4. ENTITAS SEKTOR PUBLIK
• Entitas sektor publik dapat dikategorikan menjadi dua:
– Pemerintahan
– Non pemerintahan – organisasi nirlaba
• Organisasi nirlaba berupa organisasi kemasyarakatan,
yayasan atau organisasi non pemerintah lainnya termasuk
organisasi internasional.
• Keunikan dari entitas sektor publik terletak pada tujuan dan
kepemilikan.
• Untuk aktivitas organisasinya, mungkin ada beberapa yang
sama antara organisasi publik dan privat misalnya rumah sakit.
• IPSAS = International Publik Sector Accounting Standard
merupakan standar internasional yang mengatur standar
akuntansi untuk sektor publik termasuk pemerintahan.
4
5. Akuntabilitas dan Transparansi - Public Sector
• Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi mengenai suatu
entitas / organisasi publik untuk mengetahui bagaimana pengelola
melaksanakan tugasnya menuju tujuan organisasi dan bagaimana
sumber daya dikelola.
• Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda dibandingkan dengan
organsisasi privat sehingga diperlukan informasi yang berbeda.
• Untuk menyusun informasi apa yang disampaikan perlu adanya standar
sehingga terjadi kontrak kesepakatan antara penyusun, pemakai,
pemeriksa dalam menyusun dan memahami informasi tersebut.
• Tujuan dari organisasi sektor publik, besarnya akuntabilitas, ukuran,
sumber daya yang dikelola akan banyak mempengaruhi informasi apa
yang disajikan dan standar apa yang akan digunakan untuk menyusun
informasi tersebut.
5
8. Karakteristik Nirlaba
8
Kebutuhan accounting
framework and
practice yang berbeda
Karakteristik unik
• pengguna LK
entitas
• tidak ada
kepemilikan,
kontribusi
Prioritas tujuan
pelaporan
keuangan
(akuntabilitas
vs. decision
usefulness)
Tujuan entitas
nirlaba – bukan
laba
pencapaian
program
8
9. Entitas Nirlaba
9
Entitas nirlaba merupakan entitas yang tidak berorientasi pada laba
namun tetap memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pemanfaatan sumber daya yang dikelolanya kepada penyandang
dana dan society. Salah satu media pertanggunggjawabannya adalah
Laporan Keuangan
Standar
Acuan
Entitas
Nirlaba
PSAK 45
Pelaporan
Keuangan
Entitas
Nirlaba
SAK
UMUM
SAK ETAP
Standar
untuk
entitas
komersial
+
+
atau
9
10. Standar Akuntansi Nirlaba
Organisasi
Nirlaba
Sering diidentikkan dengan organisasi
pemerintah atau organisasi sektor publik.
Contoh: Rumah Sakit & Universitas
Di Indonesia, standar akuntansinya mengacu
pada PSAK 45 + SAK ETAP atau PSAK 45 +
PSAK
IPSAS
Relatif sedikit
diterapkan untuk
organisasi
nirlaba
Banyak diadopsi
dalam PSAP
10
11. Praktik Akuntabilitas Organisasi Nirlaba di
Indonesia
11
Tidak ada
keharusan
menyusun LK,
kecuali
menerima hibah
500jt dan tot aset
bukan hibah
20milyar
Entitas
Nirlaba
Swasta
Menyajikan
laporan
keuangan
dengan
dorongan
stakeholder
kepentingan
donatur
Entitas
Nirlaba
Pemerintah
BLU – PP menyatakan SAK yang
berlaku umum dalam praktik
(PMK) menggunakan SAK dan
SAP pertanggung-jawaban
anggaran
OJK – khusus -
BPJS – SAK Umum khusus
LPS – khusus
BPIH & Parpol – tidak
menyebutkan standar mana yang
digunakan namun harus
menyusun laporan keuangan
Ormas yang
menerima dana
hibah wajib
menyusun laporan
keuangan sesuai
SAK
Tidak membayar
pajak atas surplus
yang diperoleh
untuk yayasan
pendidikan;
pendapatan
bukan obyek
pajak
11
12. Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45
• PSAK 45 dan PSAK untuk
Organisasi nirlaba dengan
akuntabilitas publik signifikan
• PSAK 45 dan SAK ETAP
untuk Organisasi Nirlaba
dengan akuntabilitas
publiknya tidak signifikan
Hanya mengatur jenis-
jenis laporan keuangan
dan ilustrasi masing-
masing laporan
Harus diterapkan
bersamaan dengan
PSAK atau SAK
ETAP
Dapat diterapkan pada unit
organisasi pemerintah jika
regulasi membolehkan.
Contoh penerapannya
adalah pada akuntansi
Rumah Sakit & Universitas
yang berbentuk BLU
Dikembangkan
dengan
mengadoposi pada
SFAS 117
PSAK
45
12
13. PSAK 45 Organisasi Nir Laba
• Mengatur pelaporan organisasi nir laba
• Pengaturan untuk pengakuan, penyajian dan
pengungkapan mengikuti standar yang lain.
• Internasional IPSAS / International Public Sector
Accounting Standards.
• Tujuan:
– untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba.
– Laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
13
14. Penerapan PSAK 45
• Pernyataan ini menetapkan informasi dasar
tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan
entitas nirlaba.
• Pengaturan yang tidak diatur dalam Pernyataan ini
mengacu pada SAK, atau SAK ETAP untuk entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan.
15. Laporan Keuangan Entitas Nirlaba
Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir
periode laporan
Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
Catatan atas laporan keuangan.
15
18. Ringkasa
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 35 – ISAK 35
Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non laba disusun
dengan memperhatikan persyaratan, struktur laporan dan persyaratan
minimal yang diatur dalam PSAK 1. (par 09)
Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi
yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan keuangan. Misal:
pembatasan sumber daya (par 10)
Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi
yang digunakan atas laporan keuangan. Misal Judul laporan
perubahan aset neto untuk mencerminkan fungsi yang lebih sesuai
dengan isi laporan keuangan. (par 11)
Entitas berorientasi nonlaba tetap mempertimbangkan seluruh fakta
dan keadaan dalam menyajikan laporan keuangan termasuk catatan
atas LK, sehingga tidak mempengaruhi kualitas informasi yang
disajikan dalam LK.
18
18
19. Pendahuluan
Referensi
PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
Latar Belakang
PSAK 1 – menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang
berorentasi laba.Jika entitas dengan aktivitas non laba menerapkan
PSAK 1 maka perlu menyesuaian deskripsi.
Ruang lingkup PSAK 1 secara substansi telah mencakup ruang
lingkup penyajian LK entitas dengan aktivitas nonlaba.
PSAK 1 tidak menyediakan pedoman penyajian LK entitas
berorientasi non laba
Entitas berorientasi non laba berbeda dalam:
Cara memperoleh sumber daya tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomik tidak sebandingkan
dengan sumber daya yang diberikan.
19
19
20. Pendahuluan
Ruang Lingkup
Berlaku untuk entitas berorientasi nonlaba terlepas bentuk badan
hukumnya.
Juga berlaku untuk ETAP.
