SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
Download to read offline
ATURAN DASAR ICD – 10
INTERNATIONAL STATISTICAL
CLASSIFICATION OF DISEASES AND
RELATED HEALTH PROBLEM
Oleh :
Teguh Redy Senjaya, A.Md.PK, SST.RMIK., M.Mkes
Tujuan umum
Diharapkan
peserta dapat
Meningkatkan
Pemahaman
tentang
Kodefikasi
Diagnosa Penyakit
wORKSHOP
Tujuan Khusus
Workshop
Diharapkan peserta
Dapat memahami
tentang :
1.Definisi, tujuan,
dan penggunaan
ICD-10
2.Struktur ICD-10
3.Konvensi ICD-10
DEFINISI DAN TUJUAN ICD – 10
INTERNATIONAL STATISTICAL
CLASSIFICATION OF DISEASES AND
RELATED HEALTH PROBLEM
ICD ?
Ai si Di ? ICD-10
??
ICD-9
CM
ICD-11?
ICD-10 CM ??
ICHI
Apa itu ICD 10 ?
Apa itu ICD 10 ?
 ICD merupakan singkatan dari
International Statistical
Classification of Diseases and Related
Health Problems.
 ICD memuat klasifikasi diagnostik
penyakit dengan standar
internasional yang disusun
berdasarkan sistem kategori dan
dikelompokkan dalam satuan
penyakit menurut kriteria yang telah
disepakati pakar internasional.
 Merupakan sistem penggolongan
penyakit dan masalah kesehatan
lainnya secara “ INTERNATIONAL
“ yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu
Apakah Klasifikasi Penyakit?
 Penyakit yang
dikelompokan atau
dibuat dalam grup yang
kriterianya sudah
ditentukan
 Contoh kriteria:
 Etiologi
 Anatomi
 Umur
 patofisiologi
 Tanda dan gejala
 Prognosis
Tujuan dan Kegunaan ICD 10
Kegunaan ICD-10 yang menonjol adalah sebagai
sarana penterjemah diagnosis penyakit dan
masalah kesehatan dari bentuk kata menjadi kode
atau sandi alfanumerik sehingga memudahkan
untuk disimpan, dicari dan kemudian dianalisis
Tujuan klasifikasi ICD 10
•Membuat catatan menjadi sistematik
•Membantu penganalisisan
•Menerjemahkan dan membandingkan peristiwa
penyakit dan kematian yang telah dikumpulkan
di berbagai tempat, negara pada saat yang
berlainan
 Klasifikasi morbiditas dan mortalitas
 Mengindeks pencatatan penyakit
 Menerjemahkan diagnosis dari kata menjadi kode
alfanumerik
 Memudahkan penyimpanan dan pengambilan data
 Dasar pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas
 Tabulasi data pelayanan kesehatan dan evaluasi
 Untuk penelitian epidemiologi dan klinis
 Analisis pembayaran kesehatan
 Dasar pengelompokan DRGs untuk pembayaran
perawatan ( di Indonesia sedang dikembangan
program Case-mix Inadrg untuk pasien tidak mampu
TMT 1 september 2008)  INACBG’s akhir th 2010 –awal
2011
..Tujuan dan Kegunaan ICD 10
Keunggulan ICD-10 sebagai klasifikasi
diagnostik standar internasional dibandingkan
yang terdahulu:
• Memberi ruang gerak bagi kepentingan
epidemiologi dan berbagai masalah upaya
kesehatan
• Menganalisis keadaan kesehatan suatu
kelompok penduduk
• Memantau kasus baru (insiden) dan semua
kasus (prevalensi) penyakit dan masalah
kesehatan lain dalam hubungannya dengan
beberapa variabel seperti ciri dan keadaan
dari orang yang terkena
Desain Jalan dan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan
‣ Perancangan jalan yang lebih aman
‣ “Pedestrianization”
‣ Implementasi sistem transportasi untuk membuat
