SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Download to read offline
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
 Pengertian Ketenagakerjaan
Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja.
 Tenaga Kerja
Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
 Pekerja atau buruh
Setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
 Pemberi kerja
Orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum atau badan-badan lainnya yang
memperkerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
 Pembangunan Tenaga Kerja
Bagian integral dari pembangunan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945
dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
meningkatkan harkat,, martabat dan harga
diri tenaga kerja serta mewujudkan
masyarakat sejahtera, adil, makmur dan
merata baik materiil dan spirituil.
Makna Pekerja ditinjau dari :
Peranannya : gerak dari badan dan pikiran setiap
orang guna mencapai kelangsungan hidup.
Kemasyarakatan : melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk memuaskan
kebutuhan masyarakat.
Spiritual : hak dan kewajiban manusia memuliakan
dan mengabdikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ideologi Negara : hak dan kewajiban manusia
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang di Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
Pengertian umum Tenaga Kerja dan
Pembangunan Indonesia ditinjau dari segi
keperluan atau kebutuhan
“Tenaga kerja adalah manusia yang
mempunyai tenaga, baik fikiran maupun
phisik yang mampu dan mau bekerja
menggunakan tenaganya tersebut”
Rumusan pengertiannya sbb.:
1. Tenaga Kerja yang dimaksud adalah
manusia.
2. Seseorang yang mau dan mampu secara
fisik maupun pikirannya untuk
melakukan kegiatan untuk bekerja
dinamakan tenaga kerja.
3. Seseorang yang secara fisik dan
pikirannya tidak mau melakukan kegiatan
bukan tenaga kerja.
Peranan Tenaga Kerja Indonesia
Peranan ini bertujuan untuk mencapai
Pembangunan Indonesia yaitu : masyarakat
Indonesia yang Adil Makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun
1945.
Pembangunan Ketenagakerjaan
Pembangunan ketenagakerjaan mem-punyai
banyak dimensi dan keterkaitan :
1.Pemerintah.
2.Pengusaha
3.Pekerja.
Untuk dilaksanakan dengan secara terpadu
atas dasar kemitraan dalam bentuk kerja sama
yang saling mendukung.
Tujaun Pembangunan Ketenagakerjaan.
a) Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja
secara optimal, melalui diklat serta
penyebarluasan dan pelayanan penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya.
b) Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
pembangunan nasional.
c) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja
dalam mewujudkan kesejahteraan.
d) Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya.
Peran Tenaga Kerja
Untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Untuk mensejahterakan masyarakat.
Oleh karena itu Tenaga Kerja harus
1. Lebih mampu,
2. Lebih trampil,
3. Lebih berkwalitas
Agar dapat berdaya guna secara optimal
sehingga mampu bersaing.
Perencanaan dan Program Ketenagakerjaan
Tujuannya :
1) Meningkatkan kemampuan,
2) Meningkatkan ketrampilan,
3) Meningkatkan keahlian
Dengan cara:
a) Pelatihan
b) Pemagangan
c) Pelayanan penempatan tenaga kerja.
Pelatihan Kerja.
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan dan mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan.
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan /
atau meningkatkan dan / atau mengembangkan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja.
Tenaga Kerja berhak memperoleh pengakuan
kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan
kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan
kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja
swasta atau pelatihan di tempat kerja.
Pengakuan kompetensi kerja dilakukan
melalui sertifikasi kompetensi kerja.
Pelatihan Kerja bagi tenaga kerja penyandang
cacat dilaksanakan dengan memperhatikan
jenis, derajat kecacatan dan kemampuan
tenaga kerja penyandang cacat yang
bersangkutan.
Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan
sistim pemagangan.
Pemagangan
Pemagangan adalah bagian dari sistim
pelatihan kerja yang diselenggarakan secara
terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan
dengan bekerja secara langsung dibawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau
pekerja yang lebih berpengalaman, dalam
proses produksi barang dan/atau jasa di
perusahaan,dalam rangka menguasai
ketrampilan atau keahlian tertentu.
Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian
pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang
dibuat secara tertulis.
Perjanjian pemagangan sekurang-kurangnya memuat
ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha
serta jangka waktu pemagangan.
Pemagangan yang diselenggarakan tidak dengan
perjanjian pemagangan dianggap tidak sah dan
status peserta berubah menjadi pekerja/buruh
perusahaan tsb.
Penempatan Tenaga Kerja
Setiap tenaga kerja berhak dan kesempatan
yang sama untuk memilih, mendapatkan atau
pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak di dalam maupun di
luar negeri.
Penempatan tenaga kerja dilaksanakan
berdasarkan asas terbuka,bebas obyektif, serta
adil dan setara tanpa diskriminasi.
Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk
menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat
sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat, minat,
dan kemampuan dengan memperhatikan harkat,
martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.
Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan
memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
program nasional dan daerah.
Penempatan Tenaga Kerja terdiri dari :
1. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri.
2. Penempatan tenaga kerja di luar negeri.
Pengaturan Penempatan Kerja.
1. Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja
dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang
dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan
tenaga kerja.
2. Pelaksana penempatan tenaga kerja wajib
memberikan perlindungan sejak rekrutmen
sampai penempatan tenaga kerja.
3. Dalam memperkerjakan tenaga kerja, pemberi
kerja wajib memberikan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan dan
kesehatan baik mental maupun fisik tenaga
kerja.
4. Pelaksanaan penempatan tenaga kerja
dilarang memungut biaya penempatan,
baik langsung maupun tidak langsung,
sebagian atau keseluruhan kepada tenaga
kerja dan pengguna tenaga kerja
5. Lembaga (lembaga swasta berbadan
hukum) penempatan tenaga kerja hanya
dapat memungut biaya penempatan tenaga
kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari
tenaga kerja golongan dan jabatan
tertentu.
Perlindungan Tenaga Kerja
1. Memperoleh pekerjaan di dalam dan luar
negeri
2. Hak-hak dasar pekerja.
3. Perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja
4. Perlindungan upah dan jaminan sosial
sehingga menjamin rasa aman
tentram,sejahtera lahir dan bathin.
Usia Kerja
Mereka yang berusia 13 s/d 15 th. keatas.
Dikatagorikan tenaga kerja anak-anak.
Tenaga kerja muda : 18 keatas.
