Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kurikulum muatan lokal pembuatan kerajinan gerabah ini bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar kepada siswa sebagai bekal kehidupan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dokumen ini membahas tentang latar belakang, analisis kebutuhan sekolah, proses pembuatan gerabah, standar kompetensi dan indikator yang akan dicapai.
1. KURIKULUM MUATAN LOKAL
PEMBUATAN KERAJINAN GERABAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum Muatan Lokal
yang dibina oleh Anselmus Je Toenlioe, S.Pd, M.Pd
Oleh
Tsani Bagus Kurniawan
110121407688
TEP/A/2011
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang
berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi
mulai tahun 1987. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata
pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukan ke
dalam berbagai bidang studi yang relevan. Ibrahim ( 1990 ), mengemukakan bahwa
“muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan perkembangan daerah.
Disuatu desa Gedangan, kecamatan Maduran kabupaten Lamongan banyak
terdapat industri kecil pembuatan kerajinan Gerabah kerajinan ini sudah banyak tersebar
luaskan dimana-mana seperti: cobek, priuk, dan tempat air. Tapi yang piling laku adalah
cobek, ukuran barang ini bermacam-macam ada yang besar, kecil,dan ada juga yang
sedang. Barang ini biasanya digunakan untuk jualan pecel lele dan sering digunakan
masyarakat untuk membuat sambal atau manghaluskan cabe. Dengan pelaksanaan
kurikulum muatan lokal dengan pembuatan kerajinan Gerabah ini akan memberikan
prospek yang bagus, dan diharapkan mampu membekali peserta didik dengan keterampilan
dasar sebagai bekal dalam kehidupan, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kondisi dan Kebutuhan Sekolah
Analisis kebutuhan sekolah adalah mengamati dan mempelajari tentang apa saja
yang menjadi kebutuhan sekolah sekarang dan di masa mendatang. Oleh karena itu
analisis kebutuhan sekolah perlu di laksanakan agar pihak sekolah dapat mengetahui dan
memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah tersebut. Pengembangan
kurikulum muatan lokal didasarkan pada keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang
disesuaikan dengan karakteristik daerah, adat istiadat, tradisi, dan ciri khas daerah.
Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam pelaksanaannya
merupakan kegiatan kurikuler yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah.
Keadaan daerah dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu
yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan ekonomi,
serta lingkungan budaya daerah tersebut. Sedangkan kebutuhan daerah diartikan sebagai
segala sesuatu yang diperlukan masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat sesuai dengan arah
perkembangan serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kerajinan Gerabah adalah salah satu kerajinan daerah yang berpotensi untuk
dijadikan salah satu kurikulum muatan local. Yang dimaksud dengan gerabah adalah
barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, tempat air dan lain-lain, juga
bisa diartikan bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya.
Namun masyarakat mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik. Untuk
memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber berikut ini : Menurut The
Concise Colombia Encyclopedia, 1995, kata “keramik” berasal dari bahasa Yunanai
(greeak) “keramikos” menunjuk pada pengertian gerabah; ”Keramos” menunjuk pada
pengertian tanah liat. “Keramikos” terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang
dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran
pada suhu tinggi. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian
dari benda-benda keramik. Di Indonesia istilah „gerabah‟ juga dikenal dengan keramik
tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat,
4. ditekuni secara turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai
ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana. Peralatan
yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan gerabah adalah kayu penumbuk, ayakan, dan
juga tungku untuk membakar gerabah.
Untuk pelaksanaan kurikulum muatan lokal kerajinan Gerabah dapat diterapan
disetiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah.
Guru yang mengajar sebaiknya adalah orang yang benar – benar mahir tentang
pembuatan kerajinan gerabah.
B. Analisis tugas pelaku
Proses untuk menganalisis cara manusia melakukan pekerjaannya, hal-hal yang
mereka kenai tindakan, apa saja yang dilakukan, peralatan apa yang digunakan dan halhal apa saja yang perlu diketahui.
