Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap penurunan kadar serum total kolesterol pada tikus yang diberi diet hiperkolesterol. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol normal, kontrol positif, dan 3 kelompok yang diberi ekstrak beluntas dengan dosis berbeda. Hasil menunjukkan kadar kolesterol tertinggi pada kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak dosis rendah, sedangkan kadar terendah
1. Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea
Indica) terhadap Penurunan Kadar Serum Total
Kolesterol pada Tikus (Rattus norvegicus) yang
diberi Diet Hiperkolesterol
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA Dr. Titin Andri Wihastusti, S.Kp., M.Kes.
Siti Nur Aliyatul Azizah
Pembimbing :
Ns. Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep.
5. Beban penyakit degeneratif
vaskuler di Indonesia semakin
meningkat. Ischaemic heart
disease dan stroke
berkontribusi secara global
sebesar 80% sebagai penyakit
kardiovaskuler yang
disebabkan oleh komplikasi
hiperkolesterolemia
(WHO , 2011).
Komplikasi hiperkolesterolemia
terjadi melalui berbagai
mekanisme patogenesis. Salah
satunya adalah mekanisme
oksidasi dan inflamasi.
Daun beluntas (Pluchea indica)
mengandung antioksidan dan
mampu berperan sebagai
antiinflamasi.
7. • Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh ekstrak daun beluntas
(Pluchea indica) terhadap penurunan kadar
serum total kolesterol pada tikus (Rattus
novergicus) wistar jantan yang diberi diet
hiperkolesterol.
8. • Tujuan Khusus
Kadar TC diet
hiperkolesterol
Kadar TC pada
kelompok
perlakuan I, II,
III
Kadar TC diet
normal
Membandingk
an kadar TC
pada semua
kelompok
9. Manfaat Penelitian
Manfaat Akademik :
Pengembangan
fitofarmakologi
Manfaat Praktis :
Tambahan pengetahuan dan
dapat diaplikasikan oleh
masyarakat
13. SERUM TOTAL CHOLESTEROL
• kolesterol darah merupakan marker lipid kunci untuk
melihat derajat keparahan plak pada pembuluh darah
dengan sensitif (Chen et al, 2010)
• Pada beberapa penelitian, terdapat kecenderungan
peningkatan kadar serum total kolesterol dan LDL pada
model aterosklerosis (Nakajima et al., 2006)
• Meskipun peningkatan LDL terlihat lebih dominan,
pemeriksaan serum total cholesterol tidak dapat
ditinggalkan karena mampu memvalidasi hasil
pemeriksaan lipid yang lain (Malati dan Mahesh, 2009).
15. • Daun beluntas memiliki beberapa efek farmakologi,
seperti antiinflamasi, antinociceptive (Rosilda et al,
2008), dan antituberculosis (Mohamad et al, 2011).
• Senyawa aktif dalam beluntas juga memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi dan mampu menghambat
peroksidasi lipid (Andarwulan et al, 2010).
16. EKSTRAKSI
• Ekstraksi merupakan metode yang
umum digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa
fitokimia dari suatu bahan alam
(Handa et al., 2008)
• Tidak memungkinkan bagi hewan
coba untuk memakan seluruh bahan
alam dengan dosis yang diinginkan,
sehingga dibutuhkan konversi.
Konversi ini tidak dapat dilakukan
jika bahan alam tidak diekstrak
terlebih dahulu dan dilakukan
pengenceran (Hamid et al., 2008).
17. • Teknik prosedur ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah maserasi. mengacu pada penelitian Hamid et al.
(2008)
• Prinsip pemilihan pelarut adalah “like dissolve like” sehingga
pelarut harus sesuai dengan senyawa apa yang diinginkan
untuk diekstrak.
• Senyawa flavonoid banyak terlarut di methanol atau ethanol .
Namun ethanol dipilih karena lebih cocok dan aman
Widyawati et al, 2014)
20. HIPOTESIS
Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) mampu
menurunkan kadar serum kolesterol total
pada tikus (Rattus novergicus) wistar jantan
yang diberi diet hiperkolesterol.
22. True Experimental Study
Randomized Controlled Post-test
only
Simple Random Sampling
Rumus jumlah sampel :
(n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok perlakuan; n = jumlah sampel
sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1) 4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75
Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out.
kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2
Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25
Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor.
Rumus jumlah sampel :
(n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok
perlakuan; n = jumlah sampel
sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1)
4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75
Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit
eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau
drop out.
kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2
Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25
Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal
per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor.
31. One way ANOVA
Kelompok Mean Std. Deviasi p-value
Kontrol negatif 67 9.19239 0.000
Kontrol positif 101.2 12.93058
P1 (150mg/kgBB) 127.6 18.13284
P2 (300mg/kgBB) 104.2 11.81948
P3 (600mg/kgBB) 90.6 16.65233
32. Post Hoc Tukey HSD
Kelompok p-value
Kontrol negatif dengan kontrol positif 0.008
Kontrol negatif dengan P1 0.000
Kontrol negatif dengan P2 0.004
P1 dengan P3 0.004
34. Kadar TC pada Kelompok Diet
Normal
• Kadar TC pada kelompok diet normal paling
rendah. Mean = 67 mg/dL.
• Diperkuat dengan peningkatan BB yang paling
rendah meskipun intake pakannya yang paling
tinggi.
• Pada tikus dengan diet normal tidak terjadi
sintesis kolesterol yang berlebih karena
komposisi pakan yang ringan.
35. Kadar TC pada Kelompok Diet
Hiperkolesterol
• Dibandingkan diet normal, kadar TC nya lebih
tinggi. Mean = 101.2 mg/dL.
