BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Bertahan hidup di alam bebas
1. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | i
2. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | ii
KATA PENGANTAR
Salam Pramuka!
Pujilah Allah! Satu-satunya sesembahan yang telah memberikan berbagai kebaikan
untuk semua makhluk ciptaan-Nya. Ilmu-Nya begitu luar biasa, meliputi hal terkecil hingga
urusan yang tak mampu manusia ampu. Kesyukuran yang begitu dalam ketika buku ini tersusun
dengan mengumpulkan remah-remah ilmu yang bertebaran. Buku ini meringkas dari beberapa
literatur, baik buku-buku, media online, dan juga pengalaman pribadi.
“Krisis”. Satu kata yang menjadi cambuk untuk kalah atau bertahan. Kalah dan
kemudian binasa di tempat, atau bertahan dan kemudian dapat melanjutkan hidup dengan
berbagai hal kemungkinan yang dapat diungkap.
Bertahan Hidup di Alam Bebas (Survival) sebenarnya bukan hal baru. Karena hal ini
sudah dilakukan dari zaman purba. Hingga saat ini, survival pun –dalam konteks luas- masih
lazim di dapati terutama di perkotaan. Sedangkan pengertian survival dalam pengertian khusus
pun masih sering dilakukan untuk menguji kemandirian dan kreatifitas.
Bahkan dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia pun, survival menjadi hal
tak terpisah ketika Jenderal Soedirman memimpin gerilya.
Akan banyak sekali ucapan kesyukuran ketika kita dapat melakukan kegiatan
Bertahan Hidup di Alam Bebas yang begitu berbeda dengan kecukupan fasilitas di rumah.
Semoga buku yang memuat ringkasan ini memberikan manfaat banyak dan menjadi
bagian dari amal jariah. Aamiin.
Salam Pramuka.
Penulis
3. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Bab 1 – Sejarah Singkat Gerakan Pramuka..................................................................... 1
A. Masa Siaga Nasional 1908 – 1928.............................................................. 1
B. Masa Galang Kemerdekaan 1928 – 1943 ................................................... 5
C. Masa Penegakan Kemerdekaan 1945 – 1949.............................................. 10
D. Masa Pandega Kemerdekaan 1950 – sekarang ........................................... 12
Bab 2 – Pengetahuan Survival Dasar............................................................................... 16
A. Pengertian.................................................................................................... 16
B. Perlengkapan Survival................................................................................. 17
C. Air................................................................................................................ 22
Bab 3 – Makanan dalam Survival.................................................................................... 35
A. Tumbuhan yang Layak Makan.................................................................... 35
B. Membuat Perangkap.................................................................................... 40
C. Teknik Memancing ..................................................................................... 47
Bab 4 – Keterampilan Berkemah..................................................................................... 52
A. Mendirikan Kemah...................................................................................... 52
B. Membuat Api............................................................................................... 56
C. Memasak ..................................................................................................... 57
Glossarium ............................................................................................................................ 61
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 62
4. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 1
BAB 1
SEJARAH SINGKAT GERAKAN PRAMUKA
A. Masa Siaga Nasional 1908 – 1928
1. Tahun 1907, Lord Baden Powell menyelenggarakan perkemahan di Brown Sea Island.
Perkemahan 20 Juli 1907 itu diikuti oleh 20 anak laki-laki selama 8 hari yang kemudian
dinisbatkan sebagai lahirnya kepanduan dunia.
Gambar 1. Robert Stephenson Smyth (Baden Powell)
2. Tanggal 20 Mei 1908, Indonesia mencanangkan kebangkitan kebangsaan melalui tokoh
Boedi Oetomo sebagai simbol perlawanan nonfisik terhadap penjajahan Belanda. Di
5. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 2
mana masa kesiagaan tersebut kemudian terabadi menjadi jenjang SIAGA dalam
Pramuka kelak.
3. Atas anjuran perkumpulan kepanduan di Belanda, P.J. Smith bersama Majoor de Jager
mendirikan organisasi kepanduan di Indonesia di bawah naungan kepanduan Belanda
(Nederlandsche Padvinders Organisatie) dengan nama yang sama, yakni NPO
(Nederlandsche Padvinders Organisatie) di Jakarta pada tahun 1912 yang bertepatan
dengan pecahnya Perang Dunia I.
Gambar 2. Padvinder Nederland
4. Karena pesatnya perkembangan anggota dan aktivitas, pada tahun 1916 NPO
memberikan otonomi kepada NPO cabang Indonesia untuk membuat kwartir besar
sendiri yang terpisah dari NPO. Hal ini disambut sangat baik oleh Indonesia yang
kemudian mengubah nama NPO menjadi “Nederlands-Indische Padvinders
Vereeniging” (NIPV) yang berarti “Persatuan Pandu-pandu Hindia-Belanda”.
5. Pada tahun 1917, S.P. Mangkunegara VII memprakarsai berdirinya Javaanse
Padvinders Organisatie (JPO), yakni gerakan kepanduan nasional Indonesia pertama
kali yang berpaham kebangsaan dan terpisah dari NIPV di Surakarta. Berikutnya diikuti
oleh lahirnya organisasi “Teruna Kembang” di daerah kasunanan Surakarta yang
dipimpin Suryobroto.
6. Diawali oleh kesan positif ketika berkunjung ke Solo dengan melihat aktivitas pemuda
berseragam Padvinder Mangkunegaran (JPO) yang sebagian berbaris dan sebagian
bermain di alun-alun Mangkunegaran, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan “Padvinder
Muhammadiyah” di Yogyakarta pada tahun 1918.
7. Pada tahun 1920, terjadi beberapa peristiwa penting. Tanggal 30 Januari 1920,
“Padvinder Muhammadiyah” berubah nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW) yang
bermakna “Golongan yang Cinta Tanah Air” di bawah pimpinan Djumaeri. Sarikat
Islam diprakarsai A. Zarkasi mendirikan organisasi kepanduan “Wira Tamtama”. Partai
6. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 3
Komunis Indonesia (PKI) pun ambil bagian mendirikan sayap kepanduan bernama
“Sarikat Rakyat” di bawah pimpinan Sujar.
8. Setahun berikutnya (1921), Boedi Oetomo mendirikan Nationale Padvinders di bawah
pimpinan Daslam Adi Warsito. Karena menjamurnya organisasi kepanduan di bawah
organisasi politik dan organisasi massa, bulan Juli 1921 didirikanlah Padvinderij untuk
wilayah pulau Jawa (Jong Java) cabang Mataram (Yogyakarta) atas usul Roestiman dan
Soebiono. Di mana Jong Java cabang Mataram ini merupakan Jong Java Padvinderij
pertama yang di pimpin oleh Prof. Dr. Soeripto, Soeratno Sastroamidjojo, Roestiman,
dan Soebiono. Panji pasukan Jong Java Padvinderij ini berwarna merah-putih dan
dengan setangan leher berwarna merah-putih.
9. Pada tahun 1922, diadakan kongres Jong Java V di Solo yang mengambil keputusan
untuk memasukkan Padvinderij dalam organisasi gerakan pemuda Jawa (Jong Java
Padvinderij). Berikutnya, lahirlah Jong Java cabang Jakarta, Jong Java cabang
Bandung, dan sebagainya.
10. Tahun-tahun berikutnya, organisasi kepanduan semakin sporadis terbentuk. Hingga
tahun 1926 Jong Islamiten Bond membentuk Nationale Islamietische Padvinderij
(NATIPIJ) yang di pimpin oleh Mr. Kasman Singodimedjo, Boestami, dan Sarkiman.
Selain itu, berdiri pula kepanduan “Al-Irsyad” di Surabaya dengan A.K. Banarmun
sebagai Komisaris Besar Umum.
11. Belanda mengangkat G.J. Ranneft menjadi komisaris Besar NIPV (Indonesia) untuk
mengendalikan pesatnya perkembangan kepanduan di Indonesia yang (secara politis)
membahayakan kepentingan Belanda, di mana keanggotaan NIPV sendiri semakin
menyusut. Pada tahun 1926, Ranneft berinisiatif menyelenggarakan perkemahan Regu
di Dago (Bandung) untuk meningkatkan mutu Padvinderij (Kepanduan) bagi para
anggotanya. Upaya menekan perkembangan kepanduan nasional pun digencarkan
Ranneft dengan menyelenggarakan konferensi Padvinderij nasional Indonesia tanggal
03 April 1926 di rumah H. Dahlan (Hizbul Wathan), Yogyakarta dengan mengundang
para pimpinan Padvinderij nasional Indonesia. Kepentingan Ranneft dalam konferensi
tersebut berusaha mempersatukan organisasi-organisasi Padvinderij di Indonesia di
bawah NIPV. Perbedaan prinsip kedua pihak menyebabkan konferensi tersebut tidak
menemui titik temu. NIPV berorentasi pada kepentingan Belanda, sedangkan
organisasi-organisasi Padvinderij (kepanduan) berorientasi pada kepentingan
perjuangan bangsa Indonesia. Di samping itu, ketidaksetujuan Padvinderij nasional
Indonesia terdapat pada salah satu “Padvinders belofte” dalam NIPV yang berbunyi
“Mijn plicht te doen tegenover God en mijn land”. Di mana “mijn land” diartikan
“pemerintahan yang berkuasa”, yaitu Kerajaan Belanda. Dengan tidak adanya titik temu
tersebut, pihak NIPV melarang menggunakan kata “Padvinder” atau “Padvinderij” bagi
organisasi kepanduan Indonesia.
7. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 4
Gambar 3. Gubernur Jenderal van Limburg Stirum dan Istri di tengah-tengah anggota kepanduan (Padvinderij)
Bandung
12. Menyambut pelarangan penggunaan istilah “Padvinder” maupun “Padvinderij” dalam
organisasi kepanduan Indonesia, K.H. Agus Salim mengusulkan menggantinya dengan
istilah “Pandu” atau “Kepanduan” dalam kongres SIAP tahun 1928 di Banjarnegara,
Banyumas. Hal ini semakin memperjelas pembeda antara kepentingan organisasi
Belanda dengan organisasi nasional yang berorientasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dan sejak saat itu, K.H. Agus Salim dinobatkan menjadi Bapak Kepanduan Indonesia.
