SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika
Menurut Erman Suherman,(2003:3) dalam pembelajaran siswa hendaknya tidak hanya belajar
untuk mengetahui, tetapi juga belajar melakukan, belajar menjiwai, belajar bagaimana harusnya belajar dan
belajar bersosialisasi. Dalam pembelajaran seperti itu, akan terjadi interaksi dan komunikasi antara siswa,
guru dan siswa lain. Siswa juga bisa mengaitkan konsep yang dipelajarinya dengan konsep-konsep lain
yang relevan, serta belajar memecahkan masalah seperti latihan untuk membiasakan belajar dengan tingkat
kognitif tinggi. Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan kelas menjadi lebih hidup karena siswa merasa
senang dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Erman Suherman (2003:56-57), menyebutkan tiga fungsi pembelajaran matematika yaitu :
1. Sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan informasi, misalnya menggunakan tabel –
tabel atau model- model matematika untuk menyederhanakan soal-soal cerita atau soal-soal
uraian matematika.
2. Sebagai upaya pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam
penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu.
3. Sebagai ilmu pengetahuan, dimana matematika senantiasa mencari kebenaran dan mencoba
mengembangkan penemuan-penemuan dengan mengikuti
tata cara yang tepat.
Menurut Oemar Hamalik (2010 : 37) belajar adalah proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian belajar menurut Fontana dalam Erman
Suherman dkk (2003 : 7) adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang relative tetap
sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses perubahan hasil dari pengalaman dan lingkungan sehingga
diperoleh perubahan tingkah laku.
Pembelajaran menurut Fontana dalam Erman Suherman (2003:7) merupakan upaya
penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal. Sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2010:57) adalah suatu
kombinasi dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya,
misalnya tenaga laboratorium dan perpustakaan. Material, meliputi buku – buku, alat tulis, gambar, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio
visual, termasuk juga komputer dan televisi. Prosedur meliputi jadwal dan metode pembelajaran, praktik,
ujian, dan kegiatan ekstrakulikuler.
2.2 Pengertian Representasi Matematika
Menurut NCTM (dalam Teacher Professional Development and Classroom Resaurces
Acrossthe Curriculum) ,(http://trisniawati87.blogspot.com/2013/01/makalah-representasi-matematis.html:
Representasi membantu menggambarkan, menjelaskan, atau memperluas ide matematika
dengan berfokus pada fitur-fitur pentingnya. Representasi meliputi simbol, persamaan, kata-
kata, gambar, table, grafik, objek manipulatif, dan tindakan serta mental, cara internal berpikir
tentang ide matematika. Representasi adalah alat berpikir yang kuat, namun bagi banyak siswa,
kekuatan ini tidak dapat diakses kecuali mereka menerima bimbingan terarah dalam
mengembangkan pengetahuan mereka.
Semakin banyak terlibat belajar matematika, siswa dapat memperluas pemahaman ide
matematika atau hubungan dengan berpindah dari satu jenis representasi ke representasi yang berbeda dari
hubungan yang sama. Ini adalah salah satu alasan bahwa penting bagi siswa untuk menggunakan berbagai
bahan manipulatif, yang selanjutnya berkaitan dengan metode untuk memecahkan masalah. Melalui proses
ini, siswa dapat bergerak dari representasi informal ke representasi formal, bahkan abstrak.
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan tentang representasi yaitu:
1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu aspek dari suatu situasi
masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat
direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.
(Jones & Knuth, 1991 (http://www.ncrl.org/sdrs/areas/stw_esys/2math.html).
2. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan
jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan. Cai, Lane, & Jacabcsin
dalam Syarifah Fadillah(http://webcache.googleusercontent.com).
3. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari
gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam
upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.
NCTM (dalam Teacher Professional Development and Classroom Resaurces
Across the Curriculum),
4. Terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep representasi.
Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide
matematika yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagai
reproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian
secara struktur melalui gambar, simbol ataupun lambang; dan yang terakhir,
sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Pape&
Tchoshanov dalam Luitel,(http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf.2001).
5. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal
mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan
yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan
atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang
pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman
tentang tanda representasi. Syarifah Fadillah,
