SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
GELIAT DAN PASANG SURUT
PILAR-PILAR KEHIDUPAN

“YAYASAN YOHANES
GABRIEL”

PERWAKILAN III KEDIRI

Editor :
A. Kasdadi
A. K. Sutrisno
Antonius Cahya P. B.
B. Eko Ismono

1
YAYASAN YOHANES GABRIEL

KANTOR PERWAKILAN III KEDIRI
Jl. Veteran 3 Tlp/Fax 0354 – 771670 Kediri – 64114

Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri.Inset : Romo Ignatius Dwidjo
Susastro, CM. (Sumber : 80 Th.Romo-Romo CM di Indonesia).

Sejarah Pendirian :
Pada bulan September 1959 Romo Ignatius Dwidjosoesastro CM mendirikan
Kantor Yayasan Yohanes Gabriel Cabang Kediri untuk mengurusi sekolah di wilayah
Kediri dan sekitarnya, yaitu Kediri, Gringging, Jombang, Nganjuk, Pare dan
Puhsarang. Dalam perkembangan selanjutnya istilah cabang berubah menjadi
perwakilan. Kata Perwakilan II, mengikuti pembagian regio Keuskupan Surabaya,
Regio II. Kantor Cabang pada tahun 1959 dahulu berada di Jl. Wilis Kediri yang
sekarang SD Frateran II. Selanjutnya pindah di Jl. Klotok 3 sekarang Jl. Veteran 3
Kediri. Berturut-turut pernah menempati ruang sebelah selatan gereja Vincentius,
Ruang Legio, Menjadi satu dengan SMAK St. Augustinus Kediri dan terakhir sampai
sekarang disebelah utara gereja satu komplek dengan Pastoran, Kantor Paroki dan
Toko buku Paroki.

Pembangunan Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri

2
Kepengurusan pada Awal dan perkembangan selanjutnya :
Pada tahun 1959–1964 yang menjadi Ketua Cabang adalah Romo
Dwidjosoesastro CM. Kepala Kantor Bapak Sudarmono. Sedang karyawannya :
Bapak FX Sukamto, Ibu Sudarmono, Bapak Afandi, Bapak Pardi, Bapak Gito
Supadmo. Pengurus tahun 1965 : Romo Hadi Sudarso Pr. Pengurus tahun 1965–1972 :
Romo Kumoro Wijoyo Pr. Tahun 1972–1985 kepengurusan pernah dijabat oleh Romo
Wartadi CM, Romo Utomo CM, Romo Aryono CM, Romo Reintjes CM, Romo S
Sunaryo CM. Tahun 1985–1993 : Dijabat oleh Romo Ponticelli CM, Romo Sumarki
CM, Romo Emilio Rossi CM, Romo A. Kurdo Irianto Pr. Tahun 1993–2000 : Romo
B. Yustisianto Pr dan pernah bersama dengan Romo Karolus Jande Pr. Tahun 2000–
2002 : Romo Harjanto Pr. Tahun 2002–2005 : Romo Albertus Haryopranoto Pr.
Tahun 2005–Sekarang : Romo B. Prima Novianto Pr. Dengan Susunan Pengurus
sebagai berikut : Ketua : Romo Drs. B. Prima Novianto Pr., Sekretaris : Drs. A.
Kasdadi, Bendahara dan Usaha Dana : Romo Drs. Petrus Katiran Pr., Kepala Bidang
Kepegawaian : Romo Drs. P. Kusnugroho Pr., Kepala Bidang Pendidikan/Kurikulum :
Rm Drs. A. Akik Purwanto Pr., Kepala Bidang Sarana dan Prasarana : Romo Drs.
Siprianus Yitno Pr., Karyawan : A.K. Sutrisno, B. Sukarti dan F.X. Sukamto. Kepala
Kantor pernah dijabat oleh : Bapak Sudarmono, Bapak Dirjo, Bapak Willem Hubertus
O. Carm. dan mulai September 2004 sampai sekarang Bapak Drs. A. Kasdadi. Bapak
F.X. Sukamto adalah karyawan sejak berdirinya kantor ini sampai sekarang. Beliaulah
yang banyak memberi informasi tentang sejarah kantor perwakilan II.
Kebijakan penting pada awal dan perkembangannya :
Masalah keuangan : Dahulu seluruh permasalahan keuangan ditangani oleh
pengurus. Berapapun kekurangannya semua “ditomboki” oleh pengurus. Penggajian di
sekolah Katolik mulai 1959–sampai awal orde baru lebih tinggi dari gaji di sekolah
negeri. Solidaritas keuangan mulai ada pada masa Pusat Yayasan dipimpin oleh
Romo Y.H. Purwoputranto Pr. Uang Gedung Sekolah sebesar 5% diserahkan ke
Kantor Perwakilan dan sebesar 10% ke Kantor Pusat. Pada masa itu pada umumnya
sekolah mengelola keuangannya sendiri-sendiri.
Pada masa kepemimpinan Romo Yustisianto Pr wilayah kerja Kantor
Perwakilan II sama dengan wilayah Regio II yang terdiri dari 8 Kornit, yaitu Kediri I
St. Vincentius, Kediri II St. Yosef, Tulungagung, Blitar Pare, Jombang, Mojokerto
dan Wlingi. Solidaritas keuangan lebih nyata, namun masih ada beberapa titik pusat
keuangan, kalau tidak salah Kediri meliputi Kediri I dan II, Pare, Jombang dan
Nganjuk. Mojokerto solidaritas se Kornit. Blitar solidaritas dengan Wlingi.
Tulungagung solidaritas se Kornit termasuk Trenggalek.
Sejak Romo Haryo Pranoto Pr menjabat sebagai Ketua Perwakilan II, masingmasing kornit berdiri secara otonom, sehingga solidaritas keuangan terbatas hanya
satu kornit. Keadaan semacam ini sungguh berat bagi kornit yang minus.
Sekolah-sekolah di Perwakilan II sebagian besar termasuk sekolah minus.
Sekolah yang surplus jumlahnya sedikit. Hal ini terlihat belum ada satu sekolahpun
pada tahun 2005 ini yang sistem penggajiannya sama dengan peraturan pemerintah
PGPS 2003 atau Peraturan Yadapen 2005. Kalau pemerintah bisa memberikan gaji ke
13, maka bagi yayasan itu tidak bisa. Kehidupan sekolah minus pada saat sekarang ini
tertolong adanya bantuan dari Panitia Dana Sekolah Minus, Gratia dan bantuan dari
pemerintah.
Hubungan dengan Gereja :
Hubungan dengan Gereja cukup erat sebab hampir setiap pengurus adalah
Kepala Paroki, paling tidak Romo yang menjabat di Regio II. Partisipasi umat dalam
mengelola sekolah merupakan kepedulian umat dan keprihatian umat terhadab
3
masalah sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel yang mengalami kesulitan.
Partisipasi umat ini pada umumnya berbentuk sebuah tim, misalnya di Mojokerto, di
Jombang ada tim ada ikatan alumni, di Kertosono, di Pare namanya Himpunan Orang
Tua Peduli Sekolah dan Ikatan Alumni, di St. Yosef P2S. Namun partisipasi ini belum
menyeluruh. Keberadaan tim peduli sekolah nampaknya tidak selalu harmonis dengan
yayasan, sehingga timbul ketidak serasian kerja. Hal ini terutama karena belum
adanya aturan main yang jelas. Oleh karena itu keberadaan tim ini sekarang tinggal
beberapa saja.
Hubungan dengan Pemerintah setempat :
Ada hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, terbukti beberapa
sekolah berstatus Subsidi yang menerima bantuan berupa tenaga, uang dan sarana
pendidikan. Bantuan tenaga berupa adanya Guru berstatus guru subsidi (sekarang
istilahnya guru DPK) sekarang ini ada juga berstatus Guru Bantu. Bantuan Keuangan
berupa OPF, DBO, BOS, PSPBMP, BKM dan Insentif Guru. Namun kebijakan
pemerintah dalam mendirikan sekolah baru, sering tidak memperhitungkan
keberadaan sekolah swasta termasuk sekolah Katolik. Hal ini terbukti banyak sekolah
swasta yang saat sekarang ini hidupnya susah, bahkan ada yang tutup.
Hubungan dengan masyarakat pendidikan swasta/negeri setempat.
Dahulu hubungan lebih erat sebab umumnya jumlah sekolah negeri dan swasta
berjumlah sedikit. Saat ini hubungan lebih berkesan “Persaingan“ dalam mencari
murid. Jumlah murid sangat sedikit tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada.
Tsunami Unas
Saat penulisan buku sejarah ini (Agustus 2005), baru saja selesai pengumuman
hasil Ujian Nasional 2004/2005. Semua SMA di Perwakilan II tak ada yang bisa lulus
100%. Sekolah SMA yang dianggap besar dan berkwalitas angka ketidak lulusan
antara 20–63 siswa. Sekolah SMA kecil dan “Tidak berkualitas“ ada 2 sekolah yang
mencolok, yaitu siswa 59 hanya lulus 1 dan siswa 103 hanya lulus 6 siswa. Dari hasil
lulusan ini nampaknya menunjukkan bahwa sekoloah-sekolah kita belum siap untuk
menyongsong penilaian yang dilakukan oleh pihak luar. Hal ini tentu harus mendapat
perhatian dari semua pihak pengelola sekolah, karena kwalitas sekolah itu baru bisa
diukur apabila evaluasinya dari pihak luar. Kalau muridnya diuji sendiri hasil
kelulusannya tinggi, itu biasa saja. Tapi kalau sekolah diuji dari pihak luar muridnya
banyak yang tidak lulus, itu artinya belum jago.
Peranan Imam / Misionaris
Tak dapat disangkal bahwa peranan Imam/Misionaris dalam tumbuh dan
berkembangnya Yayasan Yohanes Gabriel khususnya di Perwakilan II sangat besar.
Sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel adalah bagian tak terpisahkan dengan misi
dan Gereja. Hanpir dalam setiap pendirian sekolah umat terlibat bahkan seringkali
sebagai pendiri. Oleh karena itu pada saat sekarang ini perlu dirumuskan kembali
hubungan Sekolah/Yayasan dengan Gereja.
Dalam tulisan-tulisan berikut ini tidak banyak bisa menampilkan peranan
Imam/Misionaris . Hal ini disebabkan karena tidak cukup waktu untuk menggali
informasi, maupun nara sumber yang memiliki informasi ini. Seperti misalnya pada
saat kepemimpinan Romo Ponticelli dan Romo Emilio Rossi, beliau sangat besar
andilnya dalam pembangunan SMAK Nganjuk (1985). Di samping itu Romo Ponti
juga sangat berperan dalam perkembangan SMAK Tulungagung. Pada jaman Romo
Yustisianto dan Romo Harjanto, pembangunan 3 sekolah besar-besaran (Kediri, Blitar
dan Tulungagung). Ini hanya contoh kecil saja yang ditulis sambil lalu. Untuk
kekurangan ini, selayaknya kita mohon maaf kepada para misionaris dan para imam
4
yang telah berjasa namun tak dapat diabadikan dalam tulisan sederhana ini. Sangat
diharapkan para pelaku sejarah, saksi sejarah bisa menyampaikan kritik, saran dan
bahkan mungkin informasi yang lengkap kepada Pusat Yayasan Yohanes Gabriel Jl.
Dinoyo 42–44 Surabaya, agar yayasan bisa menerbitkan buku sejarah yang
berikutnya. Sejarah sangat penting sebab dari sejarah kita bisa belajar banyak,
menengok masa lalu, berkarya saat ini dan menatap masa depan.
Pada halaman-halaman berikut akan dipaparkan gambaran umum sekolahsekolah seperwakilan II Kediri yang berjumlah 47 sekolah. Bahan tulisan umumnya
bersumber dari tulisan para Kepala Sekolah dengan beberapa sumber. Editor sungguh
mengalami kesulitan untuk memadukan tulisan-tulisan itu, dirangkum dalam 2
halaman untuk tiap sekolah. Pembatasan jumlah halaman terpaksa dilakukan agar
buku sejarah seyayasan tidak terlalu tebal. Oleh karena itu penggambaran tiap sekolah
tentu tidak bisa lengkap karena terbatasnya halaman; dan ada pula sekolah yang tidak
lengkap mengirim informasi. Keterbatasan ini masih ditambah lagi dengan waktu
yang tersedia untuk mengedit hanya sekitar satu bulan saja. Editor minta maaf apabila
dalam hasil akhir ini mungkin tidak sesuai dengan maksud tulisan Kepala Sekolah.
Keterbatasan kemampuan para editor juga sangat mempengaruhi isi tulisan maupun
keindahan bahasa. Editor sangat menyadari kebodohannya. Ibaratnya hanya “Bondho
nekat“ berani menerima tugas berat ini demi kesetiaan kepada Yayasan tercinta.
Apabila diharapkan ada buku yang lebih lengkap sesuai dengan tulisan para Kepala
Sekolah, maka Perwakilan II bisa menerbitkan sendiri buku sejarahnya. Tulisantulisan itu sampai saat ini masih tersimpan lengkap di Kantor Perwakilan II. Mungkin
sekolah-sekolah yang besar bisa mensponsori biaya penerbitan itu.

I. Kornit Kediri I
Paroki St. Vincentius
Kornit Kediri I mengurus sekolah-sekolah Yayasan Yohanes Gabriel di Paroki
St. Vincentius Kediri. Saat ini (tahun 2005) dipimpin oleh Romo Drs. Petrus Katiran,
Pr mengasuh 6 sekolah. Kepala Paroki saat ini adalah Romo Drs. H.V. Sairin Pr.
Beliau tidak berkenan menjabat kepengurusan di yayasan sebab beliau sebagai Romo
Vikep. Namun perhatian beliau terhadap sekolah Katolik cukup besar. Hal ini terbukti
dalam setiap rapat vikep selalu ada acara pembicaan tentang sekolah. Di samping itu
beliau terjun sendiri untuk mencarikan dana sekolah yang minus antara lain SDK
Frateran II dan SDK Puhsarang.

TAMAN KANAK-KANAK YOHANES GABRIEL
PUHSARANG KBUPATEN KEDIRI

S

ekolah ini berdiri atas prakarsa dari Ibu Agustina Kamilah yang saat itu menjabat
sebagai kepala sekolah SDK Yohanes Gabriel Puhsarang pada tahun 1972.
Inisiatif beliau muncul karena melihat banyaknya anak pra sekolah yang bermain di
halaman SDK ketika kegiatan belajar sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar
anak-anak. Pada awalnya Taman kanak-kanak ini hanya sebagai sekolah
penampungan dengan menempati salah satu ruangan SDK Puhsarang dengan jumlah
siswa cukup banyak karena saat itu belum ada sekolah Taman Kanak-Kanak di
wilayah Puhsarang.
Pada tahun 1980 Romo Dibyo Karyono mempunyai inisiatif untuk
membuatkan gedung bagi sekolah penampungan ini. Pembuatan gedung ini
melibatkan murid-murid SDK Puhsarang dengan cara setiap pagi sebelum pelajaran
dimulai para siswa mencari batu kali. Pembangunan gedung sekolah seluas 42 m 2
yang menempati tanah SDK Puhsarang selesai pada tahun 1983 dan sekolah
menggunakan nama TK. Sekolah ini memiliki lokasi yang tidak begitu dekat dengan
jalan raya sehingga nyaman untuk proses belajar mengajar. Luas tanah 299 meter
5
persegi adalah milik Yayasan Gereja dan Amal Gereja St. Vincentius A. Paulo Kediri.
Luas bangunan 42 meter persegi. Seiring dengan berkembangnya gereja Puhsarang
yang saat ini menjadi tempat wisata rohani/ziarah yang terkenal sampai tingkat
nasional dengan nama Gua Maria Lourdes Puhsarang, maka halaman TK dan SD
Puhsarang menjadi tempat parkir kendaraan peziarah. Keadaan ini sedikit banyak
berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan anak-anak dalam belajar maupun
bermain.
Kondisi ekonomi masyarakat sekitar pada umumnya tergolong berkemampuan
menengah ke bawah. Mata pencarian pada umumnya bercocok tanam, pekerja
serabutan/buruh-buruh.
Pada tahun 1983 TK Puhsarang mengajukan ijin ke Dinas Pendidikan.
Walaupun belum ada tanggapan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tetapi para
guru tetap bersemangat dalam mengajar dan mendidik para siswa. Ijin dari Dinas
Pendidikan untuk TKK Puhsarang keluar pada tahun 1985 dengan status terdaftar dan
sekolah mulai menggunakan kurikulum yang sebenarnya.

Dengan
segala
keterbatasan
sarana yang ada murid-murid
cukup antusias mengikuti kegiatan
belajar mengajar disekolah.

Sedikit demi sedikit orang tua siswa mulai memperhatikan anak-anaknya
dengan memberikan pakaian seragam sekolah dan menyediakan alat-alat sekolah.
Pada awalnya sarana pendidikan yang dibutuhkan untuk murid dalam kegiatan belajar
didapat oleh Ibu Kamilah dengan minta bantuan dari TKK Santo Yoseph dan TKK
Santa Maria berupa mainan, buku-buku penunjang dan alat-alat keperluan untuk TK
dan juga tempat minum yang sudah tidak terpakai. Pada tahun 1990 Sr. Cecilia PK
bertugas di Wisma Hening Puhsarang. Beliau sangat peduli terhadap TK Puhsarang.
Seminggu sekali memberikan tambahan gizi berupa susu, telur, kacang hijau, mie dan
kadang-kadang nasi dengan lauk pauk. Sebulan sekali Suster Cecilia mengajak para
siswa bermain di TK Santa Maria Kediri dengan naik mobil Chevrolet angkutan khas
Puhsarang.
Dari tahun 1972–2005 ini Guru yang pernah mengajar di TK Puhsarang antara
lain Bu Ningsih, Bu Sus, Bu Yuniastuti, Bu Wit, Bu Winarsih, Bu Darsih, Bu
Duriyah, Bu Sulastri, Bu Novi, Bu Hariani dan Bu Rustin. Dari awal pendirian TKK
Yohanes Gabriel Puhsarang banyak mengalami pergantian Guru. Seringnya
pergantian Guru di TKK Puhsarang disebabkan karena rendahnya honorarium,
sehingga tidak mencukupi kebutuhan minimal sekalipun. Akibatnya apabila guru yang
bersangkutan ada pekerjaan yang lebih baik penghasilannya, mereka keluar. Dengan
melihat kondisi masyarakat sekitar yang menyekolahkan anak-anaknya di TKK
Pohsarang, amatlah sulit bagi sekolah untuk memberikan jaminan ekonomi yang baik
bagi pegawainya. Uang sekolah yang dijadikan satu-satunya sumber pemasukan
sangatlah minim, karena uang sekolah yang ditarik dari para siswa jumlahnya sedikit.
Pemasukan dari siswa 4 tahun terakhir antara 583.000–1.296.000 pertahun. Defisit
anggaran 4 tahun terakhir antara 1.925.000–4.326.500 pertahun.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah TKK ini antara lain Ibu M.M.
Yuniasti (1985-1992), Ibu Emilia Duriyah (1992-2002), Ibu V.G. Sulastri (20022003), Ibu M.M. Novita Dwi Setyowati (2003-2005) dan saat ini sekolah dipimpin
oleh Ibu Christina Hariani.

6
Siswa yang bersekolah di TKK Yohanes Gabriel berasal dari masyarakat
sekitar sekolah yang memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda namun
semua siswa sekolah ini berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah. Selain itu
masyarakat sekitar menganggap bila sekolah di sekolah Katolik harus pula beragama
Katolik sehingga mereka merasa khawatir bila di Katolikkan. Jumlah siswa 4 tahun
terakhir antara 27–35 siswa saja. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa adalah Senam
dan Menyusun Keping Geometri Juara I Tk Kecamatan Semen.
Prospek 5 tahun ke depan sekolah ini cukup berat sebab persaingan dengan TK
lain yang cukup banyak, daya tarik sekolah rendah karena kurangnya alat bermain dan
kemampuan keuangan sekolah yang sangat kecil. Harapan kedepan tentu keberadaan
sekolah ini tetap berlangsung. Untuk kelangsungan keberadaan sekolah ini maka
sekolah sekolah harus meningkatkan daya saing agar lebih menarik minat siswa,
bantuan keuangan dari yayasan dan pihak-pihak lain serta mengharapkan adanya
peningkatan sumber daya manusia dengan pelatihan-pelatihan profesionalitas guru
taman kanak-kanak.
Sumber bahan : Tulisan Kepala sekolah Christina Hariani

TKK SANTA KHATARINA
SUMBER BENTIS KABUPATEN KEDIRI

T

KK Santa Khatarina terletak di Sumberbentis desa Manyaran Kecamatan
Banyaan Kabupaten Kediri. Pendirian TK ini atas prakarsa masyarakat setempat.
Kondisi ekonomi masyarakat setempat pada umumnya miskin dengan mata pencarian
sebagai petani tanah kering. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar umumnya rendah,
kebanyakan tidak lulus SD dan sebagian lulus SD.
Sekolah ini berdiri dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik,
mempertahankan iman Katolik dan sebagai kepedulian Gereja Katolik dalam
pendidikan.
Langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah
menggali dana dari masyarakat setempat dan mengumpulkan dana dari donatur.
Hampir setiap tahun menerima seragam siswa yang berupa seragam bekas dari TK
Katolik kota Kediri. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah di
mayarakat adalah mencari guru yang layak serta menjalin hubungan dengan TK
Katolik yang lain.
Pada awalnya sekolah memiliki 2 tenaga pengajar lulusan SPG dan SMKK.
Saat ini tinggal seorang guru sebab seorang guru diangkat menjadi Guru Kontrak di
sekolah negeri. Status guru yang ada adalah guru tidak tetap dengan imbalan yang
kecil sekali. Alasan guru ini masih tetap bersedia bekerja di sekolah ini karena tidak
ada pekerjaan lain. Tak ada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan guru, karena
yayasan tidak mampu.
Siswa yang sekolah di sekolah ini berasal dari suku Jawa, sebagian beragama
Katolik dan sebagian Islam. Alasan yang mendorong siswa sekolah di sekolah ini
adalah tidak ada pilihan lain.
Sumber bahan : Tulisan Bapak Petrus Prijantosa Pamong Umat

SEKOLAH DASAR KATOLIK YOHANES GABRIEL
POHSARANG KABUPATEN KEDIRI

P

ada tahun 1931 di wilayah Desa Pohsarang dan sekitarnya belum terdapat
lembaga pendidikan setingkat SD. Melihat kondisi tersebut dua imam misionaris
dari Belanda, RM. Van Megen, CM dan RM. Wolters, CM mendirikan lembaga

7
pendidikan dengan nama sekolah “Cap Jago”. Pada awal pendirian sekolah hanya
sampai kelas tiga. Sekolah yang hanya memiliki dua ruang belajar ini terletak di
sebelah timur gereja Santa Maria Pohsarang (sekarang Plaza St. Maria) dipimpin oleh
Bapak Kusmin.
Pada tahun 1935-1942 kepemimpinan dipegang oleh Bapak Sosro lulusan
CVO (kursus guru selama 3 bulan). Pada masa kepemimpinan Bapak Sosro ini
sekolah mengalami kegoncangan besar akibat kedatangan tentara Jepang ke Indonesia.
Pada tahun 1949–1950 pada saat terjadi agresi Belanda (Cles II) proses belajar
mengalami kevakuman.
Kepala Sekolah beserta Guru
SDK Puhsarang. (Inset Kiri:
Romo J.H. Van Megen CM,
kanan : Romo J.H. Wolters
CM. Sumber : 80 Th. RomoRomo Cm di Indonesia)

Pada tahun 1943–1975 Bapak Yoseph Henrycus Slamet (Lulusan CVO)
menjadi Kepala Sekolah menggantikan Pak Sosro. Pada Tahun 1960 dibawah
pimpinan Bapak Yoseph Henrycus Slamet sekolah menambah ruang belajar menjadi
lima lokal. Pada 1962 sekolah ini mendapat kunjungan Duta Besar Vatikan. Pada
tahun 1975–1999 Kepala Sekolah dijabat oleh Ibu Kamilah seorang lulusan SPG dan
berstatus guru negeri DPK. Tahun 1983 atas prakarsa Romo S. Sunaryo CM lokasi
sekolah di pindahkan ke lokasi yang sekarang. Kemudian pada kepemimpinan Ibu
Agustina Kamilah ruang belajar ditambah menjadi enam lokal hingga sekarang. Tahun
1999–2005 Kepala Sekolah Ibu M.M. Kasri Evayanti seorang lulusan STKIP Widya
Yuwana Madiun dengan status GTT.
Saat ini sekolah yang memiliki luas tanah 21.100 m2 dengan luas bangunan
keseluruhan 658,5 m2 . Status tanah milik Yayasan Gereja dan Amal St Vincentius
Kediri. Data siswa lima tahun terakhir antara 100–85 siswa (saat ini 92). Data
keuangan 5 tahun terakhir pemasukan antara 1.920.000–3.618.000 dengan defisit
antara 15.364.708–31.277.988 pertahun. Jumlah pengajar saat ini sebanyak 10 orang.
Pada awal berdirinya sekolah tenaga pendidik adalah tokoh umat yang dikursuskan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memantapkan posisi sekolah
dimasyarakat antara lain guru-guru bekerja keras untuk meningkatkan prestasi siswa.
Hasilnya juara I siswa berprestasi dan masuk 10 besar tingkat kecamatan. Usaha lain
adalah berpartisipasi dalam gugus sekolah, selalu terlibat dalam penyusunan soal
ulangan, mengadakan sosialisasi pendidikan kepada orang tua murid dengan nara
sumber Camat dan Kepala Dinas Pendidikan, memelihara kebersihan lingkungan dan
hasilnya setiap kali UAS selalu ditempatkan di sekolah ini sayang setelah tempat
ziarah menjadi besar belakang sekolah dijadikan tempat pembuangan sampah,
mengadakan kebersamaan warga sekolah dan meningkatkan spiritualitas misalnya
dengan novena.
Alasan utama guru tetap bersedia mengajar di sekolah ini walaupun gajinya
kecil adalah untuk mengabdi. Hal ini dibuktikan dengan semangat mengajar yang
tinggi termasuk para guru yang masih muda. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
dengan meminta dana dari para donatur, stasi, insentif dari pemerintah dan koperasi.
Para guru terlibat aktif dalam gereja, menjadi pengurus lingkungan, anggota koor, dll.
Dimasyarakat terlibat di RT dan RW, menjadi anggota KPPS dll.
8
Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah iman dan mutu untuk siswa
beragama Katolik dan Kristen. Sedangkan yang beragama Islam adalah mutu dan
kedekatan dengan rumah. Siswa beragama Islam lebih dari separuh jumlah siswa.
Hubungan dengan orang tua siswa harmonis, selalu datang bila diundang oleh sekolah.
Jumlah siswa sekolah ini menurun drastis setelah ada pembangunan SD Negeri, SD
Negeri Pohsarang I pada tahun 1978 dan SDN Pohsarang II pada tahun 1985, dan
1996 MI yang berjarak +500 m, dari SDK menyebabkan banyak masyarakat sekitar
yang menyekolahkan putra dan putrinya ke SDN, karena SDN bebas uang sekolah.
Pola pembelajaran diusahakan menjalin hubungan yang baik, menggembirakan
dengan siswa. Umpan balik berupa nilai-nilai ulangan segera disampaikan kepada para
siswa. Secara jujur diakui ada juga “Katrol“ nilai walaupun untuk anak-anak tertentu
yang lemah.
Meskipun dalam kondisi yang kekurangan sekolah yang saat ini dipimpin oleh Ibu
M.M. Kasri Evayanti masih dapat menorehkan beberapa prestasi dalam bidang
akademik maupun non akademik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten, prestasi
yang pernah diraih sekolah diantaranya :
1. Sepuluh besar NEM tingkat Kecamatan pada tahun 2001, 2002, 2003 dan
tahun 2004.
2. Sepuluh besar dalam lomba siswa berprestasi di tingkat Kabupaten pada tahun
2003.
3. Juara III kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2003.
4. Juara I Kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2004.
Prestasi yang diraih oleh siswa di sekolah ini kebanyakan hanya di tingkat
Kecamatan belum bisa mendapatkan prestasi di tingkat yang lebih tinggi karena
keterbatasan sekolah dalam menyediakan sarana maupun prasarana penunjang
pendidikan maupun dari siswanya yang mayoritas dari ekonomi lemah.
Selain prestasi tersebut diatas sekolah juga ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan gereja dan kegiatan yang diadakan masyarakat sekitar dengan demikian
hubungan sekolah dengan pihak di lingkungan sekitar sekolah terjalin baik. Walaupun
nampaknya kalah dengan SD Negeri, sekolah ini tetap ingin eksis di masa yang akan
datang.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M. Kasri Evayanti

SDK FRATERAN II
KOTA KEDIRI

B

erdiri pada tahun 1948 dengan status disamakan sebagai pecahan dari Frateran I.
SDK Frateran II berdiri atas prakarsa dari Romo Hadi Sudarso yang dibantu oleh
para Frater BHK. Semangat mendirikan sekolah ini adalah untuk menghadirkan
kekatolikan, kebangsaan dan kepedulian sosial.
Sekolah ini dibangun diatas
tanah seluas 1.275 m2 dan luas
bangunan 775 m2. Dengan
kondisi tanah dan bangunan
sekolah yang kecil sangatlah
sulit untuk mengembangkan
sekolah
ini,
meskipun
sebenarnya lokasi tempat SDK
Frateran II ini strategis karena
terletak di pinggir jalan raya.
Dan sekolah hanya memiliki fasilitas tambahan berupa perpustakaan dengan
luas 35 m2 dan ruang UKS dengan luas 6 m2. Fasilitas yang lain seperti lapangan