Gambar 4. KH. Agus Salim bersama Ir. Soekarno
8. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 5
Gambar 5. Pandu-pandu SIAP (di bawah naungan SI) bersiap mengawal pemimpin-pemimpinnya. Di deretan tengah
duduk diantaranya A.M. Sangadji, Soerjopranoto, H.O.S. Tjokroaminoto, dan K.H. Agus Salim
13. Untuk menunjukkan eksistensinya, NIPV membuka kesempatan membentuk “Speciale
Groepen” yang masing-masing mempunyai “Central Gestuur”. Organisasi yang berhasil
digabung secara federatif di bawah NIPV antara lain Katholieke Padvinders Bond,
Christelijke Padvinders Vereeniging, dan organisasi padvinder yang berafiliasi
Tionghoa yang kemudian bersatu menjadi “Persatuan Kepanduan Tionghwa” (Perketi).
14. Kepanduan nasional yang hanya berguru teknik pendidikan kepanduan di bawah NIPV
antara lain Pandu Indonesia (PI), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), dan Pandu
Kesultanan (PK).
B. Masa Galang Kemerdekaan 1928 – 1943
15. Tanggal 15 September 1928 terbentuk Persaudaraan Antar Pandu-pandu Indonesia
(PAPI) melalui pertemuan perwakilan pandu-pandu nasional Indonesia di Jakarta.
Diantara lain tokoh-tokoh pandu nasional yang hadir antara lain dr. Moewardi dari
Pandu Kebangsaan, Mr. Soenarjo dari INPO, Ramlan dari SIAP, dan Mr. Kasman dari
NATIPIJ.
16. Di beberapa kota besar di Jawa, mulai lahir wadah-wadah kepanduan nasional. Seperti
halnya yang terjadi di Surakarta, dibentuk “Badan Persatuan Kepanduan Surakarta”, di
Yogyakarta dibentuk “Badan Persaudaraan Kepanduan Mataram”. Semua terbentuk
dengan tujuan yang sama dengan pusat.
17. Kontribusi pemuda-pemuda Indonesia untuk mencapai kemerdekaan Indonesia pun
melibatkan Wage Rudolf Supratman hingga menciptakan lagu “Indonesia Raya” yang
diilhami oleh keputusan kongres Pemuda Indonesia pertama tahun 1926. Pihak Belanda
pun sempat melarang lagu ini beredar, dan W.R. Supratman pun kemudian
menggunakan istilah “Pandu” dengan maksud agar setiap warga Indonesia berjiwa
Pandu. Meskipun W.R. Supratman bukan anggota kepanduan nasional, tetapi beliau
berjiwa pandu.
18. Tanggal 13 September 1930 terjadi fusi (peleburan) tiga organisasi kepanduan, yakni
Indonesische Nationale Padvinders Organisatie (INPO) yang didirikan oleh Pemuda
Indonesia, Pandu Kesultanan (PK), dan Pandu Pemuda Sumatera (PPS) berfusi menjadi
9. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 6
Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Menyesuaikan kebutuhan akan kerapihan
organisasi, Pandu Putri pun di kelola oleh Ny. Soehariah Soetarman selaku Komisaris
Golongan Putri dengan dibantu Ny. Soeratmi Saleh, Soenarti, Aminah, dan Prabandari.
Gambar 6. Indonesische Padvinders Organisatie (INPO)
19. Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) menyelenggarakan Jambore Nasional II di Malang
pada tanggal 19-21 Juni 1932. Selaku Komisaris Besar KBI, dr. Moewardi pun
memanfaatkan momen jambore tersebut untuk memantapkan konsolidasi ke dalam
maupun ke luar bersama pimpinan masing-masing organisasi kepanduan nasional.
20. Langkah konsolidasi selanjutnya mengiringi pelaksanaan Jambore Nasional III di Solo
tanggal 20-24 Juni 1933 sekaligus memutuskan pencetakan AD/ART KBI,
pembentukan Kwartir Daerah, dan pemindahan kedudukan Kwartir Besar KBI ke
Bandung.
21. Tanggal 03 Desember 1934 Indonesia dikunjungi oleh Lord Baden Powell of Gilwell
dan Lady Baden Powell sepulang menghadiri Jambore di Australia yang bersandar
Tanjung Priok. Karena terjadi dikotomi antar-organisasi kepanduan NIPV dengan
organisasi kepanduan nasional, organisasi kepanduan nasional tidak diizinkan
menyambut Baden Powell, tetapi tak diizinkan oleh NIPV. Hal ini semakin
memanaskan ketegangan di antara kelompok Padvinderij Belanda dengan kelompok
kepanduan nasional. Terlepas dari konflik kepentingan tersebut, Baden Powell merasa
senang sekaligus bangga dengan pesatnya perkembangan kepanduan di Indonesia.
10. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 7
Gambar 7. Kunjungan Lord Baden Powell ke Jawa tahun 1934 sepulang dari Australia
22. Muncul ide untuk mematangkan organisasi kepanduan yang tidak menginduk dan
bukan anggota di bawah NIPV untuk mengadakan All Indonesia Jamboree ketika
terselanggara Persami tahun 1935 di Pasar Minggu, Jakarta.
23. Dalam rentang tahun 1928-1935, banyak terlahir organisasi kepanduan di Indonesia,
terutama terlahir sebagai sayap organisasi politik dan organisasi massa. Dan hal tersebut
sejatinya menyalahi tujuan dibentuknya kepanduan. Meski demikian, pengelompokan
organisasi kepanduan yang bercirikan kebangsaan dan keagamaan sedikit-banyak
memberikan sumbangsih atas orientasi kemerdekaan. Kepanduan yang mengusung ciri
kebangsaan, seperti Pandu Indonesia (PI) di Bandung, Pandu Kesultanan (PK) di
Yogyakarta, Padvinders Organisatie Pasundan (POP) di Bandung, Borneo Padvinders
Organisatie (BPO), Sinar Pandu Kita (SPK) di Solo, dan Kepanduan Rakyat Indonesia
(KRI) di Malang. Sedangkan yang bercirikan keagamaan, seperti Hizbul Wathan (HW)
sayap kepemudaan organisasi Muhammadiyah, Pandu Ansor sebagai sayap kepanduan
Nahdlatul Ulama di Surabaya, Al-Wathoni, Islamitische Padvinders Organisatie (IPO)
di Batavia, Kepanduan Islam Indonesia (KII) di Solo, Kepanduan Azas Katolik
Indonesia (KAKI) di Yogyakarta, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Masehi Indonesia
(KMI) di Batavia, dan lain-lain.
11. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 8
Gambar 8. Borneo Padvinder Organisatie (BPO)
24. Pada tahun 1937 kepanduan dunia mengadakan Jambore ke-5 di Vogelenzang, Belanda.
Pada jambore ini, Indonesia yang saat itu dikenalkan oleh Belanda ke dunia
internasional dengan nama “Nederlands Indie” berhasil mengirimkan 70 pandu.
25. Pada tahun 1938, terbentuk fusi besar-besaran di Indonesia untuk organisasi kepanduan,
yakni Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI). Kepengurusan dalam
BPPKI diputuskan menunjuk perwakilan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) sebagai
Ketua, Sekretaris dari perwakilan Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI),
Bendahara dari perwakilan Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ), dan bagian
teknik adalah perwakilan Serikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP).
26. Menindaklanjuti cita-cita yang sempat tercetus pada Persami 1935, KBI melalui PAPI
kembali mengusulkan All Indonesia Jamboree pada pertemuan PAPI April 1938 di Solo
dan mendapat apresiasi yang cukup baik dari unsur pimpinan kepanduan yang
tergabung dalam PAPI.
27. Demi menyambut usulan penyelenggaraan All Indonesia Jamboree, Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) sebagai penyelenggara hajat tersebut. Pada
konferensi BPPKI di Bandung tahun 1939 diputuskan untuk mengubah istilah “All
Indonesia Jamboree” menjadi “Perkemahan Kepandoean Indonesia Oemoem Pertama”
(PERKINDO I) yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 19 – 23 Juli 1941
BPPKI menyelenggarakan jambore pertama.
28. Takluknya Hindia Belanda di bawah jajahan Jepang tahun 1942 hingga 1945
diakibatkan kekalahan Sekutu pada Perang Dunia II. Di bawah jajahan Jepang inilah,
partai politik dan organisasi massa pun dilarang oleh Jepang. Meski pun kepanduan
12. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 9
merupakan organisasi non-politik, Jepang tidak mau mengambil resiko. Pertimbangan
nilai-nilau persatuan, nasionalisme, dan patriotisme lah yang mendorong Jepang untuk
melarang gerakan kepanduan.
29. Pengebirian organisasi tersebut tidak menghentikan cara-cara cerdas pemuda Indonesia
untuk tetap bergerilya. Pemuda-pemuda kepanduan pun banyak yang terjun
memanfaatkan ilmu dan latihan dalam organisasi bentukan Jepang, seperti Seinendan,
Keibodan, dan PETA (Pembela Tanah Air).
Gambar 9. Seinendan (Barisan Pemuda)
Gambar 10. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
13. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 10
C. Masa Penegakan Kemerdekaan 1945 – 1949
30. Pasca Proklamasi kemerdekaan 17 Agusus 1945, semakin terpancang kuat bukti
tegaknya bangsa Indonesia. Hingga pada tanggal 27-29 Desember 1945 diadakan
kongres kesatuan kepanduan Indonesia di Surakarta yang dihadiri oleh 300 peserta
perwakilan dari pimpinan eks-kepanduan KBI, HW, SIAP, NATIPIJ, JPO, KAKI,
Taruna Kembang, Tri Darma, Al-Wathoni, Hizbul Islam, Sinar Pandu Kita, Kepanduan
Rakyat Indonesia, Pandu kesultanan, Pandu Indonesia, dan Pandu Pasundan.
