 2.5.3 Produksi Alat Mekanis Alat mekanis yang bekerja di disposal yakni alat angkut dan alat dorong memiliki komponen produksi tersendiri dimana komponen produksi kedua alat
  • 26. dipengaruhi oleh kapasitas bucket/blade alat mekanis. Terkhusus pada alat mekanis 26 yang bekerja di disposal area, produksinya terbagi atas 2 yaitu: a. Produksi Alat Angkut Pengangkutan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut material menuju tempat yang dibutuhkan. Untuk mengetahui kemampuan produksi alat angkut dapat digunakan persamaan sebagai berikut : Pa = Cb x n ............................................................................ (2.7) Keterangan: Pa = Produksi alat angkut (wmt) Cb = Kapasitas baket alat angkut (ton) n = Jumlah edar/trip tiap hari Kapasitas truk diperoleh berdasarkan jumlah pemuatan dari kapasitas alat muat yang memiliki faktor koreksi yaitu S (Swell faktor), F (Fill Faktor), tetapi di dalam operasi pengangkutan material tidak menggunakan swell faktor, karena material pada saat diambil dan dimuat sudah dalam keadaan lepas. Sedangkan dalam jumlah trip perhari memiliki 2 (dua) faktor koreksi yaitu : availability yang terdiri dari ; Mechanical Availability (MA), dan Physical Availability (PA), serta utilisasi yang terdiri dari ; Use of Availability (UoA), dan Effective Utility (EU) (Indonesianto, 2008). MA merupakan persentase kesiapan alat bila tidak rusak atau sedang dalam perawatan, PA merupakan persentase keadaan fisik dari alat yang siap dipergunakan, UoA merupakan persentase kemampuan waktu untuk beroperasi yang dapat dipergunakan dari waktu kerja dan EU merupakan persentase kemampuan waktu untuk beroperasi yang dapat dipergunakan dari total waktu. Maka EU digunakan untuk faktor koreksi. Sedangkan MA, PA dan UoA tidak dipergunakan karena MA merupakan persentase kesediaan suatu alat atau mesin bila tidak rusak atau sedang dalam perawatan dan EU adalah perkalian dari PA dan UoA. Bila PA dan UoA
  • 27. digunakan, faktor koreksi dalam perhitungan produksi akan dobel. Sehingga 27 rumus untuk perhitungan produksi alat angkut menjadi : Pa = 60/Cta x n x Cb x Ff x EU ..................................................... (2.8) Keterangan : Pa : Produktivitas alat angkut, (ton/jam) Pm : Produktivitas alat muat, (ton/jam) Cta : Waktu edar alat angkut, (menit) Ctm : waktu edar alat muat satu swing, (menit) Cb : Kapasitas bucket alat muat, (m3) Ff : faktor pengisian (fill faktor) , (%) PA : Phisical Availability atau kesediaan fisik, (%) UoA : Use of Availability atau kesediaan pemakaian, (%) MA : Mechanical Availability atau kesediaan mekanis, (%) EU : Effective Utility atau penggunaan efektif, (%) Untuk Waktu Edar Alat Angkut (Cta) dirumuskan sebagai berikut: Ct a  A  B  C  D  E  F  G  H ........................................... (2.9) Keterangan: A = Waktu diisi muatan (detik) B = Waktu mengangkut muatan (detik) C = Waktu menunggu bermuatan (detik) D = Waktu manuver saat muatan (detik) E = Waktu menumpahkan (detik) F = Waktu kembali dalam keadaan kosong (detik) G = Waktu menunggu keadaan kosong (detik) H = Waktu manuver kosong (detik) b. Produksi Alat Dorong/Dozer Dozing adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mendorong atau meratakan material yang telah di tumpahkan oleh alat angkut pada dumping point (Indonesianto, 2008). Rumus yang dipergunakan untuk menghitung kemampuan produksinya adalah sebagai berikut: 푃퐻 = 푃퐶 × 60 퐶푇 × 퐸푈 ........................................................... (2.10) Keterangan: PH = Produksi per jam Pc = Produksi per cycle EU = Efisiensi kerja alat Untuk waktu edar alat dorong dirumuskan: Ct  A  B  C .................................................................... (2.11)
  • 28. 28 Keterangan: A = Waktu melakukan pendorongan (detik) B = Waktu melakukan ganti gigi (detik) C = Waktu mundur (detik)
  • 29. 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan suatu proses kegiatan mencari sesuatu secara sistematis, dengan menggunakan pemikiran yang kritis dalam waktu yang relatif lama dan menggunakan metode yang bersifat ilmiah dan beraturan. Proses metodologi penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai acuan langkah dalam melakukan penelitian hingga pada akhirnya penelitian ini diseminarkan dan menjadi dasar buat pihak lain guna melakukan penelitian serupa ataukah meneliti unsur kebenaran dari penelitian ini. Proses kegiatan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sisi produktivitas alat, produksi rata-rata, pemakaian material sipil dan biaya rata-rata untuk aktivitas disposal per minggu. 3.1 Perumusan Masalah Perumusan masalah didapatkan setelah melakukan identifikasi masalah yang kemudian dikumpulkan dan dipisahkan berdasarkan kategori-kategori permasalahan. Setelah itu kategori permasalahan kemudian dikumpulkan, dipadukan dan diurutkan membentuk rumusan masalah. Adapun masalah yang dirumuskan yaitu belum diketahuinya secara aktual beberapa aspek teknis di disposal area yakni menyangkut produktivitas alat mekanis yang bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal, komposisi aktual penggunaan material sipil terhadap overburden serta penggunaan biaya terhadap aktivitas disposal per minggunya.
