SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
LABORATORIUM
ANALISIS BAHAN PANGAN

Nama Pembimbing : Muh. Saleh S.T, M.Si
Nama Mahasiswa : Haerani
Nim

: 331 11 035

JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Laboratorium Analisis Bahan Pangan
Penyusun

: Haerani/33111035

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil laporan praktikum yang
telah saya lakukan.

Makassar,

Desember 2013

Menyetujui :

Pembimbing,

( Muhammad Saleh, S.T.,M.Si )
196710081993031001

Penyusun,

(Haerani)
331 11 039
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat Rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan
Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini dapat terselesaikan dengan baik
dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Namun dalam penyusunan Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi
Pangan ini penulis menemui beberapa hambatan dan rintangan yang akhirnya bisa
diatasi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini,
penulis dengan berbesar hati dan tangan terbuka menerima setiap kritik dan saran
yang sifatnya membangun yang berkaitan dengan makalah ini.
Akhirnya, harapan penulis semoga Laporan Praktikum Laboratorium
Teknologi Pangan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya
pengembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, Desember 2013

PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERCOBAAN I

PENENTUAN KADAR HCN

A. Tujuan .................................................................................

1

B. Alat Dan Bahan ..................................................................

1

C. Dasar Teori ..........................................................................

2

D. Cara Kerja ..........................................................................

5

E. Pengamatan ........................................................................

5

F. Perhitungan ........................................................................

5

G. Pembahasan ........................................................................

6

H. Kesimpulan ..........................................................................

7

PERCOBAAN II

PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA

A. Tujuan .................................................................................

8

B. Alat Dan Bahan ..................................................................

8

C. Dasar Teori ..........................................................................

8

D. Cara Kerja ..........................................................................

11

E. Pengamatan ........................................................................

12

F. Perhitungan

.......................................................................