Gambar 11. Perintis Kepanduan di Indonesia. Berdiri dari kanan: Dr. Soepardan, Dr. Soegandi, Dr. Sjagaf Jahja,
Pentor. Dr. Nazir, Soeratno Sastroamidjojo. Duduk: Dr. Bahder Djohan, Soewarjo Tirtosoepono, Dr. Moewardi.
31. Pada tanggal 28 Desember 1945 tersebut berdiri Pandu Rakyat Indonesia (PARI)
sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di wilayah Republik Indonesia yang ditandai
dengan Janji Ikatan Sakti yang berbunyi:
a. Melebur segenap organisasi kepanduan Indonesia di masa silam dan menjadikan
satu organisasi Kepanduan, yaitu Pandu Rakjat Indonesia.
b. Tidak akan menghidupkan lagi kepanduan yang lama.
c. Tanggal 28 Desember diakui sebagai Hari Pandu Indonesia.
d. Mengganti setangan leher yang beraneka warna dengan warna HITAM.
14. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 11
Gambar 12. Pandu Rakyat Indonesia
32. Di akhir tahun 1946 berlangsung kongres Pandu Rakyat Indonesia I di Surakarta dengan
hasil:
a. Pemerintah RI mengakui dan mengesahkan Pandu Rakyat Indonesia dan nantinya
setahun kemudian pada 1 Februari 1947 PRI diakui sebagai satu-satunya organisasi
kepanduan Indonesia melalui keputusan Menteri PP dan K dengan nomor 93/Bag-
A.
b. Membuat AD/ART.
c. Konsolidasi cabang-cabang di Jawa dan pengaturan hubungan dengan cabang di
luar Jawa.
d. Mendaftarkan diri pada WOSM untuk dapat diterima dan diakui sebagai anggota
biro kepanduan dunia.
33. Tanggal 25 Maret 1947, Presiden RI menerima usulan untuk menjadi Pelindung bagi
keberadaan Pandu rakyat Indonesia.
34. Tanggal 22 Agustus 1947 terbentuklah Kwartir Besar Pandu Putri dengan pimpinan ibu
Soehariah Soetarman.
35. Pada masa 1947 hingga 1949 merupakan tahun tersulit bagi eksistensi kepanduan. Di
mana pada tahun-tahun tersebut pecah Agresi Militer Belanda I dan II. Peristiwa ini
menyulitkan berbagai pihak terutama dari sisi jalur komunikasi pusat dan daerah.
Mengetahui titik strategis yang digunakan oleh bangsa Indonesia untuk mengkader
pejuang-pejuang kemerdekaan, maka NICA/Belanda membubarkan Pandu Rakyat
Indonesia. Bahkan pada peringatan proklamasi tahun 1948, pandu-pandu yang
berkumpul di Pegangsaan Timur 56 Jakarta dihujani tembakan oleh militer NICA di
tengah gencatan senjata. Tetapi dengan kondisi krisis seperti itu, Kwartir Besar Putra
berhasil membuka Kwartir Pusat di wilayah Bukit Tinggi, membuat badan penghubung
di bawah dr. Moewardi untuk kepanduan di luar negeri, membentuk pos-pos
15. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 12
komunikasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta meneruskan
penyelenggaraan kursus kepemimpinan di luar Jawa.
36. Tanggal 22 Agustus 1949 dikeluarkan keputusan membuat Kwartir Besar Darurat di
tengah revolusi fisik dengan Komisariat Besar Umum berkedudukan di Solo yang
dilengkapi dengan komisaris golongan Penyuluh, golongan Perintis, dan golongan
Kurcaci.
D. Masa Pandega Kemerdekaan 1950 – sekarang
37. Menjelang tahun 1961, kepanduan Indonesia telah terpecah-pecah menjadi lebih dari
100 organisasi kepanduan, suatu keadaan yang terasa lemah meski terbagi ke dalam 3
federasi organisasi kepanduan; satu federasi kepanduan putra dan dua federasi
kepanduan putri:
Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO), 13 September 1951. IPINDO ini yang
akhirnya terdaftar di WOSM.
Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia (POPPINDO), 1954.
Perserikatan Kepanduan Putri Indonesia.
Pecahnya wadah kepanduan ini semakin melemahkan posisi kepanduan itu sendiri
maupun tujuan memerdekakan Indonesia. Melemahnya kondisi ini dimanfaatkan oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memaksa kepanduan Indonesia menjadi Gerakan
Pioneer Muda seperti halnya di negara-negara komunis lainnya.
38. Dengan bantuan Perdana Menteri Djuanda, PERKINDO berhasil memperjuangkan
eksistensi kepanduan Indonesia dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden RI No. 238
Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka, pada tanggal 20 Mei 1961 yang ditandatangani
oleh Ir. Djuanda selaku Pejabat Presiden RI, karena Presiden Soekarno sedang
berkunjung ke negeri Jepang.
39. Berdasarkan Keppres RI tentang Pembentukan Gerakan Pramuka tersebut, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX beserta anggota panitia lain menyusun personalia Kwarnas, di
mana Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Kwarnas Pertama (dijuluki Bapak
Pramuka Indonesia) dan Dr. A. Azis Saleh sebagai Sekjend Kwarnas Pertama Gerakan
Pramuka, yang kemudian di lantik oleh Presiden RI pada tanggal 14 Agustus 1961
ditandai dengan penyerahan Panji Gerakan Pramuka dengan logo Tunas Kelapa hasil
cipta Soenardjo Atmodipoerwo. Mulai saat itu, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai
Hari Pramuka dan Bung Karno selaku Presiden RI sebagai Pramuka tertinggi (sekarang:
Presiden RI sebagai Pramuka Utama). Sejak itu, di bentuk Kwarda Gerakan Pramuka di
Provinsi-provinsi Indonesia termasuk Provinsi Riau.
16. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 13
Gambar 13. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
17. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 14
Gambar 14. Makam R. Soenardjo Atmodipoerwo pencipta lambang Pramuka
Gambar 15. Logo Tunas Kelapa sebagai lambang Gerakan Pramuka
18. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 15
40. Dengan Keppres No. 238 Tahun 1961, Gerakan Kepanduan Indonesia mulai dengan
keadaan baru dengan nama Gerakan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka. Semua
organisasi kepanduan melebur menjadi satu dengan nama Gerakan Pramuka dan
menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi. Manajemen organisasinya pun mulai
tertata dengan membuka cabang-cabang resmi hingga pelosok negeri. Kemajuan pesat
tersebut tak lepas dari sistem Majelis Pembimbing (Mabi) yang dijalankan oleh Gerakan
Pramuka di setiap tingkat, baik dari tingkat nasional hingga ke tingkat gugusdepan
(Gudep).
19. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 16
BAB 2
PENGETAHUAN SURVIVAL DASAR
A. Pengertian
Survival merupakan salah satu dari cara untuk bertahan hidup di alam bebas. Kata
“Survive” mempunyai arti secara bahasa adalah perjuangan untuk hidup. Sedangkan arti
secara istilah (luas) adalah suatu usaha untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat
dan berusaha untuk mengatasinya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Survival sendiri seringkali berlaku ketika kita sengaja untuk menguji ketahanan diri
di alam bebas, terutama dalam program pelatihan yang mensyaratkan hal tersebut. Tidak
menutup kemungkinan ketika kita mempunyai kegemaran berpetualang di alam bebas, kita
akan benar-benar menemui kondisi terbatas yang menuntut kita menerapkan ilmu survival.
Hal yang akan memaksa kita melakukan survival dapat terjadi karena kondisi kurangnya
atau habisnya persediaan logistik (makanan dan minuman), medan alam yang berat,
terpisahnya dari teman seperjalanan, tersesat, atau mengalami musibah di alam liar.
Kondisi alam seperti panas, dingin, hujan, kering kemarau, angin, dan habitat alam
seperti vegetasi dan fauna merupakan potensi yang beresiko bagi ketahanan hidup, dan
sering disebut sebagai bahaya objektif. Bertahan hidup di alam bebas membutuhkan
kekuatan mental. Seringkali rasa putus asa, panik, takut, cemas, bingung, tertekan, atau
minder yang disebabkan oleh bahaya objektif ditambah gejala fisiologis seperti sakit, lapar,
haus, luka, lelah, dan sejenisnya berpotensi membahayakan diri sendiri maupun teman-
teman seperjalanan. Gejala psikologi ini sering disebut sebagai bahaya subjektif.
Survival Pramuka pada setiap anggota akan sangat penting, misalnya jika terputus
dengan induk pasukan, maka setiap anggota dituntut untuk tetap hidup dalam segala keadaan
yang buruk. Dengan mengerti teknik hidup di alam bebas, maka akan mendukung kegiatan
di alam dengan cara bertahan yang baik, tahan uji, dan selamat.
Oleh karenanya, ada beberapa hal yang harus kita pelajari untuk menghadapi latihan
atau kondisi nyata survival. Keterampilan survival sebenarnya sudah terangkum dalam
kurikulum kepramukaan.
1. Teknik navigasi; untuk mengetahui arah dan kondisi medan dengan memanfaatkan
matahari melalui bantuan tongkat, bantuan jarum dan spons atau gabus. Pada kondisi
malam, dengan memanfaatkan rasi bintang.
2. Teknik perjalanan; untuk mengetahui cara pengemasan perbekalan, tidak melakukan
gerakan-gerakan yang tidak perlu, dan penanganan yang benar selama perjalanan
atau pengembaraan. Teknik perjalanan di lereng gunung akan berbeda dengan teknik
menyusuri sungai. Menyusuri hutan lebat akan berbeda teknik dengan menyusuri rel
kereta api. Dan dalam penyusuran penyeberangan rawa, sungai maupun danau
dibutuhkan teknik tersendiri. Selain itu, teknik mengenali tanda jejak juga penting
dalam penjelajahan.
3. Teknik membuat perlindungan, seperti tali-temali, membuat tenda, bivak,
pemanfaatan goa, membuat bivak panggung jika di tempat basah, menentukan titik
ketinggian, menghindari pepohonan besar dan tua, atau pepohonan lapuk dan
berbuah matang dan pemanfaatan cerukan. Menghindari angin besar di tempat yang
terbuka, juga menghindari pinggir sungai yang berpotensi meluap.
20. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 17
4. Teknik mencari air, seperti teknik kondensasi, teknik solar-still, menggali,
menangkap embun atau hujan, dan teknik penjernihan air.
5. Teknik membuat api dan memasak dengan memanfaatkan lumut kering, serpihan
kayu, dedaunan kering, dan berbagai teknik memasak dengan membuat kompor atau
tungku sendiri ataupun dengan menggali tanah sebagai pelindung api dari tiupan
angin.
6. Teknik mencari makanan dan berburu dengan mengenal vegetasi yang dapat
dimakan dan yang tidak dapat dimakan (beracun) serta memanfaatkan perlengkapan
survival dalam membuat perangkap hewan buruan di darat, unggas, maupun hewan
air.
7. Teknik kesehatan dengan mengetahui beberapa cara penanganan pertolongan darurat
ketika musibah terjadi, dari cara penanganan awal, perlakuan kepada korban, hingga
obat-obatan.
8. Teknik komunikasi survival adalah teknik berkomunikasi dengan pihak luar dalam
rangka permintaan pertolongan. Teknik ini dapat memanfaatkan cermin sebagai
sinyal atau kode minta pertolongan dengan pihak yang lain dengan jarak jauh
menggunakan kode morse, atau dengan teknik api yang dapat berfungsi sebagai
tanda di malam hari dan asapnya sebagai tanda di siang hari (teknik suku Indian).
Dapat juga memanfaatkan lampu senter dengan mengedip-ngedipkan nyalanya
memanfaatkan hafalan kode morse. Untuk pertolongan udara, dapat menggunakan
kain yang mencolok dari warna lingkungan sekitarnya atau memanfaatkan susunan
batang pohon atau pun batu di tanah lapang.
B. Perlengkapan Survival
Daftar di bawah ini dikategorikan untuk membuatnya mudah bagi kita untuk mulai
mengumpulkan apa yang kita butuhkan dalam survival. Harap dicatat bahwa daftar ini tidak
fokus pada setiap kebutuhan pribadi. Kita dapat menentukan kebutuhan khusus lainnya yang
mungkin kita fokuskan yang dapat ditentukan berdasarkan iklim (sangat dingin atau panas
cuaca) atau berdasarkan kondisi medis dan sebagainya.
1. Perlengkapan perjalanan
Ransel atau tas punggung yang berbahan kuat.
Sarung pelindung ransel untuk mengantisipasi hujan.
Jas hujan selain mengantisipasi hujan, dapat juga sebagai pelampung ketika
penyeberangan basah.
Kaos yang mudah menyerap keringat.
Celana penjelajahan berbahan kuat.
Kaos kaki dan sepatu yang mendukung penjelajahan.
Plastik sampah (besar) untuk kantong pakaian di dalam ransel agar terhindar dari
basah.
Jam tangan sebagai penanda waktu.
Topi rimba pelindung panas.
Kacamata hitam untuk mereduksi konsumsi cahaya pada mata dari panas matahari.
Minuman botol minimal 2 liter.
Ikat pinggang yang kokoh (lebih baik lagi terbuat dari bahan webbing).
Webbing.
Slayer.
21. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 18
2. Perlengkapan berkemah
Tenda atau jas hujan untuk membuat bivak.
Tali Pramuka untuk membantu pendirian tenda, bivak, atau jemuran.
Plastik sampah dapat digunakan sebagai alas.
Matras gulung.
Kupluk terbuat dari wool.
Jaket untuk menahan suhu dingin.
Sarung tangan untuk menahan dingin.
Kaos kaki tebal sebagai penahan dingin.
Sleeping bag atau kantong tidur.
Perlengkapan mandi (sabun, sikat gigi, pasta gigi, shampoo, handuk).
Senter.
Lilin.
3. Obat-obatan
Aspirin, tylenol, atau Advil. 10.
Neosporin atau krim lain yang baik.
Plester dengan berbagai ukuran.
Obat luka.
Plester gulung.
Obat-obatan akibat bisa ular (untuk daerah berular).
Tablet garam (untuk daerah panas).
Peniti.
Obat gosok.
Norit.
Oralit.
Obat flu.
Obat sakit kepala.
Perban.
Sabun anti bakteria.
Pinset dan jarum.
Obat nyamuk.
Perlengkapan obat keracunan.
Kain kasa dan kapas.
Sunblock cream.
Tablet penjernih air.
Obat-obatan pribadi.
Obat-obatan lain yang sekiranya penting.
4. Perlengkapan berburu dan memancing
Senar pancing sekitar 25 meter.
Kail pancing berbagai ukuran.
Pelampung kail.
Benang nylon sepanjang kira-kira 5 meter.
Parang atau golok.
Perlengkapan berburu dan memancing yang sekiranya dibutuhkan.
5. Perlengkapan membuat api
Serbuk kayu.
Ranting-ranting kering.
22. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 19
Kapas.
Lilin.
Batu api magnesium.
Gergaji fleksibel (berbentuk kawat bergerigi).
Korek api tahan air.
Kaca pembesar (luv).
6. Logistik dan memasak
Tablet vitamin.
Beras.
Mie instant.
Sarden.
Cornet.
Sosis.
Makanan ringan.
Bumbu-bumbuan (terutama garam).
Manisan kering.
Teh dan kopi.
Pisau saku.
Gerinda.
Aluminum foil.
Kompor dan bahan bakar (tablet).
Misting.
Piring dan gelas atau cangkir.
Sendok dan garpu.
7. Perlengkapan navigasi
Peta topografi.
Kompas bidik.
Busur derajat.
Altimeter (alat ukur krtinggian dari permukaan laut).
Peluit.
Kartu identitas (biasa berbentuk plat kalung berisi nama dan asal).
Kertas dan pensil.
Cermin kecil.
Jarum dan benang.
Setiap kita harus memiliki kolom daftar tersendiri untuk mengisi beberapa jenis
perlengkapan. Misalkan ketika kita akan menjelajah daerah yang terdapat komunitas ular,
kita harus menambahkan atau menyertakan obat-obatan khusus yang berkenaan dengan
akibat bisa (patukan) ular.
Selain dengan daftar perlengkapan survival seperti yang tersebut di atas, ada daftar
perlengkapan yang lebih ringkas yang sering digunakan oleh survivor yang berpengalaman
(militer).
23. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 20
Gambar 16. Survival Kit
1. Korek Api; bawalah korek api yang tahan air semacam korek gas.
2. Lilin atau Parafin; digunakan untuk bahan bakar memasak. Sebisa mungkin penggunaan
bahan ini jika benar-benar kritis ketika tidak menemui bahan bakar lain (daun kering,
sabut, lumut kering) atau karena kondisi lingkungan sekitar sedang basah.
3. Pemantik Api; ini sebagai pemantik alternatif ketika korek api tahan basah mengalami
krisis. Tetapi untuk penggunaan batu api ini mesti melibatkan bahan kering dan ringan
yang mudah terbakar, semacam sabut atau lumut kering.
4. Kaca Pembesar; dapat digunakan untuk membuat api dengan memanfaatkan sinar
matahari secara langsung. Dan dapat pula dimanfaatkan untuk mencari kepingan atau
pecahan yang terserak.
5. Benang dan Jarum; selain untuk menjahit kain atau pakaian, dalam kondisi yang benar-
benar kritis, dapat pula digunakan untuk menjahit luka dalam. Bawalah beberapa jarum
jahit dengan beragam ukuran.
6. Kail Pancing dan Senar; digunakan untuk mengail ikan. Bawalah kail dan senar dengan
berbagai kelas/ukuran.
7. Kompas; untuk mengetahui arah mata angin. Senantiasa di periksa kondisi kompas dari
kemungkinan kebocoran air yang ada di dalam kompas. Keberadaan gelembung di
dalam kompas cair akan mengganggu fungsi atau pergerakan jarum kompas.
8. Lampu Senter; berguna untuk penerangan darurat. Penggunaan senter dengan tenaga
battery atau listrik akan sangat terkendala ketika survival. Akan lebih efektif ketika
menggunakan lampu beta dengan ukuran kecil. Lampu tersebut cukup terang untuk
membaca peta ketika malam atau ketika memancing. Memang lebih mahal, tetapi awet.
9. Senar Kawat; berguna untuk membuat jerat jebakan. Disarankan menggunakan kawat
kuningan sepanjang 60 cm sampai dengan 1 meter.
10. Gergaji Fleksibel; berupa kawat panjang yang kasar dan bergerigi. Digunakan untuk
memotong benda berbentuk silinder yang berukuran cukup besar seperti pohon.
24. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 21
11. Perlengkapan Medis; biasanya yang berhubungan dengan sakit yang diderita. Selain itu,
ada baiknya membawa obat-obatan analgesic untuk penyakit ringat maupun sedang,
codeine phosphate untuk sakit gigi dan pusing, obat pencernaan, antibiotic,
antihistamine, tablet penjernih air, dan tablet anti malaria.
12. Pisau kecil; sering direkomendasikan oleh para survivor berpengalaman adalah pisau
bedah karena lebih praktis dan ketajamannya lebih terjaga.
13. Plester; digunakan untuk menutup luka.
14. Kondom; karena terbuat dari bahan latex yang cukup kuat dan sifatnya yang lentur,
dapat digunakan sebagai kantong air. Daya tampungnya dapat mencapai sekitar 3 liter.
Gambar 17. Pisau Lipat dan Parang
15. Pisau lipat.
16. Parang/golok; sisi B digunakan untuk pekerjaan berat seperti memotong pohon atau
memotong tulang, sisi A lebih tipis dan digunakan untuk menguliti, dan sisi C
digunakan untuk membentuk ukiran dan melakukan penghalusan pekerjaan.
17. Batu asahan/gerinda.
Dalam film dokumenter “127 Hours”, kita mendapat banyak pelajaran untuk
persiapan ketika kita akan melakukan kegiatan survival. Alat dokumentasi akan lebih
banyak membantu dalam melakukan survival. Yang dimaksud dengan report adalah
pelaporan perjalanan/perkemahan yang dibuat secara deskriptif yang memuat segala sesuatu
hal yang ada kaitannya dengan kegiatan perjalanan atau berkemah, misalnya; laporan
persiapan, pelaksanaan, kondisi perjalanan/perkemahan, dan lain-lain. Peralatan atau pun
perlengkapan yang mendukung hal tersebut dapat berupa catatan kecil selama perjalanan,
peta, dan keterangan lain yang dianggap perlu.