mobilitas perkotaan yang lebih aman
– Bus Rapid Transit
– Bersepeda (Cycling)
Bandung Road Safety Initiative (1)
‣ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
 Technical City Lead
2. Polrestabes Bandung
3. Dinas Perhubungan
4. Dinas Bina Marga dan Pengairan
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Komunikasi dan Informasi
7. Beberapa SKPD terkait
‣ Peran Dinas Kesehatan:
Data dan Penanganan Paska Kecelakaan (Post Crash
and Data)
Pelaporan Data Kecelakaan dan Kematian
di Rumah Sakit
‣ Peningkatan karakterisasi kecelakaan dan kematian di Bandung
– Sifat Cedera, disabilitas
– Biaya sosial
‣ Dengan keterkaitan laporan kecelakaan polisi: divalidasi
perkiraan kematian di jalan untuk Bandung
Laporan Kepolisian
Laporan Rumah Sakit
Perkiraan angka kematian yang tepat
DASAR HUKUM
Penggunaan ICD di Indonesia
• Penggunaan ICD-9 berdasarkan SK Menkes RI
No.3/Men.Kes/SK/I/80 tanggal 3 Januari 1980 tentang
penggunaan Klasifikasi Penyakit Revisi ke-9
• Penggunaan ICD-10 SK Dirjen Pelayanan Medik
No.H.K.00.06.1.4.00744 tentang Penggunaan Klasifikasi
Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-10 di Rumah
sakit tanggal 19 Februari 1996. Mulai dipakai di rumah
sakit bulan April 1996 dan paling lambat Januari 1997
• Standar Akreditasi Bidang Rekam Medis S.5.P5.
mengenai penggunan buku ICD 10
• PMK No.26 Tahun 2021 tentang Pedoman INACBG
dalam pelaksanaan JKN
STRUKTUR ISI BUKU
ICD-10
3 Volume ICD-10
Volume 1 Volume 2 Volume 3
RULES & GUIDELINES
BUKU ICD-10
• volume 1 disebut Tabular List
• volume 2 disebut Aturan Manual
atau Pedoman
• volume 3 disebut Alphabetical
Index
 volume 1 merupakan himpunan klasifikasi itu sendiri
yang disebut Tabular List.
 Di dalam volume 1, diagnosis dikategorikan dalam
kelompok kategori, sehingga memudahkan dalam
pemilihan (subkategori) dan perhitungan statistik
 Volume 1 hampir dipenuhi oleh klasifikasi utama yang
terdiri dari klasifikasi inti dan daftar tabulasi.
 Klasifikasi inti adalah daftar kategori 3-karakter
(halaman 29-104), sedangkan daftar tabulasi memberi
detil penuh pada level 4-karakter, terbagi atas 22 bab
(halaman 105-1175).
 Morfologi neoplasma. Klasifikasi morfologis (bentuk)
neoplasma (halaman 1177-1204) bisa digunakan
sebagai kode tambahan untuk klasifikasi neoplasma
yang pada Bab II umumnya hanya menurut sifat dan
tempat (topografi). Kode morfologi ini sama dengan
yang digunakan pada adaptasi khusus ICD untuk
onkologi (ICD-O).
 Daftar tabulasi khusus. Karena daftar 3- atau 4-
karakter terlalu luas untuk masuk tabel statistik,
hampir semua statistik rutin menggunakan daftar
yang mengutamakan kondisi tunggal tertentu dan
mengelompokkan kondisi lainnya. Empat daftar
khusus tabulasi kematian adalah bagian integral ICD.
Daftar 1 dan 2 dipakai untuk kematian umum, dan
daftar 3 dan 4 digunakan untuk kematian bayi dan
anak (usia 0-4 tahun). Daftar khusus tabulasi
kesakitan terdapat di halaman 1205-1231.
 Definisi-definisi. Definisi pada halaman
1233-1238 telah diadopsi oleh WHA dan
dimasukkan ke dalam ICD untuk
memudahkan perbandingan data
internasional.