9
olahraga dan laboratorium tidak mungkin untuk disediakan oleh sekolah karena
keterbatasan lahan yang dimiliki oleh sekolah
Pada awal pendiriannya SDK Frateran II dipimpin oleh Ibu St. Djoeminah
Surjodimedjo dan berturut-turut yang menggantikan beliau adalah Ibu Dominica
Suwartini (1965-1967), Bapak Markus Soetoyo (1967-2003) dan sekarang dipimpin
oleh Ibu Maria Hary Purwiyanti.
Lokasi yang strategis SDK Frateran II tidak dapat menjamin sekolah dalam
perolehan siswa dan selama lima tahun terakhir jumlah siswa yang bersekolah di SDK
Frateran II ini terus menerus mengalami penurunan dari jumlah 155-118. Hal ini
disebabkan karena sekolah terletak berdekatan dengan tiga SD Negeri dan satu SD
Swasta. Masyarakat di sekitar sekolah masih lebih memilih memasukkan putraputrinya untuk bersekolah di SD Negeri yang bebas uang sekolah. Saat ini jumlah
siswa yang mengenyam Pendidikan di sekolah ini keseluruhan berjumlah 146 siswa,
jumlah ini lebih tinggi daripada 2 tahun sebelumnya. Sampai saat ini siswa yang
bersekolah di SDK mayoritas berasal dari suku Jawa dengan latar belakang agama
yang berbeda-beda. Motivasi sekolah di sekolah ini adalah kedisiplinan, menjadi
pintar dan menjadi terampil. Pola belajar siswa umumnya baik, punya kemauan untuk
maju dan bahkan bersaing prestasi agar di terima di SMP yang berkwalitas. Kerjasama
dengan orang tua sangat baik, mereka ikut membantu melengkapi sarana sekolah.
Hubungan dengan alumni baik, mereka pada umumnya masih menyekolahkan putraputri bahkan cucunya di sekolah ini.
Guru tetap dari yayasan yang mengabdi di SDK Frateran II ini berjumlah
empat orang, sedangkan guru tidak tetapnya berjumlah tiga orang. Minimnya jumlah
guru yang mengajar menyebabkan satu guru dituntut harus dapat menguasai banyak
materi pelajaran. Guru yangmengajar di sekolah ini berlatar belakang pendidikan dari
SGB, SPG, D2 dan Sarjana kependidikan
Siswa yang bersekolah di SDK Frateran II kebanyakan dari keluarga yang
kurang mampu, sehingga uang sekolah yang jadi sumber pemasukan satu-satunya di
sekolah ini sangatlah tidak menunjang. Selama lima tahun terakhir sekolah mengalami
minus keuangan dimana pemasukan yang diterima sekolah dari uang sekolah lebih
kecil jumlahnya dari pengeluaran sekolah untuk operasional rutin sekolah maupun
untuk pembangunan. Minus keuangan sekolah tiap tahunnya antara 3-16 juta. Untuk
menunjang kesejahteraan guru dan pegawai lainnya sekolah mengadakan koperasi
sekolah dan kedai mini.
Dalam kondisi yang kekurangan SDK Frateran II masih dapat menorehkan
beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh siswa-siswanya, antara lain pada tahun 1995
meraih juara 3 Pelajar Teladan Putri tingkat Kodya; tahun 1996 Juara 3 Lomba
Matematika tingkat Kodya; tahun 1998 masuk 10 Besar Lomba Mata Pelajaran IPA
tingkat Propinsi; tahun 2002 Juara 1 Lomba Nyanyi TVRI, Juara 2 Seni Musik tingkat
Kodya, Juara Harapan 1 Lomba Nyanyi tingkat Propinsi.
Sebagai bagian dari Gereja sekolah tidak lupa menjalin hubungan dengan
melibatkan diri mengajar BIAK (Bina Iman Anak Katolik) selain itu setiap bulan
mengadakan Misa Sekolah di gereja. Selain membina hubungan dengan gereja
sekolah juga membina hubungan dengan masyarakat.
Sampai saat ini sekolah masih dapat bertahan untuk eksis dengan bantuan dari
yayasan dan para donatur. Selain itu untuk menghadapi persaingan dengan sekolah
lain di masa yang akan datang, sekolah membutuhkan banyak sekali bantuan dalam
hal SDM yang berkualitas, fasilitas pendidikan komputer, perbaikan lingkungan, dan
perluasan sekolah.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Maria Hary Purwiyanti dan Nara
Sumber Bapak Markus Soetoyo

SMPK DON BOSCO
GROGOL KABUPATEN KEDIRI
10
S

MPK Don Bosco Gringging berdiri pada tahun 1954 ini adalah usaha
keuskupan/paroki St Vincentius, sehingga para pastor paroki banyak ambil peran.
Pastor yang berperan antara lain Romo Boonekamp, CM., Pastur Janssen, CM., Pastur
Soenaryo, CM, Romo Kumoro Pr, Romo Wartadi.. Dalam perkembangan selanjutnya
baru diasuh oleh Yayasan Yohanes Gabriel. Pada awal pendiriannya sekolah ini
didirikan untuk menolong anak-anak Katolik. Sekolah ini merupakan SMP yang
pertama di wilayah Kecamatan Grogol, sekolah yang setara pada waktu itu hanya
terdapat di wilayah Kotamadya Kediri. Pendirian sekolah ini mendapat respon yang
baik, terbukti dengan banyaknya siswa yang mendaftar yang tidak hanya berasal dari
Wilayah Grogol melainkan juga dari Nganjuk. SMPK Don Bosco dibangun diatas
lahan seluas 7.500 m2 dengan luas bangunan 1.014 m2 dan memiliki fasilitas
penunjang yang lengkap diantaranya perpustakaan, ruang praktek, laboratorium dan
ruang UKS. Tanah milik Yayasan Yohanes Gabriel.
Pada awal pendiriannya SMPK Don Bosco dipimpin oleh Bapak Drs. Soejoko
dan berturut-turut yang menggantikan beliau Bapak P.U. Hadi Susilo (1959-1979),
Bapak R.Y. Suranto (1979-1987), Bapak F.X. Sutopo (1987-2002) dan saat ini
sekolah dipimpin oleh Bapak A. Samiran K.A.
Pada awalnya para guru adalah lulusan SGA yang ada di masyarakat Grogol,
kemudian di datangkan lulusan B1 dari PTPG Yogyakarta. Kebanyakan adalah guru
tetap yayasan. Pada saat sekarang ini telah banyak yang beralih status menjadi guru
negeri DPK. Hal ini terjadi pada saat yayasan mulai mengalami kesulitan dana.
Kegiatan pembelajaran mengacu pada kurikulum nasional. Input siswa yang
berkemampuan rendah menyebabkan sekolah ini juga terkena arus “penyesuaian“
dalam penilaian. Kegiatan ekstrakurikuler yang masih bisa diselenggarakan adalah
pramuka dan PMR. Dahulu pernah diselenggarakan pelajaran komputer.

SMPK Don Bosco Grogol (Inset : Kiri Romo Boonekamp CM, Kanan : Romo P. Janssen. Sumber :
80 Th. Romo-Romo CM di Indonesia)

Pada awalnya sekolah ini mulai dengan 12 orang siswa, selanjutnya
berkembang terus sampai pernah mengalami masa jaya dengan siswa 11 kelas. Namun
setelah pemerintah mendirikan SMP Negeri, jumlah peminat yang mendaftar ke
SMPK Don Bosco berkurang. Data 5 tahun terakhir dari 218 siswa berangsur turun
sampai 82 siswa. Apalagi SMP Negeri tidak memungut uang sekolah. Hal ini jelasjelas membuat SMPK terpuruk, ditunjang lagi dengan kondisi masyarakat di wilayah
Grogol yang kebanyakan adalah keluarga pra sejahtera yang menggantungkan
hidupnya dengan bercocok tanam. Selain itu masyarakat juga masih menganggap
bahwa sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta.
Uang sekolah yang menjadi sumber pendapatan dari sekolah tidak bisa
digunakan untuk menutup seluruh biaya gaji dan biaya operasional sekolah yang
tinggi. Setiap tahunnya sekolah mengalami minus keuangan 11-19 juta. Selain itu
11
sekolah juga tidak bisa melakukan pengembangan sekolah baik untuk sarana maupun
prasarana agar lebih lengkap dikarenakan tidak adanya dana yang dapat dialokasikan
untuk pembangunan.
SMPK Don Bosco dilayani oleh 11 guru terdiri dari 6 guru negeri yang
diperbantukan dan 5 guru tidak tetap dari yayasan. Selain itu juga terdapat 5 pegawai
untuk masalah administrasi dan kebersihan sekolah. Pengabdian para guru dan semua
pegawai di sekolah ini sungguh besar apalagi dengan kesejahteraan yang mereka
dapatkan dari sekolah tidak memadai mereka tetap melakukannya dengan tulus.
Sekolah Don Bosco mempunyai hubungan yang baik dengan gereja, pastur
sering mengunjungi sekolah. Sekolah/siswa menjadi penghubung antara Dewan (stasi)
dengan lingkungan/stasi di Grogol yang terpencar-pencar. Saat ini sekolah kesulitan
dalam melakukan tugas Gereja sebagai penghubung Gereja dengan stasi dikarenakan
jumlah siswa Katolik yang berasal dari stasi yang bersekolah di SMPK Don Bosco
sangat sedikit, tidak lebih dari 10 persen dari jumlah keseluruhan siswa. Selain
menjalin hubungan dengan Gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan
masyarakat sekitar dalam menciptakan ketertiban dan keamanan sekolah di
lingkungan masayarakat Grogol.
Hingga saat ini sekolah masih dapat dipertahankan dengan bantuan dari
yayasan maupun dari pemerintah dan donatur untuk menutup biaya operasional
sekolah. Bantuan dari pemerintah yang diterima sekolah melaui GNOTA, BKM dan
PSBMP.
Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, namun tetap ingin eksis. Dengan
demikian sekolah harus meningkatkan daya tarik. Sekolah mengharapkan keluarga
Katolik mau memasukkan anaknya di sekolah ini. Perlu adanya guru-guru baru yang
muda dan berkwalitas dan berstatus tetap. Hambatan untuk eksis adalah keterbatasan
SDM dan sikap umat yang “negeri minded”. Hambatan dari luar adalah banyaknya
sekolah negeri, ketakutan untuk dikatolikkan dan ada banyak sikap siswa yang takut
dengan disiplin.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak A. Samiran K.A.

SMAK St. AUGUSTINUS
KOTA KEDIRI

S

MAK St. Augustinus yang berlokasi di jalan Veteran 3, termasuk kota Kediri
bagian barat, dekat perumahan elit Candra Kirana dan Mojoroto Indah, berdiri
pada tahun 1954. Dahulu menjadi satu dengan SDK dan SMPK. Sekarang SDK dan
SMPK pindah ke Jl. J.A. Suprapto (SD Frateran II dan SMP Mardi Wiyata). Posisi
SMAK St Augustinus sangat strategis mudah dijangkau angkutan umum dan dekat
dengan pemukiman penduduk.
Lokasi tempat berdirinya SMAK St. Augustinus merupakan lokasi yang
memang diperuntukkan bagi pendidikan, dilokasi ini juga terdapat sekolah-sekolah
lain, diantaranya SMUN 1, SMKN 2, SMUN 2, SMKN 2, SLTPN 8, SMU
Muhammadiyah, SMUN 7 dan SLTPN 8. Selain itu sekolah terletak dekat dengan
lingkungan masyarakat dengan mayoritas penghuninya berpendidikan tinggi dan
menengah, hal ini tampak dari banyaknya kepala keluarga yang bekerja pada lembaga
ataupun perusahaan baik swasta maupun negeri. Dengan luas tanah 24.600 m 2 dan
luas bangunan keseluruhan 7.288 m2 menjadikan sekolah ini dapat diperhitungkan
dalam persaingan dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kodya
Kediri. Kondisi masyarakat sekitar sosial ekonominya bervariasi dari yang rendah
sampai yang tinggi. Kondisi sosial religius sekitar sekolah adalah Gereja, masjid dan
Pondok besar (Lirboyo).
SMAK St. Augustinus didirikan dengan Visi “Terwujudnya sumber daya
manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Cakap, Berbudi
pekerti yang luhur, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, menjunjung tinggi
12
harkat, martabat dan derajat manusia berdasarkan Hukum Cinta Kasih”, Misi yang
diemban sekolah adalah Penerapan dan pengembangan ketrampilan tentang IPTEK;
Pengeimplementasian intelegensi sosial, melalui berbagai macam kegiatan sekolah;
Pembinaan watak dan budi pekerti yang luhur; Penanaman rasa tanggung jawab,
disiplin terhadap diri sendiri dan sesama; Pertumbuhan rasa penghargaan terhadap
harkat, martabat dan derajat diri sendiri dan sesama.
SMAK St. Augustinus juga menyediakan fasilitas penunjang pendidikan untuk
para siswa, antara lain laboratorium Fisika, Kimia, Biologi dan Komputer masih
ditambah lagi dengan ruang media yang berfungsi untuk pendidikan bahasa Inggris
dan untuk pelajaran lain yang menggunakan media Film, selain itu juga memiliki
lapangan olah raga dan kebun.
Kepala sekolah yang pertama memimpin SMAK St. Augustinus 1954-1956
adalah Bapak Bardji. Tahun 1956–1973 Bapak R. Suyoso, kemudian berturut-turut
menggantikan adalah Bapak Djabar T.S. (1972-1991), Bapak Drs. A. Kasdadi (19912004) dan sekarang jabatan Kepala Sekolah dipegang oleh Bapak Drs. A. B. Setyo
Widodo.
Dengan fasilitas sekolah yang memadai SMAK St. Augustinus masih dapat
menarik minat siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU. Data 5
tahun terakhir jumlah siswa 1096–1174. Selain fasilitas yang menunjang SMAK
memiliki 48 pegawai yang terdiri dari 37 guru dan 11 staf. Dari 37 guru yang ada 20
diantaranya adalah guru tetap yayasan dan juga terdapat 3 guru yang berstatus
pegawai negeri yang diperbantukan. Semua pegawai baik guru maupun staf yang
mengabdi di SMAK St. Augustinus mendapatkan jaminan ekonomi yang baik, hal ini
disebabkan dari banyaknya penerimaan sekolah dari uang sekolah maupun dari uang
yang dibayarkan siswa pada waktu mendaftar sekolah dan kebanyakan siswa yang
mendaftar berasal dari kalangan menengah atas, sehingga tidak ada kesulitan dalam
pembayaran uang untuk sekolah yang termasuk tinggi untuk rata-rata uang masuk
sekolah dan uang sekolah untuk sekolah yang setingkat di Kota Kediri. Data 5 tahun
terakhir pemasukan uang sekolah 491.539.750–849.421.000 dengan saldo plus antara
91.011.600–31.986.200. Selain mendapatkan tunjangan ekonomi yang layak para
pegawai maupun guru yang ada disekolah ini juga diberikan fasilitas diantaranya
komputer yang digunakan untuk “entry data” siswa maupun untuk membuat naskah
ulangan.
Sumber pemasukan sekolah yang digunakan untuk keperluan biaya gaji,
operasional sekolah dan biaya pembangunan berasal hanya dari siswa. Dan hingga
saat ini sekolah tidak pernah kekurangan/minus untuk menutup biaya-biaya sekolah,
bahkan sekolah selalu membukukan saldo setiap tutup tahun. Jumlah siswa yang
masuk ke sekolah ini stabil setiap tahunnya dan jumlahnya tergolong besar. Pada
setiap penerimaan siswa baru, jumlah siswa yang masuk berjumlah 400an siswa. Saat
ini jumlah siswa keseluruhan yang ada disekolah ini berjumlah lebih dari 1.100 siswa
dengan latar belakang agama, suku yang berbeda-beda dan mayoritas berasal dari
kalangan ekonomi menengah atas.
Dengan fasilitas yang lengkap dan ditunjang oleh kualitas guru yang baik, serta
kedisiplinan yang diterapkan di sekolah siswa di SMAK St. Augustinus telah
menorehkan beberapa prestasi akademik maupun non-akademik diantaranya tahun
2000/2001 Peringkat 3 NEM Ebtanas, Masuk tingkat Nasional dalam Olimpiade
Biologi, Juara Harapan 1 Speaking Contest se-Jawa; tahun 2003 Juara 2 Lomba
Basket tingkat Kodya Kediri, tahun 2004 Juara 1 Lomba Basket tingkat Kodya Kediri.
Sebagai suatu sekolah swasta dengan latar belakang Katolik, sekolah juga
menjalin hubungan dengan Gereja diantaranya dengan menjadi petugas Misa Gereja
baik pada Hari Minggu biasa maupun pada perayaan Hari Besar umat Katolik. Selain
itu sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
yang diadakan pemerintah Kotamadya Kediri maupun kegiatan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Prospek 5 tahun ke depan persaingan adalah dengan perkembangan SMA
Negeri sehingga SMAK pun harus terus mengembangkan diri. Yang menjadi daya
tarik antara lain adalah kualitas, sarana dan prasarana sekolah dan disiplin. Masih
13
diperlukan tambahan tenaga Tata Usaha. Loyalitas SDM harus tinggi kepada sekolah
dan kwalitas SDM harus meningkat ke S2. Hambatan dari dalam adalah kurangnya
semangat pelayanan yang tulus, sarana pembelajaran yang kurang dan gaji karyawan
yang masih belum sebanding dengan kondisi luar. Hambatan utama dari luar adalah
sikap masyarakat yang masih mengutamakan sekolah negeri.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Drs. A. B. Setyo Widodo.

SMA KATOLIK DON BOSCO
GROGOL KABUPATEN KEDIRI

S

MAK Don Bosco berdiri pada 1 Juli 1980 atas ide beberapa orang potensial
dalam pendidikan dibantu guru-guru dari SMPK Don Bosco. Orang-orang itu
adalah Bp. Darso, Bp. Wahyono, Bp. Dalno Budiman, Bp. Darsono, Bp. Suranto, Bp.
Sutopo dan Bp. Samiran. Usaha ini direstui oleh Yayasan baik di tingkat pusat
maupun perwakilan. Motifasi untuk mendirikan sekolah lanjutan atas ini karena
belum adan sekolah lanjutan atas maupun yang setara didaerah Gringging.
Perkiraannya hal ini adalah “Ladang yang hijau“.
Pada awal pendiriannya siswa yang mendaftar ke sekolah ini sangat banyak
bahkan satu kelas bisa diisi lebih dari 50 siswa, dengan sarana dan prasarana yang
digunakan masih menggunakan milik SLTPK Don Bosco. Dan pada tahun-tahun
selanjutnya satu kelas berisikan rata-rata 40 siswa. Namun setelah tiga tahun sekolah
ini berdiri, pemerintah mulai mendirikan SMA Negeri di Grogol, “Dewa maut“ mulai
tiba dan jumlah murid berkurang dan semakin berkurang. Dalam kondisi seperti ini
sekolah masih berusaha untuk bertahan dengan jumlah murid kira-kira 30an siswa.

SMAK Don Bosco Grogol Kabupaten Kediri

Tenaga pengajar banyak diambilkan dari SMAK St. Augustinus Kediri dan
tokoh-tokoh sarjana yang ada di Grogol. Kepala Sekolah adalah Bapak Dalno
Budiman. Para guru SMP Don Bosco banyak berpromosi ke masyarakat agar sekolah
di SMAK. Para pengajar maupun pegawai yang bertugas di SMAK Don Bosco yang
kebanyakan dari SMAK Augustinus Kediri dan relasi Kepala Sekolah mendapatkan
tunjangan kesejahteraan yang kecil. Motivasi mereka adalah diajak kerja sama (kerja
bakti) untuk menghidupkan sekolah ini. Pemasukan uang sekolah yang didapatkan
jumlahnya sangat sedikit. Untuk biaya operasional mengandalkan bantuan dari
Yayasan Perwakilan yang notabene “miskin“. Untuk penghematan sekolah berusaha
mencari tenaga guru yang dekat dengan lokasi sekolah, sedangkan guru dari luar
banyak dikurangi. Pada saat itu sekolah belum memikirkan hubungannya dengan
gereja walaupun keberadaannya sudah diakui oleh umat.

14
Tiga tahun setelah berdirinya SMAK Don Bosco berdiri SMA Negeri yang
berakibat jumlah siswa yang masuk ke SMA Katolik menjadi berkurang. Hal ini
disebabkan kondisi masyarakat di wilayah Grogol yang kebanyakan dari kalangan
menegah bawah sehingga mereka lebih memilih bersekolah di SMA negeri karena
biaya untuk sekolah di SMA Negeri lebih murah bila dibandingkan dengan bersekolah
di SMA Katolik.
Pada awal pendiriannya sekolah begitu aktif dan telah menghasilkan prestasi
yang bagus terutama dalam bidang teater, hal ini tampak dari beberapa siswa yang
sering diminta bantuan untuk melatih teater diluar sekolah.
Sebagai sebab utama penutupan sekolah ini adalah kecilnya jumlah siswa yang
masuk, yang berakibat kecilnya pemasukan keuangan tidak sebanding dengan jumlah
biaya operasional sekolah. Tanpa menyalahkan sikap Kepala Sekolah dan Yayasan
yang pada waktu itu sama-sama kerasnya, dengan spontan tercetus “Ditutup ya
sudah”. Pernyataan ini dipegang teguh oleh Kepala Sekolah dan tersebar keluar.
Walaupun saat terakhir masih menerima siswa kelas satu sebanyak 14 orang pada
tahun 1997 SMAK Don Bosco Grogol ditutup. Siswa yang terlanjur diterima
diarahkan ke sekolah lain. Untuk menuntaskan siswa kelas II dan kelas III, Kepala
Sekolah diganti oleh seorang putri yang sejak awal membina di SMA ditunjuk oleh
Sie Pendidikan Wilayah.
Sekilas sejarah ini didapat dari Bapak A. Samiran K.A., beliau adalah Kepala
Sekolah SMPK Don Bosco Grogol.

II. Kornit Kediri 2
Paroki St. Yoseph
Kornit Kediri 2 yang saat ini (2005) pimpinan dijabat oleh Romo Drs. Markus
Marcelinus Hardo Iswanto CM. (Romo Kepala Paroki St Yosef) mengasuh 3 sekolah.
Pimpinan yang lama Romo Drs. Eko Nurbandrio, CM. pindah tugas ke seminari.
Dahulu ada 4 sekolah, namun satu sekolah SMPK St Yosef telah tutup/ditutup.

TKK SANTO YOSEPH I
KOTA KEDIRI

T

KK Santo Yoseph I didirikan pada tahun 1974 oleh Romo Van Mensvoort CM
dengan dibantu oleh anggota Dewan Paroki diantaranya Bapak Boedi
Pimandoyo, Bapak Soeparlan, Bapak Safiyoso, Bapak Soedjarwo. Sekolah ini
didirikan diatas tanah milik yayasan Santo Vincentius Surabaya yang merupakan
bekas seminari seluas 6.720 m2 dengan 5 lokal ruang kelas untuk proses belajar
mengajar. Sekolah ini beralamat di Jl. Hasanudin 39 Kediri atau letaknya di
Kecamatan Kota Paroki Santo Yoseph. Status tanah adalah milik Yayasan St.
Vincentius Surabaya. TK Santo Yoseph ini didirikan setelah sebelumnya didirikan
SDK Santo Yoseph pada tahun 1973 dengan proses sangat cepat. TKK St. Yoseph ini
didirikan dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik di wilayah Paroki
Santo Yoseph yang masih terbilang sebagai Paroki baru, menampung putra-putri umat
yang tidak bersekolah di TKK. Santa Maria.
Pada awal pendiriannya TKK dipimpin oleh Ibu Theresia Koestiyah yang
pernah mengajar TK di Jakarta dan mempunyai dasar pendidikan dari SGTK dan
dibantu oleh seorang guru Ibu M.M.C. Lilik Susmiana. Alasan utama yang mendorong
guru untuk bekerja di sekolah ini adalah mengetrapkan ilmu yang didapat dan ikut

15
bekerja sebagai pelayan gereja. Selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh Ibu M.M.C.
Lilik Susmiana dari tahun 1994 hingga sekarang.
Siswa yang masuk ke TKK St. Yoseph pada mulanya hanya berjumlah 17 anak
dan kesemuanya warga Tionghoa yang masih berkewarganegaraan asing. Siswa yang
masuk ke sekolah ini stabil antara 85-95 anak, pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah
siswa yang masuk mengalami peningkatan hingga mencapai 130 anak. Namun
demikian jumlah ini belum bisa menyamai jumlah yang pernah dicapai sekolah pada
tahun 1987 yang berjumlah 300 anak sehingga sekolah dipecah menjadi dua lembaga
yaitu TKK St. Yoseph I dan TKK St. Yoseph II.
Hubungan yang baik antara sekolah dengan pihak Gereja Paroki Santo Yoseph
berdampak positif terhadap sekolah diantaranya dengan semakin meningkatnya
jumlah siswa yang masuk ke TKK Santo Yoseph. Selain itu letak sekolah yang berada
dekat dengan daerah pertokoan yang kebanyakan beragama Katolik maupun Kristen
juga memberikan dampak positif dalam penerimaan siswa.
Sejak berdirinya hingga sekarang TKK Santo Yoseph baru pernah memiliki
satu guru tetap yayasan, yaitu Ibu Theresia Koestiyah. Sampai sekarang hanya ada
satu pegawai “tetap“ guru negeri DPK yaitu Kepala Sekolah. Inilah yang menjadi
kendala karena dengan tidak adanya guru tetap bila satu guru keluar karena mendapat
pekerjaan yang lebih baik maka yayasan harus mencari ganti guru yang keluar agar
tidak mengganggu proses belajar mengajar sekolah. Guru yang pernah mengajar di
TKK St. Yosef dan beberapa sampai sekarang masih mengajar sampai saat ini antara
lain Ibu Theresia Kostiyah, Ibu M.M.C. Lilik Susmiana, Elisabeth Sukaminingsih,
Elvianti, Tatik, Epivani, M. Kasmiati, Nanik Liberti, Anastasia Sumiyem. Sunarsih,
Endang Sri Rinaningtyas, Tri Mundiarti, Dartik, Hernani, Pudyastuti Iriani, Triana
Wahyu Indarti, M.B. Yeni Agustina, Veronika Surikanti. Sampai saat ini
kesejahteraan guru dirasakan sangat kecil.
Dalam hal finansial sekolah tidak pernah menunjukkan kekurangan dan selalu
menunjukkan grafik yang positif. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 18–31
juta dan saldo plus antara 1–6 juta setahun. Apalagi pada kurun waktu 1999–2003
harus membantu SMP sejumlah 8 juta lebih. Dengan kata lain bahwa biaya
operasional dapat dipenuhi oleh uang sekolah maupun dana lain yang didapat dari
orangtua siswa bahkan berlebih. Namun demikian keuangan yang selalu membukukan
saldo ini dengan melakukan penghematan dalam hal gaji, sehingga pegawai maupun
guru yang ada di sekolah ini belum mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang layak.
Walaupun honor yang diterima guru kecil, namun tak mengurangi semangat
para guru untuk mengajar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang diraih
oleh siswa antara lain : Juara Nyanyi bersama tingkat Jatim, Juara senam tingkat kota,
juara senam sehat.
Hubungan sekolah dengan orang tua baik, ini terbukti setiap kegiatan di luar
sekolah, orang tua tidak keberatan untuk membiayai, sarana dan prasarana banyak
yang berasal dari orang tua murid. Walaupun belum pernah mengumpulkan alumni
sekolah, namun hubungan dengan alumni baik, buktinya saat ini banyak siswa adalah
putra alumni.
Prospek 5 tahun ke depan persaingan dengan TK Kristen Petra dan TK Santa
Maria, namun demikian sekolah masih yakin bahwa TK St. Yosef masih punya daya
tarik. Namun demikian tentu harus terus ada peningkatan diberbagai bidang, misalnya
tenaga tetap, kualitas SDM, kesejahteraan pegawai, peningkatan mutu.
Yang menjadi kendala hingga saat ini untuk TKK Santo Yoseph adalah status
tanah yang ditempati oleh sekolah adalah bukan milik dari Yayasan Yohanes Gabriel
melainkan milik dari Yayasan Santo Vincentius Surabaya. Harapan kami adalah
jangan sampai “digusur“, sebab kalau dipindah TK ini belum tentu dapat murid.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M.C. Lilik Susmiana

TKK SANTO YOSEPH II
KOTA KEDIRI

16
T

KK Santo Yoseph II yang berada di Jl. Raden Patah 38 Kediri didirikan tahun
1987 atas prakarsa Romo Paroki St Yosef Kediri, pengurus Dewan Paroki, Ibu
Theresia Koestiyah Suwarko dan Ibu Epivanny. Yang menjadi Kepala Sekolah
pertama adalah Ibu Epivanny. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 738 m 2 milik
Yayasan Gereja dan Amal dengan luas bangunan keseluruhan 310 m 2 dengan 3 lokal
kelas untuk kegiatan belajar mengajar. TKK Santo Yoseph didirikan dengan motivasi
untuk memberikan kesempatan warga Katolik dan masyarakat sekitar menyekolahkan
putra-putrinya ke TK Santo Yoseph II untuk di didik menjadi anak yang berbudi
pekerti luhur. Langkah yang di tempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah
melibatkan orang tua murid. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi di
masyarakat dengan meningkatkan mutu pendidikan dan bakti sosial.
Pada awal berdirinya murid berasal dari TK St. Yosef I, namun kemudian
membuka pendaftaran sendiri. Latar belakang siswa adalah suku jawa beragama
Katolik. Sosial ekonomi orang tua umumnya tergolong menengah ke bawah. Alasan
yang mendorong siswa sekolah di sini adalah disiplin, tertib dan sesudah keluar dari
sekolah ini siswa siap mengikuti pelajaran di SD. TKK Santo Yoseph II yang saat ini
dipimpin oleh Ibu Anastasia Sumiyem tidak pernah kekurangan murid. Data lima
tahun terakhir jumlah siswa antara 63–73 siswa. Hal ini merupakan dampak yang
positif dari hubungan yang baik dengan gereja. Hubungan yang baik terjalin antara
lain melalui BIAK (Bina Iman Anak Katolik) maupun kegiatan lain gereja dan
kegiatan yang diluar gereja. Hubungan dengan orang tua siswa pada umumnya baik,
mereka sangat mendukung kegiatan siswa di sekolah.
Pada awal pendirian guru yang mengajar di TKK Santo Yoseph II adalah guru
yang juga mengajar di TKK Santo Yoseph I yang berada di Jl. Hasanudin. Saat ini
terdapat 6 guru yang mengajar di sekolah ini dan tidak ada satupun guru yang
merupakan guru tetap yayasan. Dari enam guru tersebut dua diantaranya adalah guru
negeri yang diperbantukan sedangkan yang lain adalah guru tidak tetap. Alasan para
guru untuk mengajar di sini adalah mencari pekerjaan untuk mendapatkan gaji dan
mencari pengalaman kerja. Usaha sekolah untuk menunjang kesejahteraan guru adalah
dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler dan mengusulkan insentif guru dari
pemerintah. Hubungan sekolah dengan gereja baik, para guru mengikuti kegiatan yang
ada di gereja dan lingkungan.
Dalam hal keuangan sekolah, TKK Santo Yoseph II tidak pernah mengalami
masalah, dari tahun ke tahun saldo yang dibukukan tidak pernah mengalami minus
berkat pemasukan yang diperoleh sekolah baik dari para siswa maupun dari para
donatur. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 13.930.800–20.460.000 dengan
saldo plus antara 831.350–3.733.925 pertahun.
Meskipun terbilang sekolah yang masih muda umurnya TKK Santo Yoseph II
telah mempunyai beberapa prestasi yang diraih siswanya. Ini dibuktikan pada setiap
peringatan Hari Anak Nasional ditingkat Kodya Kediri selalu mendapat prestasi yang
bagus. Prestasi yang diperoleh sekolah ditingkat Kodya Kediri diantaranya juara II
Lari Rintangan Putri pada tahun 2000, juara II, III dan juara harapan 1 Menyanyi
Bersama pada tahun 2002, juara harapan 1 Memindahkan Benda pada tahun 2003,
Juara Boling Putri tingkat kecamatan.
Prospek 5 tahun kedepan persaingan dengan banyaknya TK yang muncul di
lingkungan sendiri. Dengan demikian persaingan semakin berat. Namun demikian
sekolah ini akan terus meningkatkan mutu pelayanan, menambah kegiatan ekstra
kurikuler. Sekolah ini mengharapkan adanya peningkatan SDM dengan kursus gratis
dan peningkatan kesejahteraan pegawai. Yang menjadi kendala pada sekolah ini
adalah kurangnya sarana bermain diluar ruangan untuk siswa-siswanya, perlunya
peningkatan kemampuan guru pengajar dan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler
yang mengikuti perkembangan jaman.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Anastasia Sumiyem

SDK SANTO YOSEPH
KOTA KEDIRI

17
B

ediri pada 1 Januari 1973 atas prakarsa Romo J.V. Mensvoort, CM dan didukung
oleh tokoh-tokoh umat. SDK Santo Yoseph yang berada di Jl. Hasanudin 35
Kediri didirikan sebagai eksistensi keberadaan gereja Paroki Santo Yoseph, serta
melanjutkan karya misioner gereja di bidang pendidikan, sehingga iman Katolik
generasi muda bisa dibina dengan semangat Katolik. Waktu pendirian di Paroki St.
Yosef memang belum ada sekolah Katolik. Mungkin juga karena sudah ada gedung
bekas seminari, dari pada gedung itu menganggur lalu diubah menjadi gedung sekolah
dasar. Lokasi keberadaan sekolah ini sangat strategis, berada di pinggir jalan protokol
yang dilalui angkutan umum dari berbagai jurusan. Selain itu sekolah juga terletak
satu komplek dengan gereja dan dekat dengan beberapa sekolah lain, antara 6 SD
Negeri, 4 SD Swasta yang yang notabene adalah sekolah-sekolah yang ternama seperti
Petra, Daha dan St. Maria dan Al-Huda. Masyarakat sekitar sekolah adalah
masyarakat kota dengan latang belakang sosial ekonomi, pekerjaan dan pendidikan
yang bervarasi.
SDK Santo Yoseph didirikan diatas tanah seluas 4.788,15 m 2 dengan luas
bangunan 2.030,74 m2, dari kekeseluruhan luas bangunan tersebut terdapat 6 lokal
ruang untuk belajar mengajar dan sekolah telah dilengkapi dengan perpustakaan,
laboratorium dan ruang UKS. Status tanah adalah milik Konggergasi Misi. Pada
awalnya langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah
dengan mengubah bangunan seminari menjadi ruang-ruang kelas.