Diterapkan khusus untuk penyajian laporan keuangan
Permasalahan
Interpretasi ini membahas bagaimana entitas berorientasi non laba
membuat penyesuaian:
Deskripsi yang digunakan unutk beberapa pos dalam laporan
keuangan dan;
Deskripsi yang digunakan dalam laporan keuangan itu sendiri
20
20
21. Interpretasi
Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non laba disusun dengan
memperhatikan persyartan, struktur laporan dan persyaratan minimal yang
diatur dalam PSAK 1. (par 09)
Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang
digunakan untuk beberapa pos dalam laporan keuangan. Misal: pembatasan
sumber daya (par 10)
Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang
digunakan atas laporan keuangan. Misal Judul laporan perubahan aset neto
untuk mencerminkan fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangan.
(par 11)
Entitas berorientasi nonlaba tetap mempertimbangkan seluruh fakta dan
keadaan dalam menyajikan laporan keuangan termasuk catatan atas LK,
sehingga tidak mempengaruhi kualitas informasi yang disajikan dalam LK.
Tanggal Efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2020
21
21
22. Dasar Kesimpulan
Dasar Kesimpulan melengkapi namun bukan bagian dari ISAK 35
Dalam satu standar dengan tier yang sama mengatur penyajian
laporan keuangan yang berbeda menunjukkan inkonsistensi
pengaturan (PSAK 1 dan PSAK 45). Ruang lingkup PSAK 1 dipahami
seolah-olah hanya berlaku untuk entitas berorientasi laba.
PSAK 1 menggunakan terminology yang cocok bagi entitas yang
berorientasi laba termasuk entitas bisnis sektor public. Jika entitas
berorientasi non laba, dapat menyesuaikan deskripsi beberapa pos.
Ruang lingkup PSAK 1 secara substansi mencakup ruang lingkup
penyakian LK dengan aktivitas non laba.
EBNL dan EBL berbeda dalam memperoleh sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang
seimbang. Konsep pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan untuk hal yang serupa lebih tepat merujuk pada
pengaturan yagn sudah ada dalm SAK dan SAK ETAP.
22
22
23. Dasar Kesimpulan
Ruang Lingkup dan Permasalahan
ISAK 35 memberikan pedolam penyajian laporan keuangan pada EBNL
Berlaku juga untuk SAK ETAP
Tidak memberikan definisi atau kriteria untuk membedakan EBNL dan
EBL.
Entitas melakukan penilaian sendiri untuk menentukan apakah EBL
atau EBNL. Beberapa faktor yang dipertimbangkan:
Apakah sumber daya yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan.
Menghasilkan barang/jasa tanpa tujuan memupuk laba, maka jumlahnya
tidak dibagikan kepada pendiri atau pemilik
Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pad EBL. Kepemilikan tidak dapat
dijual, dialihkan, ditebus atau kepemilikan tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber saya pada likuidasi
23
23
24. Dasar Kesimpulan
Interpretasi
IAS 1 par 5 mengizinkan EBNL menyesuaian deskripsi yang digunakan
untuk ebberapa pos yang terdapat dalam LK dan LK sendiri. PSAK 1
tidak memberikan penjelasan dan contoh lebih penyesuaian tersebut.
Interpretasi dilengkapi contoh ilustrasi Laporan Posisi Keuangan,
Laporang Penghasilan Komprehensif, Laporan Perubahan Aset Neto
dan Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Contoh dalam interpretasi tidak ditujukan untuk mengilustrasikan
seluruh aspek dari SAK atau mencakup bentuk yang sesuai untuk
EBNL. Contoh dapat berbeda dari kondisi yang terdapat pada EBNL.
24
24
25. Contoh Ilustrasi
Laporan Posisi Keuangan
Menyajian pos penghasilan komprehensif pada bagian aset neto tanpa
pembatasan
Menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri
Laporan Penghasilan Komprehensif
Kolom tunggal
Menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto
Laporan Perubahan Aset Neto
Laporan Arus kas
Catatan atas Laporan Keuangan
25
25
35. Ciri-ciri Organisasi Sektor Pemerintahan
• Tidak untuk mencari keuntungan financial
• Dimiliki secara kolektif oleh publik
• Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham
yang dapat diperjualbelikan
• Keputusan-keputusan yang terkait dengan kebijakan maupun operasi
didasarkan pada konsensus, kalau organisasi pemerintah melalui suatu
badan legislatif.
• Tujuan untuk mensejahterakan rakyat secara bertahap baik dalam
kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun ruhani.
• Aktivitas pelayanan publik seperti dalam bidang pendidikan,
kesehatan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan
pangan.
• Sumber pembiayaan berasal dari dana masyarakat berbentuk pajak
dan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah serta
pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan
perundangan yang berlaku
35
36. Reformasi Keuangan Negara
• Pengaturan umum tentang keuangan negara
UU 17/2003 Keuangan Negara
• Sistem keuangan, tata cara pembayaran,
pertanggungjawaban
UU 1/2004 Perbendaharaan Negara
• Pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaan tujuan tertentu
UU 15/2004 Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan Negara Pemeriksaan keuangan
oleh BPK berdasarkan SAP
36
37. UU KEUANGAN NEGARA
• Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
• Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
37
38. UU KEUANGAN NEGARA
• Presiden menyampaikan rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada
DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
• Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi :
– Laporan Realisasi APBN
– Neraca
– Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan
lainnya.
38
39. UU KEUANGAN NEGARA
• Hak dan kewajiban negara dalam hal keuangan
negara.
• Kekuasaan atas Pengelola Keuangan Negara
– dikuasakan kepada Menteri Keuangan,
– dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga
– diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota Anggaran dan
prosedurnya baik untuk APBN, APBD
• Hubungan antara Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat, Lembaga/Pemerintah
lain.
39
40. UU KEUANGAN NEGARA
• Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan.
• Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan
dari Badan Pemeriksa Keuangan.
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual. Selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
dan pengukuran berbasis kas
40
41. UU PERBENDAHARAAN NEGARA
• Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
• Pejabat perbendaharaan negara
– Pengguna Anggaran
– Bendahara Umum Negara/Daerah
– Bendahara Penerimaan/Pengeluaran
• Pelaksanaan pendapatan dan belanja/daerah
• Pelaksanaan pendapatan dan belanja Negara/Daerah
• Pengelolaan uang
• Pengelolaan piutang dan utang
41
42. UU PERBENDAHARAAN NEGARA
• Pengelolaan investasi
• Pengelolaan barang milik negara/daerah
• Larangan penyitaan uang dan barang negara dan
daerah
• Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
APBN/APBD
• Pengendalian interm pemerintah
• Penyalahgunaan uang dan negara
• Pengelolaan keuangan badan umum
42
43. UU PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
• Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.
• BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
• Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
• Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan.
• Standar pemeriksaan disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan
Pemerintah.
• Isi UU
– Lingkup pemeriksaan
– Pelaksanaan Pemeriksaan
– Hasil pemeriksaan dan Tindak Lanjut
– Pengadaan Ganti Kerugian Negara
– Ketentuan Pidana
43
46. IPSAS
• Standar akuntansi pemerintahan di dunia mengacu pada IPSAS.
• SAP menggunakan IPSAS sebagai referensi utama dalam
penyusunan Standar.
• BPK menyarankan agar KSAP menyusun beberapa standar yang
belum ada, (telah ada pada IPSAS).
• LKPP menyajikan Analisis GAP antara SAP dan IPSAS
• IPSAS disusun berdasarkan IFRS dengan pendekatan:
– Standar khusus IPSAS jikga tidak ada IFRS yang mengatur
– Modifikasi jika terdapat perbedaan konsep antara pengaturan
pada sektor public dan privat
– Modifikasi hanya dilakukan dengan menyesuaikan istilah yang
lebih tepat untuk sektor public.