  • 30. 30 3.2 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mempersiapkan beberapa materi penunjang yang berkaitan dengan penelitian secara umum. Studi pustaka yang digunakan sebagai dasar pengolahan data penelitian tidak hanya dilakukan pada tahapan persiapan tetapi juga pada tahapan penelitian dilapangan, pengolahan dan analisis data hingga pada tahap perampungan sebelum dilakukannya seminar penelitian. Studi pustaka yang paling menunjang diantaranya sebagai berikut: 1. Anonim. Cara menghitung produksi dan ongkos produksi. 2. Projosumarto, 1993. Pemindahan tanah mekanis 3. Indonesianto, 2008. Pemindahan tanah mekanis 4. Nurhakim, 2004. Tambang terbuka & buku panduan lapangan KLT 5. Projosumarto, 1993 Unit produksi tambang 6. Wedhanto, 2009.Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis 3.3 Tabulasi Data Adapun data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, data primer merupakan data yang berkaitan secara langsung dengan penelitian sedangkan data sekunder adalah data-data yang sifatnya sebagai data pelengkap dan bahan informasi penelitian. Data-data tersebut kemudian diolah sehingga dapat dilakukan analisis. Data-data tersebut antara lain: 1. Data Primer Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data primer. Tahapan secara umum untuk pengambilan data primer dilapangan adalah sebagai berikut: a. Pengambilan data cycle time alat angkut Dump Truck tipe Caterpillar 777 C dan Caterpillar 777 D yang dumping di Disposal Watulabu 07, selama satu minggu.
  • 31. Dimana selain mengambil data cycle time alat, juga mengambil data waktu antrian alat angkut, bila terjadi antrian, serta jenis material yang akan di- dumping apakah overburden ataupun material sipil, yang akan dipergunakan 31 dalam analisis produktivitas alat mekanis. b. Di satu minggu yang sama juga diambil data cycle time alat dorong/dozer pada Disposal Watulabu 07 yaitu cycle time Dozer Caterpillar D8R. Selain data cycle time alat angkut, juga diambil data-data berupa waktu stand by alat, waktu berhenti, waktu istirahat yang akan memepengaruhi job efficiency alat. c. Kemudian satu minggu berikutnya dilakukan pengambilan data yang sama pada Disposal Anoa 28 yang mewakili Disposal Semi Induced dimana data yang diambil berupa data cycle time alat angkut dan alat dorong/dozer serta lamanya antrian alat angkut. d. Data rata-rata dumping material per minggu pada Disposal Watulabu 07 dan Disposal Anoa 28. e. Data Modular Mining System (MMS) f. Data penelitian sebelumnya yang menyangkut disposal yakni mengenai biaya perjam dari alat muat pada lokasi striping area. g. Data biaya unit cost merupakan data yang mencakup penggunaan suatu alat berat dalam bulan tertentu, dimana akan menjadi rujukan utama dalam perhitungan biaya alat pada disposal nantinya. h. Data biaya operasi produksi material sipil 2. Data Sekunder Ada beberapa data yang diambil baik ke perusahaan maupun pada penelitian sebelumnya yang menyangkut penelitian ini yang sifatnya sebagai data tambahan atau pelengkap data-data sekunder yang diambil di lokasi penelitian dalam hal ini pada Mne Department PT. Inco adalah :
  • 32. 32 a. Data jenis dan jumlah alat mekanis di PT. Inco b. Data assessment geotechnical Disposal Watulabu 07. c. Serta data-data pendukung lainnya guna melengkapi data dalam pengolahan dan analisis data selanjutnya. 3.4 Tahapan Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis guna merumuskan kesimpulan dari penelitian ini. Adapun variabel pengolahan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut: a. Menghitung produktivitas alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan Caterpillar 777 D, kemudian produktivitas alat dorong Caterpillar D8R. Tahap pengolahan data produktivitas alat mekanisnya sebagai berikut a. Menghitung cycle time rata-rata pada setiap tipe dan jenis alat mekanis menggunakan rumus: CTrata-rata = Σ CT n .....................................................................(3.1) Keterangan: CT = Cycle time (menit) n = Jumlah siklus b. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat angkut menggunakan rumus: 푃푐 = 푊푇 푛 ............................................................................(3.2) Keterangan: Pc = Produksi per siklus (wmt) WT = Tonase total material (wmt) n = Jumlah siklus c. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat angkut menggunakan rumus:
  • 33. 33 푃퐻 = 푃퐶 × 60 퐶푇 × 퐸푈 .............................................................(3.3) Keterangan: PH = Produksi per jam Pc = Produksi per siklus EU = Efisiensi kerja alat d. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat dorong menggunakan rumus: 푃퐶 = 푉푏 × 푎 ........................................................................ (3.4) Keterangan: Vb = kapasitas blade (m3) ɑ = Faktor pengisian blade e. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat dorong menggunakan rumus: 푃퐻 = 푃퐶 × 60 퐶푇 × 퐸푈 (3.5) b. Menghitung produksi dumping material, baik itu overburden, material sipil berupa material kuari, material reject, yang mana material reject yang dipakai adalah +4, +2 dan reject dryer, sedangkan reject +18 tidak digunakan, serta material slag dengan rumus: 푃푚 = 푛 × 푃퐶 ..................................................................... (3.6) Keterangan: Pm = Produksi total material n = Jumlah siklus angkut material Pc = produksi per siklus angkut material c. Dari hasil produksi material dumping pada masing-masing tipe disposal per minggu kemudian dapat dicari komposisi aktual dilapangan material sipil yang diperlukan terhadap tiap tonase overburden yang masuk ke disposal. d. Menghitung biaya alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777 D serta alat dorong Caterpillar D8R per jam yang kemudian dihitung untuk dikonversikan berapa biaya alat yang digunakan per ton untuk menghitung berapa biaya yang
