SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea
Indica) terhadap Penurunan Kadar Serum Total
Kolesterol pada Tikus (Rattus norvegicus) yang
diberi Diet Hiperkolesterol
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA Dr. Titin Andri Wihastusti, S.Kp., M.Kes.
Siti Nur Aliyatul Azizah
Pembimbing :
Ns. Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
That’s JUNK!!
Mengkonsumsi yang tidak
bermanfaat bagi tubuh
Makanan
instan &
berlemak
HEALTH
PROBLEM
ALERT
!!
Beban penyakit degeneratif
vaskuler di Indonesia semakin
meningkat. Ischaemic heart
disease dan stroke
berkontribusi secara global
sebesar 80% sebagai penyakit
kardiovaskuler yang
disebabkan oleh komplikasi
hiperkolesterolemia
(WHO , 2011).
Komplikasi hiperkolesterolemia
terjadi melalui berbagai
mekanisme patogenesis. Salah
satunya adalah mekanisme
oksidasi dan inflamasi.
Daun beluntas (Pluchea indica)
mengandung antioksidan dan
mampu berperan sebagai
antiinflamasi.
Rumusan Masalah
↓ kadar
serum total
kolesterol
• Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh ekstrak daun beluntas
(Pluchea indica) terhadap penurunan kadar
serum total kolesterol pada tikus (Rattus
novergicus) wistar jantan yang diberi diet
hiperkolesterol.
• Tujuan Khusus
Kadar TC diet
hiperkolesterol
Kadar TC pada
kelompok
perlakuan I, II,
III
Kadar TC diet
normal
Membandingk
an kadar TC
pada semua
kelompok
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademik :
Pengembangan
fitofarmakologi
Manfaat Praktis :
Tambahan pengetahuan dan
dapat diaplikasikan oleh
masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERKOLESTEROL
Komplikasi hiperkolesterolemia
SERUM TOTAL CHOLESTEROL
• kolesterol darah merupakan marker lipid kunci untuk
melihat derajat keparahan plak pada pembuluh darah
dengan sensitif (Chen et al, 2010)
• Pada beberapa penelitian, terdapat kecenderungan
peningkatan kadar serum total kolesterol dan LDL pada
model aterosklerosis (Nakajima et al., 2006)
• Meskipun peningkatan LDL terlihat lebih dominan,
pemeriksaan serum total cholesterol tidak dapat
ditinggalkan karena mampu memvalidasi hasil
pemeriksaan lipid yang lain (Malati dan Mahesh, 2009).
Pluchea indica
• Daun beluntas memiliki beberapa efek farmakologi,
seperti antiinflamasi, antinociceptive (Rosilda et al,
2008), dan antituberculosis (Mohamad et al, 2011).
• Senyawa aktif dalam beluntas juga memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi dan mampu menghambat
peroksidasi lipid (Andarwulan et al, 2010).
EKSTRAKSI
• Ekstraksi merupakan metode yang
umum digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa
fitokimia dari suatu bahan alam
(Handa et al., 2008)
• Tidak memungkinkan bagi hewan
coba untuk memakan seluruh bahan
alam dengan dosis yang diinginkan,
sehingga dibutuhkan konversi.
Konversi ini tidak dapat dilakukan
jika bahan alam tidak diekstrak
terlebih dahulu dan dilakukan
pengenceran (Hamid et al., 2008).
• Teknik prosedur ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah maserasi. mengacu pada penelitian Hamid et al.
(2008)
• Prinsip pemilihan pelarut adalah “like dissolve like” sehingga
pelarut harus sesuai dengan senyawa apa yang diinginkan
untuk diekstrak.
• Senyawa flavonoid banyak terlarut di methanol atau ethanol .