46
47. 1. PSAP PENGATURAN BERSAMA (PB)
2. PSAP KERJA SAMA OPERASI (KSO)
3. PSAP SEWA
4. PSAP PROPERTI INVESTASI (PI)
5. PSAP KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN KEBIJAKAN
AKUNTANSI, KESALAHAN, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
6. BULETIN TEKNIS AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM
PSAP dan Buletin Teknis dalam Tahap Penyelesaian
47
48. 1. PSAP Instrumen Keuangan: Penyajian
2. PSAP Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
3. PSAP Instrumen Keuangan: Pengungkapan
4. PSAP Pendapatan Pertukaran
5. PSAP Pendapatan non Pertukaran
6. PSAP Agrikultur
7. dll
PSAP dan Buletin Teknis dalam Proses Penyusunan
48
50. Standar Akuntansi Pemerintahan
• Standar digunakan untuk menyusun laporan keuangan:
– Pemerintah Pusat – termasuk LK Kementerian Lembaga
– Pemerintah Daerah – Provinsi, Kabupatan, Kota
– Badan Layanan Umum
• Berbentuk Regulasi Pemerintah – PP No 71 tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk tambahan dan Revisi.
• Standar dikembangkan pada praktik akuntansi pemerintah dan
berlaku secara international dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
• Acuan standar internasional untuk akuntansi sektor publik
menggunakan International Public Sector Accounting Standard
(IPSAS)
• Untuk entitas sektor publik (yayasan, Lembaga kemasyarakatan) non
pemerintah menggunakan PSAK 45 Akuntansi Organisasi Nir Laba
50
51. • Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
Psl 17
UU17/2003
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
Psl 36 ayat
(1) UU
17/2003
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
Psl 70 ayat
(2) UU 1/2004
DASAR HUKUM
51
52. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP Nomor 71
Tahun 2010)
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah
DISUSUN OLEH KSAP DAN BERLAKU BAGI
PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH
52
53. STANDAR
AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
Interpretasi PSAP (IPSAP)
• IPSAP dimaksudkan untuk
menjelaskan lebih lanjut topik tertentu
guna menghindari salah tafsir
pengguna PSAP.
Buletin Teknis
• Buletin Teknis merupakan arahan/
pedoman untuk penerapan PSAP
maupun IPSAP.
Disertai Publikasi Lainnya
PERNYATAAN
SAP
KERANGKA
KONSEPTUAL
STRUKTUR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
53
54. BASIS KONSEPSI PENGAKUAN
BASIS
AKRUAL
Basis akrual adalah suatu basis
akuntansi di mana transaksi
ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat, dan disajikan dalam
laporan keuangan pada saat
terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima
atau dibayarkan
Pendapatan
dicatat pada saat
hak telah
diperoleh
(earned)
Beban dicatat
pada saat
kewajiban timbul
atau sumber
daya dikonsumsi
KONSEP BASIS AKRUAL
54
55. Judul PSAP
Kerangka Konseptual
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi & Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
PSAP 06 Akuntansi Investasi (Revisi 2016)
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
55
56. Interpretasi PSAP
Interpretasi No 1 Transaksi Mata Uang Asing
Interpretasi No 2 Pengakuan Pendapatan pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 3 Pengakuan Belanja pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 4 Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan tanpa Penyajian
Kembali Laporan Keuangan
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
56
57. No Bultek Tahun Keterangan
01 Bultek 15 Akuntansi Aset Tetap 2014 Mengganti Bultek 09
02 Bultek 16 Akuntansi Piutang 2014 Mengganti Bultek 16
03 Bultek 17 Akuntansi Aset tak Berwujud 2014 Mengganti Bultek 11
04 Bultek 18 Akuntansi Penyusutan 2014 Mengganti Bultek 05
05 Bultek 19 Akuntansi Belanja Bantuan Sosial 2015 Mengganti Bultek 10
06 Bultek 20 Akuntansi Kerugian Negara 2015 Bultek Baru
07 Bultek 21 Akuntansi Transfer 2015 Bultek Baru
08 Bultek 22 Akuntansi Utang 2015 Bultek Baru
09 Bultek 23 Akuntansi Pendapatan non Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)
10 Bultek 24 Akuntansi Pendapatan Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)
Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan
57
58. PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I
BASIS AKRUAL
PP71/2010
LAMPIRAN II
BASIS CTA
PP24/2005
PP 71
2010
• SAP Berbasis Akrual Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dapat segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
Menjadi
58
59. Laporan Keuangan Pemerintahan
• Laporan Operasional
• Neraca
• Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL
Laporan Keuangan menurut SAP Akrual
• Laporan Realisasi Anggaran Desa
• Neraca Desa
• Catatan atas Laporan Keuangan Desa
Laporan Desa - Draft
59
60. • Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat
• disajikan secara lengkap hanya Kas
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam
laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu
kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan
beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber
daya dikonsumsi
60
61. KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
ANGGARAN
AKUNTANSI
BASIS
AKRUAL
BASIS
KAS
LO
Surplus/
Defisit-LO
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Ekuitas Neraca
LRA SILPA/SIKPA
Laporan
Perubahan SAL
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
61
62. LAPORAN PERUBAHAN SAL
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan
komponen laporan keuangan yang menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :
– Saldo Anggaran Lebih awal,
– Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
– Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
– Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
– Saldo Anggaran Lebih Akhir.
62
63. LAPORAN OPERASIONAL
• LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
– Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
– Beban dari kegiatan operasional
– Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
– Pos luar biasa, bila ada
– Surplus/defisit-LO
63
64. INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang
diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan
atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut
klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang
dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku,
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
64
67. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos:
– ekuitas awal,
– surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
– koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
– ekuitas akhir.
• Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
67
68. TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL
TRANSAKSI AKRUAL
• Pendapatan masih harus diterima
• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan
• TRANSAKSI KAS PELAKSANAAN ANGGARAN
68
69. PENYESUAIAN KAS - AKRUAL
LRA
Pendapatan-LO
Sekaligus
Pendapatan-LRA
Pendapatan LRA dan Pendapatan LO
Belanja
Sekaligus
Beban
Belanja dan Beban
Pend.
Diterima
Dimuka
Piutang
Pendapatan
Pendapatan
LO sudah
diterima Kas-
nya
Belanja
Dibayar
Dimuka
Utang atas
Belanja
(YMHD)
Beban sudah
dikeluarkan
Kas-nya/
Dibayar
LO LRA LO
69
70. APLIKASI AKRUAL DI DAERAH
• Ketentuan Umum
• Tujuan
• Ruang Lingkup
• Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah
• Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
• Bagan Akun Standar
• Ketentuan Lain-lain
• Tujuan pedoman bagi pemerintah daerah
dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual.
• Ruang lingkup kebijakan akuntansi
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.