Peralatan audio visual pun dapat mendukung dokumentasi bahkan membantu
pertolongan, misal dokumentasi daerah yang dilalui dengan foto atau video.
Dokumen tarsebut akan melahirkan kesan mendalam ketika kita telah menjalani
perjalanan tersebut hingga berhasil.
25. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 22
C. Air
Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan. Kehidupan begitu tergantung
dengan keberadaan dan peran air. Tercatat bahwa 75% tubuh manusia terdiri dari air. Rata-
rata manusia dapat bertahan hidup selama tiga pekan tanpa makanan, tetapi tak akan
bertahan lebih dari tiga hari tanpa air.
Dalam survival, penggunaan air harus dihemat dan jangan melakukan tindakan yang
tidak perlu karena kebutuhan air akan meningkat. Ketersediaan air di hutan cukup banyak
dan dapat diperoleh dari berbagai sumber.
1. Mengikuti Tanda dari Binatang
Ada beberapa pertanda yang dapat kita gunakan panduan adanya sumber air, yaitu dari
keberadaan hewan. Hewan seperti halnya kita, ia membutuhkan air untuk hidup. Bahkan
ada hewan yang membutuhkan minum secara reguler, misalnya rusa. Ia bisa minum di
saat fajar dan senja, maka di dekat ia berkumpul biasanya terdapat sumber air. Lihat pula
jalur-jalur hewan, bisa jadi ia akan mengarah ke sumber air. Namun untuk karnivora
sekelas harimau, ia tidak bisa di andalkan untuk menunjukkan sumber air. Karena ia
mendapatkan sumber air dari kelembaban hewan yang ia makan.
Mencermati beberapa jenis burung pun akan membantu kita menemukan sumber air. Pola
terbang burung yang terbang rendah dan lurus, ia sedang menuju sumber air. Ketika ia
sudah minum banyak, ia biasanya terbang dari pohon ke pohon dan ia akan sering
istirahat. Namun seperti halnya hewan karnivora sebelumnya, bangsa burung sekelas
elang tidak bisa di andalkan karena ia meminum air dari korban yang ia makan.
Gambar 18. Burung sebagai salah satu tanda adanya sumber air
Serangga juga merupakan indikator yang baik dalam mencari air. Lebah, misalnya. Ia
tidak lebih dari 6 kilometer terhadap sarangnya. Di sekitar radiusnya biasanya pun akan
terdapat sumber air. Semut juga membutuhkan air. Jika kita menemukan sarang semut di
pepohonan, biasanya di daerah sekitar tempat itu terdapat reservoir (air yang
terperangkap). Lalat juga biasanya tidak jauh dari air. Ia akan berada sekitar 100 meter
26. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 23
dari air. Capung pun dapat menjadi pertanda dekatnya dengan sumber air. Karena larva
capung tidak dapat lepas dari keberadaan air.
Gambar 19. Serangga capung sebagai pertanda keberadaan air
2. Air dari Tanaman
Jangan hanya terjebak bahwa sumber air hanya diperoleh dari sungai atau daratan.
Tanaman rambat biasanya mengandung banyak air. Tanaman rambat yang kasar
permukaannya dengan tinggi sekitar 5 cm merupakan sumber air. Tapi perlu diingat
bahwa kehati-hatian kita terhadap tanaman beracun harus selalu ada. Pepohonan yang
mempunyai getah putih seperti susu, cenderung tidak dapat dikonsumsi. Terlebih jika
getah tersebut selain putih juga lengket.
Akar dan pohon keluarga palem juga merupakan sumber air. Pohon kelapa mempunyai
beberapa titik potensial sebagai sumber air. Selain air dari buahnya, batang bunga kelapa
(Jawa: Cengkir) pun dapat dimanfaatkan dengan cara kita potong batang tersebut
kemudian pasang penampung airnya. Kita dapat memperbarui luka atau irisan pada
batang bunga tersebut setiap 12 jam untuk memancing keluarnya tetesan air. Secara
umum, air tersebut dinamakan “nira”. Tidak banyak, memang. Tapi cukup lumayan jika
kita dapat mengumpulkan tetesan nira tersebut pada beberapa batang pohon kelapa.
27. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 24
Gambar 20. Proses penampungan air nira
3. Cerukan atau Menggali
Dalam pencarian sumber air, dapat pula mencari di dasar-dasar lembah dimana air
mungkin mengalir atau perhatikan pola tanaman hijau dan coba digali pada sekitar
akarnya, atau menggali pada dasar sungai yang kering, terutama pada pola retakan/celah
atau jika di daerah pantai, air segar dapat ditemukan setelah menggali beberapa
sentimeter di daerah gumuk pasir. Air segar biasanya akan mengumpul di permukaan
dengan ketebalan sekitar 5 cm di atas air asin. Bila tidak ada air tawar, air laut dapat
digunakan setelah destilasi.
Jika bertemu dengan genangan air, berhati-hatilah. Jangan langsung diminum. Perhatikan
sekitarnya apakah ada bekas-bekas tulang belulang (bangkai) hewan yang mati atau
apakah tanaman di sekitarnya dapat tumbuh. Jika ditemui keadaan yang demikian maka
dapat disimpulkan air tersebut beracun.
Gambar 21. Galian tanah dapat diberikan tumpukan dedaunan segar untuk membantu penjernihan
28. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 25
Gambar 22. Pengambilan air dari sumber buatan
4. Menampung
Selain itu, dapat pula dengan menampung air hujan dan embun dalam dedaunan. Untuk
menampung air hujan, gunakanlah ponco atau plastik yang bersih. Semakin besar
tangkapan hujan maka makin banyak jumlah air yang diperoleh. Cara ini menjadi
prioritas ketika kita berada di daerah berkapur. Karena di daerah tersebut, air akan cepat
terserap tanah pekapuran sehingga akan sangat sulit ditemui air di permukaan.
Gambar 23. Menampung embun atau pun hujan memanfaatkan ponco
29. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 26
5. Kondensasi (Pengembunan)
Cara mencari air dengan memanfaatkan tetumbuhan pun dapat kita gunakan. Kelembaban
pohon dan akar tumbuhan dapat kita manfaatkan untuk mengumpulkan air, tetapi jangan
pada bagian yang tingginya lebih dari 15 meter. Pengembunan yang terjadi pada daun
dapat menjadi sumber air dengan cara membungkusnya dengan plastik. Sebelumnya,
pilih tetumbuhan yang menyehatkan dan bungkus ujung rantingnya dengan plastik. Yang
perlu diingat adalah posisi mulut plastik berada lebih atas dari tempat berkumpulnya air
nanti. Dengan filter sederhana, kita bisa membuat air kotor menjadi lebih aman diminum.
Namun sebaiknya tetap melalui proses perebusan.
Gambar 24. Kondensasi pada tumbuhan
Gambar 25. Cara mencari air dengan cara kondensasi
30. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 27
Gambar 26. Mengambil air dari hasil kondensasi
6. Penguapan atau Solar Still
Teknik penguapan ini dapat kita gunakan ketika sinar matahari mencukupi untuk
menguapkan kandungan air dari tanah maupun tetumbuhan. Untuk menangkap butiran
uap air, kita memanfaatkan plastik yang lebar dan wadah untuk menampung tetesan dari
air.
Gali lubang tanah kira-kira 90 cm x 90 cm dan dalamnya 45 cm dengan bentuk
dindingnya melandai.
Letakkan nesting atau panci untuk mengumpulkan air di tengah-tengah lubang.
Tutupi lubang tersebut dengan plastik bersih yang ditahan pemberat di tiap sisinya,
kemudian beri pemberat di tengah plastik sehingga membentuk kerucut.
Tanah yang terpapar panas matahari akan menguapkan kandungan air di dalamnya
hingga butiran-butiran uap tersebut tertangkap oleh plastik. Butiran-butiran uap
tersebut akan mencapai titik jenuh hingga mengalir ke tengah plastik ke titik terendah
dan kemudian menetes ke wadah.
Jika dirasa jumlah air dari hasil penguapan tersebut masih kurang, dapat
memanfaatkan daun tetumbuhan untuk disimpan dalam lubang tersebut. Sehingga
massa uap air akan semakin banyak dengan hasil penguapan dari dedaunan. Teknik ini
akan menghasilkan air murni, sehingga dapat langsung dikonsumsi.
Cara ini cukup efektif untuk medan dengan perubahan suhu siang dan malam cukup
tinggi misalnya di daerah gurun.
Kelemahan dari metode ini, jumlah air yang didapat tidak banyak, dan butuh waktu
lama.
31. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 28
Gambar 27. Cara mengumpulkan air dengan memanfaatkan penguapan
Gambar 28. Contoh realis metode Solar-Still
Berilah pemberat pada bagian tengah permukaan
plastik. Permukaan bagian bawah lembar plastik
sebisa mungkin yang bertekstur halus atau lebih
licin untuk memudahkan tetesan air mengalir ke
bawah.Gunakan batu atau pemberat lain untuk
mengamankan tepi dan menjaga bentuk kerucut.
Selain itu, untuk menghindari masuknya binatang
lain dan terjebak di dalam lubang.
Jika akan dilakukan penyedotan, letakkan wadah
berpenyaring (a) dengan posisi lebih rendah dari
wadah pertama.
32. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 29
7. Tumbuhan
Tanaman berbentuk cangkir dan berongga sering menyimpan banyak air. Bahkan pada
tanaman bambu seringkali menyimpan air di tiap rongga di dalamnya.
Berdasarkan sumbernya, air diperoleh perlu dimurnikan dahulu, ada pula yang langsung
dapat diminum.
a. Air yang dimurnikan air ini perlu diendapkan atau dimasak karena kemungkinan
keruh, mengandung cacing, dan terdapatnya mikroorganisme yang berbahaya. Sumber
air tersebut dapat berasal dari perairan sungai besar yang cenderung keruh. Selain itu,
air yang menggenang selalu menyimpan kandungan bakteri lebih besar dibandingkan
air yang mengalir. Karena selalu berasal dari daerah lembab, lumut dan air perasannya
akan berpotensi menyimpan mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan.