12

G. Pembahasan ........................................................................

13

H. Kesimpulan ..........................................................................

14

PERCOBAAN III

PENENTUAN KADAR GULA PEREDUKSI

A. Tujuan .................................................................................

15

B. Alat Dan Bahan ..................................................................

15
C. Dasar Teori ..........................................................................

15

D. Cara Kerja ..........................................................................

19

E. Pengamatan ........................................................................

19

F. Perhitungan ........................................................................

19

G. Pembahasan ........................................................................

20

H. Kesimpulan .........................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR HCN
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penentuan kadar HCN
2. Untuk mengetahui kadar HCN dalam sampel bayam dan kangkung
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Erlenmeyer
b. Gelas ukur
c. Labu alas bulat
d. Alat destilat
e. Pipet ukur
f. Bulb
g. Labu semprot
h. Buret
i. Gelas kimia
j. Corong
k. Pipet tetes
l. Neraca analitik
2. Bahan yang digunakan
a. Kangkung
b. Bayam
c. Aquades
d. AgNO3 0.02 N,
e. HNO 3 (p)
f. Na2S2O3
g. Indicator ferri sianida
C. Dasar Teori
Asam sianida seperti halida hidrogen, adalah zat molekular yang kovalen,
namun mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun
(meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida
direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat
lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas
namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Asam bebas HCN mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua
eksperimen, dimana kemungkinan asam sianida akan dilepas atau dipanaskan,
harus dilakukan didalam lemari asam (Vogel, 1990).
Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran
darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini
menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat
menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg
berat badan.
Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan
makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan
mengeluarkan hidrogen sianida. Asam sianida dikeluarkan dari glikosida
sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan, mengalami pengirisan atau
mengalami kerusakan. Senyawa glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai
jenis tanaman dengan nama senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji
almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan
singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin,
dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan linamarin
glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002).
Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam
bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam
sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun)
yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan
bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian
mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
Kangkung
Kangkung termasuk sayur yang sangat populer. Biasa dibuat tumis, cah, atau
lalap. Kangkung ternyata juga berkhasiat sebagai antiracun dan bisa mengobati
berbagai gangguan kesehatan. Tanaman kangkung berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia, dan
Afrika. Di Cina, sayuran ini dikenal sebagai weng cai. Di negara Eropa, kangkung
biasa disebut swamp cabbage, water convovulus, atau water spinach. Kangkung
air dengan daun agak pendek, berujung agak tumpul, warnanya hijau kelam,
bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau putih kemerah-merahan, hidup
di tempat yang berair seperti rawa, kolam, atau sungai yang airnya tenang.
kangkung darat yang daunnya agak panjang, ujungnya meruncing, dan warnanya
hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih, tumbuh di tempat yang kering,
seperti tegalan atau sawah yang kering, jika ditanam di tempat yang berair akan
menjadi busuk.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan
pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Menurut Dr. Setiawan, kangkung
mempunyai rasa manis, tawar, sejuk. Sifat tanaman ini masuk ke dalam meridian
usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik),
antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik),
sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan.
Tanaman bernama daerah kangkueng (Sumatera), pang pung (Nusa Tenggara),
kangko (Sulawesi), utangko (Maluku) ini enak rasanya dan memiliki kandungan
gizi cukup tinggi. Selain vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein,
kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol.
Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina, memasukkan
kangkung dalam kelompok tanaman penyembuh ajaib. Dinegara itu, tanaman ini
dipakai untuk menyembuhkan sembelit dan obat bagi mereka yang sedang
melakukan diet. Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit wasir.
Manfaat lain kangkung adalah mengurangi haid , mimisan, sakit kepala, ambeien,
insomnia, sakit gigi, melancarkan air seni, sembelit, mual bagi ibu hamil, gusi
bengkak, kapalan, kulit gatal karena eksim dan digigit lipan.
Bayam
Sayuran berdaun hijau yang dalam bahasa Persia berarti tangan hijau,
merupakan salah satu sayuran terbaik. Sayuaran ini memiliki banyak manfaat
kesehatan dan nilai gizi. Setiap 100 gram bayam terkandung 2,3 gram protein; 3,2
gram karbohidrat, 3 gram besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya akan
berbagai macam vitamin dan mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin,
fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan magnesium. Selain itu, bayam juga
mengandung antioksidan esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh
terhadap berbagai penyakit.
Bayam diketahui memiliki kandungan hampir 20 persen dari kebutuhan serat
makanan untuk tubuh. Hal ini sangat baik untuk membantu pencernaan, mencegah
sembelit, mengontrol kadar gula darah, dan juga baik untuk diet. Selain itu, bayam
juga diketahui mengandung flavonoid yakni sebuah phytonutrisi dimana memiliki
anti kanker didalamnya. Bayam dikenal memiliki perlindungan untuk tubuh yang
sangat baik untuk mencegah terkena resiko kanker prostat.
Tidak hanya itu. Vitamin C dan E, betakaroten, mangan, seng dan selenium
pun terdapat dalam sayuran yang satu ini. Antioksidannya mampu mencegah
timbulnya osteoporosis, atherosclerosis dan tekanan darah tinggi. Bayam juga
memiliki kandungan yang baik untuk mata. Karena bayam mengandung
antioksidan lutein dan zeaxanthin yang mampu melindungi sel lensa manusia dari
paparan sinar UV, yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit katarak.
Vitamin A yang terkandung dalam bayam juga baik untuk kulit dan mampu
mempertahankan kelembapan. Dengan begitu, Anda pun akan mampu mencegah
munculnya jerawat, keriput, sampai mencegah terjadinya penuaan dini.
Bayam juga mengandung vitamin K yang sangat baik untuk tulang dan
mampu mencegah osteoporosis, serta mempertahankan kekuatan dan kepadatan
tulang. Vitamin K juga memiliki peran untuk kesehatan sistem saraf dan fungsi
otak. Zat besi juga merupakan salah satu keistimewaan bayam. Zat ini penting
untuk pembentukan sel darah merah agar Anda tidak kekurangan darah atau
anemia.
D. Cara Kerja
Menimbang sampel 10-20 gram yang sudah di potong kecil-kecil kedalam
Erlenmeyer 250 mL, kemudian menambahkan 100 mL aquades selama 2 jam
(maserasi)Pindahkan kedalam labu alas bulat kemudian bilas Erlenmeyer dengan
100 mL aquadesMenampung destilat dalam erlemnmeyer 250 mL sampai volume
150 mL.(Penampung destilat 20 mL AgNO3 0.02 N, 1 mL HNO 3 (p) ). Titrasi
dengan Na2S2O3 dengan indicator ferri sianida 20 mL. Lakukan titrasi blanko.
Rumus perhitungan :
Kadar asam sianida =

E. Pengamatan

Sampel
Kangkung
Bayam
Blanko

Bobot Sampel (g)
I
10.0189
10.3043

F. Perhitungan
1. Kangkung
Kadar asam sianida =
Kadar asam sianida =

Kadar asam sianida =
Kadar asam sianida =

Rata-rata =
Rata-rata =

II
10.1059
10.4131

Volume Titrasi
(ml)
I
II
1.35
1.45
1.0
1.2
1.5
2. Bayam
Kadar asam sianida =
Kadar asam sianida =