Tenaga kerja tua : 50 tahun keatas.
Memperkerjakan Anak.
Pengusaha dilarang memperkerjakan anak,
kecuali bagi anak berumur 13 th s/d 15 th,
untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang
tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental dan sosial.
Pengusaha yang memperkerjakan anak pada
pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan sbb.
:
1.Izin tertulis dari orang tua atau wali.
2.Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua
atau wali.
3.Waktu kerja maksimum 3 jam.
4.Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu
waktu sekolah.
5.Keselamatan dan kesehatan kerja.
6.Adanya hubungan kerja yang jelas
7.Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Tempat Kerja Anak.
Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama
dengan perkerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja
pekerja/buruh dewasa.
Anak dianggap bekerja bilamana berada di
tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.
Pekerja Perempuan.
Pengusaha dapat memperkerjakan perempuan.
Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari
18 th dilarang dipekerjakan antara jam 23.00 s.d
07.00
Pengusaha dilarang memperkerjakan wanita hamil
antara jam 23.00 s.d 07.00 apabila membahayakan
kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya sendiri.
Pengusaha yang memperkerjakan
pekerja/buruh perempuan antara jam
23.00 – 07.00 wajib. :
a) Memberikan makanan dan minuman
bergizi.
b) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama
di tempat kerja.
Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar
jemput bagi pekerja/buruh perempuan
yang berangkat dan pulang antara jam
23.00 s.d 05.00.
Ketentuan Waktu Kerja.
Waktu kerja meliputi :
1. 7 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg.
Untuk 6 hari kerja selama 1 mg.
2. 8 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg.
Untuk 5 hari kerja selama 1 mg.
Dikecualikan untuk pekerjaan pada sektor
usaha tertentu.
Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja dipersyaratkan :
Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan.
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling
lama 3 jam dalam satu hari dan 14 jam dalam satu
minggu.
Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu 3 jam wajib membayar upah kerja
lembur
Waktu Istirahat dan Cuti
Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti
kepada pekerja/buruh.
Waktu istirahat dan cuti meliputi :
Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya
setengah jam bekerja selama 4 jam terus-menerus
dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja.
Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja
setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
selama 12 bulan secara terus-menerus.
Cuti panjang sekurang-kurangnya 2 bl dan
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan
masing-masing 1 bl bagi pekerja/buruh yang telah
bekerja selama 6 th secara terus-menerus pada
perusahaan yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi cuti
tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya
berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 th.
Pelaksanaan waktu istirahat tahunan/cuti
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Hak istirahat panjang hanya berlaku bagi
pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan
tertentu.
Perusahaan tertentu diatur dengan Keputusan
Menteri yang membidangi Tenaga Kerja.
Istirahat pada saat haid dan melahirkan.
Pekerja/buruh perempuan dalam masa haid dapat
meminta istirahat selama 2 hari. Dalam hal ini diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
Pekerja/buruh perempuan berhak cuti 1,5 bulan
sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan
atau bidan.
Apabila mengalami keguguran berhak memperoleh
cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat ketrangan
dokter kandungan atau bidan.
Kesempatan dan Perlakuan Sama
Pengusaha wajib memberikan kesempatan
dan perlakuan sama tidak ada diskriminasi
kepada setiap tenaga kerja untuk memperoleh
pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa
membedakan.
Perluasan Kesempatan Kerja.
Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan
perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja.
Pemerintah dan masyarakat bersama-sama
mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja.
Hubungan Kerja , hubungan antara pengusaha atau
pemberi kerja dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja , yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah dan perintah.
Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja
dilakukan dengan penciptaan kegiatan yang
produktip dan berkelanjutan dengan
mendayagunakan potensi sumber daya alam ,
sumber daya manusia dan teknologi tepat guna.
Penciptaan perluasan kesempatan kerja dilakukan
dengan pembentukan dan pembinaan tenaga kerja
mandiri dengan sistim padat karya, penerapan
teknologi tepat guna dan pendayagunaan tenaga
kerja sukarela atau pola lain yang dapat mendorong
terciptanya perluasan kesempatan tenaga kerja.
Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Setiap pemberi kerja yang mem-perkerjakan
tenaga kerja asing wajib memiliki ijin tertulis
dari Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang
ditunjuk.
Pemberi kerja orang perseorangan dilarang
memperkerjakan tenaga kerja asing.
Kewajiban memiliki ijin tidak berlaku bagi
perwakilan asing yang memperkerjakan
sebagai diplomatik dan konsuler.
Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di
Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk
jabatan tertentu dan waktu tertentu.
Tenaga kerja asing yang masa kerjanya habis
tidak dapat diperpanjang namun dapat
digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.
Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing
harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja
asing yang disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja
atua pejabat yang ditunjuk.
Rencana penggunaan tenaga kerja asing memuat
keterangan sbb.:
1. Alasan penggunaan tenaga kerja asing
2. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur
perusahaan tsb.
3. Jangka waktu penggunaan TKA.
4. Penunjukan tenaga kerja WNI sebagai
pendamping TKA yang dipekerjakan.
Pemberi Kerja TKA wajib :
1. Menunjuk tenaga kerja WNI sebagai
tenaga kerja pendampingnya yang
dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih
keahlian dari TKA.
2. Melaksanakan diklat kerja bagi tenaga
kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi
jabatan yang diduduki oleh TKA.
Ketentuan penggunaan TKA tidak berlaku
untuk yang menduduki jabatan Direksi
dan/atau Komisaris.
Tenaga Kerja Asing dilarang :
Menduduki jabatan personalia, jabatan-
jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja.
Pemberi kerja yang memperkerjakan TKA wajib
membayar kompensasi atas setiap TKA yang
dipekerjakan, kepada pemerintah.
Kewajiban ini dimaksudkan dalam upaya
peningkatan kulitas SDM Indonesia.
Kewajiban ini tidak berlaku bagi instansi
Pemerintah, Perwakilan negara asing, Lembaga
sosial, badan-badan Internasional, Lembaga
keagamaan dan jabatan tertentu di Lembaga
Pendidikan.