Air hasil tebasan pohon pisang perlu disterilkan karena selain mengandung, juga
mempunyai aroma yang kurang sedap.
Air yang terperangkap dalam tanaman kantung semar, mempunyai potensi bakterial.
Karena tidak hanya air yang terperangkap, tetapi juga serangga-serangga yang berhasil
terjebak dan membusuk di dalamnya. Air dari sungai pegunungan pun akan lebih baik
melalui proses perebusan sebelum dikonsumsi.
Gambar 29. Mencari air dari pangkal pohon pisang
33. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 30
Gambar 30. Tanaman Kantung Semar
b. Asal air yang dapat dikonsumsi langsung saat survival adalah air hujan. Menangkap
air hujan ketika survival dapat memanfaatkan jas hujan yang dibentangkan (di
bawahnya dapat difungsikan sebagai tempat berteduh), atau memanfaatkan daun yang
lebar yang dapat diminum langsung atau disimpan dalam botol penampungan air
untuk persediaan.
Selain itu, air yang keluar dari mata air pun dapat langsung dikonsumsi. Selain lebih
jernih, rasa air pun lebih segar. Tetapi untuk mengambil air tersebut, kita harus
melokalisirnya dari air atau sampah atau pun kotoran yang berpotensi mengeruhkan
air keluaran mata air.
Embun. Air embun dari daun dapat langsung dikonsumsi. Tetapi memang akan lebih
lama untuk mengumpulkan air hasil pengembunan ini. sehingga untuk mendapatkan
air hasil pengembunan ini dibutuhkan alat tangkapan embun yang banyak. Teknik ini
akan dibahas pada teknik kondensasi dalam buku ini.
Tanaman lain yang mengandung air adalah bambu, rotan, dan akar gantung atau lebih
sering disebut liana. Untuk tanaman bambu, ada jenis bambu yang dalam ruas-ruasnya
menyimpan air. Cara mencarinya, kita dapat memukul-mukul tiap ruas bambu
(terutama ruas yang mendekati pangkal pohon) dengan tongkat atau punggung parang
atau golok. Jika telah ditemukan dengan suara yang khas, kita dapat membuat lubang
di pangkal ruasnya. Selain itu, tanaman rotan dan akan liana dapat menghasilkan air
dengan cara ditebas batangnya. Dalam rotan dan akar tersebut menyimpang
kandungan air segar.
Tumbuhan lain yang dapat kita manfaatkan kandungan airnya adalah bunga (manggar)
aren atau keluarga palem lainnya dengan cara kita potong batang manggar tersebut
kemudian kita pasang wadah untuk menampung air keluaran manggar. Rasa air ini
manis. Tetapi butuh kesabaran untuk mendapatkan air dari keluarga palem ini. Untuk
34. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 31
mendapatkan air keluarga palem ini lebih banyak, dibutuhkan waktu sekitar 12 jam
dan jumlah pohon yang banyak.
Gambar 31. Mengumpulkan air embun atau menampung air hujan di daun
Gambar 32. Sumber air dari tebasan akar gantung (liana)
35. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 32
Gambar 33. Mengambil air yang terdapat di dalam ruas bambu
c. Teknik menjernihkan air
Jika kita tidak memiliki botol atau plastik untuk diubah untuk menjadi filter,
gunakan tripod dari batang kayu ditambah dengan kain.
Kita buat 3 lapis kain, dan disitu pula terjadi 3 tahapan filtrasi atau penyaringan air.
Untuk kain filtrasi paling atas, kita isi dengan rerumputan atau dedaunan yang
ukurannya kecil. Rerumputan ini berfungsi untuk menyaring kotoran yang besar
seperti kerikil, sampah daun, atau gumpalan tanah.
Sedangkan kain filtrasi kedua dapat kita isi dengan pasir yang telah dicuci untuk
menyaring dari kandungan kotoran yang berukuran lebih kecil.
Lapisan kain terbawah dapat diisi dengan arang. Fungsi arang ini untuk menangkap
kotoran mikro dan sekaligus penjernih air. Kandungan Potasium Hydroxide atau
Kalium hidroksida akan memisahkan air dengan kandungan kotoran dan bau.
Sehingga hasil penyaringan air dengan menggunakan arang ini akan menghasilkan
air yang jernih.Sebaiknya arang tersebut dibuat kepingan kecil-kecil.
36. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 33
Gambar 34. Teknik menjernihkan air dengan saringan kain
Pada kondisi yang terbatas pada sarana penampung air, dapat digunakan cara yang
lebih kreatif, yaitu dengan menyayat dan mengelupas kulit pohon dengan pisau atau
benda tajam lainnya berpola segi empat dengan masing-masing sisi sekitar 35 cm.
Kemudian dengan perlahan dan hati-hati, gulung kulit pohon tersebut hingga
membentuk kerucut dan ikatlah dengan tali tambang atau memanfaatkan tanaman
sekitar yang dapat menggantikan fungsi tali.
Setelah itu, masukkan beberapa kerikil ke dalam kerucut kulit pohon tadi sebagai
filter. Berikutnya, ikuti dengan lapisan rumput, pasir, dan arang.
Jika masih memungkinkan ada ruang kosong, boleh diisi kembali dengan susunan
lapisan rumput, pasir, dan arang.
Filter ini sekarang telah siap digunakan untuk menyaring air keruh dan sejenisnya.
37. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 34
Gambar 35. Teknik menjernihkan air dengan memanfaatkan potensi alam
d. Penghematan air dalam tubuh
Dalam survival, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu dipatuhi, terlebih
jika kita bermasalah dengan ketersediaan air untuk asupan tubuh kita. Hal-hal tersebut
antara lain:
Hindari pergerakan yang berlebihan. Pergerakan tubuh yang berlebihan akan
meningkatkan pembakaran dalam tubuh. Hal ini akan meningkatkan pembuangan
kandungan air dalam tubuh kita dalam bentuk keringat.
Untuk orang yang suka merokok, jangan terlalu banyak merokok. Merokok akan
meningkatkan penyerapan kandungan air dalam tubuh oleh nikotin. Oleh
karenanya, perokok akan lebih sering merasa haus ketika merokok.
Jangan minum alkohol. Mengkonsumsi minuman beralkohol akan mengakibatkan
dehidrasi ringan, juga menyebabkan sembelit. Hal ini akan lebih merepotkan ketika
kita berada di alam bebas yang jauh dari fasilitas kesehatan.
Bernapas melalui hidung, sesedikit mungkin melalui mulut. Bernapas melalui
mulut akan memicu keringnya kerongkongan. Dan ini menyebabkan kita akan
sering merasa haus.
38. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 35
BAB 3
MAKANAN DALAM SURVIVAL
A. Tumbuhan yang Layak Makan
Makanan bagi petualang adalah barang yang sangat penting dalam teknik
survival. Teknik tersebut adalah bagaimana kita mendapatkannya di alam bebas dan
mengetahui makanan mana yang aman dikonsumsi yang jelas harus memiliki
pengetahuan tersendiri. Oleh karenanya, bagi para anggota Pramuka selayaknya
mengetahui ilmu flora dan fauna praktis. Hal ini akan banyak menolong dalam kondisi
dan keadaan tertentu ketika harus bertahan hidup di alam bebas.
Pada daerah tropis seperti Indonesia, sangat berlimpah tetumbuhan yang layak
untuk dikonsumsi. Indonesia bahkan menguasai 10% tanaman berbunga dari seluruh
tanaman berbunga yang ada di dunia. 90% tersebar ke berbagai negara. Artinya,
Indonesia mempunyai potensi besar dari sisi jenis tanaman. Hal itu belum termasuk
dengan tanaman yang tak berbunga dan jenis jamur-jamuran.
Dari populasi tanaman yang melimpah tersebut, ada yang dapat dikonsumsi, dan
ada pula yang tidak layak dikonsumsi. Salah satu penyebabnya adalah kandungan racun
yang ada di dalamnya.
Tumbuhan yang tak beracun biasanya menjadi santapan hewan. Untuk mengetahui
apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan, ada beberapa kunci
yang bisa dijadikan pegangan.
Tumbuhan yang daun, bunga, buah, atau umbinya biasa dimakan oleh satwa liar,
adalah tumbuhan yang tidak beracun. Jadi, kita bisa mengkonsumsinya. Sementara,
tumbuhan yang berbau tidak sedap dan bisa membuat pusing, serta tidak disentuh oleh
binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Juga tumbuhan bergetah yang menyebabkan kulit
gatal, dianjurkan untuk dihindari. Buah senggani (Melastoma sp.) boleh dimakan.
Gambar 36. Buah Senggani (Melastoma sp.)
39. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 36
Beberapa ciri tanaman yang tidak layak untuk dimakan adalah jika batang dan
daunnya mengandung getah yang pekat, mempunyai warna tanaman yang mencolok,
berdaun keras atau liat, batang dan daunnya berbulu (bahkan seringkali bulu tersebut dapat
menyebabkan alergi gatal pada manusia), permukaan daunnya terasa kasar. Contoh dari ciri-
ciri tersebut kita dapati pada tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans). Hal ini perlu kita
waspadai karena bulu pada daunnya alergi kulit berupa efek gatal dan panas.
Gambar 37. Daun Pulus (Laportea Stimulans)
Tumbuhan dari keluarga Myrtaceae atau jambu-jambuan pun dapat dikonsumsi.
Tanaman ini mempunyai ciri-ciri berbau agak manis jika daunnya diremas. Buahnya pun
dapat dikonsumsi.
Gambar 38. Tumbuhan jambu-jambuan (Myrtaceae)
40. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 37
Begonia adalah tanaman yang banyak dijumpai di hutan. Tanaman ini mempunyai
ciri-ciri berdaun asimetris seperti jantung, berwarna hijau (beberapa jenis mempunyai warna
merah), mempunyai rasa masam. Pada tangkai yang masih muda, tanaman ini dapat
dikonsumsi dengan cara mengupas kulit batangnya terlebih dahulu.