Kadar asam sianida =
Kadar asam sianida =

Rata-rata =
Rata-rata =
G. Pembahasan
Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam
bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam
sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun)
yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan
bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian
mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
HCN merupakan suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam sianida
cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu
bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengangkutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat
enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat
digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2
akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada
permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh
tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh
kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar HCN dalam sampel kangkung
dan bayam dimana diperoleh kada HCN yang sangat rendah yaitu 0.02 % untuk
sampel kangkung dan 0.08% untuk sampel bayam, hal ini berarti kangkung dan
bayam relatif aman untuk dikonsumsi karena kandungan HCN-nya yang rendah
dibandingkan dengan umbi-umbian seperti singkong.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar HCN
dalam kangkung adalah 0.02% sedangkan pada bayam kadar HCN-nya sebesar
0.08%.
PERCOBAAN II
PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penentuan bilangan peroksida
2. Untuk mengetahui bilangan peroksida dalam sampel minyak goreng
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Erlenmeyer 250 ml
b. Gelas ukur 100 ml
c. Buret
2. Bahan yang digunakan
a. Minyak goreng bekas/jelantah
b. Minyak goreng baru (merek yang sama dengan minyak jelantah)
c. Asam asetat glasial
d. Kloroform
e. KI
f. Aquades
g. Natrium tiosulfat 0,1 N
h. Indikator kanji
C. Dasar Teori
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan
dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan
kanola.
Minyak hasil produksi umumnya tidak langsung digunakan, tetapi melalui masa
penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini mengakibatkan
perubahan rasa dan bau dari minyak yang tidak disukai dan juga terjadi semacam
keracunan pada beberapa individu tertentu. Seperti halnya bahan-bahan organik yang
lain, minyak pun akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang terkenal adalah
terjadinya ketengikan pada minyak tersebut, diantara kerusakan minyak yang terjadi
ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita
rasa (Ketaren, 1986). Rasa tak enak dari minyak yang teroksidasi ini dihubungkan
dengan terbentuknya produk primer dari asam lemak tak jenuh berupa peroksida atau
hidroperoksida dan produk sekunder berupa asam lemak bebas,aldehid dan keton
(Sudarmadji, dkk.1989).
Proses oksidasi dimulai dari pembentukan peroksida dan hidroperoksida, dan
tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi
terbentuknya oleh aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Ketengikan
terbentuk oleh aldehid dan keton bukan oleh peroksida. Kenaikan bilangan peroksida
hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau
tengik(Ketaren, 1986).
Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau
sebelum terjadi proses ketengikan, ini dikenal sebagai reversion. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion terutama
dijumpai dalam lemak dipasar dan pada pemanggangan atau penggorengan dengan
menggunakan temperatur yang terlalu tinggi.
Ketengikan berbeda dengan reversion. Beberapa minyak atau lemak mudah
terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan mempunyai daya tahan terhadap
peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan flavor yang terjadi
selama reversion berbeda untuk setiap jenis minyak. Sedangkan minyak yang telah
menjadi tengik akan menghasilkan flavor yang sama untuk semua jenis minyak atau
lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi indikasi ketengikan
minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini tidak mempunyai hubungan dengan
peristiwa reversion. (Ketaren, 1986)

Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang
sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi
iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi
iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti
menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa
disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan
laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat
mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara,
sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi
penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan
cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan.
Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu
terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan
kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan
logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas
yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya
dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida
dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan
berbau tengik.
Di Indonesia standar mutu minyak goreng ditentukan melalui SNI 01-37411995 yaitu sebagai berikut :

D. Cara Kerja
Menimbang 5 gram conto, dilarutkan dalam 30 ml campuran larutan dari
asam asetat glasial dan kloroform (2:3). Tambahkan larutan KI jenuh sebanyak 2
gram sambil dikocok dan 30 ml aquades. Kemudian didiamkan di ruangan gelap
selama 30 menit. Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,1
N dengan larutan kanji/pati sebagai indikator hingga warna kuning hilang.
Blanko dibuat dengan cara yang sama.

Bilangan peroksida dihitung dengan

rumus :

Bilangan peroksida

(V 1

V 0 ) x N x 0.008

x 100%

m

Keterangan :
V1

= Volume larutan natrium tiosulfat untuk minyak (ml)

V0

= Volume larutan natrium tiosulfat untuk blanko (ml)

N

= Normalitas larutan standar natrium tiosulfat

0.008 = mg setara O2
m

= Berat minyak (gram)
E. Pengamatan
Sampel

Volume Titran (mL)

Berat Sampel (gram)
I. 5.01

I. 0.9

II. 5.05

II. 1.4

I. 5.01

I.

II. 5.07

II. 7.0

5.19

0.6

Minyak Filma

6.2

Minyak Jelanta

Blanko

F. Perhitungan
1. Minyak Filma
(0.9

0 . 6 )ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 01 g

0.3ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 01 g

Bilangan peroksida

0.0048

(1.4

% mg O 2
g

0 . 6 )ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

5 . 05 g

0.8ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mgrek

5 . 05 g

Bilangan peroksida

0.0127

mg

% mg O 2
g

x 100%

x 100%
(0.0048

0.0127)

% mg O 2
g

Rata-rata
2

Rata-rata

0.00875

% mg O 2
g

2. Minyak Jelantah
(6.2

mgrek

0 . 6 )ml x 0.1

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 01 g
5.6ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 01 g

Bilangan peroksida

% mg O 2

0.0894

(7.0

g

mgrek

0 . 6 )ml x 0.1

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 07 g

6.4ml x 0.1

mgrek

x 0.008

ml

Bilangan peroksida

mg
mgrek

x 100%

5 . 07 g

Bilangan peroksida

(0.0894

0.1009

0.1009)