Jabatan tertentu di Lembaga Pendidikan di atur
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
Pemberi Kerja yang memperkerjakan TKA
wajib memulangkannya ke negara asalnya
setelah hubungan kerjanya telah berakhir.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak
memperoleh perlindungan atas :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Moral dan kesusilaan.
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai agama.
Tujuanya untuk mewujudkan dan
meningkatkan produktivitas kerja yang
optimal
Pengupahan
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Untuk mewujudkan penghasilan dalam
memenuhi penghidupan yang layak,
pemerintah menetapkan kebijakan
pengupahan yang melindungi pekerja atau
buruh.
Kebijakan Pemerintah dalam penetapan upah
meliputi :
1. Upah minimum,
2. Upah kerja lembur,
3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan.
4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain
di luar pekerjaannya.
5. Upah karena menjalankan hak cuti.
6. Bentuk dan cara pembayaran upah.
7. Denda dan potongan upah.
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah.
9. Struktur dan skala upah yang proporsional.
10.Upah untuk pembayaran pesangon,
11.Upah untuk penghitungan pajak penghasilan
Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan
kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum dapat terdiri atas :
-Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
-Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
provinsi atau kabupaten/kota.
Upah minimum diarahkan kepada pencapaian
kebutuhan hidup layak.
Penghasilan yang memenuhi penghidupan layak,
adalah jumlah penerimaan atau pendapatan
pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh
dan keluarganya secara wajar yang meliputi :
-makanan dan minuman,
-sandang,
-perumahan,
-pendidikan,
-kesehatan,
-rekreasi,
-jaminan hari tua.
Upah minimum sektoral dapat ditetapkan
untuk kelompok lapangan usaha beserta
pembagiannya menurut klasifikasi lapangan
usaha Indonesia untuk kabupaten/kota,
provinsi, beberapa provinsi atau nasional dan
tidak boleh lebih rendah dari upah minimum
regional daerah yang bersangkutan.
Penetapan Upah Minimum
Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur
KDH Tk. I dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan
Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
Komponen serta pelaksanaan tahapan
pencapaian kebutuhan hidup layak diatur
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
Penetapan Upah Minimum.
Pemerintah menetapkan upah minimum
berdasarkan kebutuhan hidup layak dan
dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum terdiri atas
1. Upah minimum berdasarkan wilayah.
2. Upah minimum berdasarkan sektor pada
wilayah.
Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum.
Pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum dapat dilakukan penangguhan
pembayaran upah minimum.
Tata cara penangguhan pembayaran upah
minimum diatur dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja.
Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas
kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Apabila kesepakatan lebih rendah atau bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib
membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan.
Dalam menyusun struktur dan skala upah Pengusaha
diharuskan memperhatikan :
-golongan
-jabatan
-masa kerja
-pendidikan
-kompensasi.
Penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan
sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat
kepastian upah tiap pekerja/buruh untuk mengurangi
kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di
perusahaan tersebut.
Pengusaha melakukan peninjauan struktur dan
skala upah secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan
produktivitas.
Peninjauan upah dilakukan untuk penyesuaian
harga kebutuhan hidup, prestasi kerja,
perkembangan dan kemampuan perusahaan.
Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
tidak melakukan pekerjaan.
Pengusaha wajib membayar upah :
-Meskipun pekerja/buruh sakit.
-Pekerja perempuan haid (2 hari).
-Pekerja/buruh menikah, menikahkan
anaknya, mengkhitankan, membaptiskan
anaknya, isteri melahirkan atau keguguran,
suami/istri, anak/menantu, orangtua/mertua
atau anggota keluarga meninggal dunia.
-Karena sedang menjalankan kewajiban negara.
-Karena menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya.
-Melakukan pekerjaan sesuai perjanjian tetapi
pengusaha tidak memperkerjakannya dan bukan
merupakan kesalahannya.
-Melaksanakan hak cutinya.
-Melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan
pengusaha.
-Melaksanakan tugas pendidikan dan pelatihan.
Pekerja/buruh yang sakit tetap dibayar
upahnya dengan ketentuan sbb.:
1. 4 bl. Pertama dibayar 100%.
2. 4 bl. Kedua dibayar 75%.
3. 4 bl. Ketiga dibyar 50%.
4. Bulan selanjutnya dibayar 25% sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh
pengusaha.
Komponen pengupahan terdiri dari :
Upah pokok dan tunjangan tetap.
Besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75%
dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada
pekerja/buruh yang dilakukan secara teratur
dan tidak dikaitkan dengan kehadiran
pekerja/buruh atau pencapaian prestasi kerja
tertentu.
Hal khusus dimana pekerja tetap berhak atas upah
walaupun tidak masuk kerja :
1. Pekerja menikah, selama 3 hari
2. Menikahkan anak, selama 2 hari.
3. Mengkitankan anak, selama 2 hari.
4. Membaptiskan anak, selama 2 hari.
5. Istri melahiarkan atau keguguran kandungan,
selama 2 hari.
6. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak, menantu
meninggal dunia, selama 2 hari.
7. Anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu
rumah meninggal, selama 1 hari.
Pembinaan Hubungan Kerja.
Hubungan kerja terjadi karena adanya
perjanjian kerja antara pengusaha dengan
pekerja.
Perjanjian kerja dibuat bisa secara lisan
maupun tertulis, perjanian kerja dibuat secara
lisan karena dalam membuat suatu perikatan
atau perjanjian tidak terlepas saling
mempercayai dari kedua belah pihak.
Perjanjian Kerja
Perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak.
Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali
dan/atau diubah kecuali atas persetujuan
kedua belah pihak.
Perjanjian Kerja Tetap sekurang – kurangnya
memuat:
a) Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha
b) Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja.
c) Jabatan atau jenis pekerjaan.
d) Tempat pekerjaan.
e) Besar upah dan cara pembayarannya.
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan
kewajiban pengusaha dan pekerja.
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian
kerja.
h) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku antara lain : pekerjaan untuk waktu
tertentu, antar kerja antar daerah, antar kerja antar
negara dan perjanjian kerja laut.
Perjanjian kerja dibuat atas dasar.
1. Kesepakaatan kedua belah pihak
2. Kemampuan dan kecakapan kedua belah pihak
secara hukum.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
ketentuan peraturan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah
pihak batal demi hukum apabila