Namun ethanol dipilih karena lebih cocok dan aman
Widyawati et al, 2014)
KERANGKA KONSEP &
HIPOTESIS
Modifikasi gaya
hidup :
exercise,
pengaturan BB
+
Regimen statin
HIPOTESIS
Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) mampu
menurunkan kadar serum kolesterol total
pada tikus (Rattus novergicus) wistar jantan
yang diberi diet hiperkolesterol.
METODE
True Experimental Study
Randomized Controlled Post-test
only
Simple Random Sampling
Rumus jumlah sampel :
(n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok perlakuan; n = jumlah sampel
sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1) 4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75
Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out.
kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2
Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25
Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor.
Rumus jumlah sampel :
(n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok
perlakuan; n = jumlah sampel
sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1)
4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75
Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit
eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau
drop out.
kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2
Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25
Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal
per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor.
Rancangan Penelitian
Diet Normal
Persiapan
alat dan
bahan
Proses
ekstraksi :
maserasi
dengan
etanol 96%
dan
evaporasi
Perawatan
tikus ,
pemberian
diet
hiperkolester
ol dan sonde
ekstrak
selama 10
minggu
Eutanasia,
Pembedahan
tikus dan
pengambilan
spesimen
Pengecekkan
Profil Lipid
(termasuk TC)
Analisa Data
• menggunakan uji parametrik One Way ANOVA
• Menggunakan bantuan software SPSS
HASIL
38.72
29.63
31.01 31.24 30.94
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Kontrol (-) Kontrol (+) P1 P2 P3
rata-rata jumlah
pakan
(dalam gr)
Asupan Pakan Tikus
129.5
151
161.7
152.1
179.9
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Kontrol (-) Kontrol (+) P1 P2 P3
angka kenaikan BB
(dalam gr)
Kenaikan BB Tikus
Kadar Serum Total Kolesterol
Kelompok Mean Std.
Deviasi
Minimum Maksimum 95% Interval
Kepercayaan
Kontrol negatif 67 9.19239 55.00 77.00 55.5861 - 78.4139
Kontrol positif 101.2 12.93058 84.00 114.00 85.1446 - 117.2554
P1 (150mg/kgBB) 127.6 18.13284 103.00 152.00 105.0851 - 150.1149
P2 (300mg/kgBB) 104.2 11.81948 85.00 116.00 89.5242 - 118.8758
P3 (600mg/kgBB) 90.6 16.65233 70.00 111.00 69.9234 - 111.2766
Normalitas semua kelompok bernilai p>0.05
One way ANOVA
Kelompok Mean Std. Deviasi p-value
Kontrol negatif 67 9.19239 0.000
Kontrol positif 101.2 12.93058
P1 (150mg/kgBB) 127.6 18.13284
P2 (300mg/kgBB) 104.2 11.81948
P3 (600mg/kgBB) 90.6 16.65233
Post Hoc Tukey HSD
Kelompok p-value
Kontrol negatif dengan kontrol positif 0.008
Kontrol negatif dengan P1 0.000
Kontrol negatif dengan P2 0.004
P1 dengan P3 0.004
PEMBAHASAN
Kadar TC pada Kelompok Diet
Normal
• Kadar TC pada kelompok diet normal paling
rendah. Mean = 67 mg/dL.
• Diperkuat dengan peningkatan BB yang paling