• Permendagri dilengkapi dengan :
• Lampiran I : Panduan penyusunan
kebijakan akuntansi pemerintah daerah
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD
• Lampiran III : Bagan Akun Standar
• Lampiran IV : Format konversi penyajian
LRA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH
70
71. LAPORAN KEUANGAN
PEMDA
PP
71/2010
Pendapatan-LO
Beban
Pendapatan-LRA
Belanja
Aset Tetap &
Penyusutan
Aset Lainnya
Kas & Setara Kas
Piutang
Persediaan
Investasi Jangka
Panjang
Kewajiban
Koreksi Kesalahan
Pembiayaan
Dana Cadangan
Konsolidasi
ReStatement
Laporan Keuangan
LRA SAL
LO LPE
Neraca
LAK
C
A
L
K
**)
1
2
3
5
4
6
7
*)
Transaksi
Transitoris
Transfer
Kebijakan
Akt &
SAPD
Permen
dagri
64/2013
71
72. LAPORAN KEUANGAN SKPD
PP
71/2010
Permendag
ri 64/2013
Pendapatan-LO
Beban
Pendapatan-LRA
Belanja
Aset Tetap &
Penyusutan
Aset Lainnya
Kas & Setara Kas
Piutang
Persediaan
Kewajiban
Koreksi Kesalahan
Konsolidasi
Laporan Pemda
LRA
LO
LPE
Neraca
C
A
L
K
1
2
3
4
5
72
73. IMPLEMENTASI SAP (PP 71 pasal 6):
STANDAR DAN SISTEM
(1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang
mengacu pada SAP.
(2) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan.
(3) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur
dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
(4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
74. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH:
• PP 71 Tahun 2010: Standar Akuntansi Pemerintah (lampiran I)
• Bultek PSAP:
– Bultek 15: Aset Tetap Akrual
– Bultek 16: Piutang Akrual
– Bultek 17: Aset tak Berwujud Akrual
– Bultek 18: Penyusutan Akrual
Akan terbit:
– PSAP Badan Layanan Umum
– Bultek Pendapatan Non Perpajakan
– Bultek Pendapatan Perpajakan
Peraturan – Pemerintah Pusat
74
75. • Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
PMK 215 Tahun 2016 mengganti PMK 213 Tahun 2013
• Bagan Akun Standar
PMK 214 Tahun 2013
• Jurnal Akuntansi Pemerintah
PMK 215 Tahun 2013
• Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
PMK 224 Tahun 2016 pengganti PMK 219 Tahun 2013
• Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat
PMK 225 Tahun 2016 pengganti PMK 270 Tahun 2014
• Pedoman Penyusunan LKKL
PMK 222 Tahun 2016 pengganti PMK 177 Tahun 2015
• Penyusunan dan Penyampaian LK BUN
PMK 221 Tahun 2016 pengganti PMK 216 Tahun 2015
PERATURAN TERKAIT IMPLEMENTASI AKUNTANSI DI PEMERINTAH PUSAT
75
76. ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
(LKPP)
KPPN/PKN
MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA
BUN
Sistem Akuntansi BUN
Satker
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG
Satker BLU
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Wilayah/
Provinsi
KONSOLIDASI
Utang & Hibah
Investasi
Pemerintah
Penerusan
Pinjaman
Transfer ke
Daerah
Transaksi
Khusus
Badan
Lainnya
Eselon 1 K/L
LO
LPE
Neraca
LRA
CaLK
LKKL
Kanwil DJPB APK-DJPB
Lap. Arus Kas
LRA
LPE
LPSAL
Neraca
CaLK
LKBUN
LKPP:
1. LRA
2. LO
3. LPE
4. Neraca
5. LAK
6. LP SAL
7. CaLK
Presiden
BPK
DPR
BS/BL
KPPN/PKN
Utang &
Hibah
Investasi
Pemerintah
Penerusan
Pinjaman
Transfer ke
Daerah
Transaksi
Khusus
Kanwil DJPB APK-DJPB
76
78. RUANG LINGKUP KERANGKA KONSPETUAL
1. Tujuan Kerangka Konseptual
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para
Pengguna
4. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
5. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan serta
Komponen Laporan Keuangan
6. Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif, Prinsip-
prinsip serta Kendala Informasi Akuntansi
7. Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan dan
pengukurannya
78
78
79. TUJUAN DAN POSISI
KERANGKA KONSEPTUAL
Tujuan
Acuan bagi:
Penyusun standar;
Penyusun laporan keuangan;
Pemeriksa;
Para pengguna laporan.
Posisi
Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi
Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika
terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan dalam
SAP
Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual
dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
79
80. LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan
Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintahan
adanya pengaruh proses poltik
Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan pemerintahan.
b. Ciri keuangan pemerintah
Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan sebagai alat
pengendalian
Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan
Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana
80
81. PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
Masyarakat;
Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa;
Pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman
Pemerintah
81
82. ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORA
NO INDIKATOR ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN
1 Definisi Unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas
pelaporan
Unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi atau
entitas pelaporan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan
2 Komponen 1. KPA-K/L yang mempunyai dokumen
anggaran tersendiri
1. Pemerintah Pusat
2. Bendahara Umum Daerah (BUD) 2. Pemerintah Daerah
3. Kuasa Pengguna Anggaran di
lingkungan Pemda bila mempunyai
dokumen pelaksanaan anggaran yang
terpisah
3. Kementerian Negara/lembaga di
lingkungan Pemerintah Pusat
4. Satuan organisasi di lingkungan
pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
82
83. PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
• mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam
mencapai tujuan
Akuntabilitas
• memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas aset,
kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
Manajemen
• memberikan informasi keuangan yang
terbuka, jujur, menyeluruh kepada stakeholders
Transparansi
• mengevaluasi kinerja entitas pelaporan,
terutama dalam menggunakan sumber daya
ekonomi untuk mencapai kinerja Transparansi
Evaluasi Kinerja
• memberikan informasi mengenai kecukupan
penerimaan pemerintah untuk membiayai
seluruh pengeluaran, dan apakah generasi
y.a.d ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut
Keseimbangan
Antargenerasi
83
84. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Menyajikan informasi yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.
84
84
85. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN POKOK
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan
Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
85
86. ASUMSI DASAR, KARAKTERISTIK
KUALITATIF DAN PRINSIP
Asumsi
Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kesinambungan
entitas
Asumsi keterukuran dalam
satuan uang (monetary
measurement)
86
Karakteristik Kualitatif
Relevan;
Andal;
Dapat dibandingkan; dan
Dapat dipahami
Prinsip;
Basis akuntansi
Prinsip nilai historis;
Prinsip realisasi;
Prinsip substansi
mengungguli bentuk formal;
Prinsip periodisitas;
Prinsip konsistensi;
Prinsip pengungkapan
lengkap; dan
Prinsip penyajian wajar.
86
87. KARAKTERISTIK KUALITATIF
KEMANDIRIAN ENTITAS
• Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi
kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
• Adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya
dengan tanggung jawab penuh
KESINAMBUNGAN ENTITAS
• Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
KETERUKURAN DALAM SATUAN UANG (MONETARY MEASUREMENT)
• Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
• Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran
dalam akuntansi.
87
88. KARAKTERISTIK KUALITATIF
RELEVAN
• Laporan keuangan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan:
– Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
– Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
– Tepat waktu
– Lengkap
88
ANDAL
• Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
• Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
• Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
– Penyajian Jujur
– Dapat Diverifikasi (verifiability)
– Netralitas
88
89. KARAKTERISTIK KUALITATIF
DAPAT DIBANDINGKAN
• Informasi dalam laporan keuangan akan berguna dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas lain.
• Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
• Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
• Perbandingan eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama.
• Apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan
akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
89
DAPAT DIPAHAMI
• Informasi laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
• Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud.
89
90. PRINSIP AKUNTANSI
BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah entitas adalah Basis Akrual
Basis akrual digunakan untuk pengakuan pendapatan-LO,
beban, aset, kewajiban dan ekuitas
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan
basis kas
90
90
91. PRINSIP AKUNTANSI
PRINSIP NILAI HISTORIS
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena
lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
91
PRINSIP REALISASI
Pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah selama suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membiayai utang dan belanja yang terjadi dalam periode tersebut.
Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak mendapat penekanan
seperti dalam akuntansi komersial.
91
92. PRINSIP SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL
Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitas.
92
PRINSIP KONSITENSI
Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada kejadian
yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas (prinsip
konsistensi internal).
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode
yang baru diterapkan menunjukkan hasil yang lebih baik dari
metode yang lama.
Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
PRINSIP AKUNTANSI
92
93. PRINSIP PERIODISITAS
• Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pemerintah perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan
93
PRINSIP PENGUNGKAPAN LENGKAP
• Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna.
• Informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.
PRINSIP AKUNTANSI
PRINSIP PENYAJIAN WAJAR
• Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu entitas, diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung
unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi
ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi
dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah
93
94. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN
MATERIALITAS
• Laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas.
• Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT
• Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
• Laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.
• Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.
• Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat.
• Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi
tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan
mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
94
95. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN
KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF
• Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan
normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan
pemerintah.
• Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda,
terutama antara relevansi dan keandalan.
• Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
95
96. PENGAKUAN ASET DAN KEWAJIBAN
Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh
dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal;
Aset dalam bentuk piutang diakui ketika hak klaim untuk
mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lainnya telah atau tetap masih terpenuhi,dan nilai klaim
tersebut dapat diukur atau diestimasi
Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah titik
pengakuannya memerlukan pengaturan yang lebih rinci
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada
saat kewajiban timbul
96
97. PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi
Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi
aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa
Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah.
98. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran adalah proses penetapan nilai mata uang
untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam
laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran/ penggunaan sumber
daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut
Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya
ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan
98
100. PSAP 01
Tujuan
Ruang Lingkup
Definisi Unsur Laporan Keuangan
Basis Akuntansi
Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
Informasi Laporan Keuangan
Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Struktur dan Isi Laporan Keuangan
100
101. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
TUJUAN
Tujuan PSAP 01 adalah untuk mengatur penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (Par 1)
101
RUANG LINGKUP
Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan
dengan basis akrual
Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan laporan keuangan konsolidasian, tidak
termasuk perusahaan negara/daerah (Par 2)
101
103. INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
entitas pelaporan dalam hal:
103
• Aset;
• Kewajiban;
• Ekuitas;
• Arus kas.
• Pendapatan-LRA;
• Belanja;
• Transfer;
• Pembiayaan;
• Saldo anggaran lebih
• Pendapatan-LO;
• Beban; dan
(Par 11)
103
104. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Komponen laporan keuangan pokok:
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Perubahan SAL
Neraca
Laporan Operasional (LO)
LAK
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
CaLK (Par 14)
Setiap entitas menyajikan komponen-komponen laporan keuangan
tersebut kecuali :
• LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum;
• Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasiannya. (Par 1)
104
105. LAPORAN KEUANGAN
• Tetap diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur
dalam peraturan perundangan (statutory)
• Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. (Par 41)
• Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
106. LAPORAN ARUS KAS
Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum (Par 15)
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris (Par 90)
106
107. LAPORAN OPERASIONAL
Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b) Beban dari kegiatan operasional ;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.
• Kegiatan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi atau fungsi.
(Par 92-93)
107
108. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan mendasar, misalnya: koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
• Rincian dari unsur dalam LPE disajikan dalam CALK
(Par 101)
108
109. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.
• Catatan atas laporan keuangan terdiri dari:
– Informasi umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi
– Informasi tentang kebijakan fisal / keuangan
– Ikhtisar pencapaian target keuangan
– Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
– Informasi yang diharuskan PSAP yang belum disajikan
– Informasi lainnya untuk penyajian yang wajar
(Par 104 sd 113)
109
111. RUANG LINGKUP, MANFAAT, DEFINISI
PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi
Anggaran yang disusun dan disajikan dengan
menggunakan anggaran berbasis kas;
LRA menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-
masing diperbandingkan dengan anggarannya.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu
komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
111
112. BASIS AKUNTANSI
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
dikeluarkan dari rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah
PENCATATAN LRA MENGGUNAKAN “BASIS KAS”
113. ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
ISI LRA DEFINISI
Pendapatan-LRA Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil
Surplus/defisit-LRA Selisih lebih/kurang antara pendapatan – LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit LRA
113
114. ISI LRA DEFINISI
Penerimaan
Pembiayaan
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya, dan pencairan dana cadangan
Pengeluaran
Pembiayaan
Semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain pemberian pinjaman kepada fihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan
pembentukan dana cadangan
Pembiayaan Neto Selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran
Sisa Lebih/kurang
pembiayaan anggaran
(SILPA/SIKPA)
Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
pengeluaran selama satu periode pelaporan
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
114
115. INFORMASI YANG DISAJIKAN
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan
menurut jenis pendapatan LRA. Rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan;
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut
jenis belanja dalam LRA. Klasifikasi belanja menurut fungsi
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
115
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
115
116. AKUNTANSI ANGGARAN
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban
dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang
dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi
otorisasi kredit anggaran (allotment).
Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
disahkan dan anggaran dialokasikan
116
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
116
117. AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada RKUN/D
Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan
Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,
misal DAU dan DBH
Akuntansi pendapatan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
Jika besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan;
BLU pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
117
118. AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang
(recurring) atas pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun
pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
Pendapatan-LRA pada periode yang sama;
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran
Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.
118
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
118
119. AKUNTANSI BELANJA
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas umum Negara/Daerah
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanjanya terjadi pada saat
pertanggungjawab an atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
Belanja BLU diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur BLU
Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi
119
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
119
120. AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA
Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan
Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode pelaporan
120
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
120
121. AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang
perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah
Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
121
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
121
122. AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah;
Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana
Cadangan yang bersangkutan;
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana
Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang
diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di
pemerintah daerah merupakan penambah Dana
Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai Pendapatan-
LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
122
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
122
123. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam
mata uang rupiah
Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama
dengan yang digunakan dalam transaksi, maka transaksi
dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan
menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sental pada tanggal transaksi
Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang
digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut
dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing
tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi,
yaitu sebesar rupah yang digunakan untuk memperoleh valuta
asing tersebut
123
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
123
124. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang
asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata
uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing
lainnya, maka:
Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya
dijabarkan dengan menggunakan kurs transaksi;
Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut
dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank
sentral pada tanggal transaksi
124
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
124
125. LRA DALAM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang sebaiknya
tidak disatukan dengan siklus akuntansi.
Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah transaksi
anggaran dan harus sesuai dengan pos anggarannya
LRA hanya berfokus pada transaksi dengan basis kas,
sehingga untuk penerimaan dan pengeluaran yang tidak
terkait dengan kas tidak dicatat dalam LRA. Jika
ditambahkan boleh dimasukkan dalam informasi
tambahan LRA.