  • 34. dipakai untuk men-dumping material per ton pada masing-masing tipe disposal. 34 Tahapan pengolahan biayanya sebagai berikut: a. Menghitung biaya alat mekanis per siklus untuk setiap tipe dan jenis alat mekanis yang dikhususkan pada alat angkut dan alat dorong dengan menggunakan rumus: 퐵퐶 = 퐵푈 × 퐶푇 ..................................................................... (3.7) Keterangan: BC = Biaya per siklus alat ($) BU = Biaya unit alat tiap jam ($/hours) CT = Cycle time alat mekanis (jam) b. Setelah mendapatkan biaya alat per siklus kemudian mencari biaya alat per tonase material dengan menggunaka rumus: 퐵푊 = 퐵퐶 푊퐶 ............................................................................. (3.8) Keterangan: BW = Biaya per tonase material ($) BC = Biaya per siklus alat ($) WC = Tonase material per siklus angkut (wmt) c. Setelah mendapatkan biaya alat per ton kemudian dihitung biaya aktivitas disposal secara keseluruhan pada masing-masing tipe disposal dalam satu minggu menggunakan rumus: Biaya Total = Biaya alat mekanis + Biaya produksi material.................(3.9) Setelah dilakukan pengolahan data kemudian coba dilakukan analisis data dimana diharapkan dapat diambil kesimpulan terhadap analisis tersebut. Urutan analisis yang dilakukan yaitu: 1. Analisis terhadap produktivitas alat mekanis dengan cara membandingkan antara kedua tipe disposal. Analisisnya juga berisikan kesimpulan terhadap faktor penyebab tinggi-rendahnya produktivitas alat mekanis, dan hubungan variabel antara komponen produktivitas alat mekanis terhadap tingkat produksi.
  • 35. 2. Analisis terhadap tingkat produksi material yang masuk ke disposal perminggu dan analisis variabel perbedaan tingkat produksi terhadap perencanaan disposal 35 secara komperehensif. 3. Analisis tingkat pemakaian material sipil secara aktual pada masing-masing tipe disposal. 4. Analisis biaya terpakai pada masing-masing tipe disposal perminggu
  • 36. 36 RUMUSAN MASALAH 1. Produktivas alat mekanis. 2. Laju produksi perminggu. 3. Komposisi material sipil 4. Biaya operasi Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian STUDI PUSTAKA 1. Anonim, Cara menghitung produksi dan ongkos produksi 2. Projosumarto,1993. Pemindahan tanah mekanis 3. Indonesianto,2008. Pemindahan tanah mekanis 4. Nurhakim. 2004. Tambang terbuka & Buku panduan KLT 5. Projosumarto. Unit produksi tambang PENGOLAHAN DATA 1. Produksi per cycle 2. Produksi per jam 3. Produksi material dumping 4. Biaya per cycle 5. Biaya per ton Analisis produktivitas alat mekanis Analisis produksi material dumping perminggu Komposisi material sipil Biaya operasi perminggu SKRIPSI  Data cycle time alat mekanis  Data kesediaan alat mekanis Data modular mining system (MMS DATA)  Data unit cost alat mekanis perjam  Data biaya produksi material sipil TABULASI DATA
  • 37. 37 BAB IV ANALISIS OPERASI DISPOSAL AREA Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa aspek teknis dari kedua disposal yang berbeda tipe yakni Disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger, dan juga Disposal Anoa 28 yang merupakan disposal tipe Semi Induced. Pembahasan juga akan dititikberatkan pada kesesuaian antara disposal tipe Finger secara teoritis dan aktual pada Disposal Watulabu 07 serta Dsposal tipe Semi Induced pada Disposal Anoa 28. Menyangkut inti masalah dari penelitian ini yang berupaya melakukan analisis beberapa aspek teknis dalam perencanaan disposal pada masing-masing tipe disposal, maka yang akan dibahas secara rinci adalah tingkat produktivitas dari alat angkut dan dozer pada masing-masing tipe disposal, serta laju produksi dari overburden yang di- dumping pada disposal. Kemudian akan dihitung juga berapa pemakaian material sipil pada masing-masing tipe disposal agar tetap aman untuk mendukung laju produksi overburden berdasarkan metode pengisian material ke masing-masing tipe disposal. Terakhir adalah menghitung dan membandingkan total biaya yang dipergunakan untuk menopang aktivitas disposal yang terbatas pada biaya alat, dan biaya produksi material sipil. 4.1 Analisis Produktivitas Alat Mekanis Produktivitas alat mekanis yang akan dianalisis yaitu menyangkut produksi per siklus dan produksi per jam alat angkut Dump Truk CAT 777C dan Dump Truk CAT 777D antara kedua tipe disposal yakni Disposal Watulabu 07 yang mewakili tipe Finger dan Disposal Anoa 28 yang mewakili tipe Semi Induced.