rendah meskipun intake pakannya yang paling
tinggi.
• Pada tikus dengan diet normal tidak terjadi
sintesis kolesterol yang berlebih karena
komposisi pakan yang ringan.
Kadar TC pada Kelompok Diet
Hiperkolesterol
• Dibandingkan diet normal, kadar TC nya lebih
tinggi. Mean = 101.2 mg/dL.
• BB lebih tinggi dibanding kelompok diet normal.
• Pada kelompok diet hiperkolesterol tidak ada
yang membantu mensupresi kadar lemak yang
tinggi dalam darah.
• Kadar TC pada kelompok ini juga lebih tinggi
daripada kadar TC kelompok P3 (hiperkolesterol +
ekstrak 600mg/kgBB)
Modifikasi gaya
hidup : exercise,
pengaturan BB
+
Regimen statin
Kadar TC pada Kelompok Diet
Hiperkolesterol + Ekstrak Daun Beluntas
• P1 dosis 150mg/kgBB : Mean 127.6 mg/dL
– kadar TC lebih tinggi daripada P2 dan P3.
– Kadar TC juga lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol
tanpa tambahan ekstrak.
• P2 dosis 300mg/kgBB : Mean 104.2 mg/dL
– kadar TC dibawah P1 tapi lebih tinggi daripada P3.
– Kadar TC lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol tanpa
tambahan ekstrak.
• P3 dosis 600mg/kgBB : Mean 90.6 mg/dL
– Kadar TC paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok P1, P2
dan kelompok diet normal
– Kadar TC nya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok diet normal
Pengaruh senyawa aktif…
HMG-CoA
Sekresi ApoB
ikatan asam empedu-
pencernaan kolesterol
Absorbsi kolesterol di
usus
Modifikasi gaya
hidup : exercise,
pengaturan BB
+
Regimen statin
Kadar TC pada Semua Kelompok
Kelompok Rerata
Kadar TC
Keterangan
Kontrol (-) / diet normal 67 Paling rendah di antara semua kelompok.
Kontrol (+) / diet
hiperkolesterol
101,2 Lebih tinggi dari kelompok kontrol positif dan P3.
P1 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
150mg/kgBB
127,6
Paling tinggi di antara semua kelompok.
P2 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
300mg/kgBB
104,2
Lebih rendah 1 tingkat daripada P1 dan lebih
tinggi daripada P3, kontrol negative dan kontrol
positif.
P3 / diet hiperkolesterol +
ekstrak daun beluntas
600mg/kgBB
90,6
Paling rendah di antara semua kelompok dengan
sonde ekstrak tapi masih lebih tinggi daripada
kontrol negatif.
hiperkolesterol
inflamasi
imun
oksidasi
Proliferasi
otot polos
Implikasi Keperawatan
• Preventif
• Promotif
PENUTUP
Kesimpulan
• Kadar serum TC pada kelompok tikus diet normal tidak meningkat secara
signifikan. Namun terlalu cepat meningkatkan BB tikus.
• Kadar serum TC pada kelompok tikus diet hiperkolesterol meningkat secara
signifikan jika dibandingakan dengan tikus kontrol negatif.
• Kadar serum TC pada kelompok tikus yang diberi diet hiperkolesterol + sonde
ekstrak daun beluntas memiliki kecenderungan turun. Pemberian ekstrak daun
beluntas (Pluchea indica) dosis 600mg/kgBB mampu menurunkan kadar serum
total kolesterol tikus yang diberi diet hiperkolesterol, tetapi belum ideal karena
nilainya belum mampu mendekati kadar serum total kolesterol tikus normal tanpa
perlakuan diet hiperkolesterol.
• Perbedaan kadar serum TC tikus pada semua kelompok terletak pada peningkatan
kadar serum total kolesterol kelompok positif dan kecenderungan penurunan
kadar pada kelompok yang diberi sonde ekstrak daun beluntas.
Dokumentasi
Dokumentasi
Ppt 16 mei
Ppt 16 mei