(http://www.matedu .cinvestav.mx/adalira).
6. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki
seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model
matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model
manipulatif atau kombinasi dari semuanya. Steffe, Weigel, Schultz, Waters,
Joijner, & Reijs dalam Syarifah Fadillah,
(http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf).
7. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret
dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi
matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan
simbol. Hwang, Chen, Dung,& Yang dalam Syarifah Fadillah,
(http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi adalah ungkapan-
ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti
dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang
dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan
melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Jenis-jenis
representasi akan dibicarakan lebih lanjut di bagian lain dari tulisan ini.
2.2.1 Jenis-Jenis Representasi Matematika
Hiebert dan Carpenter dalam Syarifah Fadillah,( http://www.matedu.
cinvestav.mx/adalira.2008) yang menyatakan:
Pada dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai representasi internal dan
representasi eksternal. Berpikir tentang ide matematika yang kemudian
dikomunikasikan memerlukan representasi eksternal yang wujudnya antara lain:
verbal, gambar, benda konkrit. Berpikir tentang ide matematika yang
memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut merupakan
representasi internal.
Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung karena
merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi representasi
internal seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya
dalam berbagai kondisi; misalnya dari pengungkapannya melalui kata-kata (lisan), melalui
tulisan berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on). Dengan
kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan eksternal dari
seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah. Schnotz dalam Gagatsis
(http://www.uia.no/no/content/download/28532/37673/file/gagatsis 2004):
Membagi representasi eksternal dalam dua kelas yang berbeda yaitu representasi
descriptive dan depictive. Representasi descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai
struktur sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana
dengan makna dari suatu konvensi, yakni teks, sedangkan representasi depictive termasuk
tanda-tanda ikonik yang dihubungkan dengan isi yang dinyatakan melalui fitur struktural
yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak, yaitu, display visual.
Cai, Lane, dan Jacabcsin dalam Syarifah Fadillah
(http://webcache.googleusercontent.com.2008) yang menyatakan:
Ragam representasi yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan matematika
antara lain: tabel, gambar, grafik, pernyataan matematika, teks tertulis, ataupun
kombinasi semuanya dan dapat mengkomunikasikan penjelasan-penjelasan mereka
tentang strategi matematika atau solusi dalam bermacam cara, yaitu secara simbolis
(numerik dan/atau simbol aljabar), secara verbal, dalam diagram, grafik, atau dengan
tabel data.
Lesh, Syarifah Fadillah(http://webcache.googleusercontent.com.2008):
Membagi representasi dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, yaitu meliputi
representasi objek dunia nyatarepresentasi konkret, representasi simbol aritmetika,
representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik. Di antara
kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan merupakan tingkat
representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan
representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan menerjemahkan sifat-sifat yang
diselidiki dan hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal atau
bahasa. Kemampuan representasi gambar atau grafik adalah kemampuan menerjemahkan
masalah matematik ke dalam gambar atau grafik. Sedangkan kemampuan representasi
simbol aritmatika adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematika ke dalam
representasi rumus aritmatika.
2.2.2 Representasi dalam Pembelajaran Matematika
Representasi merupakan unsur yang penting dalam teori belajar mengajar
matematika, tidak hanya karena pemakaian sistem simbol yang juga penting dalam matematik
dan kaya akan kalimat dan kata, beragam dan universal, tetapi juga untuk dua alasan penting
yakni:
1. Matematika mempunyai peranan penting dalam mengkonsep dunia
nyata.
2. Matematika membuat homomorphis yang luas yang merupakan penurunan dari
struktur hal-hal lain yang pokok.
Penjelasan kedua alasan di atas yakni matematika merupakan hal yang abstrak,
maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyelesaian masalah matematika,
representasi sangat berperan, yaitu untuk mengubah ide abstrak menjadi konsep yang nyata,
misalkan dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik dan lain-lain. Selain itu matematika
memberikan gambaran yang luas dalam hal analogi konsep dari berbagai topik yang ada.
Dengan demikian diharapkan bahwa bilamana siswa memiliki akses ke representasi-