125
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
125
126. TRANSAKSI BELANJA ASET TETAP &
PERSEDIAAN
Pemda pada 5 Desember membayar 500.000.000 untuk membeli peralatan
melalui pengeluaran LS
Tanggal Finansial Anggaran
5 Des Aset tetap – peralatan 500.000.000 Belanja Modal 500.000.000
R/K PPKD 500.000.000 Perubahan SAL 500.000.000
Pemda pada 15 Desember membayar 40.000.000 untuk membeli persediaan
dengan pengeluaran LS
Tanggal Finansial Anggaran
15 Des Persediaan 40.000.000 Belanja Barang 40.000.000
R/K PPKD 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
126
127. TRANSAKSI PENERIMAAN
Pada tanggal 7 Januari, SKPD A mengeluarkan SKP atas restoran Lazata
sebesar 10.000.000 dan hotel Melati 300.000.000. Pada tanggal 16 Februari
restoran Lazata membayar ke bendahara penerimaan SKPD A dan pada hari
yang sama bendahara penerimaan menyetorkan ke rekening kas daerah. Pada
25 Februari Hotel Melati membayar pajak hotel ke kas umum daerah.
Tangg
al
Finansial Anggaran
7 jan Piutang Pendapatan
Pendapatan Pajak – LO
310.000.000
310.000.000
Tidak dicatat
16 Feb Kas di Bendahara
Penerimaan
Piutang Pendapatan
10.000.000
10.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan Pajak –
LRA
10.000.000
10.000.000
16 Feb R/K PPKD
Kas Dibendahara
Penerimaan
10.000.000
10.000.000
Tidak dicatat
25 Feb R/K PPKD
Piutang Pendapatan
300.000.000
300.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan Pajak –
LRA
300.000.000
300.000.000
128. TRANSAKSI BELANJA
Pada tanggal 30 Januari, SKPD A membayar gaji pegawai dengan LS sebesar
80.000.000
Tgl Finansial Anggaran
30 Jan Beban Gaji
R/K PPKD
80.000.000
80.000.000
Belanja Gaji
Perubahan SAL
80.000.000
80.000.000
Pada tanggal 3 Maret, SKPD A membayar biaya pemeliharaan dengan kas sebesar
10.000.000
Tgl Finansial Anggaran
30 Jan Beban pemeliharaan
Kas Bendahara
pengeluaran
10.000.000
10.000.000
Belanja Gaji
Perubahan SAL
10.000.000
10.000.000
128
130. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
TUJUAN
Memberikan informasi:
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara selama suatu
periode akuntansi, serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
RUANG LINGKUP
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib
menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk
setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu
komponen laporan keuangan pokok
130
131. KAS DAN SETARA KAS
Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas
Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang
dari tanggal perolehannya
Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak
diinformasikan dalam laporan keuangan
Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan
setara kas dalam LAK yang jumlahnya sama dengan pos
terkait di neraca
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 131
131
132. ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan
menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 132
132
133. UNSUR ARUS KAS
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 133
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yad tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan
dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam
setara kas
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber
daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yanag akan datang.
133
134. UNSUR ARUS KAS
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 134
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangja panjang
4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
134
135. PELAPORAN ARUS KAS
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari
aktivitas operasi dengan cara:
Metode langsung
Metode tidak langsung
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya
menggunakan metode langsung dalam melaporkan
arus kas dari aktivitas operasi
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 135
135
136. ARUS KAS MATA UANG ASING
Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing
harus dibukukan dengan menggunakan mata uang
rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut
ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada
tanggal transaksi
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan
akibat perubahan kurs mata uang asing tidak akan
mempengaruhi arus kas
136
137. TRANSAKSI BUKAN KAS
Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan
yang tidak mengakibatkan penerimaan atau
pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan
dalam LAK.
Transaksi tersebut harus diungkapkan dalan CaLK
Contoh transaksi bukan kas yang tidak
mempengaruhi LAK adalah perolehan aset dengan
pertukaran atau hibah.
137
138. PENGUNGKAPAN
Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo
kas dan setara jaminan dan kas yang dikhususkan
penkas yang signifikan yang tidak boleh digunakan
oleh entitas.
Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh
digunakan oleh entitas adalah kas yang ditempatkan
sebagai untuk kegiatan tertentu
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 138
138
139. Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 139
Ilustrasi
Laporan Arus
Kas
140. Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 140
Ilustrasi
Laporan Arus
Kas
142. TUJUAN, RUANG LINGKUP
TUJUAN STANDAR
• Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan
Keuangan(CALK) adalah mengatur penyajian dan
pengungkapan yang diperlukan pada CALK
TUJUAN PENYAJIAN CALK
• Untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan
penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi
keuangan pemerintah
RUANG LINGKUP
• Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan
• Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan
Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas yang bukan
merupakan entitas pelaporan
142
143. KETENTUAN UMUM
• Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk tujuan umum.
• Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.
• Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
• Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan.
• Perlunya pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan akan membantu pembaca menghindari kesalahpahaman
dalam memahami laporan keuangan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 143
143
144. STRUKTUR DAN ISI
• CALK disajikan secara sistematis.
• Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional dan dan Laporan Arus Kas mempunyai
referensi silang dengan informasi dalam CALK
• CALK meliputi:
– penjelasan
– daftar terinci analisis
– nilai suatu pos
yang disajikan dalam seluruh komponen laporan keuangan
• CaLK menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh PSAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan,
seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 144
144
145. STRUKTUR DAN ISI
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos
laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, mengenai:
a) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar
muka laporan keuangan
f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 145
145
146. CALK meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos
dalam Laporan Keuangan.
Bab I Pendahuluan
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Sistematika penyajian CALK
Bab II Ekonomi Makro
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
2.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Entitas
Pelapor
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja
Fiskal dan Moneter
3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian
Kinerja
Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas
pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja
program entitas pelapor
4.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian
Kinerja
Bab V Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
5.3 Basis pengukuran yang Mendasari Penyusunan
Laporan Keuangan
5.4. Kebijakan Akuntansi yang Berkaitan dengan Rekening-
rekening Akuntansi
Bab VI Penjelasan Rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Rekening
Laporan Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
6.2. Pengungkapan atas Pos-pos Aset dan Kewajiban yang
Timbul Sehubungan dengan Penerapan Basis Akrual
atas Pendapatan dan Belanja dan Rekonsiliasinya
dengan Penerapan Basis Kas, untuk Entitas Pelaporan
yang Menggunakan Akuntansi Berbasis Akrual Penuh.
Bab VII Penjelasan atas Informasi non Keuangan
Bab VIII Penutup
Lampiran
RINCIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
146
147. INFORMASI UMUM
• Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
informasi yang merupakan gambaran entitas secara
umum.
• Untuk membantu pemahaman para pembaca laporan
keuangan, perlu ada penjelasan awal mengenai baik entitas
pelaporan maupun entitas akuntansi yang meliputi:
– domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
– penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; dan
– ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 147
147
148. INFORMASI KEBIJAKAN FISKAL & KEUANGAN
DAN EKONOMI MAKRO
• CALK membantu pembaca memahami realisasi dan posisi keuangan,
termasuk kebijakan fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi makro.
– Bagaimana perkembangan realisasi dan posisi keuangan/fiskal entitas
– perbedaan yang penting mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal
periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan
dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya.
– Penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro
– Kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan
penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Misalnya penjabaran
rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran,
program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.
– Ekonomi makro asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan
dalam penyusunan APBN/APBD
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 148
148
149. IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGAN BERIKUT
KENDALA DAN HAMBATAN
• CALK harus dapat menjelaskan perubahan anggaran selama
periode berjalan dibandingkan dengan anggaran awal yang
disetujui oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala dalam
pencapaian target, serta masalah lainnya yang dianggap perlu
untuk diketahui pembaca.