 Pengaturan nomenklatur WHO. Pengaturan
nomenklatur yang diadopsi WHA-20
(halaman 1239-1243) didasarkan pada
pentingnya pengumpulan dan penerbitan
statistik kesakitan dan kematian dalam
istilah yang bisa dibandingkan.
Volume 1 -------- :
• Introduction
• WHO Collaborating centers for Classification
Diseases
• Report of the international conference for the
Tenth Revision of The International Classification
of Diseases
• List of Three Character Catagories
• Tabular list (22 Chapter)
• Morphology of Neoplasma [hal 1177-1204]
• Special tabulation lists for Mortality and
Morbidity [hal 1205-1231]
• Definition [hal 1233-1238]
• Regulations Regarding Nomenclature [hal 1239-
1243]
Klasifikasi Chapter dalam
Volume 1
VOLUME 1
- 22 Chapter
- Chapter 1-XVII mencakup Penyakit dan
kondisi kesakitan lainnya
- Chapter XVIII mencakup
Symptoms,signs,abnormal clinical dan hasil
pemeriksaan laboratorium
- Chapter XIX mencakup Perlukaan , keracunan
dan keadaan lainnya yang merupakan akibat dari
sebab luar perlukaan
- Chapter XX mencakup sebab luar dari morbiditas
dan mortalitas
- Chapter XXI mencakup faktor - faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan kontak dengan
pelayanan Kesehatan
- Chapter XXII mencakup Special Purposes
CHAPTER
BLOCKS
THREE- CHARACTER CATEGORIES
FOUR- CHARACTER CATEGORIES
FIFTH- OR SUBSEQUENT CHARACTER LEVEL
Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z halaman 107 - 1175
No: (alfabet) Judul Bab Halaman
I. (A-B) Penyakit Infeksi dan Parasitik tertentu 107
II. (C-D48) Neoplasma 181
III. (D50-89) Penyakit Darah dan Organ Pembentuk Darah dan
gangguan yang melibatkan Mekanisme Imunitas 249
IV. (E) Penyakit Endokrin, Nutrisional dan Metabolik 271
V. (F) Gangguan Mental dan Prilaku 311
VI. (G) Penyakit Sistem Saraf 389
VII. (H00-59) Penyakit Mata dan Adneksa Mata 429
VIII. (H60-95) Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid 459
IX. ( I ) Penyakit Sistem Sirkulasi 471
X. (J) Penyakit Sistem Respirasi 515
XI. (K) Penyakit Sistem Digestif 549
XII. (L) Penyakit Kulit & Jaringan Bawah Kulit 597
XIII. (M) Penyakit Otot-Kerangka Tulang & Jaringan Ikat 627
Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z halaman 107 - 1175
No: (alfabet) Judul Bab halaman
XIV (N) Penyakit Sistem Genitourinaria 679
XV (O) Kehamilan, persalinan-kelahiran dan nifas 721
XVI (P) Kondisi-kondisi tertentu dimulai dalam periode
perinatal 765
XVII (Q) Malformasi, deformasi dan abnormalitas 795
kromosomal yang kongenital
XVIII (R) Gejala, tanda-tanda dan temuan klinis, 853
laboratoris yang abnormal, NEC (Not elsewhere
classified)(tidak terklasifikasi di bab/bagian lain)
XIX. (S-T) Cedera, keracunan dan konsekuensi 891
lain akibat sebab luar
XX (V-W-X-Y) Sebab-sebab luar Mortalitas dan
Morbiditas 1011
XXI (Z) Faktor-faktor yang mempengaruhi status
kesehatan dan kontak dengan fasilitas 1125
pelayanan kesehatan
XXII (U) Kode-kode Untuk Tujuan Tertentu
Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-1)
Three-character categories (Hal.31-104)
Chapter I
Certain infectious and parasitic diseases (A00-B99)
Intestinal infectious diseases (A00-A09)
Cholera
Thyphoid and paratyphoid fever
Other salmonella infections
Shigellosis
A00
A01
A02
A03
3rd-
character
chapter
block
Four-character subcategories (Hal.105-1176)
Chapter II
Neoplasms (C00-D48)
Malignant neoplasm of lip
External upper lip
External lower lip
External lip, unspecified
C00
C00.0
C00.1
C00.2
Malignant Neoplasms (C00-C97)
Malignant neoplasms of lip, oral cavity and pharynx
(C00-C14)
4th-
character
Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-2)
ICD 10 Disease Classification:
FIFTH CHARACTER
Chapter XIII : anatomical site ( Penyakit Sistem Otot &
Tulang & Jaringan Lunak )
Chapter XIX : untuk indikasi patah tulang terbuka dan
tertutup, cedera intrakranial, intratoraks
dan intraabdomen dengan atau tanpa
luka terbuka.
