Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh ketidakefektifan pembelajaran, ketidakefisienan penggunaan waktu dan kurang bermutunya standarisasi pendidikan. Pendidikan di Indonesia kurang efektif karena kurangnya kualitas guru dan penekanan hanya pada kelas tertentu. Waktu belajar juga tidak digunakan secara efisien. Standarisasi pendidikan seperti ujian nasional menciptakan generasi yang kurang juj
1. Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Pendidikan, yah kita sekarang tahu bahwa pendidikan adalah salah satu momok utama yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Kadangkala, setiap orang jika mendengar kata pendidikan mereka
akan beranggapan bahwa pendidikan itu harus dilakukan dengan belajar di sekolah, tetapi ternyata
itu tidak. Pendidikan itu tidak harus disekolah dan tidak harus diterima ketika berumur 6 tahun
tetapi pendidikan itu kita dapat sejak kita lahir di dunia ini, sejak itulah kita mulai menerima
pendidikan. Pendidikan seperti itu disebut dengan pendidikan berkarakter, artinya pendidikan yang
mengajarkan kita bagaimana bertingkah laku, tata cara menghadapi orang dsb. Contohnya, seperti
ketika anak dibawah umur bertemu dengan orang yang lebih tua biasanya orangtua mereka
menyuruh untuk sujud kepada orang yang lebih tua tersebut, itu termasuk salah satu contoh
pendidikan berkarakter dalam tata cara menghadapi orangtua. Akan tetapi, kebanyakan orang-orang
berfikir pendidikan itu tidak lepas dari sekolah. Memang sebenarnya itu termasuk dalam pendidikan
tetapi pendidikan untuk pengembangan pikiran dan intelektual siswa dan biasanya itu di
selenggarakan di sekolah mulai dari tk, sd, smp, sma, sampai ke perguruan tinggi melalui bidangbidang studi yang mereka pelajari. Disana mereka diajarkan untuk memecahkan soal, berbagai
masalah, menganalisis, serta menyimpulkan suatu permasalahan.
Pendidikan memang telah lama dikenal oleh banyak orang tetapi semakin tahun pendidikan di
indonesia ini semakin memburuk ini terbukti dari data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Menurut catatan mereka dari 174 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999)
dan setiap tahun dapat terlihat penurunannya. Bayangkan, indonesia memiliki 5 pulau besar seperti
sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi dan papua tetapi bisa kalah dengan negara yang memiliki
pulau kecil seperti australia. Mengapa demikian??
Seiring dengan perkembangan era globalisasi ini, dengan banyaknya bermunculan teknologiteknologi baru dari berbagai negara sehingga membuat indonesia dapat merasakan ketertinggalan
mereka dalam menciptakan teknologi baru. Ketertingalan itu sebenarnya bukan hanya dari teknologi
tetapi dari mutu pendidikannya, baik secara formal maupun imformal. Dan hasil itu diperoleh
setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Seperti salah satu contohnya yaitu Kemajuan
kemajuan teknologi yang dapat menurunkan kualitas pendidikan di indonesia, dengan banyaknya
teknologi yang di impor dari luar membuat sumber daya manusia di indonesia menjadi malas berfikir
mereka hanya menada tangan karya karya dari luar, hanya sebagian orang yang berfikir untuk
seperti itu. Seperti halnya tenaga pengajar sekarang, mereka sebenarnya mungkin tidak memiliki
minat untuk mengajar tetapi karena desakan tidak diterima di fakultas lain atau tidak memiliki dana
sehingga membuat mereka harus menerima kenyataan. Kecuali tenaga pengajar yang memang
tujuan utamanya, mereka pasti memiliki skill , pengalaman yang memang telah mereka cita- citakan.
Kalau pendidikan di Indonesia seperti ini terus menerus pendidikannya tidak akan berkembang
karena pendidikan menjadi salah satu penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negaranegara lain. Menurut saya, adapun beberapa penyebab yang menyebabkan rendahnya kualitas
2. pendidikan di Indonesia antara lain : kurangnya efektifitas dalam pendidikan, kurangnya efisiensi
dalam pengajaran dan standarisasi yang kurang bermutu.
