Modul ini membahas tentang pendidikan anak tuna rungu dan anak dengan gangguan komunikasi. Terdapat 3 poin utama yang dijelaskan yaitu: 1) Definisi, klasifikasi, penyebab, dan pencegahan tuna rungu dan gangguan komunikasi. 2) Dampak tuna rungu dan gangguan komunikasi bagi perkembangan anak. 3) Kebutuhan khusus dan profil pendidikan tuna rungu dan anak dengan gangguan komunikasi.
3. INDEKS
KB 1 KB 2
KB 3
Definisi, klasifikasi, penyebab,
serta pencegahan tuna rungu
dan gangguan komunikasi
Dampak tuna rungu dan
gangguan komunikasi bagi
perkembangan anak
Kebutuhan khusus dan profiil
pendidikan tuna rungu dan anak
dengan gangguan komunikasi
5. A : DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNA RUNGU
Menurut Hallahan dan
Kaufman
Menurut Krisina
Menurut ahli :
1.
2.
Tuna rungu ringan (27 - 40 dB)
Tuna rungu sedang (41 - 55 dB)
Tuna rungu agak berat (56 - 70
dB)
Tuna rungu berat (71 - 90 dB)
Tuna tungu berat sekali (> 90 dB)
Klasifikasi tuna rungu berdasarkan
audiometer:
1.
2.
3.
4.
5.
6. ...
Tipe konduktif, terjadi kerusakan
pada telinga bagian luar dan tengah
yang berfungsi sebagai alat konduksi
menuju telinga bagian dalam
Tipe sensorineural, terjadi kerusakan
pada telinga dalam serta saraf
pendengaran
Tipe campuran, gabungan dari tipe
konduktif dan sensorineural
Klasifikasi tuna rungu secara anatomis:
1.
2.
3.
Ketunarunguan prabahasa, terjadi
sebelum kemampuan bicara dan
bahasa berkembang
Ketunarunguan pasca bahasa, terjadi
beberapa tahun setelah kemampuan
bicara dan bahasa berkembang
Klasifikasi tuna rungu berdasarkan saat
terjadinya:
1.
2.
7. ...
Endogen, disebabkan faktor genetik
Eksogen, disebabkan faktor non-genetik
Klasifikasi tuna rungu berdasarkan etiologi
(asal-usul) :
1.
2.
9. Tidak terbentuknya telinga bagian luar (bawaan lahir)
Terjadinya peradangan pada lubang teling luar
Ruda paksa karena jatuh tabrakan atau tertusuk
Peradangan infeksi telinga tengah
Otosclerosis terjadi pertumbuan tulang pada kaki tulang stapes, yang mengakibatkan
tulang tidak dapat bergetar pada oval window.
Tympanisclerosis, gangguan pada orang lanjut usia
Anomali consenital, tidak terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir
tetapi tidak bersifat progresif.
Disfungsi tuba eustachii akibat alergi atau tumor.
a. Kerusakan pada telinga luar disebabkan :
1.
2.
b. Kerusakan pada telinga tengah disebabkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TIPE KONDUKTIF
1
10. Rubella campak Jerman
Ketidakpastian antara darah ibu dan anak
Menginitis
Trauma akustik akibat adanya suara bisisng dalam waktu lama.
a. Faktor genetik, disebabkan oleh gangguan ketunarunguan yang menurun dari orang tua.
b. Faktor non-genetik antara lain :
1.
2.
3.
4.
TIPE SENSORINEURAL
1
12. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN
Hindari pernikahan sedarah
Melakukan pemeriksaan darah
Melakukan konseling genetika
Memeriksa kehamilan secara teratur
Mengonsumsi gizi yang baik
Tidak meminum obat sembarangan
Melakukan imunisasi anti tetanus
Pranikah :
1.
2.
3.
Hamil :
1.
2.
3.
4.
Tidak menggunakan alat penyedot
Apabila ibu terkena virus, kelahiran harus
dilakukan melalui operasi caesar.
Melakukan imunisasi dasar dan rubela
Jika anak sakit influenza, segera obati
Menjaga teling dari kebisingan
Melahirkan :
1.
2.
Setelah lahir :
1.
2.
3.
14. A : DEFINISI DAN KLASIFIKASI GANGGUAN
KOMUNIKASI
Gangguan komunikasi
adalah gangguan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain sebagai
komunikator maupun
komunikan.