Kepala Sekolah Beserta
Guru

Langkah untuk memantapkan posisi dimasyarakat dengan mendaftarkan ijin ke
Depdikbud, memasang papan nama dan ijin ke kelurahan.
Kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah ini antara lain Ibu Martina
Supriyani (1973-1978), Bapak F.X. Sutijono (1978-1994), Bapak B. Setyo Kuntjoro
(1994-1995), Ibu A.R.M. Suprihatin (1995-1998), Ibu K.E. Mudjijem (1998-2002),
dan Bapak Alexander Marjoto. saat ini sekolah dipimpin oleh Bapak L.C. Djoko
Sampoerna Amd. Pd.
Sekolah ini mulai dengan 19 siswa saja dan saat ini berjumlah 210. Pernah
mencapai jumlah 600 siswa dan menjadi kelas paralel. Data lima tahun terakhir
jumlah siswa mengalami penurunan dari 315–228. Latar belakang siswa antara Jawa
dan Tionghoa berimbang, pernah didominasi oleh suku Tionghoa. Tingkat ekonomi
orang tua siswa bervariasi, sesuai latar belakang pekerjaan, ada yang tukang becak
tetapi ada juga pengusaha besar. Motivasi siswa di sekolah ini bervariasi juga, ada
yang karena disiplin, bermutu, ingin dididik dalam iman Katolik, tetapi ada juga yang
hanya coba-coba. Agama siswa mayoritas Kristen dan Katolik. Jumlah siswa yang
masuk ke SDK Santo Yoseph dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan,
kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orangtua yang menyekolahkan anaknya ke
sekolah negeri yang bebas uang sekolah. Selain itu lulusan dari TK Santo Yoseph
yang diharapkan lulusannya untuk masuk ke SDK Santo Yoseph namun pada
kenyataannya tidak semua lulusan TK masuk ke SDK Santo Yoseph. Siswa yang ada
disekolah ini berasal dari keluarga dengan latar belakang etnis dan ekonomi yang
berbeda-beda, namun mayoritas siswa beragama Katolik dan Kristen.

18
Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah

Ketenagaan pada awalnya Romo Paroki menunjuk 2 orang lulusan SPG untuk
menjadi Kepala Sekolah dan Guru kelas I, serta seorang pesuruh, dengan status
pegawai tidak tetap. Motivasi pegawai yang utama adalah mencari pekerjaan dan juga
ikut terpanggil untuk mengembangkan iman anak-anak. SDK Santo Yoseph diasuh
oleh 10 orang guru dimana 8 diantaranya sudah berstatus guru tetap yayasan dan 2
guru yang lain berstatus guru tidak tetap. Selain itu juga dilayani 3 pegawai untuk
administrasi dan kebersihan sekolah. Standar gaji 50% dari tabel Yadapen 2004.
Selain menerima gaji untuk menambah kesejahteraan pegawai diusahakan mendapat
profit dari penerbit yang bekerja sama dengan sekolah, insentif dari pemerintah dan
donatur dari wali murid.
Hubungan dengan orang tua murid baik, mereka terlibat dalam kepanitiaan
sekolah dan pembangunan sekolah. Jumlah alumni kurang lebih 2.465 tersebar di
dalam maupun luar negeri. Namun demikian sampai saat ini belum ada hubungan
yang khusus dengan alumni.
Pola belajar di sekolah adalah klasikal dimana satu guru dituntut untuk
menguasai beberapa materi pelajaran. Relasi guru dan siswa dijalin baik. Pada
umumnya hasil penilaian adalah murni, namun sebagian kecil ada juga yang dikatrol.
Di samping itu sekolah memberikan penilaian khusus tentang disiplin, sopan santun,
jujur, suka memaafkan dan hormat kepada orang tua dan guru. Dan kurikulum yang
digunakan di SDK. Santo Yoseph telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh
Dinas Pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, bina vokalia, komputer dan
koor.
Dalam laporan keuangan lima tahun tampak bahwa baru pada dua tahun
terakhir keuangan sekolah menunjukkan grafik yang positif. Pemasukan kadang naik
kadang turun dari sekitar 87–136 juta. Dari minus 4–13 juta menjadi saldo 7–16 juta
setahun. Salah satu penyebab membaiknya kondisi keuangan ini kemungkinan adalah
adanya 1 tenaga tetap yang keluar dan 3 yang mutasi ke sekolah lain. Kebetulan
mutasi tersebut ke sekolah seyayasan yang notabene minus juga, sehingga bisa
digambarkan sekolah yang ditinggal menjadi ringan keuangannya sebaliknya yang
memperoleh mutasi menjadi lebih berat beban keuangannya. Dengan demikian
perkembangan keuangan yang positif ini dapat dikatakan “perkembangan yang
semu”, sebab sebagian beban dialihkan ke sekolah lain, dengan kata lain kebijakan ini
menambah minus sekolah lain yang sudah minus. Saat ini yang menjadi sumber dana
sekolah adalah dari siswa (dalam bentuk SPP, iuran-iuran, dana lain-lain), laba
penjualan (kantin, buku, seragam) serta bantuan pemerintah dan donatur GRATIA
(Gerakan Orang Tua Iman dan Asuh).
SDK Santo Yoseph sudah banyak memperolah prestasi baik prestasi dalam
bidang akademik maupun non akademik, diantaranya meraih Juara 1 Lomba Pelajar
Teladan pada tahun 1993, juara 1 Lomba IPA pada tahun 1994, juara 3 Lomba
Matematika pada tahun 1996, juara 1 Lomba Karaoke Putri pada tahun 1998, juara 1
Lomba Tari pada tahun 2005 dan masih banyak lagi prestasi lain yang pernah dicapai
siswa sekolah ini.
Gereja banyak berjasa dalam perkembangan sekolah terutama dalam
pemasaran untuk sekolah dalam mencari siswa, maka sekolah juga turut dalam
kegiatan gereja yaitu bertugas dalam Ekaristi pada hari Minggu sebulan sekali maupun
pada perayaan Hari Besar Katolik yang diadakan di Gereja. Umat pada awal
berdirinya sangat antusias menyekolahkan putra-putranya ke sekolah ini, sampai19
sampai sekolah menolak karena tidak ada tempat, namun sekarang stabil hanya satu
kelas setiap jenjang.
Prospek lima tahun ke depan persaingan dengan 10 sekolah yang ternama.
Jumlah siswa 5 tahun terakhir terus menurun. Karena gedung bukan milik sendiri,
maka ada rencana akan dipindah. Lokasi yang akan ditempati di Jl Raden patah dirasa
tidak strategis. Ada kekhawatiran sekolah ini “ digusur “ ( tanah diminta kembali oleh
pemiliknya yaitu Konggergasi Misi ) : ”Bagaimana nasib kami 5 tahun mendatang”.
Tenaga pengajar pada umumnya sudah berumur (tua) usia termuda 37 tahun. Harapan
untuk tetap eksis besar. Ingin agar yayasan lebih terlibat ikut mengalami,
merencanakan dan mengevaluasi. Sehingga nantinya ada ide-ide baru dan staf
karyawan punya semangat untuk bersaing agar 5 tahun ke depan tetap eksis. Sekolah
masih mempunya daya tarik antara lain program unggulan aritmatika, Komputer dan
bahasa Inggris dan uang sekolahnya paling murah dibanding dengan swasta yang lain.
Untuk itu diperlukan pula adanya SDM yang profesional, kreatif, cepat tanggap dan
interaktif terhadap dunia pendidikan.
Sumber Bahan : Tulisan Mantan Kepala Sekolah Alexander Marjoto

SLTPK SANTO YOSEPH
KOTA KEDIRI

S

ekolah yang berlokasi di Jl. Raden Patah Kediri ini didirikan pada tahun 1988 oleh
Romo J.M. Van Mensvoort, CM, Bapak F.X. Sutiyono dan Dewan Paroki Gereja
Santo Yoseph. Lokasi termasuk Desa Kemasan dekat pusat pertokoan masuk jalan
kecil sehingga tidak mudah dikenali (tidak strategis). Masyarakat sekitar profesinya
bermacam-macam seperti toko, sopir, pedagang, tukang becak dll. Yang menjadi
tujuan utama pendirian sekolah ini selain untuk melanjutkan karya misioner gereja
juga untuk menampung lulusan dari SDK Santo Yoseph yang telah lebih dahulu
berdiri dan SD umumnya serta untuk ikut serta memajukan kecerdasan anak bangsa.
Langkah yang ditempuh pada awal untuk memantapkan posisi adalah dengan
bertahap melangkapi sarana seperti perpustakaan, laboratorium dan tidak ketinggalan
tenaga pengajar. Setelah mendaftar ke Dinas Pendidikan, sekolah ini peresmiannya
dilakukan oleh Wali Kota Kediri Bapak Setijono pada 27 Januari 1988.
Pada awalnya pengajar masih bersifat sementara (comotan) dengan latar
belakang pendidikan D2, D3 dan S1. Selanjutnya tenaga pengajar yang bertugas di
SLTPK Santo Yoseph terdiri dari Guru Tetap Yayasan dan Guru Tidak Tetap.
Kesejahteraan guru pengajar selain dari gaji yang diterima dari yayasan juga dari
koperasi sekolah maupun insentif dari pemerintah. Tunjangan kesejahteraan yang
diterima untuk pegawai maupun guru terbilang kecil untuk setaraf sekolah SLTP, hal
ini disebabkan pemasukan sekolah yang didapat dari uang sekolah maupun
sumbangan dari orangtua siswa maupun dari para donatur. Untuk meningkatkan
kesejahteraan para guru mengadakan arisan.
Siswa yang bersekolah di SLTPK Santo Yoseph umumnya dari suku Jawa dan
dari golongan menengah kebawah sehingga tidak mungkin untuk memberikan uang
sekolah yang tinggi. Motivasi siswa adalah dekat dengan rumah, sekolahnya murah
dan sekolah baru.
Pola mengajar guru menekankan kedisiplinan, kejujuran dan kerjasama.
Kegiatan ekstra kurikuler pramuka, band dan olah raga.
Akibat dari jumlah pemasukan siswa yang kecil sehingga keuangan juga kecil
dan tidak bisa menutup biaya pengeluaran rutin sekolah, maka pada tahun 2003/2004
dengan berat hati SLTPK Santo Yoseph ditutup oleh yayasan (lebih tepatnya tutup
secara alamiah). Sekelumit informasi ini di dapat dari Tulisan Bapak Alexander
Marjoto.

20
III. Kornit Tulungagung
Paroki St Maria Medali Wasiat
Kornit Tulungagung saat ini (2005) dipimpin oleh Bapak V. Santosa seorang awam.
Beliau adalah salah seorang awam termasuk dari sangat sedikit awam yang yang
dipercaya untuk memimpin sebuah kornit. Saat ini kornit Tulungagung hanya
mengasuh satu sekolah saja yang termasuk sekolah besar. Dahulu TK SD Santa Maria
Tulungagung adalah milik Yayasan Yohanes Gabriel, namun sekarang diasuh oleh
Suster Puteri Kasih. Namun informasi pengalihan ini tidak kami dapat. Demikian pula
dahulu ada SMPK dan SMAK Trenggalek, namun sudah tutup beberapa tahun yang
lalu. Informasi tentang dua sekolah ini juga tidak berhasil kami dapat.

SMAK St. THOMAS AQUINO
KABUPATEN TULUNGAGUNG

S

MAK St. Thomas Aquino didirikan atas prakarsa dari Romo L Karjasumarta CM.
Panitia Pendiri yang terdiri dari Bapak Letkol M. Yasir (Dandim), Romo L.
Karjosoemarto, CM., Bapak M. Muladi (alm), Bapak Tedjo Setiono, SH., Bapak Dr.
Moedjiraharjo (Dokter RSU), Bapak A. Soejatna, Bapak R.C. Roesdimoelyo, Bapak
Chris Gunadi, Bapak R. Suhardi, Bapak J.M. Ramelan. Tujuan sekolah ini ialah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Tepatnya Senin Kliwon 8 Januari 1968 sekolah mulai proses belajar mengajar.
Melalui Romo Soeharto CM, Bapak Muladi minta agar sekolah ini dimasukkan dalam
Yayasan Yohanes Gabriel. Dengan alasan dana untuk sekolah terlalu besar, sidang
keuskupan menolak permintaan ini. Kemudian atas saran Romo Suharto dan Bapak
R.Y. Hardjitno (Ketua PGK Jatim) Bapak Muladi bekerja sama dengan Bapak E.
Soemartoyo dan Penasehat Hukum Frans Gunawan berdirilah Yayasan Pendidikan
dan Pengajaran Santo Thomas Aquino dengan pengurus Bapak Muladi, A. Soejatno,
V. Santosa, R. Suhardi dan R.C. Roesdimoeljo. Sekolah pada awal pendirian
menggunakan gedung dari SMPK Santa Maria Tulungagung yang berada di Jl. Ahmad
Yani Timur 44 dengan jumlah siswa 98 siswa yang dibagi dalam dua kelas. Pada
tahun 1970 sekolah menggunakan aula Cornelius yang dibagi menjadi tiga lokal. Pada
Tahun 1980 pengelolaan sekolah diserahkan oleh Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
St. Thomas Aquino kepada Yayasan Wijana Sejati Surabaya.
Pada awal berdiri hanya 98 siswa, namun pada 1970 sudah menjadi 3 kelas dan
1982 sudah menjadi 11 kelas dan saat ini 23 kelas. Motivasi siswa sekolah di sini
karena sekolah ini dikenal disiplin dan baik dalam mendampingi siswa. Orang tua
siswa sangat mendukung program-program sekolah. Hubungan dengan alumni baik,
banyak anak alumni yang di sekolahkan di sini.
Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah pada 27 Januari
1968 mengadakan Malam Pembukaan di Gedung Balai Rakyat. Selanjutnya sekolah
berusaha menjalin hubungan baik dengan masyarakat dengan menyelenggarakan
sepak bola antar klub dengan hadiah kambing, mendatangkan pelatih senam ibu-ibu,
aksi natal, dll.
Pada tahun 1983 sekolah dapat membeli tanah dan membangun kelas
sebanyak 8 lokal. Sampai saat ini sekolah telah memiliki 23 lokal ruang untuk
kegiatan belajar mengajar, selain itu sekolah juga telah dilengkapi dengan
Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Lapangan Olah Raga dan
UKS. Selain itu sekolah juga memiliki aset lain berupa tanah yang terletak dibelakang
RSU Dr. Iskak Tulungagung seluas 9.000 m2 yang digunakan untuk lapangan Olah
Raga dan kebun. Status tanah milik Badan Hukum Gereja dan amal Paroki
Tulungagung.

21
SMAK St. Thomas Aquino didirikan dengan Visi dan Misi yang mulia. Visi
sekolah adalah “Terwujudnya sekolah yang berkualitas (berwawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi) dan manusia yang cerdas, terampil, dewasa, beriman,
taqwa, mandiri, berbudi luhur serta berperilaku sosial yang baik”. Sedangkan Misi
sekolah : Meningkatkan prestasi akademik sekolah; Meningkatkan prestasi nonakademik siswa; Meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan , laboratorium, BP,
Tatausaha, kantin, UKS, OSIS, kelas dan ruang Wakasek; Meningkatkan kedisiplinan
siswa, guru dan karyawan; Mengembangkan nilai-nilai spiritual dan moralitas
Kristiani seluruh warga sekolah; meningkatkan kreativitas dan kegiatan siswa;
Meningkatkan kualitas dan kegiatan ekstrakurikuler; Meningkatkan hubungan
kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait; Membudayakan pelayanan,
kerjasama, kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, solidaritas dan hidup bersih;
Memberikan bekal ketrampilan siswa.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMAK St. Thomas Aquino Beturutturut adalah E. Muljoto Basuki, BA (1968-1970); H. Alip Purwanto, BA (19701972); Y. Agus Sulimin, BA (1972-1974); Drs. Sujoto (1974-1980); Drs. M. Astiham
(1980-1983); Yason Sukarno, BA (1983-1990). Saat ini pimpinan sekolah dijabat oleh
Drs. Lono Wibowo.

Kepala Sekolah dan Guru
Pengajar SMAK Thomas
Aquino (2004)

Adanya fasilitas yang lengkap di sekolah ini baik untuk akademik maupun non
akademik menjadikan SMAK St. Thomas Aquino sebagai salah satu sekolah yang
diminati siswa, baik yang beragama Katolik maupun yang non-Katolik. Hal ini bisa
dilihat dari jumlah siswa yang masuk disekolah ini tiap tahun menunjukkan jumlah
yang tidak sedikit, kurang lebih 400an siswa. Data siswa 5 tahun terkhir antara 1.1021.122 siswa.
Pada awalnya ada 20 pegawai 17 guru yaitu E.J. Moeljoto Basuki, BA, A.
Soejatno, R. Suhardi, Oei Lien Nio, Tedjo Setiono SH, M. Muladi, S. Soetjipto, V.
Santoso, Soerjono, M. Soemarsono, Agus Sulimin, M. Tas’an, Sri Rijani, Soedhiarto
BA., J.M. Ramelan, Soeroso, R.C. Roesdimoeljo, Soejono, TU : Ag. Soetomo dan
pesuruh : Kuseri. Motivasi bekerja di sekolah ini adalah ingin mengembangkan iman
Katolik melalui dunia pendidikan. Saat ini SMAK St. Thomas Aquino terdapat 40
tenaga pengajar yang mana dari 40 pengajar tersebut hanya terdapat 16 Guru yang
berstatus Guru Tetap Yayasan, sedangkan Guru Negeri 2 Orang, dan Guru Tidak
Tetap berjumlah 22 orang. Para Guru tersebut pada umumnya berkualifikasi Strata
Satu Pendidikan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
adalah dengan membentuk paguyuban (koperasi).
Keuangan sekolah selalu menunjukkan grafik yang positif yang berarti bahwa
semua kebutuhan pengeluaran sekolah dapat ditutup dengan pemasukan yang
didapatkan sekolah dan masih terdapat sisa. Data lima tahun terakhir pemasukan
keuangan sekolah antara 581 juta-856 juta, dengan saldo yang dibukukan tiap
tahunnya antara 9-46 juta.
SMAK St. Thomas Aquino telah memiliki banyak sekali prestasi yang diraih
oleh para siswanya di tingkat Kabupaten Tulungagung. Data yang tercatat 35 prestasi
pernah diraih, antara lain Juara 1 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten tahun
2001, 2002, 2003, Juara 1 Tenis Meja tahun 2001, Juara 1 Renang tahun 2001,
2002,2003, Juara 1 Lomba Karaoke tahun 2001, Juara 1 Wushu tahun 2002, Juara 1
Puisi Bahasa Inggris, Juara 1 Lomba Mengarang Lingkungan Hidup tahun 2003, Juara

22
1 Sepak Bola tahun 2004, Juara 1 Lomba Teater tahun 2004 dan masih banyak lagi
prestasi-prestasi yang lain.
Fasilitas Komputer

Kegiatan Donor Darah

Hubungan dengan gereja maupun dengan masyarakat sekitar sekolah terjalin
dengan baik. Dengan gereja dimana sekolah selalu menjadi motor setiap kegiatan yang
diadakan gereja. Kebanyakan guru adalah pengurus dewan paroki. Dengan masyarakat
sekolah juga mengadakan hubungan yang baik diantaranya dengan mengadakan
kegiatan bersama dengan masyarakat di sekitar sekolah, misalnya kegiatan olahraga
dan sosial. Sekolah menyadari bahwa kelangsungan sekolah ini tergantung juga
dengan masyarakat sekitar. Hubungan yang baik ini terbukti bila ada anak yang bolos,
ada mayarakat yang melaporkan ke sekolah.
Prospek 5 tahun terakhir persaingan dengan 3 sekolah negeri, dengan sekolah
swasta yang lain relatif tak ada saingannya. Pokoknya cerah lah.
Sumber Bahan : Tulisan Bapak V. Santosa dan Kepala Sekolah Drs.
Lono Wibowo

IV. Kornit Jombang
Paroki St. Maria Jombang
Kornit Jombang saat ini (2005) dipimpin oleh seorang awam A. Kasdadi.
Kornit Jombang termasuk salah satu dari sedikit kornit yang dipimpin oleh awam.
Saat ini mengasuh 9 sekolah yang berada di Jombang, Kertosono dan Warujayeng.
Tahun 1980 di Jombang didirikan SMA Wijana, namun dalam waktu yang tidak lama
(tidak sampai 10 tahun) sudah tutup. Sayang penulis tidak berhasil memperoleh
informasi dari sekolah yang sudah tutup ini.
Kornit “Jombang mulai ada/berdiri “ tidak diketahui persis kira-kira bersamaan dengan berdirinya sekolah-sekolah di Paroki Jombang, walaupun belum ada
istilah kornit. Menurut ingatan Bapak R.F. Sudarmadi. Para Romo yang pernah
mengasuh sekolah-sekolah di Paroki Jombang antara lain Romo Paul Janssen CM,
Romo Schlooz CM, Romo Boonekamp CM, Romo Raijmaekers CM, Romo Bartels
CM, Romo Weindrich CM, Romo Bartels CM, Romo Anton Budianto Cm, Romo WP
Jansen CM, Romo Reintjes CM, Romo B. Yustisianto Pr, Romo Harjanto Pr, Romo I
Kaderi Pr. Serta Romo Drs. Alb. Haryopranoto Pr. Romo yang terakhir ini menjabat
sebagai Ketua Perwakilan II dan Kepala Kantornya adalah Sdr A. Kasdadi. Romo
Haryo menugaskan Sdr A. Kasdadi sebagai Kornit Jombang. Kepengurusan dari
Romo Ign Kaderi Pr diserahkan ke Pusat Yayasan mulai Pebruari 2004 dan Pusat
Yayasan menyerahkan ke Perwakilan II sejak September 2004. Sejak itu Kornit

23
Jombang ditangani bersama oleh Romo Haryo dan Sdr. A. Kasdadi. Romo Haryo
pindah 4 bulan kemudian, dan sejak itu diurus oleh Sdr A. Kasdadi.
Tahun 2005 ini Romo Kepala Paroki adalah Romo Drs. Kusnugroho Pr.
Sebagai Romo Kepala Paroki, beliau sangat perhatian terhadap sekolah katolik. Atas
laporan beberapa umat beliau mengetahui bahwa sekolah sekolah di Kertosono dalam
kondisi yang memprihatinkan. Tanpa banyak omong, beliau langsung turun tangan,
mengadakan serangkaian pertemuan dengan umat untuk merintis tim peduli sekolah.
Ada banyak masalah yang dihadapi Kornit Jombang saat ini. Dari 9 sekolah
guru tetap yang ada hanya 15 orang, sehingga ada beberapa sekolah yang tidak
memiliki guru tetap, antara lain SMAK Warujayeng, TK Kertosono. Masalah lain
adalah siswa yang jumlahnya sedikit. Tahun pelajaran 2004/2005 dari 9 sekolah
jumlah siswanya hanya 1.002 siswa. Karena sumber keuangan utama adalah dari
siswa, maka pada gilirannya kornit ini juga mengalami kesulitan dalam masalah
keuangan. Untuk 9 sekolah keuangan yang masuk dari siswa sekitar 570 juta setahun.
Dengan keuangan yang kecil ini, maka akibatnya tidak bisa memberikan gaji dan
honorarium yang layak, hanya bisa memberikan upah yang rendah sekali. Sebagai
gambaran : Gaji untuk pegawai tetap antara 80–100 % PGPS 1997; Honor Guru Kelas
GTT sekolah dasar Kertosono antara 85.000–180.000 sebulan (nyaris tidak
manusiawi). Apabila kornit ini masih bisa bertahan sebab mendapat bantuan dari
Panitia Dana sekolah Minus setahun 26 juta dan Gratia sekitar 21 juta (tahun
2004/2005 belum ada bantuan dari Gratia), dari pemerintah berupa insentif guru,
BKM, PSBMP dan pada tahun 2005/2006 ini SD dan SMP akan memperoleh Bantuan
Operasional Sekolah.

TKK YOS SUDARSO
KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

T

aman Kanak-Kanak Yos Sudarso yang berada di Jl. Jambu 1 Kertosono berdiri
pada tahun 1971. Sekolah memiliki dua lokal kelas.
Siswa yang masuk ke sekolah ini selama lima tahun terakhir stabil. Data 5
tahun terakhir antara 39–51 siswa. Sekolah ini memiliki kelebihan dalam menerapkan
kedisiplinan, sehingga masih dapat menarik minat orang tua untuk menyekolahkan
putra-putrinya ke TKK Yos Sudarso. Karena lokasi yang ditempati untuk sekolah ini
bukan merupakan milik sekolah maka sulit untuk mengembangkan sekolah. Dengan
demikian dari awal berdirinya hingga sekarang sekolah tidak banyak mengalami
peningkatan.
Kendala yang ada di sekolah ini adalah bahwa semua guru pengajar yang
berjumlah tiga orang tidak ada satupun yang berstatus Guru Tetap Yayasan.

SiswaBerperan Serta Dalam Menyemarakkan
Hari Besar nasional

Keuangan sekolah sampai saat ini masih menunjukkan hasil yang baik.Data 5
tahun terakhir pemasukan antara 3.669.000–5.634.000 dengan saldo antara 14.000–
357.000 pertahun. Dengan kecilnya pemasukan ini maka honor untuk guru juga kecil.
Pemasukan yang didapat sekolah baik itu dari siswa, pemerintah maupun dari para

24
donatur masih dapat digunakan untuk menutup semua biaya pengeluaran bahkan
masih terdapat sisa meskipun jumlahnya kecil.
Prospek 5 tahun ke depan persaingan sangat berat, karena banyak TK di
sekitarnya dan bahkan akandidirikan TK Pembina. Kemungkinan TK Pembina ini
akan menyedot siswa yang biasa masuk di TKK. Daya tarik yang dimiliki satusatunya adalah disiplin. Selain karena tidak memiliki lokasi sendiri sekolah ini juga
memiliki kendala lain yaitu minimnya sarana dan prasarana yang digunakan. Ada
keinginan untuk memiliki lokasi sekolah sendiri dan tambahan sarana bermain bagi
siswa.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu B. Marjati.