representasi dan gagasan-gagasan yang mereka tampilkan, maka mereka memiliki
sekumpulan alat yang secara signifikan siap memperluas kapasitas mereka dalam berpikir
secara matematis.NCTM (http://trisniawati87.blogspot.com /2013/01/makalah-representasi-
matematis.html .2000).
Menurut NCTM (dalam Principle and Standard for Mathematics Education,
program pembelajaran matematika sebaiknya menekankan pada representasi matematis untuk
membantu perkembangan pemahaman matematis sehingga siswa mampu:
1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat dan
mengomunikasikan ide-ide.
2. Mengembangkan suatu bentuk perwujudan dari representasi matematis
yang dapat digunakan dengan tujuan tertentu, secara fleksibel dan tepat
3. Mengomunikasikan representasi untuk memodelkan dan menginter
pretasikan fenomena fisik, social, dan matematis.
Beberapa manfaat atau nilai tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil
pembelajaran yang melibatkan representasi matematik adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu
konteks yang kaya untuk pembelajaran guru.
2. Meningkatkan pemahaman siswa
3. Menjadikan representasi sebagai alat konseptual
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi
matematik dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah
5. Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya miskonsepsi.
2.3 Teknik Scaffolding
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner,
seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda
dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang
tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa.
Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak yang
memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden
menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam
penyelesaian” (Budiningsih, 2008:56).
Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat
mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan oleh
pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan
scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas.
Istilah scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008:58),
dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya
menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian dari Wood
ini sejalan dengan pengertian ZPD (Zone of Proximal Development) dari Vygotsky.
Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk
mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD(Zone of Proximal Development)-nya,
sedang peserta didik yang bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada
dalam daerah ZPD(Zone of Proximal Development)-nya.Menurut Vygotsky,
“peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih
tinggi ketika mendapat bimbingan (scaffolding) dari seorang yang lebih
ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi”
(Martinis, 1960, 2010).
Larkin (Cahyono, 2010:47) menyatakan bahwa scaffoldingadalah salah satu prinsip
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk mengakomodasikan kebutuhan
peserta didik masing-masing.
Penulis sendiri mendefinisikan scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung
jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan
menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith (Fauzi,
2009:52) :
1. Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang
dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan Piaget, keduanya
tidak mendukung pengajaran diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka justru menyatakan
walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap
kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat
penemuan individu (individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal di dalam
pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD(Zone
of Proximal Development) karena mereka sendiri baru saja melewati
tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan
yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut Vygotsky - Bruner, perintah-
perintah di layar komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan
perangkat lunak atau software pendidikan, komputer menggunakan bantuan
atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak
dalam ZPD(Zone of Proximal Development). Tidak dipungkiri lagi beberapa
anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan komputer sebagai tutor bagi
teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru
bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang
memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-
masing anak.
2.3.1 Implementasi ZPDDalam Pembelajaran Matematika Serta
Teknik Scaffolding Untuk Representasi Matematis Siswa kelas VIII
SMPswt Parulian 1 Medan
Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori
scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke
perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
individu dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena
itu, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang dapat menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu
mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai
perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir
matematika tingkat tinggi.

