1. Konsep "Family based Learning & Community based Education" bertujuan membangun fasilitas belajar bagi anak-anak di lingkungan Ciliwung untuk menemukan cara belajar sesuai minat dan kebutuhan mereka.
2. Konsep ini didasarkan pada ajaran budaya Jawa "Sangkan Paraning Dumadi" dan "Memayu Hayuning Bawono" untuk membangun karakter anak melalui pembelajaran berbasis pengalaman.
3. Konsep ini diharapkan dapat mengemb
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Family based Learning & Community based Education
1. Pengembangan Konsep “Family based Learning & Community based Education”
dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Oleh : Arifah Handayani
A. Pengantar
Saat konsep memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa tertera nyata
pada pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia, maka sejatinya pendidikan adalah hak setiap
warga negara, yang idealnya disediakan oleh pemerintah. Namun ketika pemerintahan yang terbentuk
belum mampu mengakomodasi kebutuhan warga negara akan kesejahteraan umum yang cukup, demi
kesempatan memperoleh pendidikan yang layak sesuai kebutuhannya, maka selayaknya mereka yang
pernah terikat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, mau bangkit dan mengambil tanggung jawab untuk ikut
memajukan bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat. Berangkat
dari pemikiran tersebut, sebagai seorang ibu yang mengantongi gelar sarjana dari IPB, penulis terpikir
untuk membuat sebuah fasilitas belajar bagi lingkungan sekitar, yang berbasis taman bacaan dan wilayah
alam bantaran Kali Ciliwung. Tantangan tugas dari mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, untuk membuat
Gagasan Pengembangan Pendidikan, membuat penulis yakin sudah waktunya ide yang lama terpendam
digulirkan menjadi nyata. Gagasan ini oleh penulis diberinya judul „Pengembangan Konsep “Family
based Learning & Community based Education”, dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa‟.
Konsep ‘Family based Learning & Community based Education’ ini berangkat dari kegelisahan
penulis akan lingkungan bergaul anak-anaknya baik di rumah dan sekolah yang cukup heterogen, dengan
tingkat kekerasan terhadap sesama teman yang cukup tinggi, kecenderungan penyalahgunaan waktu di
warnet, dan prestasi akademik yang pas-pasan akibatnya anak-anak di lingkungan tersebut sulit terserap
di sekolah negeri di wilayah setempat. Sementara orang tua mereka tidak memiliki sumberdaya yang
cukup untuk mengakomodasi mereka mendapat pendidikan di sekolah swasta bermutu.
B. Konsep „Family based Learning & Community based Education‟
Suatu hari penulis pernah melakukan observasi dengan berkomunikasi dengan Guru-guru, orang tua
lain, dan pemuka masyarakat di lingkungan tentang situasi tersebut di pengantar, hingga sampai pada
kesimpulan sementara : sangat dibutuhkan tempat belajar bagi anak-anak di lingkungan ini untuk
menemukan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Tempat belajar ini perlu
mengembangkan konsep pendidikan yang dapat mengenalkan anak-anak ini pada makna kehidupan dan
tujuan hidup yang sejati, sehingga mereka mampu memahami arti konsep dirinya dan menemukan peran
sejati mereka di semesta. Begitulah peran Konsep „Family based Learning & Community based
Education‟ bermula.
Untuk mengakomodasi kebutuhan di atas, penulis mencoba membuat sebuah kerangka kerja awal,
yaitu : membangun visi dan misi konsep yang berlandaskan ajaran luhur budaya Jawa; kemudian
menentukan sasaran dan lokasi tempat belajar, (tertuang di Gambar 1). Sangkan Paraning Dumadi pada
Visi, adalah ajaran leluhur Jawa yang membahas tentang kesejatian eksistensi manusia yang selalu
mempertanyakan dua hal mendasar tentang kehidupan, yaitu : 1. Dari mana asal kita..? (sebelum
2. kehidupan); dan 2. Akan ke mana kita pergi...? (sesudah kematian). Memahami Sangkan Paraning Dumadi
akan menguak misteri Sejatining Urip, Sejatining Pati, dan Sejatining Panembah.
Gambar 1 . Kerangka kerja pertama.