• BB lebih tinggi dibanding kelompok diet normal.
• Pada kelompok diet hiperkolesterol tidak ada
yang membantu mensupresi kadar lemak yang
tinggi dalam darah.
• Kadar TC pada kelompok ini juga lebih tinggi
daripada kadar TC kelompok P3 (hiperkolesterol +
ekstrak 600mg/kgBB)
38. Kadar TC pada Kelompok Diet
Hiperkolesterol + Ekstrak Daun Beluntas
• P1 dosis 150mg/kgBB : Mean 127.6 mg/dL
– kadar TC lebih tinggi daripada P2 dan P3.
– Kadar TC juga lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol
tanpa tambahan ekstrak.
• P2 dosis 300mg/kgBB : Mean 104.2 mg/dL
– kadar TC dibawah P1 tapi lebih tinggi daripada P3.
– Kadar TC lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol tanpa
tambahan ekstrak.
• P3 dosis 600mg/kgBB : Mean 90.6 mg/dL
– Kadar TC paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok P1, P2
dan kelompok diet normal
– Kadar TC nya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok diet normal
42. Kadar TC pada Semua Kelompok
Kelompok Rerata
Kadar TC
Keterangan
Kontrol (-) / diet normal 67 Paling rendah di antara semua kelompok.
Kontrol (+) / diet
hiperkolesterol
101,2 Lebih tinggi dari kelompok kontrol positif dan P3.
P1 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
150mg/kgBB
127,6
Paling tinggi di antara semua kelompok.
P2 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
300mg/kgBB
104,2
Lebih rendah 1 tingkat daripada P1 dan lebih
tinggi daripada P3, kontrol negative dan kontrol
positif.
P3 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
600mg/kgBB
90,6
Paling rendah di antara semua kelompok dengan
sonde ekstrak tapi masih lebih tinggi daripada
kontrol negatif.
47. Kesimpulan
• Kadar serum TC pada kelompok tikus diet normal tidak meningkat secara
signifikan. Namun terlalu cepat meningkatkan BB tikus.
• Kadar serum TC pada kelompok tikus diet hiperkolesterol meningkat secara
signifikan jika dibandingakan dengan tikus kontrol negatif.
• Kadar serum TC pada kelompok tikus yang diberi diet hiperkolesterol + sonde
ekstrak daun beluntas memiliki kecenderungan turun. Pemberian ekstrak daun
beluntas (Pluchea indica) dosis 600mg/kgBB mampu menurunkan kadar serum
total kolesterol tikus yang diberi diet hiperkolesterol, tetapi belum ideal karena
nilainya belum mampu mendekati kadar serum total kolesterol tikus normal tanpa
perlakuan diet hiperkolesterol.
• Perbedaan kadar serum TC tikus pada semua kelompok terletak pada peningkatan
kadar serum total kolesterol kelompok positif dan kecenderungan penurunan
kadar pada kelompok yang diberi sonde ekstrak daun beluntas.
Arus globalisasi yang mmbwt indonesia dituntut utk mencapai akselerasi di bbg sektor.
Semua fasilitas serba cepat, teknologi dan bbg sarana yang ada sangat memudahkan manusia..
Namun, di sisi lain, masy yg semakin dimanjakan, menginginkan segalanya berjalan cepat dan instan.
Timbulah kecenderungan untuk hidup serba instan dan pola hidup yang tidak sehat.
Mulai dari pola aktivitas yang inadekuat, workaholik, dan pola makan tidak sehat..
Sebagian Masyarakat sering mengonsumsi makanan instan yang berlemak tanpa diimbangi makanan yang kaya antioksidan. Banyak masalah kesehatan yang bermunculan seiring dengan tinginya gaya makan tidak teratur seperti ini. Terutama hiperkolesterolemia. Tentunya ini menjadi masalah yang membutuhkan perhatian yang serius, karena dari sinilah semuanya bermula..
Di Indonesia..
Spt yg sdh dipaparkan di awal, hiperkolesterolemia yg disebabkan oleh intake makanan yg tinggi lemak secara kronis keadaan ini mampu memicu reaksi oksidasi yg berlebih dlm tubuh. Jika reaksi oksidasi terlalu tinggi,maka tubuh akan banyak kehilangan elektron yg berefek pd terganggunya keseimbangan tubuh. Jika secara kronis dibiarkan, tentu hiperkolesterolemia akan menimbulkan komplikasi yg dpt mencederai vaskuler organ vital. Komplikasi hiperkolesterolemia primer yg terjadi pd vaskuler adlh atero.
selain melalui mekanisme oksidasi, atero jg dpt terbentuk melalui mekanisme inflamasi.
c. Kami mengamati di masyarakat, tdpt kecenderungan memanfaatkan tanaman pagar atau TOGA utk terapi bbrp penyakit. Tdk terkecuali daun beluntas. Di masyarakat, tlh umum digunakan sbg obat nyeri haid, penurun panas dan penghilang bau badan. Stlh dikaji lebih lanjut, ternyata daun beluntas memiliki senyawa antioksidan yg cukup tinggi.
Sehingga, kami tertarik untuk mengujicobakan ekstrak daun beluntas yang diberikan pada hewan cb yang telah diberi diet hiperkolesterol dengan melihat kadar serum total kolesterolnya. Harapannya, potensi/ daya guna daun beluntas yang blm digali secara optimal dapat tergali secara optimal dlm penelitian ini dan penelitian2 slnjtnya sekaligus menjd solusi yg murah dan mudah didapatkan oleh masy sbg agen antihiperkolesterolemia dan agen preventif komplikasi hiperkolesterolemia.