Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang memiliki fungsi berlawanan. Sistem saraf simpatis bekerja pada kondisi stres dan meningkatkan aktivitas organ tubuh seperti meningkatkan denyut jantung, sedangkan sistem saraf parasimpatis bekerja pada kondisi istirahat dan memperlambat aktivitas organ tubuh. Kedua sistem saraf ini saling berinteraksi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
1. TUGAS ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM SARAF OTONOM
Oleh:
NAMA NIM
Dea Fatmala Putri
Rodilah Syira Atalya
Fitrah Afifah
Tasya Widya Putri
1804034072
1804034002
1804034054
1804034024
Pembimbing:
Radietya Alvarabie, S.Ked., dr
Program D4 Analis Kesehatan
Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal
pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada
sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja .
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral
tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks
limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian
mempengaruhi pengaturan otonomik.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sebenarnya tidak ada penyamarataan
yang dapat dipakai untuk menjelaskan apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat
menyebabkan timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu,
untuk dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus mempelajari seluruh fungsi
kedua sistem saraf ini pada masing-masing organ.
3. BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF OTONOM
1. Sistem Syaraf Otonom
Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi
(SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan
mengendalikan otot jantung, otot–otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen.
Artinya, sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya,
jantung, paru–paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar
keringat. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut
kemauan atau kehendak kita.
Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral
umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk
pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem
saraf inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal,
pengosongan kandung kemih, berkeringat,suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana
beberapa diantaranya atau sebagian diatur oleh sistem saraf otonom.
Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan atau
intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom).
Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi
pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf
otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi
internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada
medula spinalis, batang otak dan hipotalamus.
Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal pusat di
dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya
akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur
organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi
sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.
4. Menurut sifat kerjanya, terdiri dari dua bagian yaitu saraf simpatis dan saraf
parasimpatis.
1. Saraf Simpatis
Pengertian Sistem saraf Simpatis
Sistem Saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak
berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti mempercepat detak jantung dan
menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan
merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam
kondisi stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik.
Anatomi dan Fisiologi Saraf Simpatis
Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan
sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu
pada suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan
perantaraan neuron yang lain menuju ke organ tubuh.
Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang
menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf
simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf.
Gambar Ganglion Pada Saraf Simpatis
5. Berdasarkan letaknya, ganglia simpatis digolongkan menjadi :
a) Ganglia Servikalis
Adalah ganglia paravertebral dari sistem saraf simpatik dan memiliki 3 ganglia lainnya
yaitu:
1. Ganglia Servikalis Superior (Terbesar)
Ganglia ini terletak berdekatan dengan C2 & C3 untuk menargetkan jantung, kepala,
leher dengan cara menumpang di arteri karotid.
2. Ganglia Servikalis Tengah (Terkecil)
Ganglia ini berdekatan dengan C6 dengan target adalah hati dan leher.
3. Ganglia Servikal Inferior
Ganglia ini mungkin menyatu dengan ganglia toraks. Ganglia ini berdekatan dengan C7
dengan target jantung, leher bagian bawah, lengan.
Gambar Ganglia Servikalis dan Distribusinya
6. b) Ganglia thorakalis
Adalah ganglia paravertebral yang biasanya memiliki 12 bagian. Ganglia ini terletak di
posterior pada pleura costovertebral. Ganglia ini mempunyai Ramus Communicans berwarna
putih dan abu – abu. Rami putih membawa serabut simpatik yang timbul di sumsum tulang
belakang ke dalam batang simpatik.
c) Ganglia lumbalis
adalah ganglia yang mempunyai 5 bagian
Gambar Ganglion lumbalis
7. Fungsi Saraf Simpatis:
Berikut fungsi dari saraf simpatis :
a) Mempercepat denyut jantung
b) Mempersempit diameter pembuluh darah
c) Memperlambat proses pencernaan
d) Memperkecil bronkus
e) Menurunkan tekanan darah
f) Memperlambat gerak peristaltis
g) Memperlebar pupil
h) Menghambat sekresi empedu
i) Menurunkan sekresi ludah
j) Meningkatkan sekresi adrenalin
2. Saraf Parasimpatis
Pengertian Saraf Parasimpatis
Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem
saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari
daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik umumnya memperlambat kerja
organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-
hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ
tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Anatomi dan Susunan Saraf Prasimpatis
Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik.
Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut juga
saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat yang
terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf motorisnya tidak membentuk
rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu
dengan yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarafinya.
8. Fungsi Saraf Parasimpatis
Adapun fungsi saraf parasimpatis yaitu :
a) Menghambat denyut jantung
b) Memperlebar diameter pembuluh darah
c) Mempercepat proses pencernaan
d) Memperlebar bronkus
e) Menaikkan tekanan darah
f) Mempercepat gerak peristaltis
g) Mempersempit pupil
h) Mempercepat sekresi empedu
i) Menaikkan sekresi ludah
j) Meninurunkan sekresi adrenalin.
Gambar Anatomi Saraf Parasimpatis
Gambar Fungsi Saraf
Parasimpatis
9. 3. Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis
Sistem saraf simpatik dan system saraf parasimpatik bekerja pada organ (efektor)
yang sama. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan
yang lainnya agar tercapainya homoestatis (keseimbangan).
4. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik
a. Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan
pemusatan lensa. Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi
sehingga pupil menjadi dilatasi (perbesaran), sedangkan perangsangan parasimpatis
mengkontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil. Bila ada cahaya
yang berlebihan masuk kedalam mata, serat-serat parasimpatis yang mengatur pupil akan
terangsang secara refleks, dimana refleks ini akan mengurangi pembukaan pupil dan
mengurangi jumlah cahaya yang membentur retina.
Sebaliknya selama periode eksitasi, saraf simpatis akan terangsang dan karena itu,
pada saat yang bersamaan akan menambah pembukaan pupil. Pemusatan lensa hampir
seluruhnya diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Normalnya, lensa dipertahankan tetap dalam
keadaan rata oleh tegangan intrinsik elastik dari ligamen radialnya. Perangsangan
parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan
menyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan
objeknya dekat tangan.
Gambar saraf otonom pada mata
10. b. Kelenjar-Kelenjar Tubuh.
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis
terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali
sekresi cairan. Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh
parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut
dan lambung. Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal
yang terdapat di saluran usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf
otonom. Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam
pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.
Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang
mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan sekresinya. Bila saraf
simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, tetapi
perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apapun. Namun, serat-
serat simpatis yang menuju ke sebagian besar kelenjar keringat bersifat kolinergik (kecuali
beberapa serat adrenergik yang ke telapak tangan dan telapak kaki ) dimana hal ini berbeda
dengan hampir semua serat simpatis lainnya, yang bersifat adrenergik. Selanjutnya, kelenjar
keringat terutama dirangsang oleh pusat-pusat di hipotalamus yang biasanya dianggap
sebagai pusat parasimpatis. Oleh karena itu, berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi
parasimpatis, walaupun hal ini dikendalikan oleh serat-serat saraf yang secara anatomis
tersebar melalui sistem saraf simpatis.
Kelenjar apokrin di aksila mensekresikan sekret yang kental dan berbau sebagi akibat
dari perangsangan simpatis, namun kelenjar ini tidak bereaksi terhadap perangsangan
parasimpatis. Kelenjar apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar
keringat, tetapi lebih banyak diatur oleh pusat simpatis dalam sistem saraf pusat daripada oleh
pusat parasimpatis.
c. Sistem Gastrointestinal.
Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrinsik sendiri yang dikenal
sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus. Namun, baik perangsangan
simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh
peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya,
perangsangan parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal,
11. yakni dengan memicu terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan
mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat.
Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang terjadi
secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.3 Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung pada
perangsangan simpatis . Namun bila ada perangsangan simpatis yang sangat kuat, maka akan
timbul penghambatan peristaltik dan peningkatan tonus sfingter. Hasil akhirnya adalah timbul
dorongan yang sangat lemah dalam saluran pencernaan dan kadang-kadang juga mengurangi
sekresi.
d. Jantung.
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung.
Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan
parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat
diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan
jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan
parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan
istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.
Gambar saraf otonom jantung
12. e. Pembuluh Darah Sistemik.
Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen
dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan
parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada
daerah-daerah tertentu malah memperlebar, seperti pada timbulnya daerah kemerahan di
wajah. Pada beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa, tetapi hal ini
jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa
simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih merupakan efek
reseptor beta.
f. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Tekanan Arteri.
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan
tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis
meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya
menyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis
menurunkan daya pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer.
Efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan tekanan. Ternyata perangsangan
parasimpatis vagal yang hampir selalu dapat menghentikan atau kadang-kadang
menghentikan seluruh jantung dan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
tekanan.
13. g. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Fungsi Tubuh Lainnya.
Karena begitu pentingnya sistem pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua
sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan
secara rinci. Pada umumnya sebagian besar struktur entodermal, seperti hati, kandung
empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkus dihambat oleh perangsangan simpatis namun
dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga mempunyai
pengaruh metabolik, yakni menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan
konsentrasi gula darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati ndan otot,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal, dan meningkatkan
aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis juga terlibat dalam
tindakan seksual antara pria dan wanita.
5. Integrasi dan Pengawasan Fungsi Otonom
Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di
dalam tubuh secara terintegrasi sehingga memungkinkan suatu makluk hidup dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf
menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua
aktifitas organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif
suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf
merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis dan
merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron
dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self-
organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian merupakan ekspresi
yang unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu
dari setiap mahluk hidup (Siregar, 1995).
Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima,
menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan
aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme
multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan,
perkembangan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana
proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan
pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang
14. perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi
antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui
proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana
akson dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu
neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar.
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme yang
dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya
didasarkan atas suatu infrastruktur selular yang sangat sempurna, adanya hubungan
bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat, umumnya sistem
saraf mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat: seperti
pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa
kelenjar. Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai
aktifitas dari fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran
darah. Sistem pencernaan tidak ada artinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah
untuk menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem
tersebut bekerja sama tidak sembarangan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan
berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, seperti
berjalan dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu manusia, sedangkan
kegiatan lain pengaturan denyut jantung, sekresi enzim dan gerakan pristaltik (gerakan yang
terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan) merupakan aktivitas yang tidak disadari
(otonom). Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang
menghubungkan seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi
kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah.
Jadi peran utama sistem saraf dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan
mengontrol berbagai aktivitas pada berbagai organ dan seluruh tubuh manusia. Kontraksi
otot, sekresi kelanjar, kerja jantung, metabolisme dan masih banyak proses lain yang
beroperasi dalam tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf, sistem saraf berhubungan dengan
berbagai organ dan sistem, mengkoordinasikan semua aktivitas dan menjamin fisiologis
organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan organisme dengan lingkungan
(Sonjaya, 2008).
15. 6. Pengaturan Pusat Otonom Batang Otak Oleh Area Yang Lebih Tinggi.
Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat
mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya
perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur
kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih
dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu
tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi dan aktivitas gastrointestinal, atau
menimbulkan pengosongan kandung kemih.
Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang otak bekerja
sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang
lebih tinggi.Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area
retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat
merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat untuk
menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi, palpitasi
jantung bahkan serangan jantung.
7. Gangguan Kesehatan Pada Sistem Saraf
Macam-macam gangguan kesehatan pada sistem saraf:
1) Stroke (Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Cerebral apoplexy)
Adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
Penyebab penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis).
Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita
stroke misalnya wajah yang tak simetris.
16. 2) Poliomielitis
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris
sistem saraf (otak dan medula spinalis). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV).
3) Migrain
Adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat adanya
hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
4) Parkinson
Penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada dasar
ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang
sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-
olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
17. 5) Amnesia
Yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi
dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau
cidera otak.
6) Cutter
Kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stres,
atau bingung.
7) Alzheimer atau Pikun
Bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel
otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.
Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
8) Bell's palsy
Adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan
otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda
dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan
sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli
18. menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi
bengkak akibat infeksi.
9) Ayan atau Epileps
Penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik (impuls) pada neuron-neuron otak.
Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-
ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan
penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
10) Meningitis
Adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
19. 11) Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS)
Adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa
kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.
12) Rabies
Adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
20. DAFTAR PUSTAKA
Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung
Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta
Suripto, dkk. 2003. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka : Jakarta