More Related Content

What's hot (10)

Hyperphosphatemia in a 56 year-old man with hypochondrial pain
Hyperphosphatemia in a 56 year-old man with hypochondrial pain Hyperphosphatemia in a 56 year-old man with hypochondrial pain
Hyperphosphatemia in a 56 year-old man with hypochondrial pain
 
Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2
 
724 1376-1-sm
724 1376-1-sm724 1376-1-sm
724 1376-1-sm
 
Contoh kasus hipertensi
Contoh kasus hipertensiContoh kasus hipertensi
Contoh kasus hipertensi
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisAplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
 
DIABEXTRAC MERINGANKAN GEJALA DIABETES
DIABEXTRAC MERINGANKAN GEJALA DIABETESDIABEXTRAC MERINGANKAN GEJALA DIABETES
DIABEXTRAC MERINGANKAN GEJALA DIABETES
 
Dosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & GeriatrikDosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & Geriatrik
 
Farmakologi 1
Farmakologi 1Farmakologi 1
Farmakologi 1
 
Reynold christian sirait_22010112110042_lap.kti_bab1
Reynold christian sirait_22010112110042_lap.kti_bab1Reynold christian sirait_22010112110042_lap.kti_bab1
Reynold christian sirait_22010112110042_lap.kti_bab1
 

Similar to Ppt 16 mei

229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
ATIQOHSAg
 
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
ATIQOHSAg
 
Training materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi EnteralTraining materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi Enteral
suhandono
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Dessycis
 
DOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptxDOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptx
SriRiaranti
 

Similar to Ppt 16 mei (20)

uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamkauji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
 
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
 
Resistensi insulin
Resistensi insulinResistensi insulin
Resistensi insulin
 
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemiaDiet lanjut hipertensi dislipidemia
Diet lanjut hipertensi dislipidemia
 
PPT efek ekstrak pare dan jahe terhadap kadar glukosa darah
PPT efek ekstrak pare dan jahe terhadap kadar glukosa darahPPT efek ekstrak pare dan jahe terhadap kadar glukosa darah
PPT efek ekstrak pare dan jahe terhadap kadar glukosa darah
 
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
 
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
229-Article Text-474-1-10-20130325.pdf
 
penanganan hewan coba.pptx
penanganan hewan coba.pptxpenanganan hewan coba.pptx
penanganan hewan coba.pptx
 
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamkaPPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
 
Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
 
Training materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi EnteralTraining materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi Enteral
 
MODUL KEGEMUKAN
MODUL KEGEMUKANMODUL KEGEMUKAN
MODUL KEGEMUKAN
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
01. Erma Slide Sidang Edisi Rombak
01. Erma   Slide Sidang Edisi Rombak01. Erma   Slide Sidang Edisi Rombak
01. Erma Slide Sidang Edisi Rombak
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
DOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptxDOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptx
 
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptxNutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
Nutrisi Diabetes - Cell Healing Food Therapy Konsep Karnus.pptx
 
PPT Anak.pptx
PPT Anak.pptxPPT Anak.pptx
PPT Anak.pptx
 
Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksi
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 

Recently uploaded (20)

Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 

Ppt 16 mei

  • 1. Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica) terhadap Penurunan Kadar Serum Total Kolesterol pada Tikus (Rattus norvegicus) yang diberi Diet Hiperkolesterol PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Dr. Titin Andri Wihastusti, S.Kp., M.Kes. Siti Nur Aliyatul Azizah Pembimbing : Ns. Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep.
  • 3.
  • 4. That’s JUNK!! Mengkonsumsi yang tidak bermanfaat bagi tubuh Makanan instan & berlemak HEALTH PROBLEM ALERT !!
  • 5. Beban penyakit degeneratif vaskuler di Indonesia semakin meningkat. Ischaemic heart disease dan stroke berkontribusi secara global sebesar 80% sebagai penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh komplikasi hiperkolesterolemia (WHO , 2011). Komplikasi hiperkolesterolemia terjadi melalui berbagai mekanisme patogenesis. Salah satunya adalah mekanisme oksidasi dan inflamasi. Daun beluntas (Pluchea indica) mengandung antioksidan dan mampu berperan sebagai antiinflamasi.
  • 7. • Tujuan Umum Mengetahui pengaruh ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) terhadap penurunan kadar serum total kolesterol pada tikus (Rattus novergicus) wistar jantan yang diberi diet hiperkolesterol.
  • 8. • Tujuan Khusus Kadar TC diet hiperkolesterol Kadar TC pada kelompok perlakuan I, II, III Kadar TC diet normal Membandingk an kadar TC pada semua kelompok
  • 9. Manfaat Penelitian Manfaat Akademik : Pengembangan fitofarmakologi Manfaat Praktis : Tambahan pengetahuan dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
  • 13. SERUM TOTAL CHOLESTEROL • kolesterol darah merupakan marker lipid kunci untuk melihat derajat keparahan plak pada pembuluh darah dengan sensitif (Chen et al, 2010) • Pada beberapa penelitian, terdapat kecenderungan peningkatan kadar serum total kolesterol dan LDL pada model aterosklerosis (Nakajima et al., 2006) • Meskipun peningkatan LDL terlihat lebih dominan, pemeriksaan serum total cholesterol tidak dapat ditinggalkan karena mampu memvalidasi hasil pemeriksaan lipid yang lain (Malati dan Mahesh, 2009).
  • 15. • Daun beluntas memiliki beberapa efek farmakologi, seperti antiinflamasi, antinociceptive (Rosilda et al, 2008), dan antituberculosis (Mohamad et al, 2011). • Senyawa aktif dalam beluntas juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan mampu menghambat peroksidasi lipid (Andarwulan et al, 2010).
  • 16. EKSTRAKSI • Ekstraksi merupakan metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa fitokimia dari suatu bahan alam (Handa et al., 2008) • Tidak memungkinkan bagi hewan coba untuk memakan seluruh bahan alam dengan dosis yang diinginkan, sehingga dibutuhkan konversi. Konversi ini tidak dapat dilakukan jika bahan alam tidak diekstrak terlebih dahulu dan dilakukan pengenceran (Hamid et al., 2008).
  • 17. • Teknik prosedur ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. mengacu pada penelitian Hamid et al. (2008) • Prinsip pemilihan pelarut adalah “like dissolve like” sehingga pelarut harus sesuai dengan senyawa apa yang diinginkan untuk diekstrak. • Senyawa flavonoid banyak terlarut di methanol atau ethanol . Namun ethanol dipilih karena lebih cocok dan aman Widyawati et al, 2014)
  • 20. HIPOTESIS Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) mampu menurunkan kadar serum kolesterol total pada tikus (Rattus novergicus) wistar jantan yang diberi diet hiperkolesterol.
  • 22. True Experimental Study Randomized Controlled Post-test only Simple Random Sampling Rumus jumlah sampel : (n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok perlakuan; n = jumlah sampel sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1) 4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75 Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out. kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2 Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25 Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor. Rumus jumlah sampel : (n-1) (t-1) >15 di mana t = banyak kelompok perlakuan; n = jumlah sampel sehingga (n-1) (t-1) ≥ 15 ; (n-1) (5-1) ≥ 15 ; (n-1) 4 ≥ 15 ; n-1 = 3,75 ; n = 4,75 Koreksi = 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out. kemungkinan mati adalah 1/5 = 20% = 0,2 Sehingga 1/(1-0,2) = 1/0,8 = 1,25 Untuk menghindari lose of sample, jumlah minimal per kelompok adalah 4,75 + 1,25 = 6 ekor.
  • 24. Persiapan alat dan bahan Proses ekstraksi : maserasi dengan etanol 96% dan evaporasi Perawatan tikus , pemberian diet hiperkolester ol dan sonde ekstrak selama 10 minggu Eutanasia, Pembedahan tikus dan pengambilan spesimen Pengecekkan Profil Lipid (termasuk TC)