– Ikhtisar pencapaian target keuangan perbandingan target
sebagaimana yang tertuang dalam APBN/APBD dengan
realisasinya.
– informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui
pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana
dalam anggaran periode mendatang
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 149
149
150. DASAR PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
• Entitas pelaporan mengungkapkan dasar penyajian laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang
mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak perlu
diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika
entitas pelaporan tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut
dan disertai alasan dan penjelasan.
• Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 150
150
151. DASAR PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
• Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan
menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi dan metode-metode penerapannya yang
material mempengaruhi penyajian Laporan Keuangan.
• Pengungkapan meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil
dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.
• CALK menjelaskan:
– Entitas pelaporan;
– Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
– Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
– Kebijakan akuntansi dalam PSAP diterapkan pada masa transisi termasuk jika
dilakukan penerapan.
– Kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.
• Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang
disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material.
• Perlu diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak
diatur dalam Standar ini.
• Perubahan kebijakan yang berpengaruh material dalam tahun perubahan
diungkapkan jika berpengaruh material terhadap tahun yang akan datang.
151
152. DASAR PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
• Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan :
– Pengakuan pendapatan-LRA;
– Pengakuan pendapatan-LO;
– Pengakuan belanja;
– Pengakuan beban;
– Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
– Investasi;
– Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
– Kontrak-kontrak konstruksi;
– Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
– Kemitraan dengan pihak ketiga;
– Biaya penelitian dan pengembangan;
– Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
– Pembentukan dana cadangan;
– Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
– Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
– Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
– Kemitraan dengan pihak ketiga;
– Biaya penelitian dan pengembangan;
– Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
– Pembentukan dana cadangan;
– Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
– Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
152
153. PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN POS
• Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan
penjelasan atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
– Anggaran;
– Realisasi;
– Prosentase pencapaian;
– Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
– Perbandingan dengan periode yang lalu;
– Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
– Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;
– Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
– Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan
– Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 153
153
154. • Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus
ditanggulangi pemerintah.
• Komitmen atau kejadian kontinjensi yang disajikan adalah kejadian, yang
berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau penggugatan yang menjadikan
pemerintah sebagai pihak tergugat.
• Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal
untuk menuntut ganti rugi, adalah contoh kejadian kontinjensi.
• Sepanjang tuntutan ini belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai
restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh negara secara meyakinkan
maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa
menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan.
• Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
KEJADIAN PENTING SELAMA PELAPORAN
154
155. lampiran I PP No.71 Tahun 2010 155
PENGUNGKAPAN
PERSEDIAAN DAN INVESTASI
PERSEDIAAN
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang
INVESTASI
Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang;
Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
Perubahan pos investasi.
155
156. PENGUNGKAPAN ASET TETAP
ASET TETAP
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
(d) Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
156
157. PENGUNGKAPAN KDP DAN UTANG
KDP
Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaian
Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya
Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar
Uang muka kerja yang diberikan
Retensi
UTANG
Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan pemberi
pinjaman
Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas dan jatuh
temponya
Bunga pinjaman yang berlaku
Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman, modifikasi persyaratan
utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman, pengunduran jatuh tempo pinjaman,
pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman, pengurangan jumlah bunga terutang)
Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang berdasarkan kreditur
Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah yang dikapitalisasi,tingkat kapitalisasi)
157
159. PERSEDIAAN
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat. (PSAP 05 Par. 4)
CAKUPAN
Persediaan merupakan aset yang berupa:
• Barang atau perlengkapan (supplies)
yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
• Bahan atau perlengkapan (supplies)
yang akan digunakan dalam proses
produksi;
• Barang dalam proses produksi yang
dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
• Barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan.
CONTOH
Persediaan dapat terdiri dari :
Barang konsumsi
Amunisi
Bahan untuk pemeliharaan
Suku cadang
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-
jaga
Pita Cukai dan leges
Bahan baku
Barang dalam proses/setengah jadi
Tanah/bangunan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat
Hewan dan tanaman, untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat
159
160. PENGUKURAN PERSEDIAAN
• Persediaan diakui:
a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal,
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/
atau kepenguasaannya berpindah.
• Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan
disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.
160
161. PENGUKURAN PERSEDIAAN
• Persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/
rampasan.
• Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan
harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
• Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya
tidak material dan bermacam-macam jenis
161
162. PENGUKURAN PERSEDIAAN
• Barang persediaan yang memiliki nilai nominal dimaksudkan untuk
dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
• Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang
terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung
yang dialokasikan secara sistematis.
• Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
dengan menggunakan nilai wajar.
• Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau
penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).
162
163. BEBAN PERSEDIAAN
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of
goods)
Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian
Laporan Operasional
Pencatatan:
Perpetual pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode
penilaian yang digunakan
Periodik pengukuran persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi
fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau
perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan
nilai per unit sesuai dengan metode penilaian persediaan.
163
164. PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat
Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau
usang
164
165. TRANSAKSI PERSEDIAAN
Saldo persediaan 31 Des 20X1 sebesar 30.000.000. Entitas pada 1
Feb 20X2 melakukan belanja persediaan sebesar 200.000.000. Pada
31 Des 20X2 saldo persediaan 50.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
1 Feb Persediaan 200.000.000 Belanja Barang 200.000.000
Kas 200.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
31 Des Beban Persediaan 180.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan 180.000.000
165
167. DEFINISI INVESTASI
DEFINISI
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau
manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
RUANG LINGKUP
Untuk investasi yang dilakukan pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan BLU. Tidak termasuk investasi di
BUMD dan BUMN. Tidak mengatur investasi dalam KSO
167
168. INVESTASI JANGKA PENDEK
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama setahun atau kurang.
ditujukan dalam rangka manajemen kas.
Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau
pengurangan harga yang signifikan
Terdiri:
– Deposito berjangka waktu 3 - 12 bulan,
– Pembelian obligasi pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah daerah,
– Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
168
169. INVESTASI JANGKA PANJANG
Dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan
Sifat penanaman:
– Investasi permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, contoh:
Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah,
Penyertaan Pemerintah pada badan internasional dan badan hukum
lainnya;
Investasi permanen lainnya
– Investasi non permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan, contoh:
Investasi dalam Surat Utang Negara
Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga
Investasi non permanen lainnya.
170. PENGAKUAN INVESTASI
Pengeluaran kas dan/atau aset , penerimaan hibah dalam
bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi
dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria:
Kemungkinan manfaat ekonomi atau manfaat sosial
atau jasa potensial di masa yang akan datang atas
suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah
Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur
secara memadai (reliable)
170
171. PENGUKURAN INVESTASI
Jika mempunyai pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar,
nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar
Investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat
dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya
saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya
perolehan
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.
Apabila tidak ada nilai wajar, investasi dinilai berdasarkan nilai
wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi
tersebut
171
172. PENGUKURAN INVESTASI
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam
bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut.
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang
timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/
penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan
perbankan
172
173. METODE PENILAIAN INVESTASI
a. Metode biaya;
Investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut
diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya
investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
b. Metode ekuitas;
Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan. Dividen yang diterima
pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan deviden pada laporan realisasi
anggaran dan laporan operasional. Kenaikan nilai investasi pada akhir periode
akan diakui sebagai pendapatan pada laporan operasional. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan
investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh
valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
173
174. METODE EKUITAS
• Pada metode ekuitas, nilai investasi dapat berkurang sehingga menjadi
negatif karena kerugian yang diperoleh. Jika akibat kerugian yang
dialami, nilai investasi menjadi negatif, maka investasi tersebut akan
disajikan di neraca sebesar nol, namun nilai negatif tersebut akan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Jika pemerintah
memiliki tanggung jawab hukum untuk menanggung kerugian atas
investasi tersebut maka akan diakui kewajiban.