% mg O 2
g

% mg O 2
g

Rata-rata
2

Rata-rata

0.09515

% mg O 2
g

G. Pembahasan
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan
metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan
titrasi iodometri.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan bilangan peroksida terhadap sampel
minyak goreng baru dan minyak goreng bekas (jelantah) yang dilakukan secara
duplo. Dari hasil perhitungan yang diperoleh minyak goreng yang dianalisa masih
layak digunakan baik minyak goreng baru maupun minyak goreng bekas karena
bilangan peroksidanya masih dibawah standar maksimum yaitu 0.00875
%mgO2/g untuk minyak goreng baru dan 0.09515 %mgO2/g untuk minyak goreng
bekas sedangkan menurut SNI 01-3741-1995 standar bilangan peroksida dalam
minyak yang bisa digunakan yaitu maksimal 1 %mgO2/g.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bilangan
peroksida untuk sampel minyak goreng baru yaitu 0.00875 %mgO2/g sedangkan
bilangan peroksida untuk minyak goreng bekas yaitu 0.09515 %mgO2/g sehingga
masih layak untuk digunakan.
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR GULA PEREDUKSI
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penentuan kadar gula pereduksi
2. Untuk mengetahui kadar gula pereduksi dalam sampel teh dan kopi
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Pipet Volume
b. Erlenmeyer
c. Labu ukur
d. Alat refluks
e. Pipet ukur
f. Buret
g. Gelas kimia
h. Pipet tetes
2. Bahan yang digunakan
a. Teh gelas
b. Kopi gelas
c. Luff School
d. Aquadest
e. H2SO4 25%
f. KI 20%
g. Indikator kanji
h. Na2S2O3 0.1 N
C. Dasar Teori
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal
ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang
mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).
Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa,
laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan pada
monosakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa.
Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.
Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan
kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan sample
gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula
reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara LuffSchoorl adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan
membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka
diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi
putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan
setelah disesuaikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya NaThiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat
sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam,
yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri
karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas
dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara
jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat
yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode
Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan
tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara
pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan
prosedur Lae-Eynon.
Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan
fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula
akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008)
laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur
tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi
yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui
pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan
untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling
mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff
Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan kandungan gula dalam sampel.
Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline
oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang
diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,39,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam
alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan
kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I)
iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya
didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat
ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah
bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi
positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi
selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode
osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus
fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl,
Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff
Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip
metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2
yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri
adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat
zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau
sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya
oksidator (Underwood, 1996).
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2.
I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya
prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses
iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya
dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan
larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang
tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan
indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Gugus hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan
fruktosa pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang
relative,karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas
atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan
sakarosa nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse
ini tidak dapat berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa
(Poedjiadi, 2007).
D. Cara Kerja
Memipet 25 ml sampel kedalam labu ukur 250 ml kemudian dihimpitkan
hingga tanda garis dengan aquadest dan dikocok hingga homogen. Memipet 25 ml
sampel yang telah diencerkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan 25
ml Luff School, dan 25 ml aquadest. Refluks selama 10 menit, kemudian
dinginkan dengan cepat. Tambahkan 25 ml H2SO4 25%, 15 ml KI 20%, dan
indicator kanji kemudian dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga berubah
warna putih susu. Lakukan titrasi blanko.
Rumus Perhitungan:
Volume Na2S2O3

(V blanko

V penitar ) x 0.097N
0.1 N

E. Pengamatan
Volume blanko

= 24. 6 ml

Volume teh gelas

= 15.4 ml

Volume kopi gelas

= 24.2 ml

F. Perhitungan
1. Kopi
Volume Na2S2O3
Volume Na2S2O3
Volume Na2S2O3
Bobot glukosa

(V blanko

V penitar ) x 0.097N
0.1 N

(24.6 - 24.2) ml x 0.097N
0.1 N
0.388 ml

= 2.4 mg + (0.388 x 2.5) mg
= 3.37 mg
3.37 mg x

25
x 100%
25000 mg

% glukosa
% glukosa

250

3.37 mg x 10

x 100%

25000 mg

% glukosa

0.13

2. Teh gelas
(24.6

Volume Na2S2O3

15 . 4 ) x 0.097N
0.1 N

Volume Na2S2O3

8.924 ml

Bobot glukosa

= 19.8 mg + (0.924 x 2.6) mg
= 22.2024 mg

22.2204 mg x

25

% glukosa
% glukosa

250
x 100%

25 g

22.2204 mg x 10

x 100%

25000 mg

% glukosa

8.89%

G. Pembahasan
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi.
Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa,
laktosa, maltosa, dan lain-lain. Monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Pada dasarnya prinsip metode analisa
yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator
kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi
dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar gula pereduksi terhadap
sampel kopi dan teh dalam kemasan gelas, dimana diperoloeh kadar gula
pereduksi yang lebih besar dalam sampel kopi yaitu 8.89% dibandingkan dengan
kadar gula pereduksi yang hanya sebesar 0.13%
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar gula
pereduksi pada kopi kemasan gelas adalah 8.89% sedangkan pada teh gelas
sebesar 0.13%
DAFTAR PUSTAKA
http://biologi-asyik.blogspot.com/2011//ubijalarkangkungparadanjarak pagar.html
http://indhpsari.blogspot.com/ “AnalisaKarbohidrat(Glukosa)MetodeLuffSchoorl”
catatan mahasiswa.htm
http://see-around-theworld.blogspot.com/2011/11/laporan- praktikum- penentuankadar-hcn.html
http://sistinurrahmah.blogspot.com/SuasanabaruPenentuanAngka-Peroksida-PadaMinyak-Goreng.htm
http://tolihgenthecomentar.blogspot.com/analisis-kualitatif-hcn.htm
http://tyqhatiktik.blogspot.com/LovelyRainAngkaPeroksida.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng
http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.phpid=1897_ManfaatBayam-Bagi-Kesehatan
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2012/02/07/715/Sembila--Khasiat-Bayam-untuk-Kesehatan