Gangguan bicara yang meliputi
artikulasi, kelancaran, dan
penyuaraan.
Gangguan bahasa, berkaitan dengan
pemahaman dan penggunaannya.
Klasifikasi gangguan komunikasi terbagi
dalam 2 kelompok :
1.
2.
15. PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI
Kehingan pendengaran
Kelainan organ bicara
Gangguan emosi
Keterlambatan perkembangan
Mental retardasi
Kerusakan otak
Lingkungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
16. CARA PENCEGAHAN TERJADINYA
GANGGUAN KOMUNIKASI
Dapat dilakukan keluarga dengan memonitor tumbuh
kembang anak, melakukan intervensi dini terhadap
kelainan yang ditemukan, memberi dukungan dengan
banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi, bahasa, serta
menghindari penggunaan dwi bahasa pada awal masa
perkembagan bahasa.
18. DAMPAK TUNA RUNGU BAGI ANAK
Dampak tuna rungu terhadap perkembangan bicara dan bahasa erat
kaitannya dengan kemampuan mendengar yang diperoleh melalui
proses peniruan bunyi-bunyi bahasa.
Dampak tuna rungu terhadap kemampuan akademis mempunyai
intelegensi yang normal namun prestasi akademik mereka lebih
rendah dibandingkan dengan anak mendengar di usianya.
Dampak tuna rungu terhadap terhadap aspek sosial-emosional
memiliki kecenderungan bersikap dalam penyesuaian diri
1.
2.
3.
19. ...
Sikap-sikap yang dimaksud adalah :
a. Pergaulan yang terbatas pada sesama tuna rungu
b. Memiliki sifat egosentris melebihi anak normal
c. Memiliki perasaan takut terhadap lingkungan sekitar
d. Perhatian anak tuna rungu sukar dialihkan
e. Memiliki sifat polos
4. Dampak tuna rungu terhadap aspek fisik dan kesehatan.
20. DAMPAK GANGGUAN KOMUNIKASI
BAGI ANAK
Hambatan dalam berinteraksi sosial
Hambatan dalam pengembangan kemampuan akademik
1.
2.
23. Kebutuhan khusus anak tuna rungu. Untuk mengurangi
dampak dari tuna rungu, mereka membutuhkan alat dengar
serta layanan pengembangan kemampuan berbahasa verbal,
eksresif, maupun reseptif
Kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi.
Untuk mengetahui kebutuhan khusus anak dengan gangguan
komunikasi, kita melakukan asesmen terlebih dahulu.
Dengan menganalisa hasil asesmen, kita dapat mengetahui
kebutuhan khusus mereka serta merencanakan
pembelajarannya.
1.
2.
24. PROFIL PENDIDIKAN
GANGGUAN
KOMUNIKASI
ANAK TUNA
RUNGU
Sistem pendidikan
Metode komunikasi
Prinsip-prinsip pembelajaran
Strategi dan media
pembelajaran
Sarana dan fasilitas pendukung
Penilaian pembelajaran
Terdapat beberapa hal yang
menjadi perhati, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pendidikan untuk anak dengan
gangguan komunikasi seperti anak
autis, cerebral palsy, ADHD, dan
kesulitan belajar diberikan layanan
untuk mengintervensi gangguan
komunikasi. Selain terpadu, Smith
J.D mengemukakan upaya
membantu siswa, guru perlu
mengadakan kerja sama dengan ...
25. ...
Tenaga ahli, seperti ahli terapi bicara
Orang tua, dengan memberikan informasi mengenai kemampuan
awal siswa, program yang dilaksanakan, serta kemajuan yang
dicapai siswa.
Teman sebaya, dengan pemberian dukungan, pemahaman,
kepekaan, serta teladan yang positif dari teman-temannya.
1.
2.
3.
27. MELIPUTI
Asesmen, melalui pemeriksaan pengucapan fonem/huruf dalam
kata.
Analisis hasil asesmen, mengamati apakah ada fonem-fonem
yang ditukar, dihilangkan, ditambah, atau pengucapan yang
kacau.
Pembuatan program intervensi, meliputi penentuan tujuan
intervensi, latihan pendengaran, pengucapan, kinestetik,
percakapan spontan.
Penilaian dan tindak lanjut, melakukan penilaian ulang untuk
mengetahui merencanakan program lanjutan untuk
mengintervensi gangguan yang masih ada.
1.
2.
3.
4.