  • 38. 38 4.1.1 Analisis Produktivitas Alat Angkut Berdasarkan hasil pengolahan mengenai produktivitas masing-masing alat angkut pada kedua tipe disposal (lihat lampiran A, perhitungan dan pengolahan data produktivitas alat) diperoleh: Tabel 4.1 Produktivitas alat angkut NO. Produktivitas Alat Angkut Watulabu 07 Anoa 28 1 Produksi per siklus DT CAT 777 C 76,29 wmt 78,48 wmt 2 Produksi per jam DT CAT 777 C 109,50 wmt 112,64 wmt 3 Produksi per siklus DT CAT 777 D 93,86 wmt 94,46 wmt 4 Produksi per jam DT CAT 777 D 172,66 wmt 174,02 wmt Dari tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa tingkat produktivitas alat angkut disposal tipe Semi Induced Anoa 28 lebih tinggi dibanding alat angkut pada disposal tipe Finger Watulabu 07, yang ditandai dengan lebih tingginya produksi per jam Dump Truck Caterpillar 777C dan juga Dump Truck Caterpillar 777D pada Disposal Anoa 28. Secara aktual ini disebabkan antara lain karena cycle time alat angkut tipe CAT 777 D alat angkut Disposal Watulabu 07 yang lebih tinggi dibanding cycle time alat angkut tipe CAT 777D Disposal Anoa 28. Bahkan pada Disposal Anoa 28, cycle time alat angkutnya masih bisa lebih rendah lagi dikarenakan seringnya terjadi antrian hingga 6-7 truk dalam satu lokasi disposal. Hal ini berakibat pada cycle time yang lebih lama, dimana rata-rata cycle time-nya bertambah hingga 15 menit per unit alat. Yang kedua adalah jika ditinjau dari produksi per siklus alat, dimana untuk setiap tipe alat angkut pada Disposal Watulabu 07 yaitu Dump Truck CAT 777C dan Dump Truck CAT 777D lebih rendah produksi per siklusnya dibanding alat angkut tipe yang sama pada Disposal Anoa 28. Produksi per jam Dump Truck CAT 777C Anoa 28 lebih tinggi sekitar 2,19 wmt, sedangkan pada Dump Truck CAT 777D lebih tinggi sekitar 0,6 wmt.
  • 39. Berdasarkan faktor perbedaan cycle time dan produksi percycle masing-masing alat angkut sebagaimana disebutkan di atas, mengakibatkan produksi per jam DT CAT 777 C Disposal Anoa 28 lebih tinggi 3,14 wmt dibanding alat angkut tipe yang sama pada Disposal Watulabu 07, sedangkan produksi per jam DT CAT 777 D Disposal Anoa 28 lebih tinggi 1,36 wmt. Pengaruh dari produktivitas ini akan sangat mempengaruhi terhadap produksi material yang akan dumping ke masing-masing tipe 39 disposal. 4.1.2 Analisis Produktivitas Alat Dorong/Dozer Pada pengamatan langsung aktivitas Disposal Watulabu 07 dan Disposal Anoa 28 serta pengolahan data (lihat lampiran A, perhitungan dan pengolahan data produktivitas alat) diperoleh karakteristik dan produktivitas dozer sebagai berikut : Tabel 4.2 Produktivitas Alat Dorong No. Produktivitas dozer CAT D8R Watulabu 07 Anoa 28 1 2 3 4 Jarak Pendorongan rata-rata Kecepatan Pendorongan rata-rata Produksi per cycle Produksi per jam 20,14 m 0,69 m/s 14,67 wmt 701,43 wmt 13,6 m 0,57 m/s 14,89 wmt 1.095,47 wmt Dari tabel 4.2 di atas kita bisa menarik beberapa asumsi terkait produktivitas alat dorong/dozer yang bekerja pada disposal. Dimana terlihat bahwa jarak dorong rata-rata dozer pada Disposal Watulabu 07 lebih jauh dibanding jarak dorong rata-rata dozer pada Disposal Anoa 28. Secara teoritis jarak dumping yang dianjurkan pada disposal tipe finger adalah 7,5 meter, sedangkan pada kondisi aktualnya hingga mencapai 20,14 meter. Padahal secara teoritis jarak dumping disposal tipe Finger itu lebih rendah dibanding jarak dumping tipe Semi Induced disebabkan karena pada disposal tipe Finger mengalami kemajuan batas dumping terus-menerus, sedangkan
  • 40. pada disposal tipe Semi Induced tidak mengalami kemajuan batas dumping. Tingginya jarak dorong rata-rata secara aktual di lapangan pada disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger mengakibatkan secara signifikan pada tingginya cycle time Dozer. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada rendahnya produksi per 40 jam alat. Ini disebabkan karena pada kondisi aktual terkadang jumlah material sipil yang masuk ke Disposal Watulabu 07 lebih rendah dari seharusnya. Dengan kata lain, karena tidak segera terlayaninya permintaan material sipil dari operator dozer di disposal ini. Kurangnya material sipil untuk pembatuan pada Disposal tipe Finger yang akan menyebabkan terhambatnya operasi disposal, dikarenakan untuk mendorong material terus-menerus kedepan dengan mengalami kemajuan batas dumping diperlukan landasan yang cukup kuat sehingga material bisa lancar terdorong ke depan. Apabila landasannya kurang baik atau pembatuan yang kurang, akan mengakibatkan landasan yang dilalui dozer menurun oleh landasan yang lemah karena hanya terisi oleh overburden yang merupakan