SDK YOS SUDARSO
KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

S

DK. Yos Sudarso yang berada di jalan Rambutan 20 Kertosono resmi berdiri pada
1 Januari 1967 yang dipelopori oleh Pemuda Katolik dari wilayah Kertosono.
Sedangkan panitia resminya adalah RG. Ken Gitopo, RF. Sudarmadi, Christin Ie
Djong Pang, S. Soebardjo, FX. Suharsono. Proses pendirian sekolah dilakukan umat
dengan mengadakan malam pengumpulan dana dengan mengadakan acara hiburan
dengan menghadirkan Band Varia Nada dari Surabaya. Hasilnya dibagi 3 untuk
Pemuda Katolik, perbaikan lingkungan gereja dan untuk SDK. Pendirian SDK ini
dilatar belakangi situasi politik dan persekolahan usia SD pasca G 30 S yang dinilai
suram. Pada tahun 1978 pindah lokasi di Jalan Rambutan hingga saat ini dengan luas
tanah 884,25 m2 dan luas bangunan 486 m2. Status tanah milik Yayasan Keuskupan.
Tahun 1981 memperoleh status bersubsisdi dari Departemen P dan K. Tahun
1998 mendapat status tercatat dari Kanwil P dan K Jatim dan 2001 mendapat status
diakui. Dengan hanya memiliki tanah yang sempit sangat sulit bagi sekolah untuk
mengadakan pengembangan bangunan dan hingga saat ini sekolah belum memiliki
fasilitas tambahan apapun.
Para Alumni yang menjadi
Gembala
Rm. C.H. Tri Kuncoro
Yekti

Rm. B.Y. Bimo Hanto

Rm. Petrus Kanisius Edi
Laksito

Rm. Don Bosco Karnan
Ardiyanto

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini diantaranya , Ernawati, Y.
Suparno, F.X. Supardji dan saat ini sekolah dipimpin oleh S. Soebardjo sejak tahun
1998.
Pada awal pendiriannya sekolah hanya memiliki 19 siswa, dengan guru yang
pertama adalah Ibu Th. Sri Murwani. Kebetulan pada waktu itu sekolah China (SD

25
Warga) ditutup, sehingga SDK mendapat dukungan luas dari warga Tionghwa. Lobilobi yang dilakukan oleh Bapak Ie Djong Swie mengakibatkan SDK semakin
mendapat dukungan luas. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan grafik
yang menurun dari 120–105 siswa. Ada 4 orang alumni sekolah ini yang menjadi
pastor yaitu Rm DB Karnan Ardianto Pr, Romo BY Bimo Hanto, Rm Petrus Kanisius
Edi Laksito Pr, Rm CH. Tri Kuncoro Yekti.
Saat ini siswa yang mengenyam pendidikan di SDK Yos Sudarso keseluruhan
berjumlah 104 siswa. Siswa yang masuk ke SDK ini mayoritas beragama Kristen
selain itu berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi maupun suku yang berbeda.
Kesulitan yang dialami sekolah dalam penerimaan murid dikarenakan dalam satu
Kecamatan di sekitar SDK terdapat 32 SD Negeri, 2 SD swasta, dan 4 Madrasah.
Dimana saat ini SD Negeri gratis uang SPP karena mendapatkan subsidi dari
pemerintah. Meskipun dalam kondisi sekolah yang minim siswa SDK masih dapat
berprestasi diantaranya juara 3 Lomba Karawitan, juara 2 Lomba Bidang Studi dan
masih banyak lagi. Dengan kerja keras SDK ingin tetap eksis dengan meningkatkan
disiplin guru, mengadakan sarana komputer. Namun tetap menyadari bahwa bahwa
ada hambatan dari dalam yaitu SDM yang kurang.

Sekolah menerima kunjungan
Uskup Mgr. Dibyo Karyono

Dengan jumlah pengajar 10 orang, dua orang guru berstatus Guru Tetap
Yayasan sedangkan sisanya berstatus Guru Tidak Tetap Yayasan termasuk juga
dengan kepala sekolah yang memimpin sekolah. Minimnya jumlah guru tetap yang
ada di sekolah ini merupakan suatu kendala bagi sekolah.
Keuangan sekolah sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang baik dalam
setiap penutupan tahun dalam artian sekolah ini selalu minus setiap tahunnya karena
jumlah pemasukan yang didapatkan sekolah tidak bisa menutup pengeluaran sekolah.
Data keuangan yang ada 2 tahun pemasukan antara 20–31 juta dengan setiap
tahunnya sekolah mengalami minus kurang lebih 12 juta. Saat ini sekolah
mendapatkan pemasukan dari siswa (dalam bentuk SPP) maupun dari pemerintah
dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah, dari Panitia Dana Sekolah Minus dan
Gratia.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak S. Soebardjo

SLTPK St. XAVERIUS
KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

S

LTPK St. Xaverius Kertosono status yang berada di Jl. Panglima Sudirman 139
berdiri pada tahun 1953 atas prakarsa Romo DR. P. Janssen., CM. Sekolah yang
berada di lahan tanah seluas 2.950 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 1.041 m2
saat ini berstatus Diakui.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah P.
Supriyo (1953-1955), Kargono (1955-1973), R.F. Sudarmadi (1973-1983), W. Imam
Mukrijanto (1983-1996), Th. Djoko Suryatmo (1996-2003) dan tahun 2003 sampai
saat ini yang menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah J. Moedjianto.

26
Siswa yang masuk ke sekolah ini pada lima tahun terakhir mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan sekolah kalah dalam bersaing dengan sekolah negeri
yang bebas uang sekolah. Masyarakat di wilayah Kertosono kebanyakan dari kalangan
menengah kebawah dan masih berpandangan bahwa sekolah negeri lebih baik
daripada sekolah swasta dan juga lebih murah karena tidak memungut uang sekolah.
Dari data yang didapatkan selama lima tahun jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini
adalah 39-58 siswa, bahkan tahun pelajaran 2005/2006 ini kelas I hanya berjumlah 9
siswa.
SLTPK St. Xaverius dilayani oleh 10 orang guru, dimana hingga saat ini hanya
2 orang yang berstatus Guru Tetap Yayasan.
Dalam hal keuangan sekolah dari data yang ada menunjukkan keuangan
sekolah selalu minus dalam artian bahwa pemasukan yang didapat sekolah baik dari
siswa maupun dari para donatur tidak bisa menutupi biaya pengeluaran bahkan
kurang, sehingga sekolah tergolong sekolah minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan
keuangan menunjukkan penurunan dari 20.989.835–10.891.572 dengan saldo minus
dari 26.203.760–16.382.002 pertahun. Hingga saat ini sekolah masih dapat bertahan
dengan bantuan Panitia Dana Sekolah Minus dan dari GRATIA (Gerakan Orang Tua
Iman dan Asuh).
Prestasi yang pernah diraih siswa SLTPK St. Xaverius hanyalah 3 prestasi di
tingkat Kecamatan yaitu Bola Voli, pidato Bahasa Inggris dan Lomba Kitab Suci.
Fasilitas yang ada di sekolah sudah cukup memadai tetapi antara lain perpustakaan
dan laboratorium serta halaman yang luas cukup untuk olah raga.
Prospek 5 tahun ke depan suram, walaupun sebenarnya punya fasilitas sebagai
daya tarik selain yang tersebut di atas masih ada seperangkat gamelan dan pelajaran
ketrampilan elektro dan menjahit. Sangat disadari bahwa kelemahan ada pada SDM,
disiplin dan ketertiban kegiatan belajar mengajar yang rendah.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak J. Moedjianto.

SMAK St. AUGUSTINUS
KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

Gedung SMAK Kertosono

S

MAK St. Augustinus Kertosono yang berada di Jl. Puntodewo 12 berdiri pada 1
Juli 1979 atas prakarsa umat dari stasi Kertosono diantaranya W. Roesmadji, BA.
(alm), J.D. Agus Soepomo, BA (alm), R.F. Sudarmadi, BA, Y. Puspitaningdyah dan
direstui oleh Romo Kepala Paroki Jombang Romo Anton Budianto Tanalepi CM.
Salah satu alasan pendirian sekolah ini karena pada waktu itu di wilayah Kertosono
hanya ada satu SMA negeri saja selain itu juga karena telah adanya TK, SD dan SMP
Katolik yang telah lebih dahulu berdiri selain itu sekolah ini pada awalnya merupakan

27
filial dari SMAK St. Augustinus Nganjuk yang pada waktu itu dipimpin oleh JB.
Supriyanto. Pada awal pendiriannya sekolah menempati gedung SMPK St. Xaverius
masuk siang dan baru menempati gedungnya sendiri di Jl. Puntodewo pada tahun
1983. Ketika baru berdiri hanya ada satu sekolah negeri yang setara di wilayah
Kertosono. SMAK St. Augustinus yang berada diatas lahan di Desa Kepuh seluas
7.510 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 2.710 m2 memiliki status Disamakan.
Status tanah masih belum dibalik nama, belum sertifikat. Sekolah ini memiliki 8 ruang
kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru dan telah memiliki beberapa fasilitas
diantaranya perpustakaan, laboratorium, ruang praktek dan UKS.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah Y.B.
Soeprijanto (1979-1980), J. Djabar TS. (1980-1981), R.F. Sudarmadi (1981-1996),
Drs. Zeno Sutardi (1996-1999), Drs. M. Supardjo (1999-2001), Drs. C.B. Widodo
Swasono (2001-2002), Drs. Benny Dwi Santoso (2002-2003) dan tahun 2003 hingga
saat ini sekolah dipimpin oleh Th. Djoko Surjatmo, SPd.
Pada awal berdiri jumlah siswa cukup besar 149 dan mencapai puncak
kebesaran pada tahun 1985/1986 mencapai 857. Siswa yang masuk sekolah ini terus
mengalami penurunan, karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang terus
melakukan pembenahan, selain itu lulusan dari SMPK yang diharapkan masuk ke
SMAK juga berkurang. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa antara 160–130. Saat ini
siswa yang mengenyam pendidikan di SMAK berjumlah 87 siswa keseluruhan yang
terbagi menjadi kelas 1 berjumlah 21 siswa, kelas 2 berjumlah 39 siswa, kelas 3 IPA
berjumlah 12 siswa dan kelas 3 IPS berjumlah 15 siswa. Pandangan masyarakat yang
menganggap sekolah negeri lebih berkualitas dibandingkan dengan sekolah swasta
juga merupakan penyebab berkurangnya siswa yang masuk ke sekolah ini.
Pengajar yang ada di SMAK berjumlah 13 orang dengan komposisi 4 orang
Guru Tetap Yayasan, 2 Orang Guru Negeri dan 7 Orang Guru Tidak Tetap.
Pada awal sampai masa kejayaan keuangan sekolah selalu menunjukkan angka
plus, namun seiring dengan menurunnya jumlah siswa keuangan sekolah mengalami
minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan keuangan antara 57–62 juta dengan saldo
minus antara 4,4–11,6 juta pertahun. Selain itu keuangan sekolah sampai saat ini
belum bisa memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun
pegawai sekolah.
Hubungan sekolah dengan gereja terjalin dengan baik antara lain Misdinar,
Koor dan sebagainya. Selain dengan gereja sekolah juga membina hubungan dengan
masyarakat seperti pelayanan drumband dalam upacara-upacara hari besar Nasional,
karnaval, kepramukaan dan lain sebagainya.
Sudah 25 tahun usia sekolah ini, banyak suka dan duka dialami. Sukanya : Saat
sekolah “Jaya“ banyak dipuji orang, alumni banyak yang berhasil, banyak orang yang
ingin menjadi pegawai di sekolah ini. Setelah sekolah mengalami masa surut, banyak
pegawai meninggalkan sekolah mencari pekerjaan lain, kesejahteraan pegawai
menurun drastis.
Prospek 5 tahun ke depan cukup berat. Bersaing dengan sekolah negeri tidak
mampu, daya tarik sekolah sangat menurun, jumlah anak usia SMA kecil dan SDM
sekolah tak bisa diandalkan.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak TH. Djoko Surjatmo,
SPd.

SLTPK MATER DEI
TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

28
S

LTPK Mater Dei yang berada di Jl. A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada
tahun 1955 atas prakarsa Romo J. Paul Janssen, CM dan oleh beberapa tokoh
umat dari Stasi Warujayeng diantaranya Isdiyoto dan Sunaryati. Sekolah ini didirikan
pada awalnya karena di daerah Warujayeng belum terdapat sekolah menengah
maupun yang setara. Selain itu juga untuk menghadirkan Kristus di masyarakat
Warujayeng dan tujuan ini berhasil dengan bertambahnya jumlah keluarga Katolik di
daerah Warujayeng dari hanya 4 kepala keluarga berkembang menjadi lebih dari 100
kepala keluarga. Pada awalnya kegiatan belajar mengajar menggunakan ruangan
Kapel Gereja yang dibagi menjadi 3 lokal kelas, dan setelah berkembang pinjam
rumah Bapak Kamin dan Ibu Suratin.
Sekolah yang saat ini berstatus Diakui ini berdiri di atas tanah seluas 4.500
meter persegi dengan status milik Yayasan Yohanes Gabriel, memiliki 6 ruang kelas
dan fasilitas antara lain perpustakaan, laboratorium dan ruang UKS. Sekolah ini
berada di jalur yang ramai yang menghubungkan Warujayeng dengan Kediri,
Kertosono dan Nganjuk dengan masyarakat sekitar mayoritas beragama Islam dan
juga terdapat pondok pesantren.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Priyono
(1955-1956), C. Sunaryati 1956-1960), A.Y. Suwarno (1960-1970), Semeru (19701974), J.F. Soekamto (1974-1975), IM. Paidjo (1975-1999), dan saat ini sekolah
dipimpin oleh F. Gir Sriyono.

Kepala Sekolah Beserta Guru Pengajar

Siswa yang masuk sekolah ini pada awal berdiri berjumlah 36 siswa dan
mengalami peningkatan hingga pernah berjumlah 721 siswa secara keseluruhan pada
tahun 1985. Namun demikian jumlah siswa yang masuk ke SMPK terus mengalami
penurunan dengan adanya persaingan dengan sekolah negeri yang bebas uang sekolah
dan saat ini hanya terdapat 57 siswa dengan kebanyakan siswa tersebut beragama
Islam. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan penurunan dari 156–57 siswa.
Masyarakat di wilayah Warujayeng kebanyakan dari kalangan menengah kebawah
sehingga lebih memilih mendaftarkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang dianggap
lebih murah. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya ke SLTPK
karena sekolah ini mendidik dengan disiplin yang tinggi dan berkeyakinan bahwa
lulusannya menjadi orang baik dan mudah bekerja.
Pengajar yang mengajar di sekolah ini pada awalnya berasal dari guru SD
sekitar sekolah dan para tokoh Katolik didaerah Warujayeng antara lain Bapak A.J.
Suwarno. Tahun 1964 memperoleh guru drop-dropan dari SGA Semarang dan
Yogyakarta. Motivasi pegawai adalah untuk mewartakan iman dan memperoleh status
di dalam masyarakat serta memperoleh penghasilan sebab pada awal sekolah ini bisa
memberikan gaji yang lebih tinggi dari negeri. Saat ini sekolah memiliki pengajar
berjumlah 12 orang dan hanya memiliki 1 orang Guru Tetap Yayasan. Sistem
pengajaran mengikuti kurikulum pemerintah. Penilaian murni tidak ada katrolan,
sebab kita mengajarkan kejujuran. Hubungan antara guru dan murid dijalin akrab.
Pada 1980 prestasi akademis sangat menonjol. Demikian juga kegiatan olah raga.
29
Guru maupun pegawai yang mengabdi di sekolah ini belum mendapatkan
tunjangan kesejahteraan yang memadai. Guru tetap standart gaji 95 % PGPS 1997 dan
honorarium GTT hanya 5.000 per jam pelajaran. Data 5 tahun terakhir pemasukan
hanya 8–9 juta dengan saldo minus antara 3-23 juta pertahunnya.
Hubungan yang terjalin antara sekolah dengan Gereja berjalan dengan baik
dengan diadakannya ibadat sekolah setiap satu bulan sekali dan para guru SMPK
Mater Dei terlibat dalam pewartaan dengan menjadi guru pengajar untuk persiapan
Baptis, menjadi anggota SSV (Serikat Sosial Vincentius), menjadi pengurus Dewan
Paroki. Selain menjalin hubungan dengan gereja sekolah juga menjalin hubungan
dengan masyarakat yang ada di wilayah sekitar Warujayeng, terbukti dengan sekolah
sering diminta oleh masyarakat dari desa untuk menampilkan beberapa kesenian
seperti drumband, kulintang pada perayaan Hari Kemerdekaan. Orang tua siswa selalu
siap membantu kegiatan sekolah. Hubungan dengan alumni belum pernah terjalin
secara resmi. Alumni ada yang menjadi pegawai, TNI, POLRI dan beberapa Kepala
Desa di daerah Warujayeng.
Prospek 5 tahun ke depan sangat berat, tak mampu bersaing dengan sekolah
negeri. Tahun ini kelas I hanya berjumlah 16 siswa saja. Yang menjadi kendala bagi
perkembangan sekolah untuk masa yang akan datang adalah tidak adanya SDM yang
cakap, kondisi fisik sekolah yang memprihatinkan dikarenakan sekolah bisa
mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan karena tidak adanya dana yang
dapat dialokasikan untuk pembangunan sekolah.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak F. Gir Sriyono

SMAK St. AUGUSTINUS
WARUJAYENG KABUPATEN NGANJUK

S

MAK St. Augustinus yang berada di Jl A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada
tahun 1983 atas prakarsa dari Andreas Dirdjowijoyo atas nama Yayasan Gereja
dan Amal Santo Vincentius A Paulo Kediri dengan status Diakui. Sekolah ini berdiri
diatas lahan tanah seluas 1.289 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 305 m2. Sekolah
ini hanya memiliki fasilitas perpustakaan dan ruang UKS. Status tanah milih Yayasan
Gereja dan Amal. Namun sebagian tanah (2 petak) ada belum bersertifikat. Minimnya
fasilitas yang dimiliki sekolah karena sekolah hanya memiliki tanah yang tergolong
sempit untuk ukuran sebuah sekolah lanjutan atas.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah J.A.
Widodo (1983-1987), I. Pilus Kasdiman (1987-1989), Drs. J.B. Suprijanto (19891993), Drs. M. Supardjo (1993 – 1999), Drs. F.X. Sutijono (1999–2005) dan saat ini
yang memimpin sekolah adalah V. Sugito berstatus PLH.

Kegiatan Praktikum Siswa

Data 5 tahun terakhir jumlah siswa SMAK terus mengalami peningkatan dari
152-200 dengan mayoritas siswanya beragama Islam, karena masyarakat di wilayah
Warujayeng kebanyakan menganut agama Islam. Namun saat ini siswa yang masuk ke
SMAK berjumlah hanya berjumlah 35 siswa saja sebab hasil UNAS tahun 2004/2005

30
jelek sekali, dari 59 peserta hanya lulus 1 orang saja. Secara keseluruhan. Siswa yang
masuk sekolah ini kebanyakan berasal dari kalangan bawah dengan penghasilan yang
minim.
Pengajar yang ada di sekolah ini berjumlah 23 orang dengan hanya terdapat
satu Guru Tetap Yayasan dan dua Guru Negeri sedangkan yang lainnya merupakan
Guru Tidak Tetap.
Dalam lima tahun terakhir keuangan sekolah baru menunjukkan grafik yang
positif pemasukan antara 44–75 juta dan pada tiga tahun terakhir dengan membukukan
saldo 1,6-2,9 juta. Pemasukan yang didapat sekolah saat ini hanya dari siswa (SPP).
Kondisi keuangan sekolah yang bisa dikatakan mulai membaik belum bisa
memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun pegawai
yang mengabdi disekolah ini.
Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, persaingan dengan sekolah negeri berat.
Kalau sekolah tidak bisa memperbaiki hasil UNAS, siswa akan semakin merosot.
Kendala yang dihadapi sekolah di masa yang akan datang adalah kurangnya semangat
SDM yang ada di sekolah ini yang disebabkan minimnya tunjangan kesejahteraan
yang diberikan sekolah, kurangnya sarana dan prasarana, laboratorium tidak punya,
SDM berstatus tidak tetap. Selain itu masyarakat sekitar Warujayeng lebih memilih
menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang biaya pendidikannya lebih
murah dan masyarakat masih beranggapan bahwa sekolah negeri lebih bergengsi dari
sekolah swasta.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak Drs. F.X. Sutijono

TKK WIJANA
KABUPATEN JOMBANG

T

Ibu-Ibu Wanita Katolik Pemrakarsa
berdirinya TKK Wijana bersama
Romo J. Mensvoort

KK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38-40 Jombang berdiri pada
tahun 1967 atas prakarsa Ibu Margaretha Mariatun (wakil WK di GOW
Jombang), Ana Fransisca Sundari (Ketua WK), Ibu C. Sutilah, Ibu Eddy Sudjiman,
Ibu C. Susilo dengan bantuan Sr. Lidwina dari Mojokerto, dan aktivis Bapak-Baoak
direstui oleh Romo J. Mensvoort. TK Wijana terletak di daerah pusat pemerintahan
Kabupaten Jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Usaha Ibu-Ibu Wanita Katolik
tersebut diawali dengan mengadakan penggalangan dana dengan mengadakan basar,
berjualan ayam panggang dan aneka macam kue/masakan selain itu juga meminta
bantuan dana dari para kenalan yang ada di Jombang maupun di Surabaya. Hasil dari
pengumpulan dana yang telah dilakukan oleh Ibu-Ibu Wanita Katolik diserahkan
kepada Romo J. Mensvoort sebagai pengelola dana dan pendamping Ibu-Ibu Wanita
Katolik dalam proses pendirian TK. Ketika sekolah telah berdiri, TKK dikelola oleh 2
orang guru yaitu Ibu Agnes dari Mojokerto dan Ibu Baini dari Jawa Tengah dengan
jumlah yang masuk adalah 10 siswa. Kedua guru ini selama bertugas di Jombang
tinggal di rumah Ibu Margaretha Mariatun. Motivasi guru bekerja di sekolah ini
adalah untuk membantu perkembangan pendidikan yang berasaskan ajaran iman
katolik. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, terikat pernikahan dan
alasan-alasan lain. Gaji guru pada awalnya diusahakan oleh Wanita Katolik Jombang,
Bapak Samiadi ikut berperan dalam hal ini.
Saat ini sekolah mengalami perkembangan yang baik. Siswa yang masuk
sekolah saat ini berjumlah 87 siswa yang dibagi dalam dua kelas, selain Taman
Kanak-Kanak juga terdapat Playgroup dengan jumlah siswanya 11 siswa. Siswa yang
masuk TKK Wijana berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi,
agama serta etnis yang berbeda-beda. Motivasi orang tua untuk memasukkan siswa ke
sekolah ini adalah untuk mendapatkan pendidikan formal yang baik dan untuk yang
berasal dari keluarga Katolik mempunyai motivasi untuk memperoleh pendidikan
yang berbasiskan agama Katolik.

31
Hubungan sekolah dengan orang tua murid terjalin baik, hal ini terbukti dari
dukungan dan bantuan orang tua terhadap kegiatan sekolah. Hubungan dengan Gereja
terjalin baik pula, sebab sekolah ini adalah milik Gereja.
TKK Wijana saat ini dipimpin oleh Yuliana Sukirah dengan jumlah pengajar
yang mengabdi berjumlah 5 orang dengan hanya terdapat 1 orang guru yang berstatus
Guru Tetap Yayasan, Guru Negeri 1 orang, dan Guru Tidak Tetap berjumlah 3 orang.
Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah semakin memadai berkat kerjasama
yang dilakukan sekolah dengan umat Paroki dan pemerintah maupun dengan para
donatur.
Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Yuliana Sukirah dengan Nara
Sumber Ibu Anna
Fransisca Sundari dan Margretha Mariatun

SDK WIJANA
KABUPATEN JOMBANG

S

DK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38 Jombang berdiri pada 8
Januari 1968 atas prakarsa dari aktivis Gereja diantaranya adalah Soesilo,
Christian Pattynama, Mastoeti Soekarno, Samiadi (alm) dan dan Bapak-bapak aktivis
Gereja dan sangat direstui oleh Romo J. Mensvoort. Pada awalnya keinginan Bapak
Soesilo untuk membeli sebidang tanah di selatan SMPK Wijana yang pada waktu itu
masih berwujud rawa untuk mendirikan SD Katolik. Romo Mensvoort sebagai Romo
Yayasan menyetujui usul tersebut. Tanah berhasil dibeli atas dukungan umat dan
bantuan dari belanda yang waktu itu masih memberi bantuan berupa bahan makanan,
pakaian bekas dan uang. Sambil berusaha mendirikan sekolah Bapak Soesilo
mendatangi siswa lulusan SMPK Wijana dibujuk agar mau sekoloah di SPG Madiun

32
dan Malang. Ada 4 siswa, yaitu Yansen, Widji, F.X. Sarmi dan I.M. Niniek. Romo
Mensvoort membiayai para siswa ini. Para tokoh pendiri memulai proses pendirian
sekolah dengan mengadakan penggalangan dana yang berasal dari umat Paroki
maupun dari para donatur dan berlangsung selama satu tahun. Sekolah ini terletak di
daerah pusat pemerintahan Kabupaten jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Setelah
sekolah berdiri penggalangan dana masih terus dilakukan untuk melengkapai sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan sekolah. SDK Wijana saat ini telah memiliki 10
unit komputer yang digunakan untuk siswa dan 2 unit komputer untuk guru, namun
yang satu sudah rusak.
Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Martina
(1968-1974), F.X. Siswanto (1974-1984), Djoko Surjatmo (1984-1994), F.X. Supardi
dan saat ini sekolah dipimpin oleh I.M. Niniek D. Guru yang pernah dan masih
mengajar di sekolah ini antara lain Ibu Bernadet, Ibu F. Purwaningsih, Ibu I.M Niniek,
Ibu Theresia, Bapak Supardi, Bapak J.C. Marjono, Ibu Sri Winarni, Bapak G. Sihana,
Bapak C.B. Samidi, Ibu A.M. Sri Rahayu, Bapak G. Arif Prabowo, Ibu Sry Risma
Artha Melati, Bapak Y. Gitoyo, Ibu Evi Cahyaningrum.
Pada awal pendirian siswa yang bersekolah di SDK Wijana mayoritas berasal
dari siswa Cung Hwa Cung Hwi berjumlah 40 siswa. Siswa yang bersekolah di SDK
Wijana saat ini berjumlah 229 siswa. Siswa yang ada sekarang sudah jauh menurun
dari sebelumnya yang bahkan pernah mencapai 400 siswa secara keseluruhan.
Berkurangnya jumlah siswa yang bersekolah di SDK Wijana karena kalah bersaing
dengan sekolah negeri yang biayanya lebih murah. Siswa yang bersekolah di sekolah
ini memeluk agama yang berbeda-beda dan dari berbagai kalangan baik kalangan atas
hingga bawah. Motivasi siswa bersekolah di sekolah ini ialah ingin memperoleh
pendidikan formal yang baik dan ingin memperoleh pendidikan agama yang seiman.