  • 25. Analisa Data • menggunakan uji parametrik One Way ANOVA • Menggunakan bantuan software SPSS
  • 26. HASIL
  • 27. 38.72 29.63 31.01 31.24 30.94 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Kontrol (-) Kontrol (+) P1 P2 P3 rata-rata jumlah pakan (dalam gr) Asupan Pakan Tikus
  • 28. 129.5 151 161.7 152.1 179.9 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Kontrol (-) Kontrol (+) P1 P2 P3 angka kenaikan BB (dalam gr) Kenaikan BB Tikus
  • 29. Kadar Serum Total Kolesterol Kelompok Mean Std. Deviasi Minimum Maksimum 95% Interval Kepercayaan Kontrol negatif 67 9.19239 55.00 77.00 55.5861 - 78.4139 Kontrol positif 101.2 12.93058 84.00 114.00 85.1446 - 117.2554 P1 (150mg/kgBB) 127.6 18.13284 103.00 152.00 105.0851 - 150.1149 P2 (300mg/kgBB) 104.2 11.81948 85.00 116.00 89.5242 - 118.8758 P3 (600mg/kgBB) 90.6 16.65233 70.00 111.00 69.9234 - 111.2766
  • 30. Normalitas semua kelompok bernilai p>0.05
  • 31. One way ANOVA Kelompok Mean Std. Deviasi p-value Kontrol negatif 67 9.19239 0.000 Kontrol positif 101.2 12.93058 P1 (150mg/kgBB) 127.6 18.13284 P2 (300mg/kgBB) 104.2 11.81948 P3 (600mg/kgBB) 90.6 16.65233
  • 32. Post Hoc Tukey HSD Kelompok p-value Kontrol negatif dengan kontrol positif 0.008 Kontrol negatif dengan P1 0.000 Kontrol negatif dengan P2 0.004 P1 dengan P3 0.004
  • 34. Kadar TC pada Kelompok Diet Normal • Kadar TC pada kelompok diet normal paling rendah. Mean = 67 mg/dL. • Diperkuat dengan peningkatan BB yang paling rendah meskipun intake pakannya yang paling tinggi. • Pada tikus dengan diet normal tidak terjadi sintesis kolesterol yang berlebih karena komposisi pakan yang ringan.
  • 35. Kadar TC pada Kelompok Diet Hiperkolesterol • Dibandingkan diet normal, kadar TC nya lebih tinggi. Mean = 101.2 mg/dL. • BB lebih tinggi dibanding kelompok diet normal. • Pada kelompok diet hiperkolesterol tidak ada yang membantu mensupresi kadar lemak yang tinggi dalam darah. • Kadar TC pada kelompok ini juga lebih tinggi daripada kadar TC kelompok P3 (hiperkolesterol + ekstrak 600mg/kgBB)
  • 36.
  • 37. Modifikasi gaya hidup : exercise, pengaturan BB + Regimen statin
  • 38. Kadar TC pada Kelompok Diet Hiperkolesterol + Ekstrak Daun Beluntas • P1 dosis 150mg/kgBB : Mean 127.6 mg/dL – kadar TC lebih tinggi daripada P2 dan P3. – Kadar TC juga lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol tanpa tambahan ekstrak. • P2 dosis 300mg/kgBB : Mean 104.2 mg/dL – kadar TC dibawah P1 tapi lebih tinggi daripada P3. – Kadar TC lebih tinggi daripada kelompok diet hiperkolesterol tanpa tambahan ekstrak. • P3 dosis 600mg/kgBB : Mean 90.6 mg/dL – Kadar TC paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok P1, P2 dan kelompok diet normal – Kadar TC nya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok diet normal
  • 39. Pengaruh senyawa aktif… HMG-CoA Sekresi ApoB ikatan asam empedu- pencernaan kolesterol Absorbsi kolesterol di usus
  • 40.
  • 41. Modifikasi gaya hidup : exercise, pengaturan BB + Regimen statin
  • 42. Kadar TC pada Semua Kelompok Kelompok Rerata Kadar TC Keterangan Kontrol (-) / diet normal 67 Paling rendah di antara semua kelompok. Kontrol (+) / diet hiperkolesterol 101,2 Lebih tinggi dari kelompok kontrol positif dan P3. P1 / diet hiperkolesterol + ekstrak daun beluntas 150mg/kgBB 127,6 Paling tinggi di antara semua kelompok. P2 / diet hiperkolesterol + ekstrak daun beluntas 300mg/kgBB 104,2 Lebih rendah 1 tingkat daripada P1 dan lebih tinggi daripada P3, kontrol negative dan kontrol positif. P3 / diet hiperkolesterol + ekstrak daun beluntas 600mg/kgBB 90,6 Paling rendah di antara semua kelompok dengan sonde ekstrak tapi masih lebih tinggi daripada kontrol negatif.
  • 44.
  • 47. Kesimpulan • Kadar serum TC pada kelompok tikus diet normal tidak meningkat secara signifikan. Namun terlalu cepat meningkatkan BB tikus. • Kadar serum TC pada kelompok tikus diet hiperkolesterol meningkat secara signifikan jika dibandingakan dengan tikus kontrol negatif. • Kadar serum TC pada kelompok tikus yang diberi diet hiperkolesterol + sonde ekstrak daun beluntas memiliki kecenderungan turun. Pemberian ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) dosis 600mg/kgBB mampu menurunkan kadar serum total kolesterol tikus yang diberi diet hiperkolesterol, tetapi belum ideal karena nilainya belum mampu mendekati kadar serum total kolesterol tikus normal tanpa perlakuan diet hiperkolesterol. • Perbedaan kadar serum TC tikus pada semua kelompok terletak pada peningkatan kadar serum total kolesterol kelompok positif dan kecenderungan penurunan kadar pada kelompok yang diberi sonde ekstrak daun beluntas.