tanah lepas. Hal ini berimplikasi pada berat dozer yang membuat tanah landasan menjadi menurun. Apabila landasan menurun, maka pada ujung crest akan mengalami penumpukan material. Dengan adanya penumpukan material maka Dozer tidak akan bisa mendorong lebih jauh, dan batas dumping juga tidak bisa dimajukan. Mengenai kecepatan dorong material, Dozer pada Disposal Anoa 28 lebih rendah dibanding kecepatan dorong material pada Watulabu 07. Idealnya kecepatan dorong material dozer pada Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced harusnya lebih tinggi dibanding kecepatan dorong dozer pada Watulabu 07 yang merupakan Disposal Finger dikarenakan material yang didorong pada Disposal Semi Induced hampir seluruhnya adalah material overburden yang lunak, karena tidak terlalu dibutuhkan pembatuan. Beda halnya dengan disposal tipe Finger yang
  • 41. senantiasa diikuti dengan material sipil walaupun pada kenyataannya cycle time 41 Disposal Watulabu 07 lebih tinggi dibanding cycle time pada Disposal Anoa 28. Dari sisi produksi per jam, terlihat bahwa dozer pada Disposal Watulabu 07 yang merupakan tipe Finger lebih rendah dibanding produksi per jam Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced. Hal ini dikarenakan pada Disposal Watulabu 07 seringnya dilakukan pembatuan untuk menunjang landasan sehingga tentu saja memerlukan waktu yang cukup lama atau cycle time yang lebih lama yang berimplikasi pada rendahnya produksi per jam pada Disposal Watulabu 07. Jadi secara umum, bisa disimpulkan bahwa produktivitas alat dorong/dozer pada Disposal Anoa 28 yang merupakan disposal tipe Finger lebih baik dari produktivitas alat dorong/dozer pada Disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger. Secara umum merujuk pada hasil produktivitas alat mekanis pada masing-masing tipe disposal, terlihat bahwa produktivitas alat pada disposal tipe Semi Induced senantiasa lebih tinggi jika dibandingkan dengan Disposal Finger. Dari hasil pengolahan data juga terlihat bahwa yang mempengaruhi secara signifikan tingkat produksi material dumping dari sisi produktivitas alat adalah menyangkut efisiensi kerja alat, cycle time alat angkut dan penggunaan metode pada masing-masing tipe disposal di lapangan secara aktual. 4.2 Analisis Produksi Overburden dan Pemakaian Material Sipil Pada subbab ini akan dibahas mengenai produksi overburden atau jumlah overburden yang masuk ke disposal. Akan dibandingkan antara kedua tipe disposal, karena tentu saja laju pengisian material terutama overburden pada masing-masing tipe disposal itu berbeda.
  • 42. 42 4.2.1 Analisis Produksi Dumping Material pada Disposal Material yang di-dumping di disposal yakni material utama berupa overburden yang merupakan lapisan tanah penutup yang harus dipindahkan ke disposal dan material sipil sebagai material perkuatan. Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan hasil pengolahan data mengenai produksi overburden dan pemakaian material sipil pada masing-masing disposal, yaitu Disposal Watulabu 07 dan Anoa 28 (lampiran B, perhitungan dan pengolahan data produksi material dumping). Tabel 4.3 Produksi Dumping Material di Watulabu 07 No. Jenis Material CAT 777C CAT 777D 1 Overburden 237,00 2 Kuari 602,00 68.153,24 2.274,79 3 4 Reject Station Slag 530,85 3.283,62 1.443,46 587,72 Total 6.677,61 79.876,07 77.112,68 20000 15000 10000 5000 0 Produksi Harian Watulabu 07 1 2 3 4 5 6 7 OB QUARRY REJECT SLAG Gambar 4.1 Grafik produksi material dumping per hari di Watulabu 07
  • 43. 43 Tabel 4.4 Produksi dumping material Disposal Anoa 28 No. Jenis Material CAT 777C CAT 777D 1 Overburden 3.346,47 2 Quarry 0,00 166.493,62 1.191,03 3 4 Reject Station Slag 136,00 7.818,46 777,14 430,00 Total 13.764,07 173.859,31 180.192,73 30000 25000 20000 15000 10000 5000 Produksi Harian Anoa 28 Gambar 4.2 Grafik produksi material dumping per hari di Anoa 28 Tabel 4.5 Perbandingan produksi material dumping NO. Jenis Material Tipe Finger Tipe Semi Induced 1 OB 68.390,24 169.840,10 2 Quarry 2.876,79 1.191,03 3 4 Reject Slag 1.974,31 3.871,34 913,14 8.248,46 Total 77.112,68 180.192,73 0 1 2 3 4 5 6 7 OB QUARRY REJECT SLAG