Pengajar yang mengabdi berjumlah 11 orang dengan hanya memiliki 3 Guru
TetapYayasan. Tunjangan kesejahteraan yang diterima guru di sekolah ini pada
awalnya lebih baik dari yang diterima guru yang berstatus negeri akan tetapi sekarang
keadaannya berubah, tunjangan yang diterima guru di sekolah ini hanya 60 persen dari
yang PGPS 2001. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, menikah, diangkat
menjadi PNS, dll. Pola pengajaran yang digunakan di SDK Wijana sudah
menggunakan Kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Seperti sekolahsekolah yang lain, dahulu guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Seiring
dengan perkembangan jaman berkembang dengan membuat tulisan ketik kemudian di
stensil; dan saat ini sudah mempergunakan penggandaan mesin fotokopi dan
komputer.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan sekolah juga tidak lupa menjalin
hubungan dengan sekitarnya yaitu dengan Gereja maupun dengan lingkungan
masyarakat. Hubungan yang dijalin dengan Gereja antara lain sebagai anggota Wanita
Katolik, Ketua Misdinar dan sebagai Sie Liturgi selain itu setiap Jumat pada minggu
33
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN
PILAR-PILAR KEHIDUPAN

More Related Content

What's hot

Contoh surat peminjaman ruang
Contoh surat peminjaman ruangContoh surat peminjaman ruang
Contoh surat peminjaman ruangAfan Anwar
 
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)JasonCundrawijaya
 
Surat permohonan dana
Surat permohonan danaSurat permohonan dana
Surat permohonan danaPopy Putry
 
Program kerja panitia
Program kerja panitiaProgram kerja panitia
Program kerja panitiaikull
 
Surat bak sampah
Surat bak sampahSurat bak sampah
Surat bak sampahAyu92
 
Permohonan mtq menjadi dewan hakim
Permohonan mtq menjadi dewan hakimPermohonan mtq menjadi dewan hakim
Permohonan mtq menjadi dewan hakimPoetra Chebhungsu
 
Carta convite encontro mar 2017
Carta convite encontro mar 2017Carta convite encontro mar 2017
Carta convite encontro mar 2017nuvemluminosa
 
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docx
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docxPROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docx
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docxssuseree9ae92
 
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012Yusuf Hasyim Addakhil
 
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakitContoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakityayat16
 
Contoh Surat tugas
Contoh Surat tugasContoh Surat tugas
Contoh Surat tugasfauji ku
 
Proposal pengadaan obat obatan uks
Proposal pengadaan obat obatan uksProposal pengadaan obat obatan uks
Proposal pengadaan obat obatan uksGustiadhy Gustiadhy
 
Kliping Tarian Adat Indonesia
Kliping Tarian Adat IndonesiaKliping Tarian Adat Indonesia
Kliping Tarian Adat IndonesiaFirdika Arini
 
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.Dessy Gary
 
Contoh na pernikahan
Contoh na pernikahanContoh na pernikahan
Contoh na pernikahanadi7101976
 
Pedoman administrasi-paud
Pedoman administrasi-paudPedoman administrasi-paud
Pedoman administrasi-paudRobi Zaman
 
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan Beasiswa
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan BeasiswaSurat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan Beasiswa
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan BeasiswaIbas Ibnu Patriandana
 

What's hot (20)

Contoh surat peminjaman ruang
Contoh surat peminjaman ruangContoh surat peminjaman ruang
Contoh surat peminjaman ruang
 
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)
Contoh Doa Umat dalam Liturgi Katolik Roma (2)
 
Surat permohonan dana
Surat permohonan danaSurat permohonan dana
Surat permohonan dana
 
Program kerja panitia
Program kerja panitiaProgram kerja panitia
Program kerja panitia
 
Surat bak sampah
Surat bak sampahSurat bak sampah
Surat bak sampah
 
Permohonan mtq menjadi dewan hakim
Permohonan mtq menjadi dewan hakimPermohonan mtq menjadi dewan hakim
Permohonan mtq menjadi dewan hakim
 
Sekami
SekamiSekami
Sekami
 
Carta convite encontro mar 2017
Carta convite encontro mar 2017Carta convite encontro mar 2017
Carta convite encontro mar 2017
 
Surat pemberitahuan kegiatan
Surat pemberitahuan kegiatanSurat pemberitahuan kegiatan
Surat pemberitahuan kegiatan
 
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docx
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docxPROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docx
PROPOSAL JEMAAT tORSINA Tobamawu Ke GUBERNUR FEBRUARI 2022 - Copy.docx
 
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012
Pedoman administrasi organisasi NU konbes 2012
 
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakitContoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit
Contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit
 
Contoh Surat tugas
Contoh Surat tugasContoh Surat tugas
Contoh Surat tugas
 
Kliping pendidikan
Kliping pendidikanKliping pendidikan
Kliping pendidikan
 
Proposal pengadaan obat obatan uks
Proposal pengadaan obat obatan uksProposal pengadaan obat obatan uks
Proposal pengadaan obat obatan uks
 
Kliping Tarian Adat Indonesia
Kliping Tarian Adat IndonesiaKliping Tarian Adat Indonesia
Kliping Tarian Adat Indonesia
 
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
 
Contoh na pernikahan
Contoh na pernikahanContoh na pernikahan
Contoh na pernikahan
 
Pedoman administrasi-paud
Pedoman administrasi-paudPedoman administrasi-paud
Pedoman administrasi-paud
 
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan Beasiswa
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan BeasiswaSurat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan Beasiswa
Surat permohonan dan Surat Pernyataan Mengajukan Beasiswa
 

Similar to PILAR-PILAR KEHIDUPAN

laporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doclaporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.docarnoldjansen10
 
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLO
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI  LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLOPROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI  LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLO
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLOLaurensia Claudia Pratomo
 
Contoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialContoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialIswi Haniffah
 
Laporan akhir kkn Lindatul Afidah
Laporan akhir kkn Lindatul AfidahLaporan akhir kkn Lindatul Afidah
Laporan akhir kkn Lindatul AfidahLindatulAfidah
 
Proposal skripsi q
Proposal skripsi qProposal skripsi q
Proposal skripsi qQim Luqman
 
Pernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisanPernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisannasrun gayo
 
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah Minggu
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah MingguSABDA MLC: Kursus Guru Sekolah Minggu
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah MingguSABDA
 
1. sejarah dan perkembangannya
1. sejarah dan perkembangannya1. sejarah dan perkembangannya
1. sejarah dan perkembangannyaNururuwidiyatomoko
 
Santo Markus (Saint Mark)
Santo Markus (Saint Mark)Santo Markus (Saint Mark)
Santo Markus (Saint Mark)Angpat Sankus
 
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfeBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfleni narulita
 
Laporan individu
Laporan individuLaporan individu
Laporan individuAyah Abeeb
 
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docxLembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docxTASSAKKASPd
 
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013Reformata.com
 
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docx
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docxSurat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docx
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docxYohaniizMoLana
 

Similar to PILAR-PILAR KEHIDUPAN (20)

Soft copi album Pelepasan
Soft copi album PelepasanSoft copi album Pelepasan
Soft copi album Pelepasan
 
laporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doclaporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doc
 
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLO
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI  LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLOPROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI  LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLO
PROSES SOSIALISASI ANAK PANTI ASUHAN DI LINGKUP SEKOLAH DAN MASYARAKAT SOLO
 
Contoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti SosialContoh Proposal Bakti Sosial
Contoh Proposal Bakti Sosial
 
Laporan akhir kkn Lindatul Afidah
Laporan akhir kkn Lindatul AfidahLaporan akhir kkn Lindatul Afidah
Laporan akhir kkn Lindatul Afidah
 
Proposal skripsi q
Proposal skripsi qProposal skripsi q
Proposal skripsi q
 
Pernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisanPernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisan
 
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah Minggu
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah MingguSABDA MLC: Kursus Guru Sekolah Minggu
SABDA MLC: Kursus Guru Sekolah Minggu
 
1. sejarah dan perkembangannya
1. sejarah dan perkembangannya1. sejarah dan perkembangannya
1. sejarah dan perkembangannya
 
Buku saku uks 2014
Buku saku uks 2014Buku saku uks 2014
Buku saku uks 2014
 
Potret Kawula Muda
Potret Kawula MudaPotret Kawula Muda
Potret Kawula Muda
 
Santo Markus (Saint Mark)
Santo Markus (Saint Mark)Santo Markus (Saint Mark)
Santo Markus (Saint Mark)
 
Santo Markus (St. Mark)
Santo Markus (St. Mark)Santo Markus (St. Mark)
Santo Markus (St. Mark)
 
tugas b indo.docx
tugas b indo.docxtugas b indo.docx
tugas b indo.docx
 
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfeBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
 
Laporan individu
Laporan individuLaporan individu
Laporan individu
 
Fkm 2015
Fkm 2015Fkm 2015
Fkm 2015
 
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docxLembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
 
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013
Tabloid reformata edisi 166 agustus 2013
 
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docx
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docxSurat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docx
Surat Permohon Lamaran Tenaga Pendidik.docx
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