- Pekerjaan yang harus dilakukan tidak ada.
- Pekerjaan yang diperjanjikan bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan dan ketertiban umum.
Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah
pihak dapat dibatalkan apabila
- Pekerjaan yang diperjanjikan tidak sesuai
dengan kesepakatan.
- Mereka yang membuat perjanjian belum
cakap dalam perbuatan hukum.
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU (PKWT)
Perjanjian kerja antara buruh/pekerja dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu.
PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai
atau sementara sifatnya yang didasarkan
atas selesainya pekerjaan tertentu.
PKWT dibuat paling lama 3 tahun.
Apabila pekerjaan tertentu yang diperjanjikan
dalam PKWT dapat diselesaikan lebih
cepat dari waktu yang diperjanjikan maka
PKWT putus demi hukum pada saat
selesainya pekerjaan itu.
Dalam PKWT harus dicantumkan batasan
selesainya suatu pekerjaan yang
diperjanjikan tersebut.
Pembaharuan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu dilakukan setelah melebihi masa
tenggang waktu 30 hari setelah
berakhirnya perjanjian kerja.
Selama tenggang waktu 30 hari, tidak ada
hubungan kerja antara pekerja/buruh
dengan pengusaha.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) untuk pekerjaan yang bersifat
musiman.
Pekerjaan yang pelaksanaanya tergantung
pada musim atau cuaca.
PKWT untuk pekerjaan yang bersifat
musiman hanya dapat dilakukan untuk satu
jenis pekerjaan pada musim tertentu.
Pekerjaan-pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau
target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT
sebagai pekerjaan musiman.
PKWT yang melakukan pekerjaan untuk memenuhi
pesanan atau target tertentu hanya diberlakukan
untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan
tambahan.
PKWT untuk pekerjaan yang memenuhi pesanan
atau target tertentu tidak dapat dilakukan
pembaharuan.
PKWT untuk Pekerjaan yang berhubungan dengan
Produk Baru
PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk
melakukan pekerjaan yang berhubungan produk
baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan.
PKWT tersebut hanya dapat dilakukan untuk waktu
paling lama 2 th dan dapat diperpanjang satu kali
paling lama 1 th.
PKWT ini tidak dapat dilakukan pembaharuan.
Perjanjian Kerja Harian Lepas.
Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-
ubah dalam waktu dan volume pekerjaan
serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat
dilakukan dengan perjanjian kerja harian
lepas.
Waktu bekerjanya kurang dari 21 hari dalam
1 bulan.
Pekerjaan yang dilakukan 3 th berturut-turut
maka perjanjian akan berubah menjadi
PKWTT.
Berakhirnya PKWT
1. Pekerja meninggal dunia.
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
3. Adanya putusan pengadilan dan /atau putusan
atau penetapan lembaga PPHI yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalm perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang
dapat menyebabkan berakhirnya hubungan
kerja.
PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT
apabila
1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa
Indonesia dan huruf latin berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
2. PKWT pekerjaan yang bersifat bukan musiman
atau pekerjaan yang bukan untuk memenuhi
pesanan atau target tertentu
3. PKWT untuk pekerjaan produk baru yang
dikerjakan lebih dari 3 tahun.
4. Pembaruan PKWT tidak melewati tenggang
waktu 30 hari dan tidak diperjanjikan lain akan
berubah menjadi PKWTT sejak tidak
terpenuhinya syarat PKWT.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT)
1. Dapat mensyaratkan masa percobaan
kerja, paling lama 3 (tiga) bulan.
2. Dalam masa percobaan kerja pengusaha
dilarang membayar upah dibawah upah
minimum yang berlaku.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
apabila dibuat dengan secara lisan, maka
pengusaha wajib membuat surat
pengangkatan bagi pekerja/buruh yang
bersangkutan.
Surat Pengangkatan sekurang-kurangnya
memuat :
1.Nama dan alamat pekerja/buruh.
2.Tanggal mulai bekerja.
3.Jenis pekerjaan
4.Besarnya upah.
Organisasi Pengusaha
Setiap pengusaha berhak membentuk dan
menjadi anggota organisasi pengusaha.
Ketentuan mengenai organisasi pengusaha
diatur sesusi dengan peraturan perundang-
undangan.
Lembaga kerja sama
Lembaga Kerja Sama Bipartit merupakan
forum komunikasi dan konsultasi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
industrial di satu perusahaan yang anggotanya
terdiri dari pengusaha dan serikat
pekerja/buruh yang sudah tercatat di Kantor
Departemen Tenaga Kerja
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 50 orang
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga
kerja sama bipartit.
Lembaga kerja sama Bipartit berfungsi sebagai
forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal
ketenagakerjaan di pe-rusahaan.
Susunan keanggotaan terdiri dari unsur pengusaha
dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili
kepentingan mereka.
Lembaga Kerja Sama Tripartit merupakan
forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah ketenaga-
kerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur
organisasi pengusaha, serikat pekerja/buruh
dan pemerintah.
Lembaga Kerja Sama Tripartit mem-berikan
pertimbangan, saran dan pendapat kepada
Pemerintah dan pihak terkait dalam
penyusunan kebijakan pemecahan masalah
ketenagakerjaan.
Lembaga Kerja Sama Tripartit terdiri :
1. Lembaga Kerja Sama Tripartit Nasional,
Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
2. Lembaga Kerja Sama Tripartit Sektoral
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Keanggotaan terdiri dari : Unsur Pemerintah,
Organisasi Pengusaha dan Serikat
Pekerja/Buruh
Peraturan Perusahaan
Pengusaha yang memperkerjakan pe-
kerja/buruh sekurang-kurangnya 10 orang
wajib membuat peraturan perusahaan yang
mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri
atau Pejabat yang ditunjuk.
Perusahaan yang sudah memiliki Perjanjian
Kerja Bersama tidak diwajibkan membuat
Peraturan Perusahaan.
Peraturan Perusahaan disusun oleh dan
menjadi tanggungjawab dari pengusaha
yang bersangkutan.
Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya
memuat :
1. Hak dan kewajiban pengusaha.
2. Hak dan kewajiban pekerja/buruh.
3. Syarat Kerja.
4. Tata tertib perusahaan.
5. Jangka waktu berlakunya peraturan
perusahaan.
Masa berlakunya Peraturan Perusahaan paling
lama 2 tahun dan diperbarui setelah habis
masa berlakunya.
Apabila selama masa berlakunya peraturan
perusahaan, pekerja/buruh menghendaki
perundingan pembuatan perjanjian kerja
bersama, pengusaha wajib melayani.
Apabila tidak terjadi kata sepakat, maka
peraturan perusahaan tetap berlaku sampai
habis masa berlakunya.
Perubahan Peraturan Perusahaan sebe-lum
berakhir jangka waktunya dapat dilakukan
atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan
wakil pekerja/buruh.
Perubahan Peraturan Perusahaan harus
mendapat pengesahan Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk.
Pengusaha wajib memberitahukan dan
menjelaskan isi serta memberikan naskah
Peraturan Perusahaan atau peru-bahannya
kepada pekerja/buruh.