More Related Content

Similar to Laporan analisis bahan pangan

penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir dan kemangi
penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir  dan kemangipenelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir  dan kemangi
penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir dan kemangiGalih Pratama
 
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpaiAndrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpairadhiani
 
Manfaat daun tempuyung
Manfaat daun tempuyungManfaat daun tempuyung
Manfaat daun tempuyungdeoseven
 
Manfaat Lidah Buaya
Manfaat Lidah BuayaManfaat Lidah Buaya
Manfaat Lidah Buayaasaass
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...Repository Ipb
 
karya ilmiah membuat cimol
karya ilmiah membuat cimolkarya ilmiah membuat cimol
karya ilmiah membuat cimolMelati Medinah
 
Khasiat bahan alami natural remedies
Khasiat bahan alami natural remediesKhasiat bahan alami natural remedies
Khasiat bahan alami natural remediesmayogansareng
 
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014Indri Savitri
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisSulistia Rini
 
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxEkstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxfitrialavita
 
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaProposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaMuhammad sobri maulana
 

Similar to Laporan analisis bahan pangan (20)

penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir dan kemangi
penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir  dan kemangipenelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir  dan kemangi
penelitian kadar air dan kadar vitamin c dalam daun kenikir dan kemangi
 
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpaiAndrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
 
Manfaat daun tempuyung
Manfaat daun tempuyungManfaat daun tempuyung
Manfaat daun tempuyung
 
Manfaat Lidah Buaya
Manfaat Lidah BuayaManfaat Lidah Buaya
Manfaat Lidah Buaya
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
 
Khasiat daun teh
Khasiat daun tehKhasiat daun teh
Khasiat daun teh
 
PPT Acar Timun.pdf
PPT Acar Timun.pdfPPT Acar Timun.pdf
PPT Acar Timun.pdf
 
PPT Acar Timun.pdf
PPT Acar Timun.pdfPPT Acar Timun.pdf
PPT Acar Timun.pdf
 
SAP Asam Urat
SAP Asam UratSAP Asam Urat
SAP Asam Urat
 
karya ilmiah membuat cimol
karya ilmiah membuat cimolkarya ilmiah membuat cimol
karya ilmiah membuat cimol
 
(37).en.id
(37).en.id(37).en.id
(37).en.id
 
Khasiat bahan alami natural remedies
Khasiat bahan alami natural remediesKhasiat bahan alami natural remedies
Khasiat bahan alami natural remedies
 
Kir bind
Kir bindKir bind
Kir bind
 
PENGETAHUAN N-GREEN
PENGETAHUAN N-GREENPENGETAHUAN N-GREEN
PENGETAHUAN N-GREEN
 
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014
Modifikasi resep ayam santan pontianak 2014
 
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5AEkstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
Ekstraksi dna manusia dan dna pisang kel 1 kelas 5A
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusis
 
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxEkstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
 
Herbal
HerbalHerbal
Herbal
 
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaProposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
 