PILAR-PILAR KEHIDUPAN

  • 1. GELIAT DAN PASANG SURUT PILAR-PILAR KEHIDUPAN “YAYASAN YOHANES GABRIEL” PERWAKILAN III KEDIRI Editor : A. Kasdadi A. K. Sutrisno Antonius Cahya P. B. B. Eko Ismono 1
  • 2. YAYASAN YOHANES GABRIEL KANTOR PERWAKILAN III KEDIRI Jl. Veteran 3 Tlp/Fax 0354 – 771670 Kediri – 64114 Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri.Inset : Romo Ignatius Dwidjo Susastro, CM. (Sumber : 80 Th.Romo-Romo CM di Indonesia). Sejarah Pendirian : Pada bulan September 1959 Romo Ignatius Dwidjosoesastro CM mendirikan Kantor Yayasan Yohanes Gabriel Cabang Kediri untuk mengurusi sekolah di wilayah Kediri dan sekitarnya, yaitu Kediri, Gringging, Jombang, Nganjuk, Pare dan Puhsarang. Dalam perkembangan selanjutnya istilah cabang berubah menjadi perwakilan. Kata Perwakilan II, mengikuti pembagian regio Keuskupan Surabaya, Regio II. Kantor Cabang pada tahun 1959 dahulu berada di Jl. Wilis Kediri yang sekarang SD Frateran II. Selanjutnya pindah di Jl. Klotok 3 sekarang Jl. Veteran 3 Kediri. Berturut-turut pernah menempati ruang sebelah selatan gereja Vincentius, Ruang Legio, Menjadi satu dengan SMAK St. Augustinus Kediri dan terakhir sampai sekarang disebelah utara gereja satu komplek dengan Pastoran, Kantor Paroki dan Toko buku Paroki. Pembangunan Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri 2
  • 3. Kepengurusan pada Awal dan perkembangan selanjutnya : Pada tahun 1959–1964 yang menjadi Ketua Cabang adalah Romo Dwidjosoesastro CM. Kepala Kantor Bapak Sudarmono. Sedang karyawannya : Bapak FX Sukamto, Ibu Sudarmono, Bapak Afandi, Bapak Pardi, Bapak Gito Supadmo. Pengurus tahun 1965 : Romo Hadi Sudarso Pr. Pengurus tahun 1965–1972 : Romo Kumoro Wijoyo Pr. Tahun 1972–1985 kepengurusan pernah dijabat oleh Romo Wartadi CM, Romo Utomo CM, Romo Aryono CM, Romo Reintjes CM, Romo S Sunaryo CM. Tahun 1985–1993 : Dijabat oleh Romo Ponticelli CM, Romo Sumarki CM, Romo Emilio Rossi CM, Romo A. Kurdo Irianto Pr. Tahun 1993–2000 : Romo B. Yustisianto Pr dan pernah bersama dengan Romo Karolus Jande Pr. Tahun 2000– 2002 : Romo Harjanto Pr. Tahun 2002–2005 : Romo Albertus Haryopranoto Pr. Tahun 2005–Sekarang : Romo B. Prima Novianto Pr. Dengan Susunan Pengurus sebagai berikut : Ketua : Romo Drs. B. Prima Novianto Pr., Sekretaris : Drs. A. Kasdadi, Bendahara dan Usaha Dana : Romo Drs. Petrus Katiran Pr., Kepala Bidang Kepegawaian : Romo Drs. P. Kusnugroho Pr., Kepala Bidang Pendidikan/Kurikulum : Rm Drs. A. Akik Purwanto Pr., Kepala Bidang Sarana dan Prasarana : Romo Drs. Siprianus Yitno Pr., Karyawan : A.K. Sutrisno, B. Sukarti dan F.X. Sukamto. Kepala Kantor pernah dijabat oleh : Bapak Sudarmono, Bapak Dirjo, Bapak Willem Hubertus O. Carm. dan mulai September 2004 sampai sekarang Bapak Drs. A. Kasdadi. Bapak F.X. Sukamto adalah karyawan sejak berdirinya kantor ini sampai sekarang. Beliaulah yang banyak memberi informasi tentang sejarah kantor perwakilan II. Kebijakan penting pada awal dan perkembangannya : Masalah keuangan : Dahulu seluruh permasalahan keuangan ditangani oleh pengurus. Berapapun kekurangannya semua “ditomboki” oleh pengurus. Penggajian di sekolah Katolik mulai 1959–sampai awal orde baru lebih tinggi dari gaji di sekolah negeri. Solidaritas keuangan mulai ada pada masa Pusat Yayasan dipimpin oleh Romo Y.H. Purwoputranto Pr. Uang Gedung Sekolah sebesar 5% diserahkan ke Kantor Perwakilan dan sebesar 10% ke Kantor Pusat. Pada masa itu pada umumnya sekolah mengelola keuangannya sendiri-sendiri. Pada masa kepemimpinan Romo Yustisianto Pr wilayah kerja Kantor Perwakilan II sama dengan wilayah Regio II yang terdiri dari 8 Kornit, yaitu Kediri I St. Vincentius, Kediri II St. Yosef, Tulungagung, Blitar Pare, Jombang, Mojokerto dan Wlingi. Solidaritas keuangan lebih nyata, namun masih ada beberapa titik pusat keuangan, kalau tidak salah Kediri meliputi Kediri I dan II, Pare, Jombang dan Nganjuk. Mojokerto solidaritas se Kornit. Blitar solidaritas dengan Wlingi. Tulungagung solidaritas se Kornit termasuk Trenggalek. Sejak Romo Haryo Pranoto Pr menjabat sebagai Ketua Perwakilan II, masingmasing kornit berdiri secara otonom, sehingga solidaritas keuangan terbatas hanya satu kornit. Keadaan semacam ini sungguh berat bagi kornit yang minus. Sekolah-sekolah di Perwakilan II sebagian besar termasuk sekolah minus. Sekolah yang surplus jumlahnya sedikit. Hal ini terlihat belum ada satu sekolahpun pada tahun 2005 ini yang sistem penggajiannya sama dengan peraturan pemerintah PGPS 2003 atau Peraturan Yadapen 2005. Kalau pemerintah bisa memberikan gaji ke 13, maka bagi yayasan itu tidak bisa. Kehidupan sekolah minus pada saat sekarang ini tertolong adanya bantuan dari Panitia Dana Sekolah Minus, Gratia dan bantuan dari pemerintah. Hubungan dengan Gereja : Hubungan dengan Gereja cukup erat sebab hampir setiap pengurus adalah Kepala Paroki, paling tidak Romo yang menjabat di Regio II. Partisipasi umat dalam mengelola sekolah merupakan kepedulian umat dan keprihatian umat terhadab 3
  • 4. masalah sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel yang mengalami kesulitan. Partisipasi umat ini pada umumnya berbentuk sebuah tim, misalnya di Mojokerto, di Jombang ada tim ada ikatan alumni, di Kertosono, di Pare namanya Himpunan Orang Tua Peduli Sekolah dan Ikatan Alumni, di St. Yosef P2S. Namun partisipasi ini belum menyeluruh. Keberadaan tim peduli sekolah nampaknya tidak selalu harmonis dengan yayasan, sehingga timbul ketidak serasian kerja. Hal ini terutama karena belum adanya aturan main yang jelas. Oleh karena itu keberadaan tim ini sekarang tinggal beberapa saja. Hubungan dengan Pemerintah setempat : Ada hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, terbukti beberapa sekolah berstatus Subsidi yang menerima bantuan berupa tenaga, uang dan sarana pendidikan. Bantuan tenaga berupa adanya Guru berstatus guru subsidi (sekarang istilahnya guru DPK) sekarang ini ada juga berstatus Guru Bantu. Bantuan Keuangan berupa OPF, DBO, BOS, PSPBMP, BKM dan Insentif Guru. Namun kebijakan pemerintah dalam mendirikan sekolah baru, sering tidak memperhitungkan keberadaan sekolah swasta termasuk sekolah Katolik. Hal ini terbukti banyak sekolah swasta yang saat sekarang ini hidupnya susah, bahkan ada yang tutup. Hubungan dengan masyarakat pendidikan swasta/negeri setempat. Dahulu hubungan lebih erat sebab umumnya jumlah sekolah negeri dan swasta berjumlah sedikit. Saat ini hubungan lebih berkesan “Persaingan“ dalam mencari murid. Jumlah murid sangat sedikit tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada. Tsunami Unas Saat penulisan buku sejarah ini (Agustus 2005), baru saja selesai pengumuman hasil Ujian Nasional 2004/2005. Semua SMA di Perwakilan II tak ada yang bisa lulus 100%. Sekolah SMA yang dianggap besar dan berkwalitas angka ketidak lulusan antara 20–63 siswa. Sekolah SMA kecil dan “Tidak berkualitas“ ada 2 sekolah yang mencolok, yaitu siswa 59 hanya lulus 1 dan siswa 103 hanya lulus 6 siswa. Dari hasil lulusan ini nampaknya menunjukkan bahwa sekoloah-sekolah kita belum siap untuk menyongsong penilaian yang dilakukan oleh pihak luar. Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari semua pihak pengelola sekolah, karena kwalitas sekolah itu baru bisa diukur apabila evaluasinya dari pihak luar. Kalau muridnya diuji sendiri hasil kelulusannya tinggi, itu biasa saja. Tapi kalau sekolah diuji dari pihak luar muridnya banyak yang tidak lulus, itu artinya belum jago. Peranan Imam / Misionaris Tak dapat disangkal bahwa peranan Imam/Misionaris dalam tumbuh dan berkembangnya Yayasan Yohanes Gabriel khususnya di Perwakilan II sangat besar. Sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel adalah bagian tak terpisahkan dengan misi dan Gereja. Hanpir dalam setiap pendirian sekolah umat terlibat bahkan seringkali sebagai pendiri. Oleh karena itu pada saat sekarang ini perlu dirumuskan kembali hubungan Sekolah/Yayasan dengan Gereja. Dalam tulisan-tulisan berikut ini tidak banyak bisa menampilkan peranan Imam/Misionaris . Hal ini disebabkan karena tidak cukup waktu untuk menggali informasi, maupun nara sumber yang memiliki informasi ini. Seperti misalnya pada saat kepemimpinan Romo Ponticelli dan Romo Emilio Rossi, beliau sangat besar andilnya dalam pembangunan SMAK Nganjuk (1985). Di samping itu Romo Ponti juga sangat berperan dalam perkembangan SMAK Tulungagung. Pada jaman Romo Yustisianto dan Romo Harjanto, pembangunan 3 sekolah besar-besaran (Kediri, Blitar dan Tulungagung). Ini hanya contoh kecil saja yang ditulis sambil lalu. Untuk kekurangan ini, selayaknya kita mohon maaf kepada para misionaris dan para imam 4
  • 5. yang telah berjasa namun tak dapat diabadikan dalam tulisan sederhana ini. Sangat diharapkan para pelaku sejarah, saksi sejarah bisa menyampaikan kritik, saran dan bahkan mungkin informasi yang lengkap kepada Pusat Yayasan Yohanes Gabriel Jl. Dinoyo 42–44 Surabaya, agar yayasan bisa menerbitkan buku sejarah yang berikutnya. Sejarah sangat penting sebab dari sejarah kita bisa belajar banyak, menengok masa lalu, berkarya saat ini dan menatap masa depan. Pada halaman-halaman berikut akan dipaparkan gambaran umum sekolahsekolah seperwakilan II Kediri yang berjumlah 47 sekolah. Bahan tulisan umumnya bersumber dari tulisan para Kepala Sekolah dengan beberapa sumber. Editor sungguh mengalami kesulitan untuk memadukan tulisan-tulisan itu, dirangkum dalam 2 halaman untuk tiap sekolah. Pembatasan jumlah halaman terpaksa dilakukan agar buku sejarah seyayasan tidak terlalu tebal. Oleh karena itu penggambaran tiap sekolah tentu tidak bisa lengkap karena terbatasnya halaman; dan ada pula sekolah yang tidak lengkap mengirim informasi. Keterbatasan ini masih ditambah lagi dengan waktu yang tersedia untuk mengedit hanya sekitar satu bulan saja. Editor minta maaf apabila dalam hasil akhir ini mungkin tidak sesuai dengan maksud tulisan Kepala Sekolah. Keterbatasan kemampuan para editor juga sangat mempengaruhi isi tulisan maupun keindahan bahasa. Editor sangat menyadari kebodohannya. Ibaratnya hanya “Bondho nekat“ berani menerima tugas berat ini demi kesetiaan kepada Yayasan tercinta. Apabila diharapkan ada buku yang lebih lengkap sesuai dengan tulisan para Kepala Sekolah, maka Perwakilan II bisa menerbitkan sendiri buku sejarahnya. Tulisantulisan itu sampai saat ini masih tersimpan lengkap di Kantor Perwakilan II. Mungkin sekolah-sekolah yang besar bisa mensponsori biaya penerbitan itu. I. Kornit Kediri I Paroki St. Vincentius Kornit Kediri I mengurus sekolah-sekolah Yayasan Yohanes Gabriel di Paroki St. Vincentius Kediri. Saat ini (tahun 2005) dipimpin oleh Romo Drs. Petrus Katiran, Pr mengasuh 6 sekolah. Kepala Paroki saat ini adalah Romo Drs. H.V. Sairin Pr. Beliau tidak berkenan menjabat kepengurusan di yayasan sebab beliau sebagai Romo Vikep. Namun perhatian beliau terhadap sekolah Katolik cukup besar. Hal ini terbukti dalam setiap rapat vikep selalu ada acara pembicaan tentang sekolah. Di samping itu beliau terjun sendiri untuk mencarikan dana sekolah yang minus antara lain SDK Frateran II dan SDK Puhsarang. TAMAN KANAK-KANAK YOHANES GABRIEL PUHSARANG KBUPATEN KEDIRI S ekolah ini berdiri atas prakarsa dari Ibu Agustina Kamilah yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah SDK Yohanes Gabriel Puhsarang pada tahun 1972. Inisiatif beliau muncul karena melihat banyaknya anak pra sekolah yang bermain di halaman SDK ketika kegiatan belajar sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar anak-anak. Pada awalnya Taman kanak-kanak ini hanya sebagai sekolah penampungan dengan menempati salah satu ruangan SDK Puhsarang dengan jumlah siswa cukup banyak karena saat itu belum ada sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Puhsarang. Pada tahun 1980 Romo Dibyo Karyono mempunyai inisiatif untuk membuatkan gedung bagi sekolah penampungan ini. Pembuatan gedung ini melibatkan murid-murid SDK Puhsarang dengan cara setiap pagi sebelum pelajaran dimulai para siswa mencari batu kali. Pembangunan gedung sekolah seluas 42 m 2 yang menempati tanah SDK Puhsarang selesai pada tahun 1983 dan sekolah menggunakan nama TK. Sekolah ini memiliki lokasi yang tidak begitu dekat dengan jalan raya sehingga nyaman untuk proses belajar mengajar. Luas tanah 299 meter 5
  • 6. persegi adalah milik Yayasan Gereja dan Amal Gereja St. Vincentius A. Paulo Kediri. Luas bangunan 42 meter persegi. Seiring dengan berkembangnya gereja Puhsarang yang saat ini menjadi tempat wisata rohani/ziarah yang terkenal sampai tingkat nasional dengan nama Gua Maria Lourdes Puhsarang, maka halaman TK dan SD Puhsarang menjadi tempat parkir kendaraan peziarah. Keadaan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan anak-anak dalam belajar maupun bermain. Kondisi ekonomi masyarakat sekitar pada umumnya tergolong berkemampuan menengah ke bawah. Mata pencarian pada umumnya bercocok tanam, pekerja serabutan/buruh-buruh. Pada tahun 1983 TK Puhsarang mengajukan ijin ke Dinas Pendidikan. Walaupun belum ada tanggapan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tetapi para guru tetap bersemangat dalam mengajar dan mendidik para siswa. Ijin dari Dinas Pendidikan untuk TKK Puhsarang keluar pada tahun 1985 dengan status terdaftar dan sekolah mulai menggunakan kurikulum yang sebenarnya. Dengan segala keterbatasan sarana yang ada murid-murid cukup antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedikit demi sedikit orang tua siswa mulai memperhatikan anak-anaknya dengan memberikan pakaian seragam sekolah dan menyediakan alat-alat sekolah. Pada awalnya sarana pendidikan yang dibutuhkan untuk murid dalam kegiatan belajar didapat oleh Ibu Kamilah dengan minta bantuan dari TKK Santo Yoseph dan TKK Santa Maria berupa mainan, buku-buku penunjang dan alat-alat keperluan untuk TK dan juga tempat minum yang sudah tidak terpakai. Pada tahun 1990 Sr. Cecilia PK bertugas di Wisma Hening Puhsarang. Beliau sangat peduli terhadap TK Puhsarang. Seminggu sekali memberikan tambahan gizi berupa susu, telur, kacang hijau, mie dan kadang-kadang nasi dengan lauk pauk. Sebulan sekali Suster Cecilia mengajak para siswa bermain di TK Santa Maria Kediri dengan naik mobil Chevrolet angkutan khas Puhsarang. Dari tahun 1972–2005 ini Guru yang pernah mengajar di TK Puhsarang antara lain Bu Ningsih, Bu Sus, Bu Yuniastuti, Bu Wit, Bu Winarsih, Bu Darsih, Bu Duriyah, Bu Sulastri, Bu Novi, Bu Hariani dan Bu Rustin. Dari awal pendirian TKK Yohanes Gabriel Puhsarang banyak mengalami pergantian Guru. Seringnya pergantian Guru di TKK Puhsarang disebabkan karena rendahnya honorarium, sehingga tidak mencukupi kebutuhan minimal sekalipun. Akibatnya apabila guru yang bersangkutan ada pekerjaan yang lebih baik penghasilannya, mereka keluar. Dengan melihat kondisi masyarakat sekitar yang menyekolahkan anak-anaknya di TKK Pohsarang, amatlah sulit bagi sekolah untuk memberikan jaminan ekonomi yang baik bagi pegawainya. Uang sekolah yang dijadikan satu-satunya sumber pemasukan sangatlah minim, karena uang sekolah yang ditarik dari para siswa jumlahnya sedikit. Pemasukan dari siswa 4 tahun terakhir antara 583.000–1.296.000 pertahun. Defisit anggaran 4 tahun terakhir antara 1.925.000–4.326.500 pertahun. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah TKK ini antara lain Ibu M.M. Yuniasti (1985-1992), Ibu Emilia Duriyah (1992-2002), Ibu V.G. Sulastri (20022003), Ibu M.M. Novita Dwi Setyowati (2003-2005) dan saat ini sekolah dipimpin oleh Ibu Christina Hariani. 6
  • 7. Siswa yang bersekolah di TKK Yohanes Gabriel berasal dari masyarakat sekitar sekolah yang memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda namun semua siswa sekolah ini berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah. Selain itu masyarakat sekitar menganggap bila sekolah di sekolah Katolik harus pula beragama Katolik sehingga mereka merasa khawatir bila di Katolikkan. Jumlah siswa 4 tahun terakhir antara 27–35 siswa saja. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa adalah Senam dan Menyusun Keping Geometri Juara I Tk Kecamatan Semen. Prospek 5 tahun ke depan sekolah ini cukup berat sebab persaingan dengan TK lain yang cukup banyak, daya tarik sekolah rendah karena kurangnya alat bermain dan kemampuan keuangan sekolah yang sangat kecil. Harapan kedepan tentu keberadaan sekolah ini tetap berlangsung. Untuk kelangsungan keberadaan sekolah ini maka sekolah sekolah harus meningkatkan daya saing agar lebih menarik minat siswa, bantuan keuangan dari yayasan dan pihak-pihak lain serta mengharapkan adanya peningkatan sumber daya manusia dengan pelatihan-pelatihan profesionalitas guru taman kanak-kanak. Sumber bahan : Tulisan Kepala sekolah Christina Hariani TKK SANTA KHATARINA SUMBER BENTIS KABUPATEN KEDIRI T KK Santa Khatarina terletak di Sumberbentis desa Manyaran Kecamatan Banyaan Kabupaten Kediri. Pendirian TK ini atas prakarsa masyarakat setempat. Kondisi ekonomi masyarakat setempat pada umumnya miskin dengan mata pencarian sebagai petani tanah kering. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar umumnya rendah, kebanyakan tidak lulus SD dan sebagian lulus SD. Sekolah ini berdiri dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik, mempertahankan iman Katolik dan sebagai kepedulian Gereja Katolik dalam pendidikan. Langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah menggali dana dari masyarakat setempat dan mengumpulkan dana dari donatur. Hampir setiap tahun menerima seragam siswa yang berupa seragam bekas dari TK Katolik kota Kediri. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah di mayarakat adalah mencari guru yang layak serta menjalin hubungan dengan TK Katolik yang lain. Pada awalnya sekolah memiliki 2 tenaga pengajar lulusan SPG dan SMKK. Saat ini tinggal seorang guru sebab seorang guru diangkat menjadi Guru Kontrak di sekolah negeri. Status guru yang ada adalah guru tidak tetap dengan imbalan yang kecil sekali. Alasan guru ini masih tetap bersedia bekerja di sekolah ini karena tidak ada pekerjaan lain. Tak ada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan guru, karena yayasan tidak mampu. Siswa yang sekolah di sekolah ini berasal dari suku Jawa, sebagian beragama Katolik dan sebagian Islam. Alasan yang mendorong siswa sekolah di sekolah ini adalah tidak ada pilihan lain. Sumber bahan : Tulisan Bapak Petrus Prijantosa Pamong Umat SEKOLAH DASAR KATOLIK YOHANES GABRIEL POHSARANG KABUPATEN KEDIRI P ada tahun 1931 di wilayah Desa Pohsarang dan sekitarnya belum terdapat lembaga pendidikan setingkat SD. Melihat kondisi tersebut dua imam misionaris dari Belanda, RM. Van Megen, CM dan RM. Wolters, CM mendirikan lembaga 7
  • 8. pendidikan dengan nama sekolah “Cap Jago”. Pada awal pendirian sekolah hanya sampai kelas tiga. Sekolah yang hanya memiliki dua ruang belajar ini terletak di sebelah timur gereja Santa Maria Pohsarang (sekarang Plaza St. Maria) dipimpin oleh Bapak Kusmin. Pada tahun 1935-1942 kepemimpinan dipegang oleh Bapak Sosro lulusan CVO (kursus guru selama 3 bulan). Pada masa kepemimpinan Bapak Sosro ini sekolah mengalami kegoncangan besar akibat kedatangan tentara Jepang ke Indonesia. Pada tahun 1949–1950 pada saat terjadi agresi Belanda (Cles II) proses belajar mengalami kevakuman. Kepala Sekolah beserta Guru SDK Puhsarang. (Inset Kiri: Romo J.H. Van Megen CM, kanan : Romo J.H. Wolters CM. Sumber : 80 Th. RomoRomo Cm di Indonesia) Pada tahun 1943–1975 Bapak Yoseph Henrycus Slamet (Lulusan CVO) menjadi Kepala Sekolah menggantikan Pak Sosro. Pada Tahun 1960 dibawah pimpinan Bapak Yoseph Henrycus Slamet sekolah menambah ruang belajar menjadi lima lokal. Pada 1962 sekolah ini mendapat kunjungan Duta Besar Vatikan. Pada tahun 1975–1999 Kepala Sekolah dijabat oleh Ibu Kamilah seorang lulusan SPG dan berstatus guru negeri DPK. Tahun 1983 atas prakarsa Romo S. Sunaryo CM lokasi sekolah di pindahkan ke lokasi yang sekarang. Kemudian pada kepemimpinan Ibu Agustina Kamilah ruang belajar ditambah menjadi enam lokal hingga sekarang. Tahun 1999–2005 Kepala Sekolah Ibu M.M. Kasri Evayanti seorang lulusan STKIP Widya Yuwana Madiun dengan status GTT. Saat ini sekolah yang memiliki luas tanah 21.100 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 658,5 m2 . Status tanah milik Yayasan Gereja dan Amal St Vincentius Kediri. Data siswa lima tahun terakhir antara 100–85 siswa (saat ini 92). Data keuangan 5 tahun terakhir pemasukan antara 1.920.000–3.618.000 dengan defisit antara 15.364.708–31.277.988 pertahun. Jumlah pengajar saat ini sebanyak 10 orang. Pada awal berdirinya sekolah tenaga pendidik adalah tokoh umat yang dikursuskan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk memantapkan posisi sekolah dimasyarakat antara lain guru-guru bekerja keras untuk meningkatkan prestasi siswa. Hasilnya juara I siswa berprestasi dan masuk 10 besar tingkat kecamatan. Usaha lain adalah berpartisipasi dalam gugus sekolah, selalu terlibat dalam penyusunan soal ulangan, mengadakan sosialisasi pendidikan kepada orang tua murid dengan nara sumber Camat dan Kepala Dinas Pendidikan, memelihara kebersihan lingkungan dan hasilnya setiap kali UAS selalu ditempatkan di sekolah ini sayang setelah tempat ziarah menjadi besar belakang sekolah dijadikan tempat pembuangan sampah, mengadakan kebersamaan warga sekolah dan meningkatkan spiritualitas misalnya dengan novena. Alasan utama guru tetap bersedia mengajar di sekolah ini walaupun gajinya kecil adalah untuk mengabdi. Hal ini dibuktikan dengan semangat mengajar yang tinggi termasuk para guru yang masih muda. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dengan meminta dana dari para donatur, stasi, insentif dari pemerintah dan koperasi. Para guru terlibat aktif dalam gereja, menjadi pengurus lingkungan, anggota koor, dll. Dimasyarakat terlibat di RT dan RW, menjadi anggota KPPS dll. 8
  • 9. Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah iman dan mutu untuk siswa beragama Katolik dan Kristen. Sedangkan yang beragama Islam adalah mutu dan kedekatan dengan rumah. Siswa beragama Islam lebih dari separuh jumlah siswa. Hubungan dengan orang tua siswa harmonis, selalu datang bila diundang oleh sekolah. Jumlah siswa sekolah ini menurun drastis setelah ada pembangunan SD Negeri, SD Negeri Pohsarang I pada tahun 1978 dan SDN Pohsarang II pada tahun 1985, dan 1996 MI yang berjarak +500 m, dari SDK menyebabkan banyak masyarakat sekitar yang menyekolahkan putra dan putrinya ke SDN, karena SDN bebas uang sekolah. Pola pembelajaran diusahakan menjalin hubungan yang baik, menggembirakan dengan siswa. Umpan balik berupa nilai-nilai ulangan segera disampaikan kepada para siswa. Secara jujur diakui ada juga “Katrol“ nilai walaupun untuk anak-anak tertentu yang lemah. Meskipun dalam kondisi yang kekurangan sekolah yang saat ini dipimpin oleh Ibu M.M. Kasri Evayanti masih dapat menorehkan beberapa prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten, prestasi yang pernah diraih sekolah diantaranya : 1. Sepuluh besar NEM tingkat Kecamatan pada tahun 2001, 2002, 2003 dan tahun 2004. 2. Sepuluh besar dalam lomba siswa berprestasi di tingkat Kabupaten pada tahun 2003. 3. Juara III kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2003. 4. Juara I Kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2004. Prestasi yang diraih oleh siswa di sekolah ini kebanyakan hanya di tingkat Kecamatan belum bisa mendapatkan prestasi di tingkat yang lebih tinggi karena keterbatasan sekolah dalam menyediakan sarana maupun prasarana penunjang pendidikan maupun dari siswanya yang mayoritas dari ekonomi lemah. Selain prestasi tersebut diatas sekolah juga ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan gereja dan kegiatan yang diadakan masyarakat sekitar dengan demikian hubungan sekolah dengan pihak di lingkungan sekitar sekolah terjalin baik. Walaupun nampaknya kalah dengan SD Negeri, sekolah ini tetap ingin eksis di masa yang akan datang. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M. Kasri Evayanti SDK FRATERAN II KOTA KEDIRI B erdiri pada tahun 1948 dengan status disamakan sebagai pecahan dari Frateran I. SDK Frateran II berdiri atas prakarsa dari Romo Hadi Sudarso yang dibantu oleh para Frater BHK. Semangat mendirikan sekolah ini adalah untuk menghadirkan kekatolikan, kebangsaan dan kepedulian sosial. Sekolah ini dibangun diatas tanah seluas 1.275 m2 dan luas bangunan 775 m2. Dengan kondisi tanah dan bangunan sekolah yang kecil sangatlah sulit untuk mengembangkan sekolah ini, meskipun sebenarnya lokasi tempat SDK Frateran II ini strategis karena terletak di pinggir jalan raya. Dan sekolah hanya memiliki fasilitas tambahan berupa perpustakaan dengan luas 35 m2 dan ruang UKS dengan luas 6 m2. Fasilitas yang lain seperti lapangan 9
  • 10. olahraga dan laboratorium tidak mungkin untuk disediakan oleh sekolah karena keterbatasan lahan yang dimiliki oleh sekolah Pada awal pendiriannya SDK Frateran II dipimpin oleh Ibu St. Djoeminah Surjodimedjo dan berturut-turut yang menggantikan beliau adalah Ibu Dominica Suwartini (1965-1967), Bapak Markus Soetoyo (1967-2003) dan sekarang dipimpin oleh Ibu Maria Hary Purwiyanti. Lokasi yang strategis SDK Frateran II tidak dapat menjamin sekolah dalam perolehan siswa dan selama lima tahun terakhir jumlah siswa yang bersekolah di SDK Frateran II ini terus menerus mengalami penurunan dari jumlah 155-118. Hal ini disebabkan karena sekolah terletak berdekatan dengan tiga SD Negeri dan satu SD Swasta. Masyarakat di sekitar sekolah masih lebih memilih memasukkan putraputrinya untuk bersekolah di SD Negeri yang bebas uang sekolah. Saat ini jumlah siswa yang mengenyam Pendidikan di sekolah ini keseluruhan berjumlah 146 siswa, jumlah ini lebih tinggi daripada 2 tahun sebelumnya. Sampai saat ini siswa yang bersekolah di SDK mayoritas berasal dari suku Jawa dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Motivasi sekolah di sekolah ini adalah kedisiplinan, menjadi pintar dan menjadi terampil. Pola belajar siswa umumnya baik, punya kemauan untuk maju dan bahkan bersaing prestasi agar di terima di SMP yang berkwalitas. Kerjasama dengan orang tua sangat baik, mereka ikut membantu melengkapi sarana sekolah. Hubungan dengan alumni baik, mereka pada umumnya masih menyekolahkan putraputri bahkan cucunya di sekolah ini. Guru tetap dari yayasan yang mengabdi di SDK Frateran II ini berjumlah empat orang, sedangkan guru tidak tetapnya berjumlah tiga orang. Minimnya jumlah guru yang mengajar menyebabkan satu guru dituntut harus dapat menguasai banyak materi pelajaran. Guru yangmengajar di sekolah ini berlatar belakang pendidikan dari SGB, SPG, D2 dan Sarjana kependidikan Siswa yang bersekolah di SDK Frateran II kebanyakan dari keluarga yang kurang mampu, sehingga uang sekolah yang jadi sumber pemasukan satu-satunya di sekolah ini sangatlah tidak menunjang. Selama lima tahun terakhir sekolah mengalami minus keuangan dimana pemasukan yang diterima sekolah dari uang sekolah lebih kecil jumlahnya dari pengeluaran sekolah untuk operasional rutin sekolah maupun untuk pembangunan. Minus keuangan sekolah tiap tahunnya antara 3-16 juta. Untuk menunjang kesejahteraan guru dan pegawai lainnya sekolah mengadakan koperasi sekolah dan kedai mini. Dalam kondisi yang kekurangan SDK Frateran II masih dapat menorehkan beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh siswa-siswanya, antara lain pada tahun 1995 meraih juara 3 Pelajar Teladan Putri tingkat Kodya; tahun 1996 Juara 3 Lomba Matematika tingkat Kodya; tahun 1998 masuk 10 Besar Lomba Mata Pelajaran IPA tingkat Propinsi; tahun 2002 Juara 1 Lomba Nyanyi TVRI, Juara 2 Seni Musik tingkat Kodya, Juara Harapan 1 Lomba Nyanyi tingkat Propinsi. Sebagai bagian dari Gereja sekolah tidak lupa menjalin hubungan dengan melibatkan diri mengajar BIAK (Bina Iman Anak Katolik) selain itu setiap bulan mengadakan Misa Sekolah di gereja. Selain membina hubungan dengan gereja sekolah juga membina hubungan dengan masyarakat. Sampai saat ini sekolah masih dapat bertahan untuk eksis dengan bantuan dari yayasan dan para donatur. Selain itu untuk menghadapi persaingan dengan sekolah lain di masa yang akan datang, sekolah membutuhkan banyak sekali bantuan dalam hal SDM yang berkualitas, fasilitas pendidikan komputer, perbaikan lingkungan, dan perluasan sekolah. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Maria Hary Purwiyanti dan Nara Sumber Bapak Markus Soetoyo SMPK DON BOSCO GROGOL KABUPATEN KEDIRI 10
  • 11. S MPK Don Bosco Gringging berdiri pada tahun 1954 ini adalah usaha keuskupan/paroki St Vincentius, sehingga para pastor paroki banyak ambil peran. Pastor yang berperan antara lain Romo Boonekamp, CM., Pastur Janssen, CM., Pastur Soenaryo, CM, Romo Kumoro Pr, Romo Wartadi.. Dalam perkembangan selanjutnya baru diasuh oleh Yayasan Yohanes Gabriel. Pada awal pendiriannya sekolah ini didirikan untuk menolong anak-anak Katolik. Sekolah ini merupakan SMP yang pertama di wilayah Kecamatan Grogol, sekolah yang setara pada waktu itu hanya terdapat di wilayah Kotamadya Kediri. Pendirian sekolah ini mendapat respon yang baik, terbukti dengan banyaknya siswa yang mendaftar yang tidak hanya berasal dari Wilayah Grogol melainkan juga dari Nganjuk. SMPK Don Bosco dibangun diatas lahan seluas 7.500 m2 dengan luas bangunan 1.014 m2 dan memiliki fasilitas penunjang yang lengkap diantaranya perpustakaan, ruang praktek, laboratorium dan ruang UKS. Tanah milik Yayasan Yohanes Gabriel. Pada awal pendiriannya SMPK Don Bosco dipimpin oleh Bapak Drs. Soejoko dan berturut-turut yang menggantikan beliau Bapak P.U. Hadi Susilo (1959-1979), Bapak R.Y. Suranto (1979-1987), Bapak F.X. Sutopo (1987-2002) dan saat ini sekolah dipimpin oleh Bapak A. Samiran K.A. Pada awalnya para guru adalah lulusan SGA yang ada di masyarakat Grogol, kemudian di datangkan lulusan B1 dari PTPG Yogyakarta. Kebanyakan adalah guru tetap yayasan. Pada saat sekarang ini telah banyak yang beralih status menjadi guru negeri DPK. Hal ini terjadi pada saat yayasan mulai mengalami kesulitan dana. Kegiatan pembelajaran mengacu pada kurikulum nasional. Input siswa yang berkemampuan rendah menyebabkan sekolah ini juga terkena arus “penyesuaian“ dalam penilaian. Kegiatan ekstrakurikuler yang masih bisa diselenggarakan adalah pramuka dan PMR. Dahulu pernah diselenggarakan pelajaran komputer. SMPK Don Bosco Grogol (Inset : Kiri Romo Boonekamp CM, Kanan : Romo P. Janssen. Sumber : 80 Th. Romo-Romo CM di Indonesia) Pada awalnya sekolah ini mulai dengan 12 orang siswa, selanjutnya berkembang terus sampai pernah mengalami masa jaya dengan siswa 11 kelas. Namun setelah pemerintah mendirikan SMP Negeri, jumlah peminat yang mendaftar ke SMPK Don Bosco berkurang. Data 5 tahun terakhir dari 218 siswa berangsur turun sampai 82 siswa. Apalagi SMP Negeri tidak memungut uang sekolah. Hal ini jelasjelas membuat SMPK terpuruk, ditunjang lagi dengan kondisi masyarakat di wilayah Grogol yang kebanyakan adalah keluarga pra sejahtera yang menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam. Selain itu masyarakat juga masih menganggap bahwa sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta. Uang sekolah yang menjadi sumber pendapatan dari sekolah tidak bisa digunakan untuk menutup seluruh biaya gaji dan biaya operasional sekolah yang tinggi. Setiap tahunnya sekolah mengalami minus keuangan 11-19 juta. Selain itu 11
  • 12. sekolah juga tidak bisa melakukan pengembangan sekolah baik untuk sarana maupun prasarana agar lebih lengkap dikarenakan tidak adanya dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. SMPK Don Bosco dilayani oleh 11 guru terdiri dari 6 guru negeri yang diperbantukan dan 5 guru tidak tetap dari yayasan. Selain itu juga terdapat 5 pegawai untuk masalah administrasi dan kebersihan sekolah. Pengabdian para guru dan semua pegawai di sekolah ini sungguh besar apalagi dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan dari sekolah tidak memadai mereka tetap melakukannya dengan tulus. Sekolah Don Bosco mempunyai hubungan yang baik dengan gereja, pastur sering mengunjungi sekolah. Sekolah/siswa menjadi penghubung antara Dewan (stasi) dengan lingkungan/stasi di Grogol yang terpencar-pencar. Saat ini sekolah kesulitan dalam melakukan tugas Gereja sebagai penghubung Gereja dengan stasi dikarenakan jumlah siswa Katolik yang berasal dari stasi yang bersekolah di SMPK Don Bosco sangat sedikit, tidak lebih dari 10 persen dari jumlah keseluruhan siswa. Selain menjalin hubungan dengan Gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar dalam menciptakan ketertiban dan keamanan sekolah di lingkungan masayarakat Grogol. Hingga saat ini sekolah masih dapat dipertahankan dengan bantuan dari yayasan maupun dari pemerintah dan donatur untuk menutup biaya operasional sekolah. Bantuan dari pemerintah yang diterima sekolah melaui GNOTA, BKM dan PSBMP. Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, namun tetap ingin eksis. Dengan demikian sekolah harus meningkatkan daya tarik. Sekolah mengharapkan keluarga Katolik mau memasukkan anaknya di sekolah ini. Perlu adanya guru-guru baru yang muda dan berkwalitas dan berstatus tetap. Hambatan untuk eksis adalah keterbatasan SDM dan sikap umat yang “negeri minded”. Hambatan dari luar adalah banyaknya sekolah negeri, ketakutan untuk dikatolikkan dan ada banyak sikap siswa yang takut dengan disiplin. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak A. Samiran K.A. SMAK St. AUGUSTINUS KOTA KEDIRI S MAK St. Augustinus yang berlokasi di jalan Veteran 3, termasuk kota Kediri bagian barat, dekat perumahan elit Candra Kirana dan Mojoroto Indah, berdiri pada tahun 1954. Dahulu menjadi satu dengan SDK dan SMPK. Sekarang SDK dan SMPK pindah ke Jl. J.A. Suprapto (SD Frateran II dan SMP Mardi Wiyata). Posisi SMAK St Augustinus sangat strategis mudah dijangkau angkutan umum dan dekat dengan pemukiman penduduk. Lokasi tempat berdirinya SMAK St. Augustinus merupakan lokasi yang memang diperuntukkan bagi pendidikan, dilokasi ini juga terdapat sekolah-sekolah lain, diantaranya SMUN 1, SMKN 2, SMUN 2, SMKN 2, SLTPN 8, SMU Muhammadiyah, SMUN 7 dan SLTPN 8. Selain itu sekolah terletak dekat dengan lingkungan masyarakat dengan mayoritas penghuninya berpendidikan tinggi dan menengah, hal ini tampak dari banyaknya kepala keluarga yang bekerja pada lembaga ataupun perusahaan baik swasta maupun negeri. Dengan luas tanah 24.600 m 2 dan luas bangunan keseluruhan 7.288 m2 menjadikan sekolah ini dapat diperhitungkan dalam persaingan dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kodya Kediri. Kondisi masyarakat sekitar sosial ekonominya bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi. Kondisi sosial religius sekitar sekolah adalah Gereja, masjid dan Pondok besar (Lirboyo). SMAK St. Augustinus didirikan dengan Visi “Terwujudnya sumber daya manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Cakap, Berbudi pekerti yang luhur, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, menjunjung tinggi 12