  • 44. WATULABU 07 ANOA 28 44 200000.00 150000.00 100000.00 50000.00 0.00 OB Quarry Reject Slag Gambar 4.3 Grafik data produksi material dumping Dari tabel 4.5 dan grafik data di atas (gambar 4.1, gambar 4.2 dan gambar 4.3) terlihat bahwa total produksi dumping material pada Disposal Anoa 28 jauh lebih banyak dibanding total produksi dumping material pada Disposal Watulabu 07. Dimana untuk produksi overburden pada Disposal Anoa 28 lebih tinggi sebanyak 101.449,85 wmt dibanding Disposal Watulabu 07, yang berarti lebih banyak sekitar 2,5 (dua setengah) kali lipat. Untuk produksi dumping material sipil pada Disposal Anoa 28 juga lebih banyak dibanding pada Disposal Watulabu 07, karena produksi dumping material sipil pada Disposal Anoa 28 lebih banyak sekitar 1630,20 wmt dibanding pada Disposal Watulabu 07. Jumlah produksi dumping material pada Disposal Anoa 28 yang lebih banyak dibanding Disposal Watulabu 07 bahkan sekitar 2,5 (dua setengah) kali lipat lebih banyak, menunjukkan bahwa tingkat efektifitas dumping material overburden pada Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced jauh lebih baik dibanding Watulabu 07. Hal ini bisa disebabkan antara lain karena, yang pertama oleh jarak pengangkutan dan jumlah alat angkut yang dipergunakan, karena apabila jarak tempat loading dan dumping overburdennya lebih sedikit tentu akan meningkatkan jumlah siklus alat angkut. Apalagi jika ditunjang dengan penempatan jumlah alat angkut yang
  • 45. sesuai tentunya akan mendongkrak produksi. Kedua adalah karena pada Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced, tidak terlalu membutuhkan pembatuan untuk bisa men-dumping material overburden secara terus menerus dibanding pada Disposal Watulabu 07 yang merupakan tipe Finger. Ketiga, bisa juga disebabkan karena penggunaan metode disposal pada disposal tipe Finger yang senantiasa tidak sesuai dengan prosedur kerja standar menyangkut penggunaan metode. Keempat, juga disebabkan karena pada disposal tipe Finger senantiasa terdapat masalah yang 45 mempengaruhi kinerja disposal ini. Untuk tingkat pemakaian material sipil pada Disposal Watulabu 07 yang lebih banyak dibanding pemakaian material sipil pada Disposal Anoa 28, memang sudah sesuai teori yang mana pada disposal tipe Finger senantiasa membutuhkan pembatuan terus-menerus. Akan tetapi, jika dilihat selisih jumlah sekitar 1600-an ton ini disebabkan karena produksi dumping material overburden yang jauh lebih banyak pada Disposal Anoa 28 dibanding Disposal Watulabu 07. 4.2.2 Analisis Komposisi Material Dumping Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 mengenai produksi dumping material bisa diketahui seberapa banyak material sipil yang diperlukan guna menopang aktivitas dumping material overburden yang merupakan tanah lepas yang sudah mengalami pengembangan. Dimana untuk masing-masing disposal yang mewakili masing-masing tipe disposal yang berbeda diperoleh: 1. Disposal Watulabu 07 ( Disposal Tipe Finger) Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 68.153,24) adalah sebagai berikut: a. Kuari = 2.876,79 wmt b. Reject = 1.974,31 wmt
  • 46. 46 c. Slag = 3.871,34 wmt Sehingga komposisinya diperoleh sebagai berikut: Total rasio material sipil terhadap overburden = 13 % Dengan rincian sebagai berikut:  Material Kuari = 4 %  Material Reject = 3 %  Material Slag = 6 % 2. Disposal Anoa 28 (Disposal Tipe Semi Induced) Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 169.840,10) adalah sbb: a. Kuari = 1.191,03 wmt b. Reject = 913,14 wmt c. Slag = 8.248,46 wmt Sehingga komposisinya diperoleh sebagai berikut: Total rasio material sipil terhadap overburden = 6 % Dengan rincian sebagai berikut:  Material Kuari = 0,7 %  Material Reject = 0,5 %  Material Slag = 4,8 %
  • 47. 47 4.3. Analisis Perhitungan Biaya Pada perhitungan biaya disposal baik itu Disposal Watulabu 07 sebagai disposal tipe Finger dan Disposal Anoa 28 sebagai disposal tipe Semi Induced terbatas pada biaya alat angkut dan dozer serta komponen biaya produksi pada material sipil. Dimana sebagian menggunakan data penelitian yang berkaitan erat terhadap penelitian ini, data yang dimaksud adalah : 1. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 C = US$ 0,62/ton (lihat lampiran C, perhitungan biaya alat) 2. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 D = US$ 0,40/ton (lihat lampiran C, perhitungan biaya alat) 3. Biaya Kuari  Biaya Pemboran = US$ 0,19/ton  Biaya Peledakan = US$ 0,19/ton  Biaya Backhoe = US$ 0,30/ton 4. Biaya Reject Biaya Loader = US$ 0,25/ton 5. Biaya Slag Biaya Pendinginan Slag = US$ 0,068/ton Biaya loader = US$ 0,29/ton 4.3.1 Analisis Biaya Disposal Watulabu 07 Pada analisis biaya ini lebih menekankan biaya penggunaan alat angkut dan alat dorong yaitu biaya penggunaan alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777 D, sedangkan alat dorong yang dihitung adalah Dozer Caterpillar D8R. Untuk alat