Laporan analisis bahan pangan

  • 1. LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN Nama Pembimbing : Muh. Saleh S.T, M.Si Nama Mahasiswa : Haerani Nim : 331 11 035 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2013
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN Mata Kuliah : Laboratorium Analisis Bahan Pangan Penyusun : Haerani/33111035 Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil laporan praktikum yang telah saya lakukan. Makassar, Desember 2013 Menyetujui : Pembimbing, ( Muhammad Saleh, S.T.,M.Si ) 196710081993031001 Penyusun, (Haerani) 331 11 039
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Namun dalam penyusunan Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini penulis menemui beberapa hambatan dan rintangan yang akhirnya bisa diatasi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini, penulis dengan berbesar hati dan tangan terbuka menerima setiap kritik dan saran yang sifatnya membangun yang berkaitan dengan makalah ini. Akhirnya, harapan penulis semoga Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya pengembangan ilmu pengetahuan. Makassar, Desember 2013 PENULIS
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR HCN A. Tujuan ................................................................................. 1 B. Alat Dan Bahan .................................................................. 1 C. Dasar Teori .......................................................................... 2 D. Cara Kerja .......................................................................... 5 E. Pengamatan ........................................................................ 5 F. Perhitungan ........................................................................ 5 G. Pembahasan ........................................................................ 6 H. Kesimpulan .......................................................................... 7 PERCOBAAN II PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA A. Tujuan ................................................................................. 8 B. Alat Dan Bahan .................................................................. 8 C. Dasar Teori .......................................................................... 8 D. Cara Kerja .......................................................................... 11 E. Pengamatan ........................................................................ 12 F. Perhitungan ....................................................................... 12 G. Pembahasan ........................................................................ 13 H. Kesimpulan .......................................................................... 14 PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR GULA PEREDUKSI A. Tujuan ................................................................................. 15 B. Alat Dan Bahan .................................................................. 15
  • 5. C. Dasar Teori .......................................................................... 15 D. Cara Kerja .......................................................................... 19 E. Pengamatan ........................................................................ 19 F. Perhitungan ........................................................................ 19 G. Pembahasan ........................................................................ 20 H. Kesimpulan ......................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
  • 6. PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR HCN A. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses penentuan kadar HCN 2. Untuk mengetahui kadar HCN dalam sampel bayam dan kangkung B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan a. Erlenmeyer b. Gelas ukur c. Labu alas bulat d. Alat destilat e. Pipet ukur f. Bulb g. Labu semprot h. Buret i. Gelas kimia j. Corong k. Pipet tetes l. Neraca analitik 2. Bahan yang digunakan a. Kangkung b. Bayam c. Aquades d. AgNO3 0.02 N, e. HNO 3 (p) f. Na2S2O3 g. Indicator ferri sianida
  • 7. C. Dasar Teori Asam sianida seperti halida hidrogen, adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat. Asam bebas HCN mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen, dimana kemungkinan asam sianida akan dilepas atau dipanaskan, harus dilakukan didalam lemari asam (Vogel, 1990). Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Asam sianida dikeluarkan dari glikosida sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan, mengalami pengirisan atau mengalami kerusakan. Senyawa glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan linamarin glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002). Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun) yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
  • 8. Kangkung Kangkung termasuk sayur yang sangat populer. Biasa dibuat tumis, cah, atau lalap. Kangkung ternyata juga berkhasiat sebagai antiracun dan bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan. Tanaman kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia, dan Afrika. Di Cina, sayuran ini dikenal sebagai weng cai. Di negara Eropa, kangkung biasa disebut swamp cabbage, water convovulus, atau water spinach. Kangkung air dengan daun agak pendek, berujung agak tumpul, warnanya hijau kelam, bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau putih kemerah-merahan, hidup di tempat yang berair seperti rawa, kolam, atau sungai yang airnya tenang. kangkung darat yang daunnya agak panjang, ujungnya meruncing, dan warnanya hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih, tumbuh di tempat yang kering, seperti tegalan atau sawah yang kering, jika ditanam di tempat yang berair akan menjadi busuk. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Menurut Dr. Setiawan, kangkung mempunyai rasa manis, tawar, sejuk. Sifat tanaman ini masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan. Tanaman bernama daerah kangkueng (Sumatera), pang pung (Nusa Tenggara), kangko (Sulawesi), utangko (Maluku) ini enak rasanya dan memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Selain vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina, memasukkan kangkung dalam kelompok tanaman penyembuh ajaib. Dinegara itu, tanaman ini dipakai untuk menyembuhkan sembelit dan obat bagi mereka yang sedang melakukan diet. Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit wasir. Manfaat lain kangkung adalah mengurangi haid , mimisan, sakit kepala, ambeien, insomnia, sakit gigi, melancarkan air seni, sembelit, mual bagi ibu hamil, gusi bengkak, kapalan, kulit gatal karena eksim dan digigit lipan.