• Pada saat investasi tersebut memperoleh penambahan nilai investasi,
maka penambahan tersebut akan terlebih dahulu mengurangi nilai
negatif yang ada sampai nilai negatif tersebut tidak tersisa, kemudian
setelah itu, penambahan nilai investasi tersebut dapat menambah nilai
investasi pada neraca. Hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
174
175. INVESTASI BLU
• Investasi oleh Badan Layanan Umum, investasi jangka
panjang dicatat menggunakan metode ekuitas. Jika
Badan Layanan Umum memiliki investasi, maka
pencatatan oleh Badan Layanan Umum akan
dikonsolidasi. Namun, untuk tujuan pelaporan instansi
pemerintah, Badan Layanan Umum harus menyediakan
laporan keuangan tersendiri.
• Jika investasi pemerintah yang dicatat dengan nilai nominal
atau harga perolehan mengalami penurunan nilai, maa nilai
penuruannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat investasi lebih kecil
dibandingkan dengan nilai wajar investasi tersebut.
175
176. KRITERIA METODE PENILAIAN INVESTASI
a. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode
biaya;
b. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan
kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang
signifikan menggunakan metode ekuitas;
c. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode
ekuitas;
d. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan
metode nilai bersih yang direalisasikan.
176
177. HASIL INVESTASI
• Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara
lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai (cash
dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat sebagai
pendapatan LRA dan pendapatan LO, sedangkan pendapatan
deviden diakui sebagai pendapatan setelah diumumkan.
• Metode biaya: hasil investasi berupa dividen tunai, dicatat sebagai
pendapatan hasil investasi dalam LRA dan LO.
• Metode ekuitas: deviden dividen tunai dicatat mengurangi nilai
investasi. Bagian laba atas investasi yang dimiliki pemerintah dicatat
sebagai pendapatan dalam LO dan menambah nilai investasi
pemerintah.
• Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah
nilai investasi pemerintah, sehingga tidak diakui sebagai
pendapatan.
177
178. PENGUNGKAPAN
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f. Rekonsiliasi nilai investasi awal dan akhir atas investasi
dengan metode ekuitas;
g. Perubahan pos investasi.
178
179. JURNAL INVESTASI JANGKA PENDEK
Pada 30 Maret 20X2, Pemerintah Kota Bengawan menempatkan dananya
sebesar 200.000.000 pada deposito berjangka 6 bulan dapat diperpanjang
(ARO) di Bank Amarta, bunga 5%. Pada 30 September 20X2 diterima bunga
deposito 5.000.000. Deposito ini sampai akhir tahun belum dicairkan.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Mar Invesasi jangka pendek 200.000.000 Tidak ada jurnal
20X2 Kas 200.000.000
30 Sep Kas 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000
20X2 Pendapatan bunga – LO 5.000.000 Pendapatan bunga – LRA 5.000.000
31 Des Piutang Bunga 2.500.000
20X2 Pendapatan bunga – LO 2.500.000
30 Mar Ksd 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000
20X3 Pendapatan bunga – LO 2.500.000 Pendapatan bunga – LRA 5.000.000
Piutang bunga 2.500.000
179
180. JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-
Alternatif
Pada 1 Jan 20X2, Pemerintah Kota Bengawan mengambilalih investasi sebuah
perusahaan swasta (PT. Lawu) menjadi BUMD dengan nilai investasi 8.000.000.000
dengan kepemilikan Pemda sebesar 60%. Selama tahun 20X2 PT. Lawu menghasilkan
laba sebesar 800.000.000, hak Pemda 480.000.000 dan membagikan dividen pada 25
Des sebesar 500.000.000 juta, yagn menjadi hak Pemda 300.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
1 Jan Invesasi jangka panjang 8.000.000.000 Pengeluaran Pembiayaan 8.000.000.00
0
Kas 8.000.000.000 Perubahan SAL 8.000.000.00
0
31 Des Investasi jangka panjang 480.000.000 Tidak ada jurnal
Pendapatan investasi –
LO
480.000.000
15 Maret Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
Investasi jangka
panjang
300.000.000 Pendapatan dividen -
LRA
300.000.000
Saldo akhir investasi mencerminkan 8.000 + 480 – 300 = 8.180 terjadi
kenaikan investasi 180 karena laba 480 yang menjadi hak Pemda baru 300 yang
dibagikan dalam bentuk dividen 180
181. JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-pelepasan
Pada 1 Juli 20X5 nilai investasi di BUMD di neraca sebesar 5.000.000.000.
Pemda menjual 20%nya dengan harga 1.750.000.000. (asumsi telah dilakukan
pencatatan atas pengakuan laba sampai dengan semester tersebut.
Tanggal Finansial Anggaran
1 Juli Kas 1.750.000.000 Perubahan SAL 1.750.000.000
Investasi jangka panjang 1.000.000.000 Penerimaan pembiayaan
dari penjualan investasi
1.750.000.000
Surplus penjualan
investasi
750.000.000
181
183. RUANG LINGKUP DAN KLASIFIKASI
RUANG LINGKUP
• PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit
pemerintahan yang menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum dan
mengatur tentang perlakuan
akuntansinya termasuk pengakuan,
penilaian, penyajian dan pengungkapan
yang diperlukan
• PSAP 07 tidak diterapkan untuk:
Hutan dan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui (regenerative
natural resources)
Kuasa pertambangan, eksplorasi dan
penggalian mineral, minyak, gas alam
dan sumber daya alam serupa yang
tidak dapat diperbaharuhi (non-
regenerative natural resources)
KLASIFIKASI
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
183
184. PENGAKUAN ASET TETAP
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal;
Kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap :
Berwujud;
Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
dan
Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah.
184
185. PENGUKURAN ASET TETAP
aset tetap dinilai dengan biaya perolehan
Aset tetap yang tidak diketahui harga
perolehannya disajikan dengan nilai wajar
pada saat perolehan
185
186. PENILAIAN AWAL ASET TETAP
Penilaian awal aset tetap harus diukur berdasarkan biaya
perolehan
Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut
adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh
Untuk penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan
aset tetap adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut
disusun.
Biaya perolehan
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Biaya yang dapat diatribusikan: Biaya persiapan tempat, Biaya pengiriman
awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost),
Biaya pemasangan (instalation cost), Biaya profesional seperti arsitek dan
insinyur, Biaya konstruksi
186
187. KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN
TANAH
Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
Biaya perolehan mencakup:
Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak
Biaya pematangan, penimbunan, dan
biaya lainnya yang dikeluarkan ,aupun yang masih harus dikeluarkan sampai
tanah tersebut siap pakai
Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli
tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan
GEDUNG DAN BANGUNAN
Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan dan yang mas masih harus dikeluarkan untuk
memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai
Biaya perolehan gedung dan bangunan antara lain meliputi:
Harga pembelian atau biaya konstruksi,
Biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak
187
188. KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN
PERALATAN DAN MESIN
Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
pengeluaran yang telah dan yang masih harus dilakukan untuk
memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai
Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi:
Harga pembelian
Biaya pengangkutan
Biaya instalasi
Serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap untuk
digunakan
188