Sementara Memayu Hayuning Bawono pada Misi, adalah ajaran leluhur Jawa yang membahas
tentang tugas manusia memperindah kehidupan di semesta. Manusia yang memahami Sangkan Paraning
Dumadi, akan mengerti bahwa sejatinya hidup manusia di semesta adalah untuk menjadikan Bumi tempat
yang lebih baik dan indah. Ajaran ini dimanifestasikan ke dalam laku kehidupan, yaitu : Sepi ing Pamrih –
bekerja tanpa pamrih, Rame ing Gawe – produktif, dan Nrimo ing Pandum – Menerima setiap tugas
dalam peran sejati, ketika setiap potensi yang tersimpan di dalam diri terpanggil untuk menunaikan bakti.
Gambar 2. Kerangka kerja kedua
Setelah kerangka kerja kedua yang meliputi SDM, konsep program, silabus, timeline dan pendanaan
selesai dibuat (tertuang di gambar 2.), maka berikutnya adalah menyusun SOP rencana pembelajaran
yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang dibuat di dalam silabus. Rencana
pembelajaran selayaknya disusun dengan memenuhi kaidah filsafat ilmu, yang meliputi : ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Baik pada konten, maupun strategi capacity building dan pemberdayaannya
melalui experential learning. Hingga peserta didik yang menjadi sasaran konsep ‘Family based Learning
& Community based Education’, mengerti tentang pentingnya menjadi manusia yang mampu
menggunakan logikanya, demi membangun hidup yang sesuai konsep etika, dan tumbuh menjadi pribadi
• Anak 7-13 tahun
• Remaja 14-21 tahun
• Dewasa >21 tahun
•Rumah Warga
•Fasilitas RT/RW
•RPTRA
•Memayu Hayuning
Bawono
•Sepi ing Pamrih, Rame
ing Gawe, Nrimo ing
Pandum
• Sangkan
Paraning
Dumadi
Visi Misi
SasaranLokasi
SDM
•Relawan
•Trainer Lokal
•Warga
Program
•Konten
•Sasaran
•Fasilitas
Silabus
•Kompetensl
•Indikator
•Tatap Muka
Timeline
•Schedule
•Action Plan
Pendanaan
•Anggaran
•Sumber Dana
Pengembangan Rencana Pembelajaran dan Evaluasi
3. yang mencontohkan bagaimana konsep estetika termanifestasikan di dalam kehidupan. Sebagaimana
keluhuran ajaran Jawa yang terkandung dalam visi dan misi konsep ini. Struktur keilmuan adalah
instrumen ilmiah yang paling akurat untuk digunakan mewujudkan konsep visi dan misi di atas. Pada
struktur keilmuan terkandung metodologi dan konten ajaran tentang eksplorasi kesejatian alam semesta,
dan tentang cara memperbaiki kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, agar menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi masyarakat dan semestanya.
Gambar 3. Kerangka kerja ketiga
C. Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari pemaparan substansi konsep Family based Learning & Community
based Education adalah sebagai berikut :
1. Konsep pendidikan tidak selamanya harus diselenggarakan secara formal, banyak anggotaaa
masyarakat yang semestinya cukup mumpuni untuk berbagi pengalaman yang bernilai pembelajaran
secara sukarela, seandainya saja ada yang berinisiatif untuk mengorganisasi.
2. Pengetahuan sejatinya adalah kumpulan dari pengalaman, dan ilmu adalah kumpulan dari
pengetahuan yang sudah teruji di dalam kehidupan. Pendidikan formal seringnya hanya melakukan upaya
transfer knowledge dari buku ke kepala peserta didik, tanpa melalui internalisasi.
3. Konsep Family based Learning & Community based Education dapat menjadi fasilitas transfer
knowledge melalui experential learning.
4 . Kebenaran manusia tidak akan pernah mutlak dan absolut sampai kapanpun, akan selalu
berkembang sesuai tatanan peradaban. Maka membangun generasi yang mampu menemukan kebenaran
mutlak diperlukan dengan berbagai cara, demi keberpihakan pada upaya membangun Indonesia yang
lebih baik.
5. Paling penting dari semua teori dalam struktur keilmuan adalah implementasinya dalam
kehidupan, demi menjadikan Bumi tempat yang lebih layak bagi kemanusiaan.
Demikian tugas Gagasan Pengembangan Konsep Pendidikan ini dibuat, atas segala pengetahuan
dan kesempatan belajar yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih dari lubuk hati.
Jakarta, 17 Desember 2017
Arifah Handayani – 9910817054
•Sangkan Paraning
Dumadi
•Memayu Hayuning
Bawono
Visi/Misi
•Life Skill
•Attitude
•Character
•Knowledge
Konten
•Kompetensi
•Indikator
•Tatap Muka
Silabus
•Strategi
•Pemberdayaan
•Experential Learning
•Evaluasi
Rencana
Pembelajaran