  • 9. Bayam Sayuran berdaun hijau yang dalam bahasa Persia berarti tangan hijau, merupakan salah satu sayuran terbaik. Sayuaran ini memiliki banyak manfaat kesehatan dan nilai gizi. Setiap 100 gram bayam terkandung 2,3 gram protein; 3,2 gram karbohidrat, 3 gram besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya akan berbagai macam vitamin dan mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin, fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan magnesium. Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit. Bayam diketahui memiliki kandungan hampir 20 persen dari kebutuhan serat makanan untuk tubuh. Hal ini sangat baik untuk membantu pencernaan, mencegah sembelit, mengontrol kadar gula darah, dan juga baik untuk diet. Selain itu, bayam juga diketahui mengandung flavonoid yakni sebuah phytonutrisi dimana memiliki anti kanker didalamnya. Bayam dikenal memiliki perlindungan untuk tubuh yang sangat baik untuk mencegah terkena resiko kanker prostat. Tidak hanya itu. Vitamin C dan E, betakaroten, mangan, seng dan selenium pun terdapat dalam sayuran yang satu ini. Antioksidannya mampu mencegah timbulnya osteoporosis, atherosclerosis dan tekanan darah tinggi. Bayam juga memiliki kandungan yang baik untuk mata. Karena bayam mengandung antioksidan lutein dan zeaxanthin yang mampu melindungi sel lensa manusia dari paparan sinar UV, yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit katarak. Vitamin A yang terkandung dalam bayam juga baik untuk kulit dan mampu mempertahankan kelembapan. Dengan begitu, Anda pun akan mampu mencegah munculnya jerawat, keriput, sampai mencegah terjadinya penuaan dini. Bayam juga mengandung vitamin K yang sangat baik untuk tulang dan mampu mencegah osteoporosis, serta mempertahankan kekuatan dan kepadatan tulang. Vitamin K juga memiliki peran untuk kesehatan sistem saraf dan fungsi otak. Zat besi juga merupakan salah satu keistimewaan bayam. Zat ini penting untuk pembentukan sel darah merah agar Anda tidak kekurangan darah atau anemia.
  • 10. D. Cara Kerja Menimbang sampel 10-20 gram yang sudah di potong kecil-kecil kedalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian menambahkan 100 mL aquades selama 2 jam (maserasi)Pindahkan kedalam labu alas bulat kemudian bilas Erlenmeyer dengan 100 mL aquadesMenampung destilat dalam erlemnmeyer 250 mL sampai volume 150 mL.(Penampung destilat 20 mL AgNO3 0.02 N, 1 mL HNO 3 (p) ). Titrasi dengan Na2S2O3 dengan indicator ferri sianida 20 mL. Lakukan titrasi blanko. Rumus perhitungan : Kadar asam sianida = E. Pengamatan Sampel Kangkung Bayam Blanko Bobot Sampel (g) I 10.0189 10.3043 F. Perhitungan 1. Kangkung Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Rata-rata = Rata-rata = II 10.1059 10.4131 Volume Titrasi (ml) I II 1.35 1.45 1.0 1.2 1.5
  • 11. 2. Bayam Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Kadar asam sianida = Rata-rata = Rata-rata = G. Pembahasan Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun) yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida. HCN merupakan suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengangkutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.
  • 12. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar HCN dalam sampel kangkung dan bayam dimana diperoleh kada HCN yang sangat rendah yaitu 0.02 % untuk sampel kangkung dan 0.08% untuk sampel bayam, hal ini berarti kangkung dan bayam relatif aman untuk dikonsumsi karena kandungan HCN-nya yang rendah dibandingkan dengan umbi-umbian seperti singkong. H. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar HCN dalam kangkung adalah 0.02% sedangkan pada bayam kadar HCN-nya sebesar 0.08%.
  • 13. PERCOBAAN II PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA A. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses penentuan bilangan peroksida 2. Untuk mengetahui bilangan peroksida dalam sampel minyak goreng B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan a. Erlenmeyer 250 ml b. Gelas ukur 100 ml c. Buret 2. Bahan yang digunakan a. Minyak goreng bekas/jelantah b. Minyak goreng baru (merek yang sama dengan minyak jelantah) c. Asam asetat glasial d. Kloroform e. KI f. Aquades g. Natrium tiosulfat 0,1 N h. Indikator kanji C. Dasar Teori Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola. Minyak hasil produksi umumnya tidak langsung digunakan, tetapi melalui masa penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini mengakibatkan perubahan rasa dan bau dari minyak yang tidak disukai dan juga terjadi semacam keracunan pada beberapa individu tertentu. Seperti halnya bahan-bahan organik yang
  • 14. lain, minyak pun akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang terkenal adalah terjadinya ketengikan pada minyak tersebut, diantara kerusakan minyak yang terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa (Ketaren, 1986). Rasa tak enak dari minyak yang teroksidasi ini dihubungkan dengan terbentuknya produk primer dari asam lemak tak jenuh berupa peroksida atau hidroperoksida dan produk sekunder berupa asam lemak bebas,aldehid dan keton (Sudarmadji, dkk.1989). Proses oksidasi dimulai dari pembentukan peroksida dan hidroperoksida, dan tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi terbentuknya oleh aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Ketengikan terbentuk oleh aldehid dan keton bukan oleh peroksida. Kenaikan bilangan peroksida hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik(Ketaren, 1986). Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi proses ketengikan, ini dikenal sebagai reversion. Beberapa peneliti berpendapat bahwa hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion terutama dijumpai dalam lemak dipasar dan pada pemanggangan atau penggorengan dengan menggunakan temperatur yang terlalu tinggi. Ketengikan berbeda dengan reversion. Beberapa minyak atau lemak mudah terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan mempunyai daya tahan terhadap peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan flavor yang terjadi selama reversion berbeda untuk setiap jenis minyak. Sedangkan minyak yang telah menjadi tengik akan menghasilkan flavor yang sama untuk semua jenis minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi indikasi ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini tidak mempunyai hubungan dengan peristiwa reversion. (Ketaren, 1986) Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi
  • 15. iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri. Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah. Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru. Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik.