  • 13. harkat, martabat dan derajat manusia berdasarkan Hukum Cinta Kasih”, Misi yang diemban sekolah adalah Penerapan dan pengembangan ketrampilan tentang IPTEK; Pengeimplementasian intelegensi sosial, melalui berbagai macam kegiatan sekolah; Pembinaan watak dan budi pekerti yang luhur; Penanaman rasa tanggung jawab, disiplin terhadap diri sendiri dan sesama; Pertumbuhan rasa penghargaan terhadap harkat, martabat dan derajat diri sendiri dan sesama. SMAK St. Augustinus juga menyediakan fasilitas penunjang pendidikan untuk para siswa, antara lain laboratorium Fisika, Kimia, Biologi dan Komputer masih ditambah lagi dengan ruang media yang berfungsi untuk pendidikan bahasa Inggris dan untuk pelajaran lain yang menggunakan media Film, selain itu juga memiliki lapangan olah raga dan kebun. Kepala sekolah yang pertama memimpin SMAK St. Augustinus 1954-1956 adalah Bapak Bardji. Tahun 1956–1973 Bapak R. Suyoso, kemudian berturut-turut menggantikan adalah Bapak Djabar T.S. (1972-1991), Bapak Drs. A. Kasdadi (19912004) dan sekarang jabatan Kepala Sekolah dipegang oleh Bapak Drs. A. B. Setyo Widodo. Dengan fasilitas sekolah yang memadai SMAK St. Augustinus masih dapat menarik minat siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa 1096–1174. Selain fasilitas yang menunjang SMAK memiliki 48 pegawai yang terdiri dari 37 guru dan 11 staf. Dari 37 guru yang ada 20 diantaranya adalah guru tetap yayasan dan juga terdapat 3 guru yang berstatus pegawai negeri yang diperbantukan. Semua pegawai baik guru maupun staf yang mengabdi di SMAK St. Augustinus mendapatkan jaminan ekonomi yang baik, hal ini disebabkan dari banyaknya penerimaan sekolah dari uang sekolah maupun dari uang yang dibayarkan siswa pada waktu mendaftar sekolah dan kebanyakan siswa yang mendaftar berasal dari kalangan menengah atas, sehingga tidak ada kesulitan dalam pembayaran uang untuk sekolah yang termasuk tinggi untuk rata-rata uang masuk sekolah dan uang sekolah untuk sekolah yang setingkat di Kota Kediri. Data 5 tahun terakhir pemasukan uang sekolah 491.539.750–849.421.000 dengan saldo plus antara 91.011.600–31.986.200. Selain mendapatkan tunjangan ekonomi yang layak para pegawai maupun guru yang ada disekolah ini juga diberikan fasilitas diantaranya komputer yang digunakan untuk “entry data” siswa maupun untuk membuat naskah ulangan. Sumber pemasukan sekolah yang digunakan untuk keperluan biaya gaji, operasional sekolah dan biaya pembangunan berasal hanya dari siswa. Dan hingga saat ini sekolah tidak pernah kekurangan/minus untuk menutup biaya-biaya sekolah, bahkan sekolah selalu membukukan saldo setiap tutup tahun. Jumlah siswa yang masuk ke sekolah ini stabil setiap tahunnya dan jumlahnya tergolong besar. Pada setiap penerimaan siswa baru, jumlah siswa yang masuk berjumlah 400an siswa. Saat ini jumlah siswa keseluruhan yang ada disekolah ini berjumlah lebih dari 1.100 siswa dengan latar belakang agama, suku yang berbeda-beda dan mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah atas. Dengan fasilitas yang lengkap dan ditunjang oleh kualitas guru yang baik, serta kedisiplinan yang diterapkan di sekolah siswa di SMAK St. Augustinus telah menorehkan beberapa prestasi akademik maupun non-akademik diantaranya tahun 2000/2001 Peringkat 3 NEM Ebtanas, Masuk tingkat Nasional dalam Olimpiade Biologi, Juara Harapan 1 Speaking Contest se-Jawa; tahun 2003 Juara 2 Lomba Basket tingkat Kodya Kediri, tahun 2004 Juara 1 Lomba Basket tingkat Kodya Kediri. Sebagai suatu sekolah swasta dengan latar belakang Katolik, sekolah juga menjalin hubungan dengan Gereja diantaranya dengan menjadi petugas Misa Gereja baik pada Hari Minggu biasa maupun pada perayaan Hari Besar umat Katolik. Selain itu sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah Kotamadya Kediri maupun kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri. Prospek 5 tahun ke depan persaingan adalah dengan perkembangan SMA Negeri sehingga SMAK pun harus terus mengembangkan diri. Yang menjadi daya tarik antara lain adalah kualitas, sarana dan prasarana sekolah dan disiplin. Masih 13
  • 14. diperlukan tambahan tenaga Tata Usaha. Loyalitas SDM harus tinggi kepada sekolah dan kwalitas SDM harus meningkat ke S2. Hambatan dari dalam adalah kurangnya semangat pelayanan yang tulus, sarana pembelajaran yang kurang dan gaji karyawan yang masih belum sebanding dengan kondisi luar. Hambatan utama dari luar adalah sikap masyarakat yang masih mengutamakan sekolah negeri. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Drs. A. B. Setyo Widodo. SMA KATOLIK DON BOSCO GROGOL KABUPATEN KEDIRI S MAK Don Bosco berdiri pada 1 Juli 1980 atas ide beberapa orang potensial dalam pendidikan dibantu guru-guru dari SMPK Don Bosco. Orang-orang itu adalah Bp. Darso, Bp. Wahyono, Bp. Dalno Budiman, Bp. Darsono, Bp. Suranto, Bp. Sutopo dan Bp. Samiran. Usaha ini direstui oleh Yayasan baik di tingkat pusat maupun perwakilan. Motifasi untuk mendirikan sekolah lanjutan atas ini karena belum adan sekolah lanjutan atas maupun yang setara didaerah Gringging. Perkiraannya hal ini adalah “Ladang yang hijau“. Pada awal pendiriannya siswa yang mendaftar ke sekolah ini sangat banyak bahkan satu kelas bisa diisi lebih dari 50 siswa, dengan sarana dan prasarana yang digunakan masih menggunakan milik SLTPK Don Bosco. Dan pada tahun-tahun selanjutnya satu kelas berisikan rata-rata 40 siswa. Namun setelah tiga tahun sekolah ini berdiri, pemerintah mulai mendirikan SMA Negeri di Grogol, “Dewa maut“ mulai tiba dan jumlah murid berkurang dan semakin berkurang. Dalam kondisi seperti ini sekolah masih berusaha untuk bertahan dengan jumlah murid kira-kira 30an siswa. SMAK Don Bosco Grogol Kabupaten Kediri Tenaga pengajar banyak diambilkan dari SMAK St. Augustinus Kediri dan tokoh-tokoh sarjana yang ada di Grogol. Kepala Sekolah adalah Bapak Dalno Budiman. Para guru SMP Don Bosco banyak berpromosi ke masyarakat agar sekolah di SMAK. Para pengajar maupun pegawai yang bertugas di SMAK Don Bosco yang kebanyakan dari SMAK Augustinus Kediri dan relasi Kepala Sekolah mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang kecil. Motivasi mereka adalah diajak kerja sama (kerja bakti) untuk menghidupkan sekolah ini. Pemasukan uang sekolah yang didapatkan jumlahnya sangat sedikit. Untuk biaya operasional mengandalkan bantuan dari Yayasan Perwakilan yang notabene “miskin“. Untuk penghematan sekolah berusaha mencari tenaga guru yang dekat dengan lokasi sekolah, sedangkan guru dari luar banyak dikurangi. Pada saat itu sekolah belum memikirkan hubungannya dengan gereja walaupun keberadaannya sudah diakui oleh umat. 14
  • 15. Tiga tahun setelah berdirinya SMAK Don Bosco berdiri SMA Negeri yang berakibat jumlah siswa yang masuk ke SMA Katolik menjadi berkurang. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat di wilayah Grogol yang kebanyakan dari kalangan menegah bawah sehingga mereka lebih memilih bersekolah di SMA negeri karena biaya untuk sekolah di SMA Negeri lebih murah bila dibandingkan dengan bersekolah di SMA Katolik. Pada awal pendiriannya sekolah begitu aktif dan telah menghasilkan prestasi yang bagus terutama dalam bidang teater, hal ini tampak dari beberapa siswa yang sering diminta bantuan untuk melatih teater diluar sekolah. Sebagai sebab utama penutupan sekolah ini adalah kecilnya jumlah siswa yang masuk, yang berakibat kecilnya pemasukan keuangan tidak sebanding dengan jumlah biaya operasional sekolah. Tanpa menyalahkan sikap Kepala Sekolah dan Yayasan yang pada waktu itu sama-sama kerasnya, dengan spontan tercetus “Ditutup ya sudah”. Pernyataan ini dipegang teguh oleh Kepala Sekolah dan tersebar keluar. Walaupun saat terakhir masih menerima siswa kelas satu sebanyak 14 orang pada tahun 1997 SMAK Don Bosco Grogol ditutup. Siswa yang terlanjur diterima diarahkan ke sekolah lain. Untuk menuntaskan siswa kelas II dan kelas III, Kepala Sekolah diganti oleh seorang putri yang sejak awal membina di SMA ditunjuk oleh Sie Pendidikan Wilayah. Sekilas sejarah ini didapat dari Bapak A. Samiran K.A., beliau adalah Kepala Sekolah SMPK Don Bosco Grogol. II. Kornit Kediri 2 Paroki St. Yoseph Kornit Kediri 2 yang saat ini (2005) pimpinan dijabat oleh Romo Drs. Markus Marcelinus Hardo Iswanto CM. (Romo Kepala Paroki St Yosef) mengasuh 3 sekolah. Pimpinan yang lama Romo Drs. Eko Nurbandrio, CM. pindah tugas ke seminari. Dahulu ada 4 sekolah, namun satu sekolah SMPK St Yosef telah tutup/ditutup. TKK SANTO YOSEPH I KOTA KEDIRI T KK Santo Yoseph I didirikan pada tahun 1974 oleh Romo Van Mensvoort CM dengan dibantu oleh anggota Dewan Paroki diantaranya Bapak Boedi Pimandoyo, Bapak Soeparlan, Bapak Safiyoso, Bapak Soedjarwo. Sekolah ini didirikan diatas tanah milik yayasan Santo Vincentius Surabaya yang merupakan bekas seminari seluas 6.720 m2 dengan 5 lokal ruang kelas untuk proses belajar mengajar. Sekolah ini beralamat di Jl. Hasanudin 39 Kediri atau letaknya di Kecamatan Kota Paroki Santo Yoseph. Status tanah adalah milik Yayasan St. Vincentius Surabaya. TK Santo Yoseph ini didirikan setelah sebelumnya didirikan SDK Santo Yoseph pada tahun 1973 dengan proses sangat cepat. TKK St. Yoseph ini didirikan dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik di wilayah Paroki Santo Yoseph yang masih terbilang sebagai Paroki baru, menampung putra-putri umat yang tidak bersekolah di TKK. Santa Maria. Pada awal pendiriannya TKK dipimpin oleh Ibu Theresia Koestiyah yang pernah mengajar TK di Jakarta dan mempunyai dasar pendidikan dari SGTK dan dibantu oleh seorang guru Ibu M.M.C. Lilik Susmiana. Alasan utama yang mendorong guru untuk bekerja di sekolah ini adalah mengetrapkan ilmu yang didapat dan ikut 15
  • 16. bekerja sebagai pelayan gereja. Selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh Ibu M.M.C. Lilik Susmiana dari tahun 1994 hingga sekarang. Siswa yang masuk ke TKK St. Yoseph pada mulanya hanya berjumlah 17 anak dan kesemuanya warga Tionghoa yang masih berkewarganegaraan asing. Siswa yang masuk ke sekolah ini stabil antara 85-95 anak, pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa yang masuk mengalami peningkatan hingga mencapai 130 anak. Namun demikian jumlah ini belum bisa menyamai jumlah yang pernah dicapai sekolah pada tahun 1987 yang berjumlah 300 anak sehingga sekolah dipecah menjadi dua lembaga yaitu TKK St. Yoseph I dan TKK St. Yoseph II. Hubungan yang baik antara sekolah dengan pihak Gereja Paroki Santo Yoseph berdampak positif terhadap sekolah diantaranya dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang masuk ke TKK Santo Yoseph. Selain itu letak sekolah yang berada dekat dengan daerah pertokoan yang kebanyakan beragama Katolik maupun Kristen juga memberikan dampak positif dalam penerimaan siswa. Sejak berdirinya hingga sekarang TKK Santo Yoseph baru pernah memiliki satu guru tetap yayasan, yaitu Ibu Theresia Koestiyah. Sampai sekarang hanya ada satu pegawai “tetap“ guru negeri DPK yaitu Kepala Sekolah. Inilah yang menjadi kendala karena dengan tidak adanya guru tetap bila satu guru keluar karena mendapat pekerjaan yang lebih baik maka yayasan harus mencari ganti guru yang keluar agar tidak mengganggu proses belajar mengajar sekolah. Guru yang pernah mengajar di TKK St. Yosef dan beberapa sampai sekarang masih mengajar sampai saat ini antara lain Ibu Theresia Kostiyah, Ibu M.M.C. Lilik Susmiana, Elisabeth Sukaminingsih, Elvianti, Tatik, Epivani, M. Kasmiati, Nanik Liberti, Anastasia Sumiyem. Sunarsih, Endang Sri Rinaningtyas, Tri Mundiarti, Dartik, Hernani, Pudyastuti Iriani, Triana Wahyu Indarti, M.B. Yeni Agustina, Veronika Surikanti. Sampai saat ini kesejahteraan guru dirasakan sangat kecil. Dalam hal finansial sekolah tidak pernah menunjukkan kekurangan dan selalu menunjukkan grafik yang positif. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 18–31 juta dan saldo plus antara 1–6 juta setahun. Apalagi pada kurun waktu 1999–2003 harus membantu SMP sejumlah 8 juta lebih. Dengan kata lain bahwa biaya operasional dapat dipenuhi oleh uang sekolah maupun dana lain yang didapat dari orangtua siswa bahkan berlebih. Namun demikian keuangan yang selalu membukukan saldo ini dengan melakukan penghematan dalam hal gaji, sehingga pegawai maupun guru yang ada di sekolah ini belum mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang layak. Walaupun honor yang diterima guru kecil, namun tak mengurangi semangat para guru untuk mengajar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang diraih oleh siswa antara lain : Juara Nyanyi bersama tingkat Jatim, Juara senam tingkat kota, juara senam sehat. Hubungan sekolah dengan orang tua baik, ini terbukti setiap kegiatan di luar sekolah, orang tua tidak keberatan untuk membiayai, sarana dan prasarana banyak yang berasal dari orang tua murid. Walaupun belum pernah mengumpulkan alumni sekolah, namun hubungan dengan alumni baik, buktinya saat ini banyak siswa adalah putra alumni. Prospek 5 tahun ke depan persaingan dengan TK Kristen Petra dan TK Santa Maria, namun demikian sekolah masih yakin bahwa TK St. Yosef masih punya daya tarik. Namun demikian tentu harus terus ada peningkatan diberbagai bidang, misalnya tenaga tetap, kualitas SDM, kesejahteraan pegawai, peningkatan mutu. Yang menjadi kendala hingga saat ini untuk TKK Santo Yoseph adalah status tanah yang ditempati oleh sekolah adalah bukan milik dari Yayasan Yohanes Gabriel melainkan milik dari Yayasan Santo Vincentius Surabaya. Harapan kami adalah jangan sampai “digusur“, sebab kalau dipindah TK ini belum tentu dapat murid. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M.C. Lilik Susmiana TKK SANTO YOSEPH II KOTA KEDIRI 16
  • 17. T KK Santo Yoseph II yang berada di Jl. Raden Patah 38 Kediri didirikan tahun 1987 atas prakarsa Romo Paroki St Yosef Kediri, pengurus Dewan Paroki, Ibu Theresia Koestiyah Suwarko dan Ibu Epivanny. Yang menjadi Kepala Sekolah pertama adalah Ibu Epivanny. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 738 m 2 milik Yayasan Gereja dan Amal dengan luas bangunan keseluruhan 310 m 2 dengan 3 lokal kelas untuk kegiatan belajar mengajar. TKK Santo Yoseph didirikan dengan motivasi untuk memberikan kesempatan warga Katolik dan masyarakat sekitar menyekolahkan putra-putrinya ke TK Santo Yoseph II untuk di didik menjadi anak yang berbudi pekerti luhur. Langkah yang di tempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah melibatkan orang tua murid. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi di masyarakat dengan meningkatkan mutu pendidikan dan bakti sosial. Pada awal berdirinya murid berasal dari TK St. Yosef I, namun kemudian membuka pendaftaran sendiri. Latar belakang siswa adalah suku jawa beragama Katolik. Sosial ekonomi orang tua umumnya tergolong menengah ke bawah. Alasan yang mendorong siswa sekolah di sini adalah disiplin, tertib dan sesudah keluar dari sekolah ini siswa siap mengikuti pelajaran di SD. TKK Santo Yoseph II yang saat ini dipimpin oleh Ibu Anastasia Sumiyem tidak pernah kekurangan murid. Data lima tahun terakhir jumlah siswa antara 63–73 siswa. Hal ini merupakan dampak yang positif dari hubungan yang baik dengan gereja. Hubungan yang baik terjalin antara lain melalui BIAK (Bina Iman Anak Katolik) maupun kegiatan lain gereja dan kegiatan yang diluar gereja. Hubungan dengan orang tua siswa pada umumnya baik, mereka sangat mendukung kegiatan siswa di sekolah. Pada awal pendirian guru yang mengajar di TKK Santo Yoseph II adalah guru yang juga mengajar di TKK Santo Yoseph I yang berada di Jl. Hasanudin. Saat ini terdapat 6 guru yang mengajar di sekolah ini dan tidak ada satupun guru yang merupakan guru tetap yayasan. Dari enam guru tersebut dua diantaranya adalah guru negeri yang diperbantukan sedangkan yang lain adalah guru tidak tetap. Alasan para guru untuk mengajar di sini adalah mencari pekerjaan untuk mendapatkan gaji dan mencari pengalaman kerja. Usaha sekolah untuk menunjang kesejahteraan guru adalah dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler dan mengusulkan insentif guru dari pemerintah. Hubungan sekolah dengan gereja baik, para guru mengikuti kegiatan yang ada di gereja dan lingkungan. Dalam hal keuangan sekolah, TKK Santo Yoseph II tidak pernah mengalami masalah, dari tahun ke tahun saldo yang dibukukan tidak pernah mengalami minus berkat pemasukan yang diperoleh sekolah baik dari para siswa maupun dari para donatur. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 13.930.800–20.460.000 dengan saldo plus antara 831.350–3.733.925 pertahun. Meskipun terbilang sekolah yang masih muda umurnya TKK Santo Yoseph II telah mempunyai beberapa prestasi yang diraih siswanya. Ini dibuktikan pada setiap peringatan Hari Anak Nasional ditingkat Kodya Kediri selalu mendapat prestasi yang bagus. Prestasi yang diperoleh sekolah ditingkat Kodya Kediri diantaranya juara II Lari Rintangan Putri pada tahun 2000, juara II, III dan juara harapan 1 Menyanyi Bersama pada tahun 2002, juara harapan 1 Memindahkan Benda pada tahun 2003, Juara Boling Putri tingkat kecamatan. Prospek 5 tahun kedepan persaingan dengan banyaknya TK yang muncul di lingkungan sendiri. Dengan demikian persaingan semakin berat. Namun demikian sekolah ini akan terus meningkatkan mutu pelayanan, menambah kegiatan ekstra kurikuler. Sekolah ini mengharapkan adanya peningkatan SDM dengan kursus gratis dan peningkatan kesejahteraan pegawai. Yang menjadi kendala pada sekolah ini adalah kurangnya sarana bermain diluar ruangan untuk siswa-siswanya, perlunya peningkatan kemampuan guru pengajar dan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti perkembangan jaman. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Anastasia Sumiyem SDK SANTO YOSEPH KOTA KEDIRI 17
  • 18. B ediri pada 1 Januari 1973 atas prakarsa Romo J.V. Mensvoort, CM dan didukung oleh tokoh-tokoh umat. SDK Santo Yoseph yang berada di Jl. Hasanudin 35 Kediri didirikan sebagai eksistensi keberadaan gereja Paroki Santo Yoseph, serta melanjutkan karya misioner gereja di bidang pendidikan, sehingga iman Katolik generasi muda bisa dibina dengan semangat Katolik. Waktu pendirian di Paroki St. Yosef memang belum ada sekolah Katolik. Mungkin juga karena sudah ada gedung bekas seminari, dari pada gedung itu menganggur lalu diubah menjadi gedung sekolah dasar. Lokasi keberadaan sekolah ini sangat strategis, berada di pinggir jalan protokol yang dilalui angkutan umum dari berbagai jurusan. Selain itu sekolah juga terletak satu komplek dengan gereja dan dekat dengan beberapa sekolah lain, antara 6 SD Negeri, 4 SD Swasta yang yang notabene adalah sekolah-sekolah yang ternama seperti Petra, Daha dan St. Maria dan Al-Huda. Masyarakat sekitar sekolah adalah masyarakat kota dengan latang belakang sosial ekonomi, pekerjaan dan pendidikan yang bervarasi. SDK Santo Yoseph didirikan diatas tanah seluas 4.788,15 m 2 dengan luas bangunan 2.030,74 m2, dari kekeseluruhan luas bangunan tersebut terdapat 6 lokal ruang untuk belajar mengajar dan sekolah telah dilengkapi dengan perpustakaan, laboratorium dan ruang UKS. Status tanah adalah milik Konggergasi Misi. Pada awalnya langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah dengan mengubah bangunan seminari menjadi ruang-ruang kelas. Kepala Sekolah Beserta Guru Langkah untuk memantapkan posisi dimasyarakat dengan mendaftarkan ijin ke Depdikbud, memasang papan nama dan ijin ke kelurahan. Kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah ini antara lain Ibu Martina Supriyani (1973-1978), Bapak F.X. Sutijono (1978-1994), Bapak B. Setyo Kuntjoro (1994-1995), Ibu A.R.M. Suprihatin (1995-1998), Ibu K.E. Mudjijem (1998-2002), dan Bapak Alexander Marjoto. saat ini sekolah dipimpin oleh Bapak L.C. Djoko Sampoerna Amd. Pd. Sekolah ini mulai dengan 19 siswa saja dan saat ini berjumlah 210. Pernah mencapai jumlah 600 siswa dan menjadi kelas paralel. Data lima tahun terakhir jumlah siswa mengalami penurunan dari 315–228. Latar belakang siswa antara Jawa dan Tionghoa berimbang, pernah didominasi oleh suku Tionghoa. Tingkat ekonomi orang tua siswa bervariasi, sesuai latar belakang pekerjaan, ada yang tukang becak tetapi ada juga pengusaha besar. Motivasi siswa di sekolah ini bervariasi juga, ada yang karena disiplin, bermutu, ingin dididik dalam iman Katolik, tetapi ada juga yang hanya coba-coba. Agama siswa mayoritas Kristen dan Katolik. Jumlah siswa yang masuk ke SDK Santo Yoseph dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan, kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orangtua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri yang bebas uang sekolah. Selain itu lulusan dari TK Santo Yoseph yang diharapkan lulusannya untuk masuk ke SDK Santo Yoseph namun pada kenyataannya tidak semua lulusan TK masuk ke SDK Santo Yoseph. Siswa yang ada disekolah ini berasal dari keluarga dengan latar belakang etnis dan ekonomi yang berbeda-beda, namun mayoritas siswa beragama Katolik dan Kristen. 18
  • 19. Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah Ketenagaan pada awalnya Romo Paroki menunjuk 2 orang lulusan SPG untuk menjadi Kepala Sekolah dan Guru kelas I, serta seorang pesuruh, dengan status pegawai tidak tetap. Motivasi pegawai yang utama adalah mencari pekerjaan dan juga ikut terpanggil untuk mengembangkan iman anak-anak. SDK Santo Yoseph diasuh oleh 10 orang guru dimana 8 diantaranya sudah berstatus guru tetap yayasan dan 2 guru yang lain berstatus guru tidak tetap. Selain itu juga dilayani 3 pegawai untuk administrasi dan kebersihan sekolah. Standar gaji 50% dari tabel Yadapen 2004. Selain menerima gaji untuk menambah kesejahteraan pegawai diusahakan mendapat profit dari penerbit yang bekerja sama dengan sekolah, insentif dari pemerintah dan donatur dari wali murid. Hubungan dengan orang tua murid baik, mereka terlibat dalam kepanitiaan sekolah dan pembangunan sekolah. Jumlah alumni kurang lebih 2.465 tersebar di dalam maupun luar negeri. Namun demikian sampai saat ini belum ada hubungan yang khusus dengan alumni. Pola belajar di sekolah adalah klasikal dimana satu guru dituntut untuk menguasai beberapa materi pelajaran. Relasi guru dan siswa dijalin baik. Pada umumnya hasil penilaian adalah murni, namun sebagian kecil ada juga yang dikatrol. Di samping itu sekolah memberikan penilaian khusus tentang disiplin, sopan santun, jujur, suka memaafkan dan hormat kepada orang tua dan guru. Dan kurikulum yang digunakan di SDK. Santo Yoseph telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, bina vokalia, komputer dan koor. Dalam laporan keuangan lima tahun tampak bahwa baru pada dua tahun terakhir keuangan sekolah menunjukkan grafik yang positif. Pemasukan kadang naik kadang turun dari sekitar 87–136 juta. Dari minus 4–13 juta menjadi saldo 7–16 juta setahun. Salah satu penyebab membaiknya kondisi keuangan ini kemungkinan adalah adanya 1 tenaga tetap yang keluar dan 3 yang mutasi ke sekolah lain. Kebetulan mutasi tersebut ke sekolah seyayasan yang notabene minus juga, sehingga bisa digambarkan sekolah yang ditinggal menjadi ringan keuangannya sebaliknya yang memperoleh mutasi menjadi lebih berat beban keuangannya. Dengan demikian perkembangan keuangan yang positif ini dapat dikatakan “perkembangan yang semu”, sebab sebagian beban dialihkan ke sekolah lain, dengan kata lain kebijakan ini menambah minus sekolah lain yang sudah minus. Saat ini yang menjadi sumber dana sekolah adalah dari siswa (dalam bentuk SPP, iuran-iuran, dana lain-lain), laba penjualan (kantin, buku, seragam) serta bantuan pemerintah dan donatur GRATIA (Gerakan Orang Tua Iman dan Asuh). SDK Santo Yoseph sudah banyak memperolah prestasi baik prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik, diantaranya meraih Juara 1 Lomba Pelajar Teladan pada tahun 1993, juara 1 Lomba IPA pada tahun 1994, juara 3 Lomba Matematika pada tahun 1996, juara 1 Lomba Karaoke Putri pada tahun 1998, juara 1 Lomba Tari pada tahun 2005 dan masih banyak lagi prestasi lain yang pernah dicapai siswa sekolah ini. Gereja banyak berjasa dalam perkembangan sekolah terutama dalam pemasaran untuk sekolah dalam mencari siswa, maka sekolah juga turut dalam kegiatan gereja yaitu bertugas dalam Ekaristi pada hari Minggu sebulan sekali maupun pada perayaan Hari Besar Katolik yang diadakan di Gereja. Umat pada awal berdirinya sangat antusias menyekolahkan putra-putranya ke sekolah ini, sampai19
  • 20. sampai sekolah menolak karena tidak ada tempat, namun sekarang stabil hanya satu kelas setiap jenjang. Prospek lima tahun ke depan persaingan dengan 10 sekolah yang ternama. Jumlah siswa 5 tahun terakhir terus menurun. Karena gedung bukan milik sendiri, maka ada rencana akan dipindah. Lokasi yang akan ditempati di Jl Raden patah dirasa tidak strategis. Ada kekhawatiran sekolah ini “ digusur “ ( tanah diminta kembali oleh pemiliknya yaitu Konggergasi Misi ) : ”Bagaimana nasib kami 5 tahun mendatang”. Tenaga pengajar pada umumnya sudah berumur (tua) usia termuda 37 tahun. Harapan untuk tetap eksis besar. Ingin agar yayasan lebih terlibat ikut mengalami, merencanakan dan mengevaluasi. Sehingga nantinya ada ide-ide baru dan staf karyawan punya semangat untuk bersaing agar 5 tahun ke depan tetap eksis. Sekolah masih mempunya daya tarik antara lain program unggulan aritmatika, Komputer dan bahasa Inggris dan uang sekolahnya paling murah dibanding dengan swasta yang lain. Untuk itu diperlukan pula adanya SDM yang profesional, kreatif, cepat tanggap dan interaktif terhadap dunia pendidikan. Sumber Bahan : Tulisan Mantan Kepala Sekolah Alexander Marjoto SLTPK SANTO YOSEPH KOTA KEDIRI S ekolah yang berlokasi di Jl. Raden Patah Kediri ini didirikan pada tahun 1988 oleh Romo J.M. Van Mensvoort, CM, Bapak F.X. Sutiyono dan Dewan Paroki Gereja Santo Yoseph. Lokasi termasuk Desa Kemasan dekat pusat pertokoan masuk jalan kecil sehingga tidak mudah dikenali (tidak strategis). Masyarakat sekitar profesinya bermacam-macam seperti toko, sopir, pedagang, tukang becak dll. Yang menjadi tujuan utama pendirian sekolah ini selain untuk melanjutkan karya misioner gereja juga untuk menampung lulusan dari SDK Santo Yoseph yang telah lebih dahulu berdiri dan SD umumnya serta untuk ikut serta memajukan kecerdasan anak bangsa. Langkah yang ditempuh pada awal untuk memantapkan posisi adalah dengan bertahap melangkapi sarana seperti perpustakaan, laboratorium dan tidak ketinggalan tenaga pengajar. Setelah mendaftar ke Dinas Pendidikan, sekolah ini peresmiannya dilakukan oleh Wali Kota Kediri Bapak Setijono pada 27 Januari 1988. Pada awalnya pengajar masih bersifat sementara (comotan) dengan latar belakang pendidikan D2, D3 dan S1. Selanjutnya tenaga pengajar yang bertugas di SLTPK Santo Yoseph terdiri dari Guru Tetap Yayasan dan Guru Tidak Tetap. Kesejahteraan guru pengajar selain dari gaji yang diterima dari yayasan juga dari koperasi sekolah maupun insentif dari pemerintah. Tunjangan kesejahteraan yang diterima untuk pegawai maupun guru terbilang kecil untuk setaraf sekolah SLTP, hal ini disebabkan pemasukan sekolah yang didapat dari uang sekolah maupun sumbangan dari orangtua siswa maupun dari para donatur. Untuk meningkatkan kesejahteraan para guru mengadakan arisan. Siswa yang bersekolah di SLTPK Santo Yoseph umumnya dari suku Jawa dan dari golongan menengah kebawah sehingga tidak mungkin untuk memberikan uang sekolah yang tinggi. Motivasi siswa adalah dekat dengan rumah, sekolahnya murah dan sekolah baru. Pola mengajar guru menekankan kedisiplinan, kejujuran dan kerjasama. Kegiatan ekstra kurikuler pramuka, band dan olah raga. Akibat dari jumlah pemasukan siswa yang kecil sehingga keuangan juga kecil dan tidak bisa menutup biaya pengeluaran rutin sekolah, maka pada tahun 2003/2004 dengan berat hati SLTPK Santo Yoseph ditutup oleh yayasan (lebih tepatnya tutup secara alamiah). Sekelumit informasi ini di dapat dari Tulisan Bapak Alexander Marjoto. 20
  • 21. III. Kornit Tulungagung Paroki St Maria Medali Wasiat Kornit Tulungagung saat ini (2005) dipimpin oleh Bapak V. Santosa seorang awam. Beliau adalah salah seorang awam termasuk dari sangat sedikit awam yang yang dipercaya untuk memimpin sebuah kornit. Saat ini kornit Tulungagung hanya mengasuh satu sekolah saja yang termasuk sekolah besar. Dahulu TK SD Santa Maria Tulungagung adalah milik Yayasan Yohanes Gabriel, namun sekarang diasuh oleh Suster Puteri Kasih. Namun informasi pengalihan ini tidak kami dapat. Demikian pula dahulu ada SMPK dan SMAK Trenggalek, namun sudah tutup beberapa tahun yang lalu. Informasi tentang dua sekolah ini juga tidak berhasil kami dapat. SMAK St. THOMAS AQUINO KABUPATEN TULUNGAGUNG S MAK St. Thomas Aquino didirikan atas prakarsa dari Romo L Karjasumarta CM. Panitia Pendiri yang terdiri dari Bapak Letkol M. Yasir (Dandim), Romo L. Karjosoemarto, CM., Bapak M. Muladi (alm), Bapak Tedjo Setiono, SH., Bapak Dr. Moedjiraharjo (Dokter RSU), Bapak A. Soejatna, Bapak R.C. Roesdimoelyo, Bapak Chris Gunadi, Bapak R. Suhardi, Bapak J.M. Ramelan. Tujuan sekolah ini ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Tepatnya Senin Kliwon 8 Januari 1968 sekolah mulai proses belajar mengajar. Melalui Romo Soeharto CM, Bapak Muladi minta agar sekolah ini dimasukkan dalam Yayasan Yohanes Gabriel. Dengan alasan dana untuk sekolah terlalu besar, sidang keuskupan menolak permintaan ini. Kemudian atas saran Romo Suharto dan Bapak R.Y. Hardjitno (Ketua PGK Jatim) Bapak Muladi bekerja sama dengan Bapak E. Soemartoyo dan Penasehat Hukum Frans Gunawan berdirilah Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Santo Thomas Aquino dengan pengurus Bapak Muladi, A. Soejatno, V. Santosa, R. Suhardi dan R.C. Roesdimoeljo. Sekolah pada awal pendirian menggunakan gedung dari SMPK Santa Maria Tulungagung yang berada di Jl. Ahmad Yani Timur 44 dengan jumlah siswa 98 siswa yang dibagi dalam dua kelas. Pada tahun 1970 sekolah menggunakan aula Cornelius yang dibagi menjadi tiga lokal. Pada Tahun 1980 pengelolaan sekolah diserahkan oleh Yayasan Pendidikan dan Pengajaran St. Thomas Aquino kepada Yayasan Wijana Sejati Surabaya. Pada awal berdiri hanya 98 siswa, namun pada 1970 sudah menjadi 3 kelas dan 1982 sudah menjadi 11 kelas dan saat ini 23 kelas. Motivasi siswa sekolah di sini karena sekolah ini dikenal disiplin dan baik dalam mendampingi siswa. Orang tua siswa sangat mendukung program-program sekolah. Hubungan dengan alumni baik, banyak anak alumni yang di sekolahkan di sini. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah pada 27 Januari 1968 mengadakan Malam Pembukaan di Gedung Balai Rakyat. Selanjutnya sekolah berusaha menjalin hubungan baik dengan masyarakat dengan menyelenggarakan sepak bola antar klub dengan hadiah kambing, mendatangkan pelatih senam ibu-ibu, aksi natal, dll. Pada tahun 1983 sekolah dapat membeli tanah dan membangun kelas sebanyak 8 lokal. Sampai saat ini sekolah telah memiliki 23 lokal ruang untuk kegiatan belajar mengajar, selain itu sekolah juga telah dilengkapi dengan Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Lapangan Olah Raga dan UKS. Selain itu sekolah juga memiliki aset lain berupa tanah yang terletak dibelakang RSU Dr. Iskak Tulungagung seluas 9.000 m2 yang digunakan untuk lapangan Olah Raga dan kebun. Status tanah milik Badan Hukum Gereja dan amal Paroki Tulungagung. 21