More Related Content

Similar to HUKUM KETENAGAKERJAAN

Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03RINAPERMATA
 
Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03Harry Calbara
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanDewi Putih
 
2 uu 13-2003-ketenagakerjaan
2 uu 13-2003-ketenagakerjaan2 uu 13-2003-ketenagakerjaan
2 uu 13-2003-ketenagakerjaanqyef
 
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)AlfiyanNaim
 
Uu no 13 th 2003 Ketenagakerjaan
Uu no 13 th 2003 KetenagakerjaanUu no 13 th 2003 Ketenagakerjaan
Uu no 13 th 2003 KetenagakerjaanAnan Valdes
 
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAANDisnaker Sby
 
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanUU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanImam Prastio
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanDerry Subiyanto
 
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02dhoan Evridho
 
UU no. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU no. 13 th 2003 ttg KetenagakerjaanUU no. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU no. 13 th 2003 ttg KetenagakerjaanThe World Bank
 
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanUu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanMas Kris
 
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaankyoukaen
 
Uu no 13_2003
Uu no 13_2003Uu no 13_2003
Uu no 13_2003gob3l
 
Uu no 13_2003 tenagakerja
Uu no 13_2003 tenagakerjaUu no 13_2003 tenagakerja
Uu no 13_2003 tenagakerjaDwi Widya
 
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaan
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaanUu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaan
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaanIswandi Iswandi
 

Similar to HUKUM KETENAGAKERJAAN (20)

Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03
 
UU 13-2003
UU 13-2003UU 13-2003
UU 13-2003
 
Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03Undang undang-tahun-2003-13-03
Undang undang-tahun-2003-13-03
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
 
2 uu 13-2003-ketenagakerjaan
2 uu 13-2003-ketenagakerjaan2 uu 13-2003-ketenagakerjaan
2 uu 13-2003-ketenagakerjaan
 
Uswa gamatsa
Uswa gamatsaUswa gamatsa
Uswa gamatsa
 
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)
UU No.13 Tahun 2003 (Ketenagakerjaan)
 
Uu no 13 th 2003 Ketenagakerjaan
Uu no 13 th 2003 KetenagakerjaanUu no 13 th 2003 Ketenagakerjaan
Uu no 13 th 2003 Ketenagakerjaan
 
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
 
Uu no 13_2003
Uu no 13_2003Uu no 13_2003
Uu no 13_2003
 
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanUU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
 
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02
Undang undang-tahun-2003-13-03-111125094808-phpapp02
 
UU no. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU no. 13 th 2003 ttg KetenagakerjaanUU no. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU no. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
 
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanUu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
 
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
655972 uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
 
Uu no 13_2003
Uu no 13_2003Uu no 13_2003
Uu no 13_2003
 
Uu no 13_2003 tenagakerja
Uu no 13_2003 tenagakerjaUu no 13_2003 tenagakerja
Uu no 13_2003 tenagakerja
 
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaan
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaanUu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaan
Uu no 13 tahun 2003 ketenagakerjaan
 
Undang undang
Undang undangUndang undang
Undang undang
 

More from Reynaldi Wahyu

5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt
5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt
5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.pptReynaldi Wahyu
 
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptxReynaldi Wahyu
 
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptxReynaldi Wahyu
 
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptxReynaldi Wahyu
 
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptxReynaldi Wahyu
 
karakteristik sistem orde kedua_new.pptx
karakteristik sistem orde kedua_new.pptxkarakteristik sistem orde kedua_new.pptx
karakteristik sistem orde kedua_new.pptxReynaldi Wahyu
 
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptx
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptxFuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptx
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptxReynaldi Wahyu
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxReynaldi Wahyu
 
Teori dasar-listrik-01
Teori dasar-listrik-01Teori dasar-listrik-01
Teori dasar-listrik-01Reynaldi Wahyu
 

More from Reynaldi Wahyu (11)

5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt
5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt
5PPT ETIKA BISNIS ( 5 )- Etis Seputar Konsumen 2017-2018.ppt
 
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx
4PPT ETIKA PROFESI ( 4 )- Kewajiban Perusahaan (1).pptx
 
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx
3PPT ETIKA PROFESI ( 3 )- Kewajiban Karyawan.pptx
 
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
 
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
 
karakteristik sistem orde kedua_new.pptx
karakteristik sistem orde kedua_new.pptxkarakteristik sistem orde kedua_new.pptx
karakteristik sistem orde kedua_new.pptx
 
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptx
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptxFuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptx
Fuzzy-Logic-Pertemuan-8.pptx
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
 
Decoder kelompok 1
Decoder kelompok 1Decoder kelompok 1
Decoder kelompok 1
 
Teori dasar-listrik-01
Teori dasar-listrik-01Teori dasar-listrik-01
Teori dasar-listrik-01
 