Kurangnya efektifitas dalam pendidikan, pendidikaan yang efektif adalah keinginan semua
bangsa. Mereka mencita-citakan bangsanya agar dapat menjalankan pendidikan dengan efektif
terutama dalam pelajaran agar para siswa-siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Untuk
menciptakan itu, haruslah suatu sekolah atau lembaga mempunyai tenaga pengajar yang baik pula
agar dapat memproduksi siswa-siswa yang diinginkan. Dengan tenaga pengajar yang demikian,
mereka dapat dituntut untuk meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran agar pelajaran tersebut
dapat berguna. Tetapi saat ini, pendidikan formal itu hanya sekedar formalitas saja terutama pada
sekolah-sekolah negeri. Disana mereka hanya melaksanakan pendidikan dengan ala kadarnya saja
dan biasanya hanya menekankan 1 kelas yang terbaik dan kelas kelas yang biasa saja hanya sebagai
formalitas . Contohnya saja, ketika di sekolah, ada sebagian guru yang datang ke sekolah hanya
memberikan tugas atau catatan setelah itu meningkalkan kelas tanpa ada penjelasan lagi dari
pelajaran tersebut dan ketika bel berbunyi ia kembali ke kelas dan mengumpulkan tugas, selain itu
biasanya juga waktu-waktu yang digunakan juga habis tanpa hasil, karena kebanyakan siswa-siswa
yang apabila gurunya tidak ada di kelas mereka juga meningalkan kelas biasanya itu terjadi pada
siswa kelas 7,8,10,11. Sedangkan pada siswa kelas 9 dan 12 disini mereka baru merasakan belajar
yang efektif karena untuk menghadapi ujian akhir dan ujian nasional. Tetapi beda dengan sekolahsekolah swasta, di sekolah swasta pembelajarannya tidak ada perbedaan baik dengan kelas
unggulan, kelas 7,8,9,10,11,12. Mereka biassanya belajarnya efektif semua dalam pembelajaran.
Tidak tau apa yang membedakannya, mungkin karena sekolah negeri dapat bantuan operasional dan
tidak ada tunjangan untuk tenaga pengajarnya sedangkan di sekolah swasta sebaliknya. Serta kita
dapat juga melihat kualitas-kualitas tenaga pengajar yang sekarang berbeda dengan yang dahulu.
Rendahnya kualitas tenaga pengajar juga merupakan ujung tombak untuk menciptakan sumber daya
manusia yang baik dan berkualitas. Jika tenaga pengajarnya saja tidak berkualitas bagaimana bisa
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah
pertama kali memperhatikan tenaga tenaga pengajar yang layak untuk di terjunkan dalam dunia
pendidikan. Agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang layak juga.
Yang kedua yaitu kurangnya efisiensi dalam pengajaran. Efisiensi dan efektifitas itu saling
berhubungan dimana efisiensi itu menghasilkan effektifitas pendidikan. Adapun masalah yang
dialami di indonesia dalam efisiensi pengajaran yaitu mahalnya biaya pendidikan dan penggunakaan
waktu yang tidak efisien. Kalau berbicara tentang mahalnya biaya pendidikan pasti berhubungan
dengan uang. Pendidikan itu tidak hanya dengan memilih tempat untuk sekolah tetapi juga harus
memikirkan perlengkapan, ongkos, dsb. Memang sekarang ini biaya pendidikan formal di indonesia
sudah di gratiskan sampai ke jenjang sma . tetapi, tidak cukup hanya sampai itu saja, karena masih
membutuhkan biaya untuk kebutuhan lain seperti membeli buku, seragam, alat tulis dsb. Selain
biaya adapun masalah dengan waktu. Waktu itu sangatlah penting dalam segala hal seperti slogan
“time is money”, apabila waktu itu tidak digunakan seefisien mungkin itu akan berakibat fatal seperti
kurang efisiennya pendidikan di indonesia sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang di
inginkan.
Seperti yang dapat kita lihat sekarang ini, pendidikan di indonesia memiliki retan waktu yang
lama dibandingkan negara-negara lain tetapi, itu tidak dapat digunakan dengan maksimal. Seperti
pada sekolah-sekolah formal negeri, mereka bisa menggunakan waktu hampir 45 jam per minggu
3. atau mulai dari pukul 7 sampai 16.00 wib. Sehingga mengakibatkan peserta didik menjadi jenuh dan
tidak bisa mengikuti kegiatan selain di sekolah. Itu pun dapat berakibat pada pendidikan kita.