More Related Content

What's hot

TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Soal Kompetensi Matematika
Soal Kompetensi MatematikaSoal Kompetensi Matematika
Soal Kompetensi MatematikaJajang Nur'alim
 
RME and The Didactical Use Of Models
RME and The Didactical Use Of ModelsRME and The Didactical Use Of Models
RME and The Didactical Use Of ModelsFaridatul Lail
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutLukman
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika Abdul Rais P
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematikaDedi Siswoyo
 
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )zahra chairani
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modeAgunk Wahyudi
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 

What's hot (18)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Mathematical fallacies
Mathematical fallaciesMathematical fallacies
Mathematical fallacies
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
Soal Kompetensi Matematika
Soal Kompetensi MatematikaSoal Kompetensi Matematika
Soal Kompetensi Matematika
 
RME and The Didactical Use Of Models
RME and The Didactical Use Of ModelsRME and The Didactical Use Of Models
RME and The Didactical Use Of Models
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
 
Kemampuan Matematis
Kemampuan MatematisKemampuan Matematis
Kemampuan Matematis
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
 
Kompetensi Matematis
Kompetensi MatematisKompetensi Matematis
Kompetensi Matematis
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
 
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
 
2 lewy 14-28
2 lewy 14-282 lewy 14-28
2 lewy 14-28
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 

Similar to Pembelajaran Matematika

CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxhendrafebrianto3
 
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdfTripuspitaSari13
 
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptxrahaquintrahadia
 
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
Tugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 InternetTugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 Internetiman_hilman
 
Komunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokKomunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokChairi Mutia
 
Hakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxHakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxTsaqib2
 
problem solving 1
problem solving 1problem solving 1
problem solving 1chryst tina
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.docDarmiatimimi1
 
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariManfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariNanikHidayati3
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Annisa Izzah
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Ig Fandy Jayanto
 
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptxTsaniyatulFikriyah
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalargampangmain
 
Model pembelajaran ttw
Model pembelajaran ttwModel pembelajaran ttw
Model pembelajaran ttwanatahara
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranAwaluddin Asham
 

Similar to Pembelajaran Matematika (20)

CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
 
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
 
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx
2. Berpikir Tingkat Tinggi.pptx
 
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 InternetTugas ETT2017 Internet
Tugas ETT2017 Internet
 
5
55
5
 
Komunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokKomunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompok
 
Hakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptxHakikat Matematika.pptx
Hakikat Matematika.pptx
 
problem solving 1
problem solving 1problem solving 1
problem solving 1
 
15. bab ii
15. bab ii15. bab ii
15. bab ii
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.doc
 
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariManfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
 
Pmri
PmriPmri
Pmri
 
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
2. Hakikat Pembelajaran Matematika & Hasil Belajar Matematika.pptx
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalar
 
Model pembelajaran ttw
Model pembelajaran ttwModel pembelajaran ttw
Model pembelajaran ttw
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaran
 