  • 48. mekanis lainnya, seperti loader dan alat lainnya dianggap sama pada kedua tipe 48 disposal. 1. Biaya alat angkut Untuk biaya alat angkut pada Disposal Watulabu 07 didapatkan dari perkalian biaya material per tonase material angkut dengan tonase material yang di dumping ke Disposal Watulabu 07 seperti yang terlihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Perhitungan biaya alat angkut Watulabu 07 No. Jenis Material Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya 777C/TON 777D/TON CAT 777C CAT 777D 1 2 OB QUARRY US$ 0,62 US$ 0,62 US$ 0,40 US$ 0,40 US$ 146,94 US$ 373,24 US$ 27.261,30 US$ 909,92 3 4 REJECT SLAG US$ 0,62 US$ 0,62 US$ 0,40 US$ 0,40 US$ 29,12 US$ 2.035,84 US$ 577,38 US$ 235,09 Dari tabel biaya di atas (tabel 4.5) bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut yang dipergunakan untuk menunjang aktivitas dumping material pada Disposal Watulabu 07 per minggu adalah sbb:  Dump Truk CAT 777C = US$ 2.885,15  Dump Truk CAT 777D = US$ 28.983,69 Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Watulabu 07 selama seminggu adalah US$ 31.868,84 2. Biaya alat dorong/dozer Biaya Dozer per ton = US$ 0,057/tonnase Total Material = 77.112,68 wmt Maka total biaya dozer pada Disposal Watulabu 07 adalah = Biaya dozer per ton x total material = US$ 4.395,42
  • 49. 49 Sehingga total biaya keseluruhan menjadi : Biaya Total = Biaya Alat Angkut + Biaya Dozer + Biaya Produksi Material Biaya Total = $ 31.868,84 + $ 4.395,42 + ((68.930,24 x 0,29) + (2876,79 x (0,19 + 0,19 + 0,30)) + (1.974,31 x 0,25) + (3.871,34 x (0,068 + 0,29))) = US$ 31.868,84 + US$ 4.395,42 + US$ 23.825,51 = US$ 60.089,77 5.3.2 Analisis Biaya Disposal Anoa 28 Sama seperti pada Disposal Watulabu 07 biaya operasi disposal area melibatkan seluruh komponen biaya operasi mulai dari produksi material hingga pada penggunaan alat mekanis seperti alat angkut, alat dorong dan alat muat. Terkhusus untuk alat mekanis yang bekerja pada disposal area dibedakan atas: 1. Biaya alat angkut Biaya alat angkut pada Disposal Anoa 28 sedikit berbeda dimana biaya untuk pengangkutan material kuari oleh alat angkut Dump Truck CAT 777 C tidak ada seperti yang terlihat pada tabel 4.6 dikarenakan tidak ada material kuari yang terangkut oleh alat angkut tipe ini. Dari tabel biaya 4.6 bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut yang dipergunakan untuk menunjang aktivitas dumping material pada Disposal Anoa 28 per minggu adalah sbb:  Dump Truk CAT 777C = US$ 6,893.57  Dump Truk CAT 777D = US$ 65,867.80
  • 50. 50 Tabel 4.6 Perhitungan biaya alat angkut Anoa 28 No. Jenis Material Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya 777C/TON 777D/TON CAT 777C CAT 777D 1 OB US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 2.041,35 US$ 64.932,51 2 QUARRY US$ 0,61 US$ 0,39 - US$ 464,50 3 REJECT US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 82,96 US$ 303,09 4 SLAG US$ 0,61 US $ 0,39 US$ 4.769,26 US$ 167,70 Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Anoa 28 selama seminggu adalah US$ 72.761,37 2. Biaya alat dorong/dozer Biaya dozer per ton = US$ 0,045/tonnase Total material = 180.192,73 wmt Maka total biaya dozer pada Disposal Anoa 28 adalah = Biaya dozer per ton x total material = US$ 8.108,67 Sehingga total biaya keseluruhan menjadi : Biaya total = Biaya Alat Angkut + Biaya Dozer + Biaya Produksi Material Biaya total = $ 72.761,37 + $ 8.108,67 + ((169.840,10 x 0,29) + (1191,03 x (0,19 + 0,19 + 0,30)) + (913,14 x 0,25) + (8.248,46 x (0,068 + 0,29))) = US$ 72.761,37 + US$ 8.108,67 + US$ 53.244,74 = US$ 134.114,78 Dari perhitungan biaya di atas bisa dilihat bahwa biaya untuk men-dumping material overburden serta penggunaan material sipil guna menunjang aktivitas disposal selama seminggu maka didapatkan bahwa biaya pada Disposal Anoa 28 lebih tinggi sekitar US$ 74.025,01. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas atau
  • 51. produksi dumping material dari Disposal Anoa 28 jauh lebih tinggi dibanding produksi dumping material Disposal Watulabu 07 sehingga memerlukan juga biaya yang tinggi. Tapi juga terlihat jelas bahwa biaya yang dikeluarkan untuk material sipil dengan biaya untuk overburden-nya pada Disposal Watulabu 07 lebih tinggi jika dibandingkan antara perbandingan biaya material sipil dengan biaya overburden pada Disposal Anoa 28, ini disebabkan dengan komposisi material sipil pada Disposal Watulabu 07 lebih tinggi dibanding komposisi material sipil Disposal Anoa 28 yang merupakan disposal tipe Finger. Sehingga secara umum disimpulkan biaya operasi disposal tipe Finger lebih mahal dibanding disposal tipe Semi Induced. Biaya disposal tipe Finger sebesar US$ 0,779/ton material dumping sedangkan pada Semi Induced 51 sebesar US$ 0,744/ton material dumping.