Editor's Notes

  1. Arus globalisasi yang mmbwt indonesia dituntut utk mencapai akselerasi di bbg sektor. Semua fasilitas serba cepat, teknologi dan bbg sarana yang ada sangat memudahkan manusia.. Namun, di sisi lain, masy yg semakin dimanjakan, menginginkan segalanya berjalan cepat dan instan. Timbulah kecenderungan untuk hidup serba instan dan pola hidup yang tidak sehat. Mulai dari pola aktivitas yang inadekuat, workaholik, dan pola makan tidak sehat..
  2. Sebagian Masyarakat sering mengonsumsi makanan instan yang berlemak tanpa diimbangi makanan yang kaya antioksidan. Banyak masalah kesehatan yang bermunculan seiring dengan tinginya gaya makan tidak teratur seperti ini. Terutama hiperkolesterolemia. Tentunya ini menjadi masalah yang membutuhkan perhatian yang serius, karena dari sinilah semuanya bermula..
  3. Di Indonesia.. Spt yg sdh dipaparkan di awal, hiperkolesterolemia yg disebabkan oleh intake makanan yg tinggi lemak secara kronis keadaan ini mampu memicu reaksi oksidasi yg berlebih dlm tubuh. Jika reaksi oksidasi terlalu tinggi,maka tubuh akan banyak kehilangan elektron yg berefek pd terganggunya keseimbangan tubuh. Jika secara kronis dibiarkan, tentu hiperkolesterolemia akan menimbulkan komplikasi yg dpt mencederai vaskuler organ vital. Komplikasi hiperkolesterolemia primer yg terjadi pd vaskuler adlh atero. selain melalui mekanisme oksidasi, atero jg dpt terbentuk melalui mekanisme inflamasi. c. Kami mengamati di masyarakat, tdpt kecenderungan memanfaatkan tanaman pagar atau TOGA utk terapi bbrp penyakit. Tdk terkecuali daun beluntas. Di masyarakat, tlh umum digunakan sbg obat nyeri haid, penurun panas dan penghilang bau badan. Stlh dikaji lebih lanjut, ternyata daun beluntas memiliki senyawa antioksidan yg cukup tinggi. Sehingga, kami tertarik untuk mengujicobakan ekstrak daun beluntas yang diberikan pada hewan cb yang telah diberi diet hiperkolesterol dengan melihat kadar serum total kolesterolnya. Harapannya, potensi/ daya guna daun beluntas yang blm digali secara optimal dapat tergali secara optimal dlm penelitian ini dan penelitian2 slnjtnya sekaligus menjd solusi yg murah dan mudah didapatkan oleh masy sbg agen antihiperkolesterolemia dan agen preventif komplikasi hiperkolesterolemia.
  4. iiiki