Pembelajaran Matematika

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika Menurut Erman Suherman,(2003:3) dalam pembelajaran siswa hendaknya tidak hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar melakukan, belajar menjiwai, belajar bagaimana harusnya belajar dan belajar bersosialisasi. Dalam pembelajaran seperti itu, akan terjadi interaksi dan komunikasi antara siswa, guru dan siswa lain. Siswa juga bisa mengaitkan konsep yang dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan, serta belajar memecahkan masalah seperti latihan untuk membiasakan belajar dengan tingkat kognitif tinggi. Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan kelas menjadi lebih hidup karena siswa merasa senang dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Erman Suherman (2003:56-57), menyebutkan tiga fungsi pembelajaran matematika yaitu : 1. Sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan informasi, misalnya menggunakan tabel – tabel atau model- model matematika untuk menyederhanakan soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika. 2. Sebagai upaya pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. 3. Sebagai ilmu pengetahuan, dimana matematika senantiasa mencari kebenaran dan mencoba
  • 2. mengembangkan penemuan-penemuan dengan mengikuti tata cara yang tepat. Menurut Oemar Hamalik (2010 : 37) belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian belajar menurut Fontana dalam Erman Suherman dkk (2003 : 7) adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang relative tetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan hasil dari pengalaman dan lingkungan sehingga diperoleh perubahan tingkah laku. Pembelajaran menurut Fontana dalam Erman Suherman (2003:7) merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2010:57) adalah suatu kombinasi dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium dan perpustakaan. Material, meliputi buku – buku, alat tulis, gambar, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio
  • 3. visual, termasuk juga komputer dan televisi. Prosedur meliputi jadwal dan metode pembelajaran, praktik, ujian, dan kegiatan ekstrakulikuler. 2.2 Pengertian Representasi Matematika Menurut NCTM (dalam Teacher Professional Development and Classroom Resaurces Acrossthe Curriculum) ,(http://trisniawati87.blogspot.com/2013/01/makalah-representasi-matematis.html: Representasi membantu menggambarkan, menjelaskan, atau memperluas ide matematika dengan berfokus pada fitur-fitur pentingnya. Representasi meliputi simbol, persamaan, kata- kata, gambar, table, grafik, objek manipulatif, dan tindakan serta mental, cara internal berpikir tentang ide matematika. Representasi adalah alat berpikir yang kuat, namun bagi banyak siswa, kekuatan ini tidak dapat diakses kecuali mereka menerima bimbingan terarah dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Semakin banyak terlibat belajar matematika, siswa dapat memperluas pemahaman ide matematika atau hubungan dengan berpindah dari satu jenis representasi ke representasi yang berbeda dari hubungan yang sama. Ini adalah salah satu alasan bahwa penting bagi siswa untuk menggunakan berbagai bahan manipulatif, yang selanjutnya berkaitan dengan metode untuk memecahkan masalah. Melalui proses ini, siswa dapat bergerak dari representasi informal ke representasi formal, bahkan abstrak. Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan tentang representasi yaitu: 1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.
  • 4. (Jones & Knuth, 1991 (http://www.ncrl.org/sdrs/areas/stw_esys/2math.html). 2. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan. Cai, Lane, & Jacabcsin dalam Syarifah Fadillah(http://webcache.googleusercontent.com). 3. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya. NCTM (dalam Teacher Professional Development and Classroom Resaurces Across the Curriculum), 4. Terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep representasi. Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematika yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur melalui gambar, simbol ataupun lambang; dan yang terakhir, sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Pape&
  • 5. Tchoshanov dalam Luitel,(http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf.2001). 5. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi. Syarifah Fadillah, (http://www.matedu .cinvestav.mx/adalira). 6. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model manipulatif atau kombinasi dari semuanya. Steffe, Weigel, Schultz, Waters, Joijner, & Reijs dalam Syarifah Fadillah, (http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf). 7. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi
  • 6. matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol. Hwang, Chen, Dung,& Yang dalam Syarifah Fadillah, (http://www.matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi adalah ungkapan- ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Jenis-jenis representasi akan dibicarakan lebih lanjut di bagian lain dari tulisan ini. 2.2.1 Jenis-Jenis Representasi Matematika Hiebert dan Carpenter dalam Syarifah Fadillah,( http://www.matedu. cinvestav.mx/adalira.2008) yang menyatakan: Pada dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai representasi internal dan representasi eksternal. Berpikir tentang ide matematika yang kemudian dikomunikasikan memerlukan representasi eksternal yang wujudnya antara lain:
  • 7. verbal, gambar, benda konkrit. Berpikir tentang ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut merupakan representasi internal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi representasi internal seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya dalam berbagai kondisi; misalnya dari pengungkapannya melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on). Dengan kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah. Schnotz dalam Gagatsis (http://www.uia.no/no/content/download/28532/37673/file/gagatsis 2004): Membagi representasi eksternal dalam dua kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Representasi descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai struktur sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana dengan makna dari suatu konvensi, yakni teks, sedangkan representasi depictive termasuk tanda-tanda ikonik yang dihubungkan dengan isi yang dinyatakan melalui fitur struktural yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak, yaitu, display visual. Cai, Lane, dan Jacabcsin dalam Syarifah Fadillah (http://webcache.googleusercontent.com.2008) yang menyatakan:
  • 8. Ragam representasi yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan matematika antara lain: tabel, gambar, grafik, pernyataan matematika, teks tertulis, ataupun kombinasi semuanya dan dapat mengkomunikasikan penjelasan-penjelasan mereka tentang strategi matematika atau solusi dalam bermacam cara, yaitu secara simbolis (numerik dan/atau simbol aljabar), secara verbal, dalam diagram, grafik, atau dengan tabel data. Lesh, Syarifah Fadillah(http://webcache.googleusercontent.com.2008): Membagi representasi dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, yaitu meliputi representasi objek dunia nyatarepresentasi konkret, representasi simbol aritmetika, representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik. Di antara kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki dan hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal atau bahasa. Kemampuan representasi gambar atau grafik adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke dalam gambar atau grafik. Sedangkan kemampuan representasi
  • 9. simbol aritmatika adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi rumus aritmatika. 2.2.2 Representasi dalam Pembelajaran Matematika Representasi merupakan unsur yang penting dalam teori belajar mengajar matematika, tidak hanya karena pemakaian sistem simbol yang juga penting dalam matematik dan kaya akan kalimat dan kata, beragam dan universal, tetapi juga untuk dua alasan penting yakni: 1. Matematika mempunyai peranan penting dalam mengkonsep dunia nyata. 2. Matematika membuat homomorphis yang luas yang merupakan penurunan dari struktur hal-hal lain yang pokok. Penjelasan kedua alasan di atas yakni matematika merupakan hal yang abstrak, maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyelesaian masalah matematika, representasi sangat berperan, yaitu untuk mengubah ide abstrak menjadi konsep yang nyata, misalkan dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik dan lain-lain. Selain itu matematika memberikan gambaran yang luas dalam hal analogi konsep dari berbagai topik yang ada.
  • 10. Dengan demikian diharapkan bahwa bilamana siswa memiliki akses ke representasi- representasi dan gagasan-gagasan yang mereka tampilkan, maka mereka memiliki sekumpulan alat yang secara signifikan siap memperluas kapasitas mereka dalam berpikir secara matematis.NCTM (http://trisniawati87.blogspot.com /2013/01/makalah-representasi- matematis.html .2000). Menurut NCTM (dalam Principle and Standard for Mathematics Education, program pembelajaran matematika sebaiknya menekankan pada representasi matematis untuk membantu perkembangan pemahaman matematis sehingga siswa mampu: 1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat dan mengomunikasikan ide-ide. 2. Mengembangkan suatu bentuk perwujudan dari representasi matematis yang dapat digunakan dengan tujuan tertentu, secara fleksibel dan tepat 3. Mengomunikasikan representasi untuk memodelkan dan menginter pretasikan fenomena fisik, social, dan matematis. Beberapa manfaat atau nilai tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil pembelajaran yang melibatkan representasi matematik adalah sebagai berikut:
  • 11. 1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu konteks yang kaya untuk pembelajaran guru. 2. Meningkatkan pemahaman siswa 3. Menjadikan representasi sebagai alat konseptual 4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi matematik dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah 5. Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya miskonsepsi. 2.3 Teknik Scaffolding Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian” (Budiningsih, 2008:56).
  • 12. Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas. Istilah scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008:58), dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian dari Wood ini sejalan dengan pengertian ZPD (Zone of Proximal Development) dari Vygotsky. Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD(Zone of Proximal Development)-nya, sedang peserta didik yang bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada dalam daerah ZPD(Zone of Proximal Development)-nya.Menurut Vygotsky, “peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi ketika mendapat bimbingan (scaffolding) dari seorang yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi” (Martinis, 1960, 2010).
  • 13. Larkin (Cahyono, 2010:47) menyatakan bahwa scaffoldingadalah salah satu prinsip pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk mengakomodasikan kebutuhan peserta didik masing-masing. Penulis sendiri mendefinisikan scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith (Fauzi, 2009:52) : 1. Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka justru menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
  • 14. 2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak. 3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal di dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD(Zone
  • 15. of Proximal Development) karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai. Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut Vygotsky - Bruner, perintah- perintah di layar komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD(Zone of Proximal Development). Tidak dipungkiri lagi beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan komputer sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing- masing anak. 2.3.1 Implementasi ZPDDalam Pembelajaran Matematika Serta Teknik Scaffolding Untuk Representasi Matematis Siswa kelas VIII SMPswt Parulian 1 Medan Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
  • 16. individu dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.