  • 52. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dari hasil penelitian ini disimpulkan beberapa hal yakni : 1. Tingkat produktivitas alat mekanis baik itu alat angkut maupun alat dorong pada disposal tipe Semi Induced lebih tinggi dibanding disposal tipe Finger, baik dari tingkat produksi per siklus maupun produksi per jamnya. 2. Produksi rata-rata material dumping selama satu minggu sebagai berikut: a. Disposal tipe Finger produksi overburden-nya 68.390,24 wmt, kuari sebesar 2.876,79 wmt, reject sebesar 1.974,31 wmt dan slag sebesar 3.871,34 wmt dengan total produksi material dumping sebesar 77.112,68 wmt b. Disposal tipe Semi Induced produksi overburden-nya 169.840,10 wmt, kuari sebesar 1.191,03 wmt, reject sebesar 913,14 wmt dan slag sebesar 8.248,46 wmt dengan total produksi material dumping sebesar 180.192,73 wmt 3. Komposisi antara produksi overburden dan pemakaian material sipil sebagai berikut: a. Pada disposal tipe Finger memerlukan 13% total material sipil dari produksi dumping material OB dengan rincian, 4 % untuk kuari, 3 % untuk reject dan 6 % untuk material slag.
  • 53. b. Pada disposal tipe Semi Induced memerlukan 6% total material sipil dari produksi dumping material OB dengan rincian, 0,7 % untuk kuari, 0,5 % 53 untuk reject dan 0,48 % untuk material slag. 4. Biaya terpakai untuk aktivitas disposal per minggu sebagai berikut: a. Disposal tipe Finger sebesar US$ 60.089,77 atau sebesar US$ 0,779/ton material dumping. b. Biaya Disposal tipe Semi Induced sebesar US$ 134.114,78 atau sebesar US$ 0,744/ton material dumping. 5.2 Saran Adapun saran yang bisa diberikan oleh penulis mengenai penelitian yang membahas tentang disposal adalah sebagai berikut : 1. Perlunya dilakukan perencanaan secara komperehensif terhadap kegiatan disposal pertahun agar aktivitas disposal selama setahun dapat berjalan lancar dan senantiasa terkendali, serta penggunaan biaya dapat lebih diefisienkan. 2. Kombinasi antar kedua tipe disposal perlu senantiasa dilakukan agar kekurangan dan kelebihan dari masing-masing tipe disposal dapat saling menutupi satu-sama lain yang mana jika faktor keselamatannya dapat tercapai ketika dilakukan rekayasa geometri. 3. Perlu penelitian lanjutan mengenai komposisi jumlah masing-masing tipe disposal yang aktif untuk menanggulangi tingkat produksi material yang harus masuk ke disposal. 4. Perlunya penelitian lebih lanjut terhadap SOP mengenai desain dan perencanaan disposal mengingat keadaan aktual yang senantiasa tidak sesuai dengan kondisi plan, untuk meningkatkan keefektifan masing-masing disposal.
  • 54. 54 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2006. Pemindahan Tanah Mekanis, SAP Peralatan Pekerjaan Tanah. Universitas Bina Nusantara: Jakarta 2. Anonim. Cara Menghitung Produksi dan Ongkos Produksi 2. Anonim. Caterpillar Performance Handbook Edition 34 3. Arif, I. 1998. Submodul Pelatihan Perencanaan Tambang Perhitungan Biaya dan Evaluasi Finansial. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. ITB. Bandung. 4. Indonesianto, Y. 2008. Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta 5. Nurhakim. 2004/2005. Tambang Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan: Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 6. Nurhakim. 2004. Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Edisi 2. Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru 7. Projosumarto, P. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan: Institut Teknologi Bandung 8. Projosumarto, P. 1993. Diktat Unit Produksi Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan: Institut Teknologi Bandung 9. Sunarno, P. 2008. Standard Job Procedure Perencanaan dan Pelaksanaan Disposal . Mining Departement PT. Inco Tbk.: Sorowako 10. Wedhanto, S. 2009. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil) . Universitas Malang: Malang 11. Wafi Auzan, H. 2010. Optimasi Pemilihan Material Civil Untuk Mendukung Keperluan Produksi di PT International Nickel Indonesia Tbk. Teknik Pertambangan UPN : Yogyakarta