Gambar 39. Begonia
Jika menemukan tumbuhan keladi, dianjurkan untuk berhati-hati. Karena beberapa
jenis tanaman keladi, getah pada umbinya dapat menyebabkan gatal di mulut dan bibir. Jika
ingin menguji beresiko gatal atau tidak, dapat dicoba dengan jumlah kecil dahulu. Untuk
mengonsumsi tumbuhan iles-iles (Amorphophallus sp.) saat survival, disarankan agar
mencari tanaman lain yang layak dimakan saat itu. Meski pada saat ini, tanaman iles-iles ini
sedang dalam pengembangan untuk menjadi komoditas tepung yang bernilai ekonomis.
Gambar 40. Tanaman Amorphophallus sp.
41. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 38
Tumbuhan merambat yang dapat dikonsumsi dapat dilihat secara visual dengan
bentuk lilitan atau rambatan di tanaman lain yang searah jarum jam. Tanaman yang
mempunyai pola lilitan seperti ini dapat kita temui pada tanaman gembili (Dioscorea
aculeata), tanaman gembolo (Dioscorea bulbifera), tanaman ubi rambat.
Jika arah lilitannya berlawanan arah jarum jam (terlebih jika mempunyai batang
berduri), biasanya tanaman ini mengandung zat yang beresiko pada kesehatan kita jika
dikonsumsi. Tanaman gadung (Dioscorea hispida) mempunyai ciri yang sama. Dan tanaman
ini mengandung racun, walau tetap dapat dimakan setelah melalui proses pengolahan
khusus.
Gambar 41. Umbi gadung (Dioscorea hispida)
Tanaman tebu dan bambu, dapat dimanfaatkan untuk bekar survival. Tebu dapat
dimanfaatkan air perasannya sebagai minuman dan ampas batanya dapat digunakan untuk
bahan bakar api unggun atau memasak. Sedangkan pada bambu, pangkal tunasnya atau
sering disebut rebung, dapat dimanfaatkan sebagai sayur.
Selain buah markisa (Passiflora sp.) dan sirsak (Annonaceae), buah senggani
(Melastoma sp.), arbei hutan (Rubus), dan anggur hutan pun dapat dimakan. Keluarga pakis-
pakisan juga dapat digunakan alternatif pengganti makanan.
42. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 39
Gambar 42. Pucuk tanaman keluarga pakis
Dari beragam tetumbuhan, ada yang perlu mendapat perhatian lebih ketika kita
bertemu dengan keluarga jamur-jamuran. Dalam literatur, terdapat lebih dari 38.000 jenis
jamur di seluruh dunia. Dan tidak seluruhnya layak dimakan. Ada jamur-jamur yang tidak
layak dimakan disebabkan kandungan racun yang ada di dalamnya. Letak perbedan jamur
yang layak dan tidak layak dimakan biasanya terdapat pada ciri-ciri fisik seperti bentuk,
warna, dan tempat tumbuhnya.
Gambar 42. Jamur Amanita muscaria
43. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 40
Jamur beracun biasanya mempunyai ciri-ciri mencolok, seperti bau yang tidak sedap.
Hal itu karena kandungan asam sulfat atau amonia pada jamur tersebut sangat pekat. Secara
umum juga dapat kita temui pada jamur yang beracun dengan ciri payung jamurnya
berwarna merah dan berbintik putih, tempat tumbuhnya berada di daerah yang banyak
kotoran hewannya. Secara fisik pun dapat mudah hancur ketika dipegang.
Getah jamur beracun pun akan meninggalkan efek warna biru atau sejenisnya ketika
diiris dengan pisau atau alat yang terbuat dari perak. Hal ini disebabkan kandungan sianida
atau sulfida didalam jamur sangat tinggi. Bahkan sendok perak atau aluminum pun akan
berubah menjadi kehitaman ketika sesaat setelah dicelupkan pada masakan jamur beracun.
Tidak cukup dengan itu, biasanya akan meninggalkan jejak atau noda kuning jika
dicampurkan dengan nasi.
Jenis jamur yang dapat dimakan adalah jamur kuping dengan ciri fisik payungnya
berwarna coklat.
B. Membuat Perangkap
Teknik untuk bertahan hidup dengan mengandalkan potensi alam yang ada, dapat
pula kita gunakan dalam perburuan menu daging hewan. Teknik membuat perangkap ini
sebenarnya sudah menjadi warisan dari zaman purba. Karena teknologi begitu pesat
berkembang, seringkali kita terlupa dengan hal-hal yang membutuhkan kejelian dan
keterampilan. Salah satunya tentang teknik perburuan. Tetapi tidak ada salahnya kita
mempelajari teknik tersebut. Tinggal bagaimana kita memilih dan mendapatkannya. Untuk
tanaman, kita dapat menggunakan teknik survival memilih tumbuhan. Sedang untuk hewan,
kita dapat menangkapnya dengan membuat perangkap.
Ada berbagai jenis perangkap dan berbagai teknik membuat perangkap. Biasanya
kita membuat perangkap untuk menangkap hewan, baik burung, hewan darat, maupun ikan.
Dan teknik membuat perangkap ini pun harus diperhitungkan kekuatan jebakannya. Jangan
sampai buruan kita lepas hanya karena teknik yang kota gunakan tidak atau kurang kuat dan
tepat.
Ada beberapa jenis perangkap yang secara umum terbagi menjadi perangkap ringan
dan perangkap mematikan yang disesuaikan dengan hewan yang di kehendaki. Perangkap
ringan menggunakan media tali, senar, kawat, dan sejenisnya, sedangkan perangkap
mematikan menggunakan bahan yang lebih beresiko tinggi benda tajam.
1. Perangkap Ringan
Gambar 44. Perangkap sederhana
44. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 41
Gambar 45. Spring snare
Gambar 46. Baited spring snare
Gambar 47. Baited spring leg snare
45. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 42
Gambar 48. Spring tension snare
Gambar 49. Roller spring snare
Gambar 50. Double spring snare
46. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 43
Gambar 51. Toggle and bait release snare
2. Perangkap Mematikan
Gambar 52. Balance log
47. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 44
Gambar 53. Toogle and bait release deadfall trap
Gambar 54. Figure 4 deadfall trap
48. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 45
Gambar 55. Spring spear trap
Gambar 56. Pig spear trap
Gambar 57. Baited spring spear trap
49. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 46
Gambar 58. Bow trap
Gambar 59. Baited hole noose
3. Penanganan Hewan Buruan
Ketika melukai atau membunuh hewan buruan, ada kalanya masih dapat membahayakan.
Sebelum mendekati untuk menangani hewan tersebut, periksa dahulu kondisi hewan
buruan. Gunakan tombak atau ujung pisau untuk memeriksa atau menyentuh otot utama
dan leher hewan tersebut.
Untuk membawa hewan buruan yang berukuran besar ke base camp, dapat digunakan
cara berikut sekaligus cara mengulitinya.
50. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 47
Gambar 60. Cara menangani hewan buruan
C. Teknik Memancing
Untuk bertahan hidup di alam bebas, ada teknik memancing yang memang seringkali
dipelajari dan dipraktikkan. Selain itu, berburu hewan air ini memang menyenangkan. Ada
beberapa teknik untuk menangkap ikan ini demi mencukupi protein dalam tubuh kita.
Terlebih letak kita membuat kemah atau bivak selalu mendekati sumber air.
Berikut akan dijelaskan melalui gambar-gambar perlengkapan untuk menangkap
ikan sebagai sarana bertahan hidup di alam bebas.
Membuat perangkap dengan sengaja menyempitkan alur air sungai. Karena sifat ikan
yang berenang melawan arus, celah pintu jebakan dipasang di sisi bawah aliran sungai.
Penyempitan alur dapat menggunakan batu, kayu, atau rintangan lain yang dapat
menghambat laju renang ikan agar masuk dalam perangkap yang telah dibuat. Selain itu,
dapat juga menambahkan bubu di pintu masuk jebakan.
51. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 48
Gambar 61. Beragam jenis jebakan ikan
Gambar 62. Perangkap bubu
52. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 49
Gambar 63. Perangkap ikan dengan penghalang mata tombak di pintunya
Selain itu, dapat juga membuat sendiri atau memanfaatkan sarana yang ada untuk
membuat mata kail, yaitu dengan memanfaatkan tusuk gigi, peniti, duri tangkai tanaman,
duri tulang, paku, atau pun duri pohon.
Gambar 64. Teknik mengikat mata kail
53. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 50
Gambar 65. Mata kail hasil improvisasi
Cara mengikat mata kail pun dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Sedangkan
untuk membuat pemberat kail, dapat memanfaatkan kaleng minuman ringan maupun koin.
Gambar 66. Beberapa jenis pelampung kail hasil improvisasi
Untuk umpan, dapat menggunakan umpan buatan maupun umpan hidup. Umpan
buatan dapat berupa bulu ayam atau angsa, sedangkan umpan hidup dapat berupa cacing,
belalang, atau bahkan ikan kecil.
Gambar 67. Umpan buatan dan umpan hidup
54. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 51
Gambar 68. Kail sentak
55. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 52
BAB 4
KETERAMPILAN BERKEMAH
A. Mendirikan Kemah
Kemah merupakan tempat untuk berlindung sementara di alam terbuka. Teknik
berlindung ini dapat kita buat dengan mendirikan tendi seperti teknik yang sudah umum kita
kenal. Akan tetapi ada beberapa hal yang tidak memenuhi syarat mendirikan tenda ketika
kita tidak memiliki atau bahkan mengalami kerusakan tenda.
Salah satu teknik membuat kemah adalah dengan teknik bivak. Bivak ini biasanya
dibuat sangat sementara, misalnya dalam peristirahatan ketika melakukan penjelajahan di
alam bebas (nomaden).