  • 16. Di Indonesia standar mutu minyak goreng ditentukan melalui SNI 01-37411995 yaitu sebagai berikut : D. Cara Kerja Menimbang 5 gram conto, dilarutkan dalam 30 ml campuran larutan dari asam asetat glasial dan kloroform (2:3). Tambahkan larutan KI jenuh sebanyak 2 gram sambil dikocok dan 30 ml aquades. Kemudian didiamkan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N dengan larutan kanji/pati sebagai indikator hingga warna kuning hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama. Bilangan peroksida dihitung dengan rumus : Bilangan peroksida (V 1 V 0 ) x N x 0.008 x 100% m Keterangan : V1 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk minyak (ml) V0 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk blanko (ml) N = Normalitas larutan standar natrium tiosulfat 0.008 = mg setara O2 m = Berat minyak (gram)
  • 17. E. Pengamatan Sampel Volume Titran (mL) Berat Sampel (gram) I. 5.01 I. 0.9 II. 5.05 II. 1.4 I. 5.01 I. II. 5.07 II. 7.0 5.19 0.6 Minyak Filma 6.2 Minyak Jelanta Blanko F. Perhitungan 1. Minyak Filma (0.9 0 . 6 )ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 01 g 0.3ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 01 g Bilangan peroksida 0.0048 (1.4 % mg O 2 g 0 . 6 )ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek 5 . 05 g 0.8ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mgrek 5 . 05 g Bilangan peroksida 0.0127 mg % mg O 2 g x 100% x 100%
  • 18. (0.0048 0.0127) % mg O 2 g Rata-rata 2 Rata-rata 0.00875 % mg O 2 g 2. Minyak Jelantah (6.2 mgrek 0 . 6 )ml x 0.1 x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 01 g 5.6ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 01 g Bilangan peroksida % mg O 2 0.0894 (7.0 g mgrek 0 . 6 )ml x 0.1 x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 07 g 6.4ml x 0.1 mgrek x 0.008 ml Bilangan peroksida mg mgrek x 100% 5 . 07 g Bilangan peroksida (0.0894 0.1009 0.1009) % mg O 2 g % mg O 2 g Rata-rata 2 Rata-rata 0.09515 % mg O 2 g G. Pembahasan Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
  • 19. tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri. Pada percobaan ini, dilakukan penentuan bilangan peroksida terhadap sampel minyak goreng baru dan minyak goreng bekas (jelantah) yang dilakukan secara duplo. Dari hasil perhitungan yang diperoleh minyak goreng yang dianalisa masih layak digunakan baik minyak goreng baru maupun minyak goreng bekas karena bilangan peroksidanya masih dibawah standar maksimum yaitu 0.00875 %mgO2/g untuk minyak goreng baru dan 0.09515 %mgO2/g untuk minyak goreng bekas sedangkan menurut SNI 01-3741-1995 standar bilangan peroksida dalam minyak yang bisa digunakan yaitu maksimal 1 %mgO2/g. H. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bilangan peroksida untuk sampel minyak goreng baru yaitu 0.00875 %mgO2/g sedangkan bilangan peroksida untuk minyak goreng bekas yaitu 0.09515 %mgO2/g sehingga masih layak untuk digunakan.
  • 20. PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR GULA PEREDUKSI A. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses penentuan kadar gula pereduksi 2. Untuk mengetahui kadar gula pereduksi dalam sampel teh dan kopi B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan a. Pipet Volume b. Erlenmeyer c. Labu ukur d. Alat refluks e. Pipet ukur f. Buret g. Gelas kimia h. Pipet tetes 2. Bahan yang digunakan a. Teh gelas b. Kopi gelas c. Luff School d. Aquadest e. H2SO4 25% f. KI 20% g. Indikator kanji h. Na2S2O3 0.1 N C. Dasar Teori Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
  • 21. mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya. Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara LuffSchoorl adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya NaThiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999). Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
  • 22. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon. Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5). Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,39,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005). Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode
  • 23. osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996). Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Gugus hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas
  • 24. atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak dapat berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007). D. Cara Kerja Memipet 25 ml sampel kedalam labu ukur 250 ml kemudian dihimpitkan hingga tanda garis dengan aquadest dan dikocok hingga homogen. Memipet 25 ml sampel yang telah diencerkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan 25 ml Luff School, dan 25 ml aquadest. Refluks selama 10 menit, kemudian dinginkan dengan cepat. Tambahkan 25 ml H2SO4 25%, 15 ml KI 20%, dan indicator kanji kemudian dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga berubah warna putih susu. Lakukan titrasi blanko. Rumus Perhitungan: Volume Na2S2O3 (V blanko V penitar ) x 0.097N 0.1 N E. Pengamatan Volume blanko = 24. 6 ml Volume teh gelas = 15.4 ml Volume kopi gelas = 24.2 ml F. Perhitungan 1. Kopi Volume Na2S2O3 Volume Na2S2O3 Volume Na2S2O3 Bobot glukosa (V blanko V penitar ) x 0.097N 0.1 N (24.6 - 24.2) ml x 0.097N 0.1 N 0.388 ml = 2.4 mg + (0.388 x 2.5) mg = 3.37 mg
  • 25. 3.37 mg x 25 x 100% 25000 mg % glukosa % glukosa 250 3.37 mg x 10 x 100% 25000 mg % glukosa 0.13 2. Teh gelas (24.6 Volume Na2S2O3 15 . 4 ) x 0.097N 0.1 N Volume Na2S2O3 8.924 ml Bobot glukosa = 19.8 mg + (0.924 x 2.6) mg = 22.2024 mg 22.2204 mg x 25 % glukosa % glukosa 250 x 100% 25 g 22.2204 mg x 10 x 100% 25000 mg % glukosa 8.89% G. Pembahasan Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator.
  • 26. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar gula pereduksi terhadap sampel kopi dan teh dalam kemasan gelas, dimana diperoloeh kadar gula pereduksi yang lebih besar dalam sampel kopi yaitu 8.89% dibandingkan dengan kadar gula pereduksi yang hanya sebesar 0.13% H. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar gula pereduksi pada kopi kemasan gelas adalah 8.89% sedangkan pada teh gelas sebesar 0.13%
  • 27. DAFTAR PUSTAKA http://biologi-asyik.blogspot.com/2011//ubijalarkangkungparadanjarak pagar.html http://indhpsari.blogspot.com/ “AnalisaKarbohidrat(Glukosa)MetodeLuffSchoorl” catatan mahasiswa.htm http://see-around-theworld.blogspot.com/2011/11/laporan- praktikum- penentuankadar-hcn.html http://sistinurrahmah.blogspot.com/SuasanabaruPenentuanAngka-Peroksida-PadaMinyak-Goreng.htm http://tolihgenthecomentar.blogspot.com/analisis-kualitatif-hcn.htm http://tyqhatiktik.blogspot.com/LovelyRainAngkaPeroksida.htm http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.phpid=1897_ManfaatBayam-Bagi-Kesehatan http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2012/02/07/715/Sembila--Khasiat-Bayam-untuk-Kesehatan