Gjh
GjhGjh
Gjh
 

Recently uploaded

pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 

Recently uploaded (10)

pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 

HUKUM KETENAGAKERJAAN

  • 1. HUKUM KETENAGAKERJAAN  Pengertian Ketenagakerjaan Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.  Tenaga Kerja Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
  • 2.  Pekerja atau buruh Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.  Pemberi kerja Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
  • 3.  Pembangunan Tenaga Kerja Bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat,, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil dan spirituil.
  • 4. Makna Pekerja ditinjau dari : Peranannya : gerak dari badan dan pikiran setiap orang guna mencapai kelangsungan hidup. Kemasyarakatan : melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Spiritual : hak dan kewajiban manusia memuliakan dan mengabdikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ideologi Negara : hak dan kewajiban manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
  • 5. Pengertian umum Tenaga Kerja dan Pembangunan Indonesia ditinjau dari segi keperluan atau kebutuhan “Tenaga kerja adalah manusia yang mempunyai tenaga, baik fikiran maupun phisik yang mampu dan mau bekerja menggunakan tenaganya tersebut”
  • 6. Rumusan pengertiannya sbb.: 1. Tenaga Kerja yang dimaksud adalah manusia. 2. Seseorang yang mau dan mampu secara fisik maupun pikirannya untuk melakukan kegiatan untuk bekerja dinamakan tenaga kerja. 3. Seseorang yang secara fisik dan pikirannya tidak mau melakukan kegiatan bukan tenaga kerja.
  • 7. Peranan Tenaga Kerja Indonesia Peranan ini bertujuan untuk mencapai Pembangunan Indonesia yaitu : masyarakat Indonesia yang Adil Makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945.
  • 8. Pembangunan Ketenagakerjaan Pembangunan ketenagakerjaan mem-punyai banyak dimensi dan keterkaitan : 1.Pemerintah. 2.Pengusaha 3.Pekerja. Untuk dilaksanakan dengan secara terpadu atas dasar kemitraan dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung.
  • 9. Tujaun Pembangunan Ketenagakerjaan. a) Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal, melalui diklat serta penyebarluasan dan pelayanan penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. b) Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan pembangunan nasional. c) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan. d) Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
  • 10. Peran Tenaga Kerja Untuk meningkatkan produktivitas kerja. Untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu Tenaga Kerja harus 1. Lebih mampu, 2. Lebih trampil, 3. Lebih berkwalitas Agar dapat berdaya guna secara optimal sehingga mampu bersaing.
  • 11. Perencanaan dan Program Ketenagakerjaan Tujuannya : 1) Meningkatkan kemampuan, 2) Meningkatkan ketrampilan, 3) Meningkatkan keahlian Dengan cara: a) Pelatihan b) Pemagangan c) Pelayanan penempatan tenaga kerja.
  • 12. Pelatihan Kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan / atau meningkatkan dan / atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
  • 13. Tenaga Kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan di tempat kerja. Pengakuan kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.
  • 14. Pelatihan Kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan dan kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan. Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistim pemagangan.
  • 15. Pemagangan Pemagangan adalah bagian dari sistim pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan,dalam rangka menguasai ketrampilan atau keahlian tertentu.
  • 16. Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang dibuat secara tertulis. Perjanjian pemagangan sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Pemagangan yang diselenggarakan tidak dengan perjanjian pemagangan dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan tsb.
  • 17. Penempatan Tenaga Kerja Setiap tenaga kerja berhak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam maupun di luar negeri. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,bebas obyektif, serta adil dan setara tanpa diskriminasi.
  • 18. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah.
  • 19. Penempatan Tenaga Kerja terdiri dari : 1. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri. 2. Penempatan tenaga kerja di luar negeri.
  • 20. Pengaturan Penempatan Kerja. 1. Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja. 2. Pelaksana penempatan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja. 3. Dalam memperkerjakan tenaga kerja, pemberi kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.
  • 21. 4. Pelaksanaan penempatan tenaga kerja dilarang memungut biaya penempatan, baik langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan kepada tenaga kerja dan pengguna tenaga kerja 5. Lembaga (lembaga swasta berbadan hukum) penempatan tenaga kerja hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu.
  • 22. Perlindungan Tenaga Kerja 1. Memperoleh pekerjaan di dalam dan luar negeri 2. Hak-hak dasar pekerja. 3. Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja 4. Perlindungan upah dan jaminan sosial sehingga menjamin rasa aman tentram,sejahtera lahir dan bathin.
  • 23. Usia Kerja Mereka yang berusia 13 s/d 15 th. keatas. Dikatagorikan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja muda : 18 keatas. Tenaga kerja tua : 50 tahun keatas.
  • 24. Memperkerjakan Anak. Pengusaha dilarang memperkerjakan anak, kecuali bagi anak berumur 13 th s/d 15 th, untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.
  • 25. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan sbb. : 1.Izin tertulis dari orang tua atau wali. 2.Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali. 3.Waktu kerja maksimum 3 jam. 4.Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah. 5.Keselamatan dan kesehatan kerja. 6.Adanya hubungan kerja yang jelas 7.Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 26. Tempat Kerja Anak. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan perkerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
  • 27. Pekerja Perempuan. Pengusaha dapat memperkerjakan perempuan. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 th dilarang dipekerjakan antara jam 23.00 s.d 07.00 Pengusaha dilarang memperkerjakan wanita hamil antara jam 23.00 s.d 07.00 apabila membahayakan kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya sendiri.
  • 28. Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan antara jam 23.00 – 07.00 wajib. : a) Memberikan makanan dan minuman bergizi. b) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang antara jam 23.00 s.d 05.00.
  • 29. Ketentuan Waktu Kerja. Waktu kerja meliputi : 1. 7 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg. Untuk 6 hari kerja selama 1 mg. 2. 8 jam dalam 1 hari, 40 jam dalam 1 mg. Untuk 5 hari kerja selama 1 mg. Dikecualikan untuk pekerjaan pada sektor usaha tertentu.
  • 30. Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja dipersyaratkan : Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 3 jam dalam satu hari dan 14 jam dalam satu minggu. Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh melebihi waktu 3 jam wajib membayar upah kerja lembur
  • 31. Waktu Istirahat dan Cuti Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. Waktu istirahat dan cuti meliputi : Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam bekerja selama 4 jam terus-menerus dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja. Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
  • 32. Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus. Cuti panjang sekurang-kurangnya 2 bl dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 bl bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 th secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi cuti tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 th.