Karena bivak biasanya terbuat dari ranting tumbuhan atau jas hujan, ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan dalam pembuatan bivak, yakni:
Pendirian bivak harus memperhatikan arah angin. Sebab hal ini akan mengganggu,
apalagi ketika terjadi hujan. Kejadian yang tidak kita kehendaki adalah jika hujan tersebut
masuk terbawa angin mengarah ke dalam bivak.
Prinsip awal dalam mendirikan kemah atau bivak adalah pada titip tinggi atau tertinggi.
Hal ini untuk menghindari genangan air jika terjadi hujan atau jika terjadi air pasang
ketika kita membuat kemah atau bivak di pinggir sungai.
Hal yang perlu diperhatikan berikutnya adalah untuk mendirikan tenda atau bivak sedekat
mungkin dengan sumber air, bukan pinggir sungai. Karena sumber air akan lebih aman
dibandingkan pinggir sungai yang sewaktu-waktu dapat meluap atau bahkan datangnya
binatang buas atau berbahaya.
Mendirikan tenda atau bivak di sekitaran semak atau pohon yang rendah akan lebih aman
dibandingkan di bawah pohon yang sudah mati walaupun ia masih berdiri tegak. Karena
hal itu akan berpotensi menimpa kita.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah jangan mendirikan tenda atau bivak di
tempat yangh menjadi perlintasan hewan buas. Karena sewaktu-waktu binatang buas
tersebut akan melewati lintasan tersebut menuju sumber air.
Jenis bivak pun terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Bivak alam: pohon (pucuk), daun-daun, gua (lubang).
Bivak modern (ponco).
Jenis-jenis bivak yang dapat dibuat:
1. Bivak standar adalah bivak yang dengan tali diikat dan di rentangkan antara dua pohon
pada sisinya kemudian di atasnya dilapisi parasut.
2. Bivak sisi terbuka yaitu mendirikan tenda atau bivak dengan bahan ranting dan dedaunan
sebagai atap dan dan berfungsi sebagai penghangat. Sedangkan satu sisi bivak sengaja
dibuat terbuka.
56. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 53
Gambar 69. Bivak memanfaatkan pepohonan
Gambar 70. Bivak memanfaatkan lubang di tanah
57. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 54
Gambar 71. Bivak memanfaatkan lubang di tanah dan ranting pohon
Gambar 72. Bivak memanfaatkan ponco atau jas hujan
58. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 55
Gambar 73. Bivak bersandar
Gambar 74. Membuat bivak dengan ponco
59. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 56
B. Membuat Api
Survival mustahil dilakukan tanpa peranan api. Mematangkan makanan, membuat
penerangan, mengusir binatang buas, menghangatkan badan, menjadikan api sebagai kode
penyelamatan adalah sebagian kecil dari fungsi apai di alam terbuka.
Dalam membuat api perlu diketahui 3 syarat, yaitu udara, bahan bakar, dan sumber
panas. Satu syarat di atas tidak terpenuhi maka tidak akan terjadi pembakaran. Pilih tempat
dekat shelter atau bivak yang kering, terlindung dari angin, dan dibersihkan dahulu dari
serasah atau bahan lain yang mudah terbakar di sekitarnya untuk mencegah kebakaran.
Dalam menyalakan api khususnya di daerah yang lembab, persiapkan tipe bahan
sebagai berikut:
1. Pemantik. Pemantik ini dapat berupa korek api atau pun pemantik batang magnesium.
Sistem tradisional pun dapat kita gunakan dua batu yang kita adu untuk mendapatkan
percikan api.
2. Pemancing api. Biasanya pemancing ini dapat berupa lumut kering, sabut kelapa,
dedaunan kering, ranting-ranting kering, atau kayu yang diserut menjadi serpihan-
serpihan kecil sehingga mudah untuk dinyalakan ketika awal membuat api.
3. Bahan pembakaran. Bahan ini biasanya terbuat dari kayu ketika api mulai terbentuk
membesar dari pemancing api.
Gambar 75. Membuat serpihan kayu untuk membuat api
Ketika kita berada di tengah hutan yang lembab bahkan sering basah, akan sering
terbuang banyak pemantik atau lilin agar api tetap menyala. Namun ada beberapa cara yang
dapat ditempuh untuk mendapatkan api dan ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran
yang lebih. Cara-cara yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Membuat api dengan memanfaatkan kaca pembesar dan sinar matahari. Titik fokus dari
sinar matahari akan menimbulkan panas tinggi dan akan menimbulkan api.
60. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 57
2. Cara purba yang satu ini sangat membutuhkan ketekunan. Mengesekkan kayu/bambu
dengan kayu/bambu (keduanya harus kering) hingga gesekan tersebut menimbulkan
panas. Pada titik gesekan tersebut kemudian diselipkan pemancing api (lumut kering,
serutan serbuk kayu, sabut, atau sejenisnya) hingga terbakar.
3. Memukulkan batu dengan batu dan atau batu dengan parang atau golok hingga
menimbulkan percikan api. Langkah ini akan menimbulkan kegaduhan akibat suara
benturan tersebut.
C. Memasak
Setelah dapat membuat api maka pengetahuan memasak dalam survival juga perlu
untuk dipelajari. Memasak dalam survival adalah memberikan perlakuan terhadap bahan
yang tersedia di alam untuk dimanfaatkan (dimakan). Tujuan dari memasak diantaranya
mengadakan sterilisasi, membuat bahan makanan agar mudah dicerna, menambah
kenikmatan, dan lain-lain.
Jika kita tak membawa atau tidak mempunyai peralatan masak standar, ada beberapa
cara yang dapat kita gunakan agar kita tetap dapat memasak makanan kita.
1. Kaleng bekas dapat kita gunakan dengan cara melihat kelayakannya kemudian kita
bersihkan tepi kalengnya dari sisa bukaan yang berpotensi melukai dan kita dapat
membersihkannya.
2. Bambu pun dapat kita gunakan untuk memasak. Beberapa ruas batang bambu dapat kita
ambil kemudian kita bersihkan lubangnya dari serbuk sisa bambu. Pembatas pada ruas
bambu dapat kita lubangi kecil dan kita sisakan pada ruas terbawah agar tetap tertutup.
Kemudian kita dapat isi ruas paling bawah dengan air, ruas kedua kita kosongkan, dan
ruas teratas kita isi dengan makanan. Kemudian kita bakar pada sisi bambu dengan cara
memiringkan di atas bara api. Teknik ini sangat mirip dengan mengukus.
3. Memasak dengan menggali lubang di tanah, buatlah lubang di tanah secukupnya. Lalu
daun tersebut dialasi dengan daun yang lebar yang bisa menahan air. Masukkan beras
yang telah di cuci dan direndam beberapa saat ke lubang tersebut. Tutup beras tersebut
dengan daun yang telah kita sediakan. Kita juga dapat menempatkan beberapa bahan
makanan seperti umbi-umbian di dalam lubang tersebut. Kemudian tutup kembali dengan
tanah. Setelah itu, buatlah api unggun di atas gundukan tanah tersebut. Tunggu beberapa
saat, lalu kita buka lubang tadi dan selanjutnya nasi siap untuk dimakan.
4. Kelapa muda pun dapat kita gunakan untuk memasak. Kupas sedikit di pangkal kelapa
untuk kemudian kita lubangi sedikit. Beras yang sudah dicuci bersih dapat kita masukkan
ke dalam kelapa tadi dengan tetap menggunakan air kelapa sebagai bahan campuran
masakan beras. Kemudian panggang kelapa tersebut di atas bara api. Beberapa saat akan
terlihat hasilnya.
Berbagai cara dapat kita gunakan untuk mendapatkan makanan yang dimasak.
Sebagai survivor, kita akan dapat menemukan beragam cara untuk tetap bertahan hidup.
61. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 58
Gambar 76. Memasak dengan mengubur makanan di bawah api unggun
Gambar 77. Memasak dengan cara menanam batu membara/panas
62. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 59
Gambar 78. Mengukus dengan memanfaatkan bambu
Gambar 79. Teknik membuat tungku api
63. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 60
Gambar 80. Teknik-teknik memasak
64. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 61
GLOSSARIUM
Andalan : Istilah “Andal” memiliki makna yang dapat dipercaya untuk mengemban
amanah. Istilah Andalan juga digunakan untuk melabeli pengurus Gerakan
Pramuka dari Kwartir Nasional hingga Kwartir Ranting.
Bivak : suatu tempat di mana seseorang dapat berlindung yang sifatnya sementara
(darurat) guna terlindung dari cuaca buruk serta memberi rasa aman.
Gerakan Pramuka : Sebuah organisasi yang diberikan hak melakukan pendidikan nonformal di
Indonesia.
Jebakan (Trap) : Jebakan atau perangkap adalah alat untuk menangkap hewan atau pun
manusia.
Kwarnas : Kwartir Nasional (Kwarnas) adalah satuan organisasi yang mengelola
Gerakan Pramuka Nasional.
Kwartir : Kwartir adalah pusat pengelolaan Gerakan Pramuka yang dipimpin secara
kolektif oleh pengurus kwartir yang terdiri atas para andalan dengan
susunan seorang ketua, beberapa wakil ketua merangkap ketua bidang,
seorang sekretaris, seorang bendahara, dan beberapa orang anggota.
Padvinder : Istilah ini berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti “scout” atau
“kepanduan”.
Pramuka : Berasal dari istilah “Praja Muda Karana” yang berarti “pemuda yang sarat
dengan karya”.
Survival Kit : Perlengkapan dasar untuk bertahan hidup di alam bebas.
65. Harmasto H.K. – Naskah Buku 1 (Final)-----------------------------------------------------------------------------
Bertahan Hidup di Alam Bebas | 62
BAHAN PUSTAKA
1. Patah Tumbuh Hilang Berganti, 40 Tahun Gerakan Pramuka; Kwarnas; 1987.
2. Modul Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar (KMD) IV Nasional Sako Pramuka Sekolah
Islam Terpadu; Jaringan Sekolah Islam Terpadu; 2013.
3. Wiseman, John; The SAS Survival Handbook; Harvill.
4. Drake, Peter. G.; Practical Camping Handbook.
5. Modul Training For Trainer Pandu Sekolah Islam Terpadu; Jaringan Sekolah Islam Terpadu;
2006.