Pelaksanaan kurikulum muatan lokal dapat dijabarkan menjadi tiga tahap
penerapan, antara lain yaitu.
1. Persiapan
Mempersiapkan mata pelajaran muatan lokal kerajinan gerabah untuk setiap tingkat
kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah. Guru yang
mengajar sebaiknya adalah orang yang benar – benar mahir tentang pembuatan
kerajinan gerabah
2. Pelaksanaan
Ditahap pelaksanaan harus menentukan beberapa tahapan pelaksanaan.
1. Membuat silabus
2. Menyusun RPP
3. Memoersiapkan penilaian
3. Tindak Lanjut
Tindak Lanjut Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal erat kaitannya dengan hasil
penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran. Bentuk tindak lanjut ini, bisa berupa
perbaikan terhadap proses pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok
belajar, dan group kesenian. Tindak lanjut ini bisa juga dengan melakukan kerja
sama dengan masyarakat, misalnya untuk memasarkan hasil (produk) pembelajaran
5. muatan lokal. Dengan demikian, melalui pembelajaran muatan lokal ini, diharapkan
dapat melahirkan lulusan-lulusan yang kreatif dan produktif,serta siap untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
C. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator
Standar
Kompetensi Dasar
Indikator
Kompetensi
1. Sejarah
kerajinan
gerabah
1.1 Mendiskripsikan Pengertian
kerajinan gerabah
1.2 Mendiskripsikan Sejarah
kerajinan gerabah
1.1.1 Mampu mendeskipsikan
pengertian gerabah
1.1.2 Mampu mendiskripsikan
sejarah gerabah
1.3 Mengidentifikasi Peralatan
dan Bahan pembuatan
kerajinan
gerabah
peralatan dan bahan
kerajinan gerabah
2. Pembuatan
1.1.3 Mampu mengidentifikasi
pembuatan kerajinan gerabah
2.1 Mempraktikkan cara
pembuatan gerabah
2.2 Mempraktikkan proses
pembentukan kerajianan
gerabah
2.3 Mempraktikkan proses
pembakaran gerabah
2.1.1 Mampu mempraktikkan cara
pembuatan kerajianan
gerabah
2.1.2 Mampu mempraktikkan
proses pembentukan
kerajinan gerabah
2.1.3 Mampu mempraktikan
pembakaran gerabah
3. Mengapresiasi
3.1 Mengidentifikasi keunikan
3.1.1 Gagasan dan teknik kerajinan
keunikan
gagasan dan teknik dalam
gerabah, dijelaskan
gagasan
kerajinan gerabah
berdasarkan sejarah.
kerajinan
gerabah
3.2 Menampilkan sikap
3.1.2 Gagasan dan teknik seni rupa
apresiatif terhadap keunikan
terapan diidentifikasi
gagasan dan teknik dalam
berdasarkan proses
kerajinan gerabah
penciptaan.
8. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada
peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Dengan adanya kurikulum
muatan lokal peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada di
lingkungannya masing-masing. Salah satu contoh muatan lokal yang bisa dimanfaatkan
adalah pembuatan kerajinan gerabah. Gerabah merupakan komoditi yang mempunyai
prospek baik untuk dikembangkan, Karena kerajinan gerabah adalah benda yang sangat
dibutuhkan masyarakat.
9. Daftar pustaka
Rosidi, Iman. 2005. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: CV. Media Pustaka
Dalidjo, D dan Mulyadi, Pengenalan Ragam Hias 1B, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, 1983
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Saraswati, Esai-esai Arkeologi Kalpataru,
Majalah Arkeologi No.9 th 1990, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
1990.
Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, h. 68 ngrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Penerbit
Djambatan, Jakarta, 2002
Marwanto, S. Kar, Apresiasi Wayang, Cendrawasih Sukoharjo, Surakarta, 2000