  • 22. SMAK St. Thomas Aquino didirikan dengan Visi dan Misi yang mulia. Visi sekolah adalah “Terwujudnya sekolah yang berkualitas (berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan manusia yang cerdas, terampil, dewasa, beriman, taqwa, mandiri, berbudi luhur serta berperilaku sosial yang baik”. Sedangkan Misi sekolah : Meningkatkan prestasi akademik sekolah; Meningkatkan prestasi nonakademik siswa; Meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan , laboratorium, BP, Tatausaha, kantin, UKS, OSIS, kelas dan ruang Wakasek; Meningkatkan kedisiplinan siswa, guru dan karyawan; Mengembangkan nilai-nilai spiritual dan moralitas Kristiani seluruh warga sekolah; meningkatkan kreativitas dan kegiatan siswa; Meningkatkan kualitas dan kegiatan ekstrakurikuler; Meningkatkan hubungan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait; Membudayakan pelayanan, kerjasama, kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, solidaritas dan hidup bersih; Memberikan bekal ketrampilan siswa. Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMAK St. Thomas Aquino Beturutturut adalah E. Muljoto Basuki, BA (1968-1970); H. Alip Purwanto, BA (19701972); Y. Agus Sulimin, BA (1972-1974); Drs. Sujoto (1974-1980); Drs. M. Astiham (1980-1983); Yason Sukarno, BA (1983-1990). Saat ini pimpinan sekolah dijabat oleh Drs. Lono Wibowo. Kepala Sekolah dan Guru Pengajar SMAK Thomas Aquino (2004) Adanya fasilitas yang lengkap di sekolah ini baik untuk akademik maupun non akademik menjadikan SMAK St. Thomas Aquino sebagai salah satu sekolah yang diminati siswa, baik yang beragama Katolik maupun yang non-Katolik. Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa yang masuk disekolah ini tiap tahun menunjukkan jumlah yang tidak sedikit, kurang lebih 400an siswa. Data siswa 5 tahun terkhir antara 1.1021.122 siswa. Pada awalnya ada 20 pegawai 17 guru yaitu E.J. Moeljoto Basuki, BA, A. Soejatno, R. Suhardi, Oei Lien Nio, Tedjo Setiono SH, M. Muladi, S. Soetjipto, V. Santoso, Soerjono, M. Soemarsono, Agus Sulimin, M. Tas’an, Sri Rijani, Soedhiarto BA., J.M. Ramelan, Soeroso, R.C. Roesdimoeljo, Soejono, TU : Ag. Soetomo dan pesuruh : Kuseri. Motivasi bekerja di sekolah ini adalah ingin mengembangkan iman Katolik melalui dunia pendidikan. Saat ini SMAK St. Thomas Aquino terdapat 40 tenaga pengajar yang mana dari 40 pengajar tersebut hanya terdapat 16 Guru yang berstatus Guru Tetap Yayasan, sedangkan Guru Negeri 2 Orang, dan Guru Tidak Tetap berjumlah 22 orang. Para Guru tersebut pada umumnya berkualifikasi Strata Satu Pendidikan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan membentuk paguyuban (koperasi). Keuangan sekolah selalu menunjukkan grafik yang positif yang berarti bahwa semua kebutuhan pengeluaran sekolah dapat ditutup dengan pemasukan yang didapatkan sekolah dan masih terdapat sisa. Data lima tahun terakhir pemasukan keuangan sekolah antara 581 juta-856 juta, dengan saldo yang dibukukan tiap tahunnya antara 9-46 juta. SMAK St. Thomas Aquino telah memiliki banyak sekali prestasi yang diraih oleh para siswanya di tingkat Kabupaten Tulungagung. Data yang tercatat 35 prestasi pernah diraih, antara lain Juara 1 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten tahun 2001, 2002, 2003, Juara 1 Tenis Meja tahun 2001, Juara 1 Renang tahun 2001, 2002,2003, Juara 1 Lomba Karaoke tahun 2001, Juara 1 Wushu tahun 2002, Juara 1 Puisi Bahasa Inggris, Juara 1 Lomba Mengarang Lingkungan Hidup tahun 2003, Juara 22
  • 23. 1 Sepak Bola tahun 2004, Juara 1 Lomba Teater tahun 2004 dan masih banyak lagi prestasi-prestasi yang lain. Fasilitas Komputer Kegiatan Donor Darah Hubungan dengan gereja maupun dengan masyarakat sekitar sekolah terjalin dengan baik. Dengan gereja dimana sekolah selalu menjadi motor setiap kegiatan yang diadakan gereja. Kebanyakan guru adalah pengurus dewan paroki. Dengan masyarakat sekolah juga mengadakan hubungan yang baik diantaranya dengan mengadakan kegiatan bersama dengan masyarakat di sekitar sekolah, misalnya kegiatan olahraga dan sosial. Sekolah menyadari bahwa kelangsungan sekolah ini tergantung juga dengan masyarakat sekitar. Hubungan yang baik ini terbukti bila ada anak yang bolos, ada mayarakat yang melaporkan ke sekolah. Prospek 5 tahun terakhir persaingan dengan 3 sekolah negeri, dengan sekolah swasta yang lain relatif tak ada saingannya. Pokoknya cerah lah. Sumber Bahan : Tulisan Bapak V. Santosa dan Kepala Sekolah Drs. Lono Wibowo IV. Kornit Jombang Paroki St. Maria Jombang Kornit Jombang saat ini (2005) dipimpin oleh seorang awam A. Kasdadi. Kornit Jombang termasuk salah satu dari sedikit kornit yang dipimpin oleh awam. Saat ini mengasuh 9 sekolah yang berada di Jombang, Kertosono dan Warujayeng. Tahun 1980 di Jombang didirikan SMA Wijana, namun dalam waktu yang tidak lama (tidak sampai 10 tahun) sudah tutup. Sayang penulis tidak berhasil memperoleh informasi dari sekolah yang sudah tutup ini. Kornit “Jombang mulai ada/berdiri “ tidak diketahui persis kira-kira bersamaan dengan berdirinya sekolah-sekolah di Paroki Jombang, walaupun belum ada istilah kornit. Menurut ingatan Bapak R.F. Sudarmadi. Para Romo yang pernah mengasuh sekolah-sekolah di Paroki Jombang antara lain Romo Paul Janssen CM, Romo Schlooz CM, Romo Boonekamp CM, Romo Raijmaekers CM, Romo Bartels CM, Romo Weindrich CM, Romo Bartels CM, Romo Anton Budianto Cm, Romo WP Jansen CM, Romo Reintjes CM, Romo B. Yustisianto Pr, Romo Harjanto Pr, Romo I Kaderi Pr. Serta Romo Drs. Alb. Haryopranoto Pr. Romo yang terakhir ini menjabat sebagai Ketua Perwakilan II dan Kepala Kantornya adalah Sdr A. Kasdadi. Romo Haryo menugaskan Sdr A. Kasdadi sebagai Kornit Jombang. Kepengurusan dari Romo Ign Kaderi Pr diserahkan ke Pusat Yayasan mulai Pebruari 2004 dan Pusat Yayasan menyerahkan ke Perwakilan II sejak September 2004. Sejak itu Kornit 23
  • 24. Jombang ditangani bersama oleh Romo Haryo dan Sdr. A. Kasdadi. Romo Haryo pindah 4 bulan kemudian, dan sejak itu diurus oleh Sdr A. Kasdadi. Tahun 2005 ini Romo Kepala Paroki adalah Romo Drs. Kusnugroho Pr. Sebagai Romo Kepala Paroki, beliau sangat perhatian terhadap sekolah katolik. Atas laporan beberapa umat beliau mengetahui bahwa sekolah sekolah di Kertosono dalam kondisi yang memprihatinkan. Tanpa banyak omong, beliau langsung turun tangan, mengadakan serangkaian pertemuan dengan umat untuk merintis tim peduli sekolah. Ada banyak masalah yang dihadapi Kornit Jombang saat ini. Dari 9 sekolah guru tetap yang ada hanya 15 orang, sehingga ada beberapa sekolah yang tidak memiliki guru tetap, antara lain SMAK Warujayeng, TK Kertosono. Masalah lain adalah siswa yang jumlahnya sedikit. Tahun pelajaran 2004/2005 dari 9 sekolah jumlah siswanya hanya 1.002 siswa. Karena sumber keuangan utama adalah dari siswa, maka pada gilirannya kornit ini juga mengalami kesulitan dalam masalah keuangan. Untuk 9 sekolah keuangan yang masuk dari siswa sekitar 570 juta setahun. Dengan keuangan yang kecil ini, maka akibatnya tidak bisa memberikan gaji dan honorarium yang layak, hanya bisa memberikan upah yang rendah sekali. Sebagai gambaran : Gaji untuk pegawai tetap antara 80–100 % PGPS 1997; Honor Guru Kelas GTT sekolah dasar Kertosono antara 85.000–180.000 sebulan (nyaris tidak manusiawi). Apabila kornit ini masih bisa bertahan sebab mendapat bantuan dari Panitia Dana sekolah Minus setahun 26 juta dan Gratia sekitar 21 juta (tahun 2004/2005 belum ada bantuan dari Gratia), dari pemerintah berupa insentif guru, BKM, PSBMP dan pada tahun 2005/2006 ini SD dan SMP akan memperoleh Bantuan Operasional Sekolah. TKK YOS SUDARSO KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK T aman Kanak-Kanak Yos Sudarso yang berada di Jl. Jambu 1 Kertosono berdiri pada tahun 1971. Sekolah memiliki dua lokal kelas. Siswa yang masuk ke sekolah ini selama lima tahun terakhir stabil. Data 5 tahun terakhir antara 39–51 siswa. Sekolah ini memiliki kelebihan dalam menerapkan kedisiplinan, sehingga masih dapat menarik minat orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya ke TKK Yos Sudarso. Karena lokasi yang ditempati untuk sekolah ini bukan merupakan milik sekolah maka sulit untuk mengembangkan sekolah. Dengan demikian dari awal berdirinya hingga sekarang sekolah tidak banyak mengalami peningkatan. Kendala yang ada di sekolah ini adalah bahwa semua guru pengajar yang berjumlah tiga orang tidak ada satupun yang berstatus Guru Tetap Yayasan. SiswaBerperan Serta Dalam Menyemarakkan Hari Besar nasional Keuangan sekolah sampai saat ini masih menunjukkan hasil yang baik.Data 5 tahun terakhir pemasukan antara 3.669.000–5.634.000 dengan saldo antara 14.000– 357.000 pertahun. Dengan kecilnya pemasukan ini maka honor untuk guru juga kecil. Pemasukan yang didapat sekolah baik itu dari siswa, pemerintah maupun dari para 24
  • 25. donatur masih dapat digunakan untuk menutup semua biaya pengeluaran bahkan masih terdapat sisa meskipun jumlahnya kecil. Prospek 5 tahun ke depan persaingan sangat berat, karena banyak TK di sekitarnya dan bahkan akandidirikan TK Pembina. Kemungkinan TK Pembina ini akan menyedot siswa yang biasa masuk di TKK. Daya tarik yang dimiliki satusatunya adalah disiplin. Selain karena tidak memiliki lokasi sendiri sekolah ini juga memiliki kendala lain yaitu minimnya sarana dan prasarana yang digunakan. Ada keinginan untuk memiliki lokasi sekolah sendiri dan tambahan sarana bermain bagi siswa. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu B. Marjati. SDK YOS SUDARSO KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK S DK. Yos Sudarso yang berada di jalan Rambutan 20 Kertosono resmi berdiri pada 1 Januari 1967 yang dipelopori oleh Pemuda Katolik dari wilayah Kertosono. Sedangkan panitia resminya adalah RG. Ken Gitopo, RF. Sudarmadi, Christin Ie Djong Pang, S. Soebardjo, FX. Suharsono. Proses pendirian sekolah dilakukan umat dengan mengadakan malam pengumpulan dana dengan mengadakan acara hiburan dengan menghadirkan Band Varia Nada dari Surabaya. Hasilnya dibagi 3 untuk Pemuda Katolik, perbaikan lingkungan gereja dan untuk SDK. Pendirian SDK ini dilatar belakangi situasi politik dan persekolahan usia SD pasca G 30 S yang dinilai suram. Pada tahun 1978 pindah lokasi di Jalan Rambutan hingga saat ini dengan luas tanah 884,25 m2 dan luas bangunan 486 m2. Status tanah milik Yayasan Keuskupan. Tahun 1981 memperoleh status bersubsisdi dari Departemen P dan K. Tahun 1998 mendapat status tercatat dari Kanwil P dan K Jatim dan 2001 mendapat status diakui. Dengan hanya memiliki tanah yang sempit sangat sulit bagi sekolah untuk mengadakan pengembangan bangunan dan hingga saat ini sekolah belum memiliki fasilitas tambahan apapun. Para Alumni yang menjadi Gembala Rm. C.H. Tri Kuncoro Yekti Rm. B.Y. Bimo Hanto Rm. Petrus Kanisius Edi Laksito Rm. Don Bosco Karnan Ardiyanto Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini diantaranya , Ernawati, Y. Suparno, F.X. Supardji dan saat ini sekolah dipimpin oleh S. Soebardjo sejak tahun 1998. Pada awal pendiriannya sekolah hanya memiliki 19 siswa, dengan guru yang pertama adalah Ibu Th. Sri Murwani. Kebetulan pada waktu itu sekolah China (SD 25
  • 26. Warga) ditutup, sehingga SDK mendapat dukungan luas dari warga Tionghwa. Lobilobi yang dilakukan oleh Bapak Ie Djong Swie mengakibatkan SDK semakin mendapat dukungan luas. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan grafik yang menurun dari 120–105 siswa. Ada 4 orang alumni sekolah ini yang menjadi pastor yaitu Rm DB Karnan Ardianto Pr, Romo BY Bimo Hanto, Rm Petrus Kanisius Edi Laksito Pr, Rm CH. Tri Kuncoro Yekti. Saat ini siswa yang mengenyam pendidikan di SDK Yos Sudarso keseluruhan berjumlah 104 siswa. Siswa yang masuk ke SDK ini mayoritas beragama Kristen selain itu berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi maupun suku yang berbeda. Kesulitan yang dialami sekolah dalam penerimaan murid dikarenakan dalam satu Kecamatan di sekitar SDK terdapat 32 SD Negeri, 2 SD swasta, dan 4 Madrasah. Dimana saat ini SD Negeri gratis uang SPP karena mendapatkan subsidi dari pemerintah. Meskipun dalam kondisi sekolah yang minim siswa SDK masih dapat berprestasi diantaranya juara 3 Lomba Karawitan, juara 2 Lomba Bidang Studi dan masih banyak lagi. Dengan kerja keras SDK ingin tetap eksis dengan meningkatkan disiplin guru, mengadakan sarana komputer. Namun tetap menyadari bahwa bahwa ada hambatan dari dalam yaitu SDM yang kurang. Sekolah menerima kunjungan Uskup Mgr. Dibyo Karyono Dengan jumlah pengajar 10 orang, dua orang guru berstatus Guru Tetap Yayasan sedangkan sisanya berstatus Guru Tidak Tetap Yayasan termasuk juga dengan kepala sekolah yang memimpin sekolah. Minimnya jumlah guru tetap yang ada di sekolah ini merupakan suatu kendala bagi sekolah. Keuangan sekolah sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang baik dalam setiap penutupan tahun dalam artian sekolah ini selalu minus setiap tahunnya karena jumlah pemasukan yang didapatkan sekolah tidak bisa menutup pengeluaran sekolah. Data keuangan yang ada 2 tahun pemasukan antara 20–31 juta dengan setiap tahunnya sekolah mengalami minus kurang lebih 12 juta. Saat ini sekolah mendapatkan pemasukan dari siswa (dalam bentuk SPP) maupun dari pemerintah dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah, dari Panitia Dana Sekolah Minus dan Gratia. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak S. Soebardjo SLTPK St. XAVERIUS KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK S LTPK St. Xaverius Kertosono status yang berada di Jl. Panglima Sudirman 139 berdiri pada tahun 1953 atas prakarsa Romo DR. P. Janssen., CM. Sekolah yang berada di lahan tanah seluas 2.950 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 1.041 m2 saat ini berstatus Diakui. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah P. Supriyo (1953-1955), Kargono (1955-1973), R.F. Sudarmadi (1973-1983), W. Imam Mukrijanto (1983-1996), Th. Djoko Suryatmo (1996-2003) dan tahun 2003 sampai saat ini yang menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah J. Moedjianto. 26
  • 27. Siswa yang masuk ke sekolah ini pada lima tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini disebabkan sekolah kalah dalam bersaing dengan sekolah negeri yang bebas uang sekolah. Masyarakat di wilayah Kertosono kebanyakan dari kalangan menengah kebawah dan masih berpandangan bahwa sekolah negeri lebih baik daripada sekolah swasta dan juga lebih murah karena tidak memungut uang sekolah. Dari data yang didapatkan selama lima tahun jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini adalah 39-58 siswa, bahkan tahun pelajaran 2005/2006 ini kelas I hanya berjumlah 9 siswa. SLTPK St. Xaverius dilayani oleh 10 orang guru, dimana hingga saat ini hanya 2 orang yang berstatus Guru Tetap Yayasan. Dalam hal keuangan sekolah dari data yang ada menunjukkan keuangan sekolah selalu minus dalam artian bahwa pemasukan yang didapat sekolah baik dari siswa maupun dari para donatur tidak bisa menutupi biaya pengeluaran bahkan kurang, sehingga sekolah tergolong sekolah minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan keuangan menunjukkan penurunan dari 20.989.835–10.891.572 dengan saldo minus dari 26.203.760–16.382.002 pertahun. Hingga saat ini sekolah masih dapat bertahan dengan bantuan Panitia Dana Sekolah Minus dan dari GRATIA (Gerakan Orang Tua Iman dan Asuh). Prestasi yang pernah diraih siswa SLTPK St. Xaverius hanyalah 3 prestasi di tingkat Kecamatan yaitu Bola Voli, pidato Bahasa Inggris dan Lomba Kitab Suci. Fasilitas yang ada di sekolah sudah cukup memadai tetapi antara lain perpustakaan dan laboratorium serta halaman yang luas cukup untuk olah raga. Prospek 5 tahun ke depan suram, walaupun sebenarnya punya fasilitas sebagai daya tarik selain yang tersebut di atas masih ada seperangkat gamelan dan pelajaran ketrampilan elektro dan menjahit. Sangat disadari bahwa kelemahan ada pada SDM, disiplin dan ketertiban kegiatan belajar mengajar yang rendah. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak J. Moedjianto. SMAK St. AUGUSTINUS KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK Gedung SMAK Kertosono S MAK St. Augustinus Kertosono yang berada di Jl. Puntodewo 12 berdiri pada 1 Juli 1979 atas prakarsa umat dari stasi Kertosono diantaranya W. Roesmadji, BA. (alm), J.D. Agus Soepomo, BA (alm), R.F. Sudarmadi, BA, Y. Puspitaningdyah dan direstui oleh Romo Kepala Paroki Jombang Romo Anton Budianto Tanalepi CM. Salah satu alasan pendirian sekolah ini karena pada waktu itu di wilayah Kertosono hanya ada satu SMA negeri saja selain itu juga karena telah adanya TK, SD dan SMP Katolik yang telah lebih dahulu berdiri selain itu sekolah ini pada awalnya merupakan 27
  • 28. filial dari SMAK St. Augustinus Nganjuk yang pada waktu itu dipimpin oleh JB. Supriyanto. Pada awal pendiriannya sekolah menempati gedung SMPK St. Xaverius masuk siang dan baru menempati gedungnya sendiri di Jl. Puntodewo pada tahun 1983. Ketika baru berdiri hanya ada satu sekolah negeri yang setara di wilayah Kertosono. SMAK St. Augustinus yang berada diatas lahan di Desa Kepuh seluas 7.510 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 2.710 m2 memiliki status Disamakan. Status tanah masih belum dibalik nama, belum sertifikat. Sekolah ini memiliki 8 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru dan telah memiliki beberapa fasilitas diantaranya perpustakaan, laboratorium, ruang praktek dan UKS. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah Y.B. Soeprijanto (1979-1980), J. Djabar TS. (1980-1981), R.F. Sudarmadi (1981-1996), Drs. Zeno Sutardi (1996-1999), Drs. M. Supardjo (1999-2001), Drs. C.B. Widodo Swasono (2001-2002), Drs. Benny Dwi Santoso (2002-2003) dan tahun 2003 hingga saat ini sekolah dipimpin oleh Th. Djoko Surjatmo, SPd. Pada awal berdiri jumlah siswa cukup besar 149 dan mencapai puncak kebesaran pada tahun 1985/1986 mencapai 857. Siswa yang masuk sekolah ini terus mengalami penurunan, karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang terus melakukan pembenahan, selain itu lulusan dari SMPK yang diharapkan masuk ke SMAK juga berkurang. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa antara 160–130. Saat ini siswa yang mengenyam pendidikan di SMAK berjumlah 87 siswa keseluruhan yang terbagi menjadi kelas 1 berjumlah 21 siswa, kelas 2 berjumlah 39 siswa, kelas 3 IPA berjumlah 12 siswa dan kelas 3 IPS berjumlah 15 siswa. Pandangan masyarakat yang menganggap sekolah negeri lebih berkualitas dibandingkan dengan sekolah swasta juga merupakan penyebab berkurangnya siswa yang masuk ke sekolah ini. Pengajar yang ada di SMAK berjumlah 13 orang dengan komposisi 4 orang Guru Tetap Yayasan, 2 Orang Guru Negeri dan 7 Orang Guru Tidak Tetap. Pada awal sampai masa kejayaan keuangan sekolah selalu menunjukkan angka plus, namun seiring dengan menurunnya jumlah siswa keuangan sekolah mengalami minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan keuangan antara 57–62 juta dengan saldo minus antara 4,4–11,6 juta pertahun. Selain itu keuangan sekolah sampai saat ini belum bisa memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun pegawai sekolah. Hubungan sekolah dengan gereja terjalin dengan baik antara lain Misdinar, Koor dan sebagainya. Selain dengan gereja sekolah juga membina hubungan dengan masyarakat seperti pelayanan drumband dalam upacara-upacara hari besar Nasional, karnaval, kepramukaan dan lain sebagainya. Sudah 25 tahun usia sekolah ini, banyak suka dan duka dialami. Sukanya : Saat sekolah “Jaya“ banyak dipuji orang, alumni banyak yang berhasil, banyak orang yang ingin menjadi pegawai di sekolah ini. Setelah sekolah mengalami masa surut, banyak pegawai meninggalkan sekolah mencari pekerjaan lain, kesejahteraan pegawai menurun drastis. Prospek 5 tahun ke depan cukup berat. Bersaing dengan sekolah negeri tidak mampu, daya tarik sekolah sangat menurun, jumlah anak usia SMA kecil dan SDM sekolah tak bisa diandalkan. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak TH. Djoko Surjatmo, SPd. SLTPK MATER DEI TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK 28
  • 29. S LTPK Mater Dei yang berada di Jl. A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada tahun 1955 atas prakarsa Romo J. Paul Janssen, CM dan oleh beberapa tokoh umat dari Stasi Warujayeng diantaranya Isdiyoto dan Sunaryati. Sekolah ini didirikan pada awalnya karena di daerah Warujayeng belum terdapat sekolah menengah maupun yang setara. Selain itu juga untuk menghadirkan Kristus di masyarakat Warujayeng dan tujuan ini berhasil dengan bertambahnya jumlah keluarga Katolik di daerah Warujayeng dari hanya 4 kepala keluarga berkembang menjadi lebih dari 100 kepala keluarga. Pada awalnya kegiatan belajar mengajar menggunakan ruangan Kapel Gereja yang dibagi menjadi 3 lokal kelas, dan setelah berkembang pinjam rumah Bapak Kamin dan Ibu Suratin. Sekolah yang saat ini berstatus Diakui ini berdiri di atas tanah seluas 4.500 meter persegi dengan status milik Yayasan Yohanes Gabriel, memiliki 6 ruang kelas dan fasilitas antara lain perpustakaan, laboratorium dan ruang UKS. Sekolah ini berada di jalur yang ramai yang menghubungkan Warujayeng dengan Kediri, Kertosono dan Nganjuk dengan masyarakat sekitar mayoritas beragama Islam dan juga terdapat pondok pesantren. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Priyono (1955-1956), C. Sunaryati 1956-1960), A.Y. Suwarno (1960-1970), Semeru (19701974), J.F. Soekamto (1974-1975), IM. Paidjo (1975-1999), dan saat ini sekolah dipimpin oleh F. Gir Sriyono. Kepala Sekolah Beserta Guru Pengajar Siswa yang masuk sekolah ini pada awal berdiri berjumlah 36 siswa dan mengalami peningkatan hingga pernah berjumlah 721 siswa secara keseluruhan pada tahun 1985. Namun demikian jumlah siswa yang masuk ke SMPK terus mengalami penurunan dengan adanya persaingan dengan sekolah negeri yang bebas uang sekolah dan saat ini hanya terdapat 57 siswa dengan kebanyakan siswa tersebut beragama Islam. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan penurunan dari 156–57 siswa. Masyarakat di wilayah Warujayeng kebanyakan dari kalangan menengah kebawah sehingga lebih memilih mendaftarkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang dianggap lebih murah. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya ke SLTPK karena sekolah ini mendidik dengan disiplin yang tinggi dan berkeyakinan bahwa lulusannya menjadi orang baik dan mudah bekerja. Pengajar yang mengajar di sekolah ini pada awalnya berasal dari guru SD sekitar sekolah dan para tokoh Katolik didaerah Warujayeng antara lain Bapak A.J. Suwarno. Tahun 1964 memperoleh guru drop-dropan dari SGA Semarang dan Yogyakarta. Motivasi pegawai adalah untuk mewartakan iman dan memperoleh status di dalam masyarakat serta memperoleh penghasilan sebab pada awal sekolah ini bisa memberikan gaji yang lebih tinggi dari negeri. Saat ini sekolah memiliki pengajar berjumlah 12 orang dan hanya memiliki 1 orang Guru Tetap Yayasan. Sistem pengajaran mengikuti kurikulum pemerintah. Penilaian murni tidak ada katrolan, sebab kita mengajarkan kejujuran. Hubungan antara guru dan murid dijalin akrab. Pada 1980 prestasi akademis sangat menonjol. Demikian juga kegiatan olah raga. 29
  • 30. Guru maupun pegawai yang mengabdi di sekolah ini belum mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang memadai. Guru tetap standart gaji 95 % PGPS 1997 dan honorarium GTT hanya 5.000 per jam pelajaran. Data 5 tahun terakhir pemasukan hanya 8–9 juta dengan saldo minus antara 3-23 juta pertahunnya. Hubungan yang terjalin antara sekolah dengan Gereja berjalan dengan baik dengan diadakannya ibadat sekolah setiap satu bulan sekali dan para guru SMPK Mater Dei terlibat dalam pewartaan dengan menjadi guru pengajar untuk persiapan Baptis, menjadi anggota SSV (Serikat Sosial Vincentius), menjadi pengurus Dewan Paroki. Selain menjalin hubungan dengan gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat yang ada di wilayah sekitar Warujayeng, terbukti dengan sekolah sering diminta oleh masyarakat dari desa untuk menampilkan beberapa kesenian seperti drumband, kulintang pada perayaan Hari Kemerdekaan. Orang tua siswa selalu siap membantu kegiatan sekolah. Hubungan dengan alumni belum pernah terjalin secara resmi. Alumni ada yang menjadi pegawai, TNI, POLRI dan beberapa Kepala Desa di daerah Warujayeng. Prospek 5 tahun ke depan sangat berat, tak mampu bersaing dengan sekolah negeri. Tahun ini kelas I hanya berjumlah 16 siswa saja. Yang menjadi kendala bagi perkembangan sekolah untuk masa yang akan datang adalah tidak adanya SDM yang cakap, kondisi fisik sekolah yang memprihatinkan dikarenakan sekolah bisa mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan karena tidak adanya dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan sekolah. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak F. Gir Sriyono SMAK St. AUGUSTINUS WARUJAYENG KABUPATEN NGANJUK S MAK St. Augustinus yang berada di Jl A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada tahun 1983 atas prakarsa dari Andreas Dirdjowijoyo atas nama Yayasan Gereja dan Amal Santo Vincentius A Paulo Kediri dengan status Diakui. Sekolah ini berdiri diatas lahan tanah seluas 1.289 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 305 m2. Sekolah ini hanya memiliki fasilitas perpustakaan dan ruang UKS. Status tanah milih Yayasan Gereja dan Amal. Namun sebagian tanah (2 petak) ada belum bersertifikat. Minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah karena sekolah hanya memiliki tanah yang tergolong sempit untuk ukuran sebuah sekolah lanjutan atas. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah J.A. Widodo (1983-1987), I. Pilus Kasdiman (1987-1989), Drs. J.B. Suprijanto (19891993), Drs. M. Supardjo (1993 – 1999), Drs. F.X. Sutijono (1999–2005) dan saat ini yang memimpin sekolah adalah V. Sugito berstatus PLH. Kegiatan Praktikum Siswa Data 5 tahun terakhir jumlah siswa SMAK terus mengalami peningkatan dari 152-200 dengan mayoritas siswanya beragama Islam, karena masyarakat di wilayah Warujayeng kebanyakan menganut agama Islam. Namun saat ini siswa yang masuk ke SMAK berjumlah hanya berjumlah 35 siswa saja sebab hasil UNAS tahun 2004/2005 30
  • 31. jelek sekali, dari 59 peserta hanya lulus 1 orang saja. Secara keseluruhan. Siswa yang masuk sekolah ini kebanyakan berasal dari kalangan bawah dengan penghasilan yang minim. Pengajar yang ada di sekolah ini berjumlah 23 orang dengan hanya terdapat satu Guru Tetap Yayasan dan dua Guru Negeri sedangkan yang lainnya merupakan Guru Tidak Tetap. Dalam lima tahun terakhir keuangan sekolah baru menunjukkan grafik yang positif pemasukan antara 44–75 juta dan pada tiga tahun terakhir dengan membukukan saldo 1,6-2,9 juta. Pemasukan yang didapat sekolah saat ini hanya dari siswa (SPP). Kondisi keuangan sekolah yang bisa dikatakan mulai membaik belum bisa memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun pegawai yang mengabdi disekolah ini. Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, persaingan dengan sekolah negeri berat. Kalau sekolah tidak bisa memperbaiki hasil UNAS, siswa akan semakin merosot. Kendala yang dihadapi sekolah di masa yang akan datang adalah kurangnya semangat SDM yang ada di sekolah ini yang disebabkan minimnya tunjangan kesejahteraan yang diberikan sekolah, kurangnya sarana dan prasarana, laboratorium tidak punya, SDM berstatus tidak tetap. Selain itu masyarakat sekitar Warujayeng lebih memilih menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang biaya pendidikannya lebih murah dan masyarakat masih beranggapan bahwa sekolah negeri lebih bergengsi dari sekolah swasta. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak Drs. F.X. Sutijono TKK WIJANA KABUPATEN JOMBANG T Ibu-Ibu Wanita Katolik Pemrakarsa berdirinya TKK Wijana bersama Romo J. Mensvoort KK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38-40 Jombang berdiri pada tahun 1967 atas prakarsa Ibu Margaretha Mariatun (wakil WK di GOW Jombang), Ana Fransisca Sundari (Ketua WK), Ibu C. Sutilah, Ibu Eddy Sudjiman, Ibu C. Susilo dengan bantuan Sr. Lidwina dari Mojokerto, dan aktivis Bapak-Baoak direstui oleh Romo J. Mensvoort. TK Wijana terletak di daerah pusat pemerintahan Kabupaten Jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Usaha Ibu-Ibu Wanita Katolik tersebut diawali dengan mengadakan penggalangan dana dengan mengadakan basar, berjualan ayam panggang dan aneka macam kue/masakan selain itu juga meminta bantuan dana dari para kenalan yang ada di Jombang maupun di Surabaya. Hasil dari pengumpulan dana yang telah dilakukan oleh Ibu-Ibu Wanita Katolik diserahkan kepada Romo J. Mensvoort sebagai pengelola dana dan pendamping Ibu-Ibu Wanita Katolik dalam proses pendirian TK. Ketika sekolah telah berdiri, TKK dikelola oleh 2 orang guru yaitu Ibu Agnes dari Mojokerto dan Ibu Baini dari Jawa Tengah dengan jumlah yang masuk adalah 10 siswa. Kedua guru ini selama bertugas di Jombang tinggal di rumah Ibu Margaretha Mariatun. Motivasi guru bekerja di sekolah ini adalah untuk membantu perkembangan pendidikan yang berasaskan ajaran iman katolik. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, terikat pernikahan dan alasan-alasan lain. Gaji guru pada awalnya diusahakan oleh Wanita Katolik Jombang, Bapak Samiadi ikut berperan dalam hal ini. Saat ini sekolah mengalami perkembangan yang baik. Siswa yang masuk sekolah saat ini berjumlah 87 siswa yang dibagi dalam dua kelas, selain Taman Kanak-Kanak juga terdapat Playgroup dengan jumlah siswanya 11 siswa. Siswa yang masuk TKK Wijana berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi, agama serta etnis yang berbeda-beda. Motivasi orang tua untuk memasukkan siswa ke sekolah ini adalah untuk mendapatkan pendidikan formal yang baik dan untuk yang berasal dari keluarga Katolik mempunyai motivasi untuk memperoleh pendidikan yang berbasiskan agama Katolik. 31
  • 32. Hubungan sekolah dengan orang tua murid terjalin baik, hal ini terbukti dari dukungan dan bantuan orang tua terhadap kegiatan sekolah. Hubungan dengan Gereja terjalin baik pula, sebab sekolah ini adalah milik Gereja. TKK Wijana saat ini dipimpin oleh Yuliana Sukirah dengan jumlah pengajar yang mengabdi berjumlah 5 orang dengan hanya terdapat 1 orang guru yang berstatus Guru Tetap Yayasan, Guru Negeri 1 orang, dan Guru Tidak Tetap berjumlah 3 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah semakin memadai berkat kerjasama yang dilakukan sekolah dengan umat Paroki dan pemerintah maupun dengan para donatur. Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Yuliana Sukirah dengan Nara Sumber Ibu Anna Fransisca Sundari dan Margretha Mariatun SDK WIJANA KABUPATEN JOMBANG S DK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38 Jombang berdiri pada 8 Januari 1968 atas prakarsa dari aktivis Gereja diantaranya adalah Soesilo, Christian Pattynama, Mastoeti Soekarno, Samiadi (alm) dan dan Bapak-bapak aktivis Gereja dan sangat direstui oleh Romo J. Mensvoort. Pada awalnya keinginan Bapak Soesilo untuk membeli sebidang tanah di selatan SMPK Wijana yang pada waktu itu masih berwujud rawa untuk mendirikan SD Katolik. Romo Mensvoort sebagai Romo Yayasan menyetujui usul tersebut. Tanah berhasil dibeli atas dukungan umat dan bantuan dari belanda yang waktu itu masih memberi bantuan berupa bahan makanan, pakaian bekas dan uang. Sambil berusaha mendirikan sekolah Bapak Soesilo mendatangi siswa lulusan SMPK Wijana dibujuk agar mau sekoloah di SPG Madiun 32
  • 33. dan Malang. Ada 4 siswa, yaitu Yansen, Widji, F.X. Sarmi dan I.M. Niniek. Romo Mensvoort membiayai para siswa ini. Para tokoh pendiri memulai proses pendirian sekolah dengan mengadakan penggalangan dana yang berasal dari umat Paroki maupun dari para donatur dan berlangsung selama satu tahun. Sekolah ini terletak di daerah pusat pemerintahan Kabupaten jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Setelah sekolah berdiri penggalangan dana masih terus dilakukan untuk melengkapai sarana maupun prasarana yang dibutuhkan sekolah. SDK Wijana saat ini telah memiliki 10 unit komputer yang digunakan untuk siswa dan 2 unit komputer untuk guru, namun yang satu sudah rusak. Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Martina (1968-1974), F.X. Siswanto (1974-1984), Djoko Surjatmo (1984-1994), F.X. Supardi dan saat ini sekolah dipimpin oleh I.M. Niniek D. Guru yang pernah dan masih mengajar di sekolah ini antara lain Ibu Bernadet, Ibu F. Purwaningsih, Ibu I.M Niniek, Ibu Theresia, Bapak Supardi, Bapak J.C. Marjono, Ibu Sri Winarni, Bapak G. Sihana, Bapak C.B. Samidi, Ibu A.M. Sri Rahayu, Bapak G. Arif Prabowo, Ibu Sry Risma Artha Melati, Bapak Y. Gitoyo, Ibu Evi Cahyaningrum. Pada awal pendirian siswa yang bersekolah di SDK Wijana mayoritas berasal dari siswa Cung Hwa Cung Hwi berjumlah 40 siswa. Siswa yang bersekolah di SDK Wijana saat ini berjumlah 229 siswa. Siswa yang ada sekarang sudah jauh menurun dari sebelumnya yang bahkan pernah mencapai 400 siswa secara keseluruhan. Berkurangnya jumlah siswa yang bersekolah di SDK Wijana karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang biayanya lebih murah. Siswa yang bersekolah di sekolah ini memeluk agama yang berbeda-beda dan dari berbagai kalangan baik kalangan atas hingga bawah. Motivasi siswa bersekolah di sekolah ini ialah ingin memperoleh pendidikan formal yang baik dan ingin memperoleh pendidikan agama yang seiman. Pengajar yang mengabdi berjumlah 11 orang dengan hanya memiliki 3 Guru TetapYayasan. Tunjangan kesejahteraan yang diterima guru di sekolah ini pada awalnya lebih baik dari yang diterima guru yang berstatus negeri akan tetapi sekarang keadaannya berubah, tunjangan yang diterima guru di sekolah ini hanya 60 persen dari yang PGPS 2001. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, menikah, diangkat menjadi PNS, dll. Pola pengajaran yang digunakan di SDK Wijana sudah menggunakan Kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Seperti sekolahsekolah yang lain, dahulu guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Seiring dengan perkembangan jaman berkembang dengan membuat tulisan ketik kemudian di stensil; dan saat ini sudah mempergunakan penggandaan mesin fotokopi dan komputer. Sebagai sebuah lembaga pendidikan sekolah juga tidak lupa menjalin hubungan dengan sekitarnya yaitu dengan Gereja maupun dengan lingkungan masyarakat. Hubungan yang dijalin dengan Gereja antara lain sebagai anggota Wanita Katolik, Ketua Misdinar dan sebagai Sie Liturgi selain itu setiap Jumat pada minggu 33