  • 33. Pelaksanaan waktu istirahat tahunan/cuti diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Hak istirahat panjang hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu. Perusahaan tertentu diatur dengan Keputusan Menteri yang membidangi Tenaga Kerja.
  • 34. Istirahat pada saat haid dan melahirkan. Pekerja/buruh perempuan dalam masa haid dapat meminta istirahat selama 2 hari. Dalam hal ini diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Pekerja/buruh perempuan berhak cuti 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Apabila mengalami keguguran berhak memperoleh cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat ketrangan dokter kandungan atau bidan.
  • 35. Kesempatan dan Perlakuan Sama Pengusaha wajib memberikan kesempatan dan perlakuan sama tidak ada diskriminasi kepada setiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan.
  • 36. Perluasan Kesempatan Kerja. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Hubungan Kerja , hubungan antara pengusaha atau pemberi kerja dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja , yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
  • 37. Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan dengan penciptaan kegiatan yang produktip dan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam , sumber daya manusia dan teknologi tepat guna. Penciptaan perluasan kesempatan kerja dilakukan dengan pembentukan dan pembinaan tenaga kerja mandiri dengan sistim padat karya, penerapan teknologi tepat guna dan pendayagunaan tenaga kerja sukarela atau pola lain yang dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan tenaga kerja.
  • 38. Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Setiap pemberi kerja yang mem-perkerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki ijin tertulis dari Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang memperkerjakan tenaga kerja asing. Kewajiban memiliki ijin tidak berlaku bagi perwakilan asing yang memperkerjakan sebagai diplomatik dan konsuler.
  • 39. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. Tenaga kerja asing yang masa kerjanya habis tidak dapat diperpanjang namun dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.
  • 40. Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja atua pejabat yang ditunjuk. Rencana penggunaan tenaga kerja asing memuat keterangan sbb.: 1. Alasan penggunaan tenaga kerja asing 2. Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur perusahaan tsb. 3. Jangka waktu penggunaan TKA. 4. Penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan.
  • 41. Pemberi Kerja TKA wajib : 1. Menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga kerja pendampingnya yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA. 2. Melaksanakan diklat kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA. Ketentuan penggunaan TKA tidak berlaku untuk yang menduduki jabatan Direksi dan/atau Komisaris.
  • 42. Tenaga Kerja Asing dilarang : Menduduki jabatan personalia, jabatan- jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
  • 43. Pemberi kerja yang memperkerjakan TKA wajib membayar kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakan, kepada pemerintah. Kewajiban ini dimaksudkan dalam upaya peningkatan kulitas SDM Indonesia. Kewajiban ini tidak berlaku bagi instansi Pemerintah, Perwakilan negara asing, Lembaga sosial, badan-badan Internasional, Lembaga keagamaan dan jabatan tertentu di Lembaga Pendidikan. Jabatan tertentu di Lembaga Pendidikan di atur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
  • 44. Pemberi Kerja yang memperkerjakan TKA wajib memulangkannya ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya telah berakhir.
  • 45. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak memperoleh perlindungan atas : 1. Keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Moral dan kesusilaan. 3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai agama. Tujuanya untuk mewujudkan dan meningkatkan produktivitas kerja yang optimal
  • 46. Pengupahan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
  • 47. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan penghasilan dalam memenuhi penghidupan yang layak, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh.
  • 48. Kebijakan Pemerintah dalam penetapan upah meliputi : 1. Upah minimum, 2. Upah kerja lembur, 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan. 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya. 5. Upah karena menjalankan hak cuti. 6. Bentuk dan cara pembayaran upah. 7. Denda dan potongan upah. 8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah. 9. Struktur dan skala upah yang proporsional. 10.Upah untuk pembayaran pesangon, 11.Upah untuk penghitungan pajak penghasilan
  • 49. Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas : -Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota. -Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
  • 50. Penghasilan yang memenuhi penghidupan layak, adalah jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar yang meliputi : -makanan dan minuman, -sandang, -perumahan, -pendidikan, -kesehatan, -rekreasi, -jaminan hari tua.
  • 51. Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.
  • 52. Penetapan Upah Minimum Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur KDH Tk. I dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
  • 53. Penetapan Upah Minimum. Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum terdiri atas 1. Upah minimum berdasarkan wilayah. 2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah.
  • 54. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan pembayaran upah minimum. Tata cara penangguhan pembayaran upah minimum diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.
  • 55. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila kesepakatan lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan.
  • 56. Dalam menyusun struktur dan skala upah Pengusaha diharuskan memperhatikan : -golongan -jabatan -masa kerja -pendidikan -kompensasi. Penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat kepastian upah tiap pekerja/buruh untuk mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan tersebut.
  • 57. Pengusaha melakukan peninjauan struktur dan skala upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Peninjauan upah dilakukan untuk penyesuaian harga kebutuhan hidup, prestasi kerja, perkembangan dan kemampuan perusahaan.
  • 58. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Pengusaha wajib membayar upah : -Meskipun pekerja/buruh sakit. -Pekerja perempuan haid (2 hari). -Pekerja/buruh menikah, menikahkan anaknya, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran, suami/istri, anak/menantu, orangtua/mertua atau anggota keluarga meninggal dunia.
  • 59. -Karena sedang menjalankan kewajiban negara. -Karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. -Melakukan pekerjaan sesuai perjanjian tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya dan bukan merupakan kesalahannya. -Melaksanakan hak cutinya. -Melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan pengusaha. -Melaksanakan tugas pendidikan dan pelatihan.
  • 60. Pekerja/buruh yang sakit tetap dibayar upahnya dengan ketentuan sbb.: 1. 4 bl. Pertama dibayar 100%. 2. 4 bl. Kedua dibayar 75%. 3. 4 bl. Ketiga dibyar 50%. 4. Bulan selanjutnya dibayar 25% sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
  • 61. Komponen pengupahan terdiri dari : Upah pokok dan tunjangan tetap. Besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja/buruh yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja/buruh atau pencapaian prestasi kerja tertentu.