Seharusnya kita dapat mencontoh negara-negara yang penidikannya sudah baik. Seperti pendidikan
di finlandia, walaupun mereka memiliki jam belajar yang sedikit tetapi mereka menggunakan waktu
itu semaksimal mungkin agar menghasilkan hasil yang baik juga. Disana mereka hanya menggunakan
waktu 30 jam per minggu untuk melakukan pembelajaran di sekolah, tetapi walaupun dengan waktu
sedikit mereka dapat melaksanakan pendidikan dengan efektif dan bisa menjadi negara dengan
pendidikan terbaik di dunia. Tidak hanya dalam waktu saja tetapi juga dalam pembelajaran karena
sekolah sekolah disana tidak ada yang membedakan antara kelas ungulan dan biasa, semuanya rata.
Mereka ditempatkan di kelas yang sama tanpa memandang kemampuan mereka yang berbeda. Dan
disana apabila ada siswa yang belum mahir dengan pelajaran tersebut, tenaga pengajar disana akan
menjelaskan sampai siswa-siswanya mengerti semua tanpa terkecuali, serta disana pun jarang
diadakan ujian, ujiannya pun untuk tes trakhir apabila ada yang remedial mereka tidak merasa gagal
karena mereka mengangap itu sebagai tantangan.
Yang ketiga adalah membuat standarisasi yang lebih bermanfaat untuk ke depan. Standarisasi
merupakan patokan tenaga pengajar untuk mengajarkan siswa-siswanya tetang materi yang
diajarkan. Dengan adanya standarisasi pengajaran biasanya dapat berlangsung dengan tertata.
Biasanya setiap tahun itu standarisasinya semakin baik tetapi, berbeda dengan negara kita. Mungkin
para pejabat memikirkan standarisasi pendidikan itu baik dengan mencontoh negara-negara dari
luar tetapi itu juga bisa membunuh negara kita sendiri. Mengapa demikian?? Ya karena akan
menghasilkan generasi yang tidak jujur. Maksudnya, seperti pada ujian nasional. Pada ujian nasional
kita tahu bahwa kita akan lulus tingkatan apabila mencapai nilai yang telah dibuat oleh pemerintah,
apabila tidak mencapai nilai tersebut kita dianggap gagal dan harus mengulang tahun depan dan
mengakibatkan sekolahnya menjadi malu. Oleh karena itu biasanya pihak sekolah mengambil
tindakan agar sekolah sekolah mereka tidak terjebak dijurang tersebut. Alhasil, mengakibatkan
generasi muda menjadi malas dan tidak jujur untuk masa depannya. Seandainya saja standarisasi
pendidikannya seperti dahulu sebelum diberlakukannya ujian nasional yang masih dikenal dengan
sistem NEM para anak didik disini akan berlaku jujur, menjadi rajin dan menghasilkan generasi yang
pintar dan bermutu. Karena mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk lulus dari tingkatan
tersebut tanpa adanya bantuan dari orang lain. Itu dapat kita rasakan sekarang ini.
Dengan adanya 3 penyebab diatas yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di
indonesia, kita telah tahu bahwa kita adalah penerus bangsa, maka dari itu kita sebagai mahasiswa
mahasiswi harus memiliki peran aktif untuk menciptakan negara kita untuk lebih maju bukan untuk
merosot menjadi buruk, oleh karena itu, berdasarkan contoh-contoh diatas, kita semua pasti dapat
merasakan sendiri gejolak gejolak yang telah timbul sekarang, tetapi sebaiknya kita mengambil sisi
positifnya saja yaitu belajar dengan rajin, mencontoh pendidikan di negara lain yang bersifat untuk
dapat memajukan pendidikan kita, dan berusaha menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.
Serta penulis menyarankan agar pendidikan di indonesia ini dapat diperbaiki lagi baik dalam
efektifitas, efisiensi dan standarisasi. Dengan cara memilih tenaga pengajar yang layak untuk di
terjunkan dalam dunia penidikan, bukan tenaga pengajar yang hanya memakan gaji buta.
Mencontoh penddikan di negara luar dengan mengggunakan waktu seefisien mungkin serta buatlah
standarisasi yang bermutu atau menghapuskan ujian nasional dan membuat ujian yang sejujurnya.