  • 62. Hal khusus dimana pekerja tetap berhak atas upah walaupun tidak masuk kerja : 1. Pekerja menikah, selama 3 hari 2. Menikahkan anak, selama 2 hari. 3. Mengkitankan anak, selama 2 hari. 4. Membaptiskan anak, selama 2 hari. 5. Istri melahiarkan atau keguguran kandungan, selama 2 hari. 6. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak, menantu meninggal dunia, selama 2 hari. 7. Anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah meninggal, selama 1 hari.
  • 63. Pembinaan Hubungan Kerja. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja. Perjanjian kerja dibuat bisa secara lisan maupun tertulis, perjanian kerja dibuat secara lisan karena dalam membuat suatu perikatan atau perjanjian tidak terlepas saling mempercayai dari kedua belah pihak.
  • 64. Perjanjian Kerja Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah kecuali atas persetujuan kedua belah pihak.
  • 65. Perjanjian Kerja Tetap sekurang – kurangnya memuat: a) Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha b) Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja. c) Jabatan atau jenis pekerjaan. d) Tempat pekerjaan. e) Besar upah dan cara pembayarannya. f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja. g) Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja. h) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat. i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
  • 66. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku antara lain : pekerjaan untuk waktu tertentu, antar kerja antar daerah, antar kerja antar negara dan perjanjian kerja laut. Perjanjian kerja dibuat atas dasar. 1. Kesepakaatan kedua belah pihak 2. Kemampuan dan kecakapan kedua belah pihak secara hukum. 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan. 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan peraturan yang berlaku.
  • 67. Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah pihak batal demi hukum apabila - Pekerjaan yang harus dilakukan tidak ada. - Pekerjaan yang diperjanjikan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.
  • 68. Perjanjian kerja yang dibuat kedua belah pihak dapat dibatalkan apabila - Pekerjaan yang diperjanjikan tidak sesuai dengan kesepakatan. - Mereka yang membuat perjanjian belum cakap dalam perbuatan hukum.
  • 69. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) Perjanjian kerja antara buruh/pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. PKWT dibuat paling lama 3 tahun.
  • 70. Apabila pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang diperjanjikan maka PKWT putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan itu. Dalam PKWT harus dicantumkan batasan selesainya suatu pekerjaan yang diperjanjikan tersebut.
  • 71. Pembaharuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu 30 hari, tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
  • 72. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk pekerjaan yang bersifat musiman. Pekerjaan yang pelaksanaanya tergantung pada musim atau cuaca. PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu.
  • 73. Pekerjaan-pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman. PKWT yang melakukan pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu hanya diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. PKWT untuk pekerjaan yang memenuhi pesanan atau target tertentu tidak dapat dilakukan pembaharuan.
  • 74. PKWT untuk Pekerjaan yang berhubungan dengan Produk Baru PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. PKWT tersebut hanya dapat dilakukan untuk waktu paling lama 2 th dan dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 th. PKWT ini tidak dapat dilakukan pembaharuan.
  • 75. Perjanjian Kerja Harian Lepas. Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah- ubah dalam waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian lepas. Waktu bekerjanya kurang dari 21 hari dalam 1 bulan. Pekerjaan yang dilakukan 3 th berturut-turut maka perjanjian akan berubah menjadi PKWTT.
  • 76. Berakhirnya PKWT 1. Pekerja meninggal dunia. 2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. 3. Adanya putusan pengadilan dan /atau putusan atau penetapan lembaga PPHI yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalm perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
  • 77. PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT apabila 1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja. 2. PKWT pekerjaan yang bersifat bukan musiman atau pekerjaan yang bukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu 3. PKWT untuk pekerjaan produk baru yang dikerjakan lebih dari 3 tahun. 4. Pembaruan PKWT tidak melewati tenggang waktu 30 hari dan tidak diperjanjikan lain akan berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT.
  • 78. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) 1. Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja, paling lama 3 (tiga) bulan. 2. Dalam masa percobaan kerja pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.
  • 79. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu apabila dibuat dengan secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan. Surat Pengangkatan sekurang-kurangnya memuat : 1.Nama dan alamat pekerja/buruh. 2.Tanggal mulai bekerja. 3.Jenis pekerjaan 4.Besarnya upah.
  • 80. Organisasi Pengusaha Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesusi dengan peraturan perundang- undangan.
  • 81. Lembaga kerja sama Lembaga Kerja Sama Bipartit merupakan forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/buruh yang sudah tercatat di Kantor Departemen Tenaga Kerja
  • 82. Setiap perusahaan yang memperkerjakan 50 orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Lembaga kerja sama Bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di pe-rusahaan. Susunan keanggotaan terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan mereka.
  • 83. Lembaga Kerja Sama Tripartit merupakan forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenaga- kerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/buruh dan pemerintah. Lembaga Kerja Sama Tripartit mem-berikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada Pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan pemecahan masalah ketenagakerjaan.
  • 84. Lembaga Kerja Sama Tripartit terdiri : 1. Lembaga Kerja Sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupaten/ Kota. 2. Lembaga Kerja Sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keanggotaan terdiri dari : Unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha dan Serikat Pekerja/Buruh
  • 85. Peraturan Perusahaan Pengusaha yang memperkerjakan pe- kerja/buruh sekurang-kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Perusahaan yang sudah memiliki Perjanjian Kerja Bersama tidak diwajibkan membuat Peraturan Perusahaan.
  • 86. Peraturan Perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggungjawab dari pengusaha yang bersangkutan. Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya memuat : 1. Hak dan kewajiban pengusaha. 2. Hak dan kewajiban pekerja/buruh. 3. Syarat Kerja. 4. Tata tertib perusahaan. 5. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
  • 87. Masa berlakunya Peraturan Perusahaan paling lama 2 tahun dan diperbarui setelah habis masa berlakunya. Apabila selama masa berlakunya peraturan perusahaan, pekerja/buruh menghendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, pengusaha wajib melayani. Apabila tidak terjadi kata sepakat, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.
  • 88. Perubahan Peraturan Perusahaan sebe-lum berakhir jangka waktunya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan wakil pekerja/buruh. Perubahan Peraturan Perusahaan harus mendapat pengesahan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah Peraturan Perusahaan atau peru-bahannya kepada pekerja/buruh.