Chapter XX : untuk mengetahui jenis aktivitas yang
dilaksanakan pada suatu waktu dari
kejadian
Buku ICD-10, Volume 2
• volume 2 merupakan aturan
manual atau pedoman
tentang cara menggunakan
volume 1 dan 3
Isi Buku ICD-10, Volume 2
• 1. Pendahuluan
• 2. Uraian Klasifikasi Statistik Internasional
mengenai Penyakit dan Masalah
Kesehatan Terkait
• 3. Cara menggunakan ICD
• 4. Aturan dan pedoman pengkodean
kematian dan morbiditas
• 5. Presentasi statistik
• 6. Sejarah perkembangan ICD
Buku ICD-10, Volume 3
• volume 3 disebut Alphabetical
Index (indeks abjad) yang
berfungsi sebagai ‘kamus’-nya
volume 1.
Volume 3 terdiri dari 3 seksi
 Seksi 1 merupakan Indeks Alpabet dari
penyakit dan perlukaan yang alami
 Seksi 2 merupakan sebab luar dari
perlukaan dan memuat istilah dari bab XX
Volume I.
 Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan
zat kimia, sebagai sambungan dari bab
XIX dan XX serta menjelaskan indikasi
kejadiannya.
STRUKTUR ICD
* 3 volume: Volume 1
Volume 2
Volume 3
* 21 Bab  22 Bab (Alfabet U, di Edisi baru)
* struktur kode yang alfanumerik
(ini yang membedakan ICD-10 dengan ICD-9)
35
VOLUME ICD-10
Volume 1: Daftar tabulasi, daftar
alphanumerik penyakit dan
pengelompokan penyakit
Volume 2: Manual instruksi dan
pedoman penggunaannya
Volume 3: Indeks alfabetis, daftar
komprehensif semua kondisi
yang ada di daftar Tabulasi
(Volume 1). 36
STRUKTUR INTI KODE ICD-10
Struktur inti kode berkarakter 3 digits
A01
karakter pertama diikuti oleh
A – Z 2 (dua) digits
37
STRUKTUR INTI KODE ICD-10 (Lanjutan)
 Struktur dari 4 (empat) karakter sub-katagori
adalah:
A16.0
Karakter diikuti kemudian digit
pertama tanda baca terakhir
A – Z 2 digits titik (.) ke-4
Contoh: A16.9 TB pernapasan tak dirinci,
tanpa kejelasan konfirmasi pemeriksaan
bakteriologis ataupun histologisnya. 38
Karakter ke-4
 Karakter ke-4 bisa numerik angka 0  9
 Ada Kategori yang memiliki anggota
subkategori dari .0 s/d .9
Ada yang hanya punya .0, .1 dan .9
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .3 dan .4
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4, .8, .9
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4 dan .5
39
Karakter ke-4 (Lanjutan-1)
 Umumnya karakter ke-4
.0, .1, .2, .3, .4, .5, .6, .7 adalah untuk
membedakan pernyataan diagnosis yang
disertai rincian spesifikasinya
.8 adalah untuk yang disertai rincian lain-lain
yang specified namun tidak dapat
dikelompok-kan ke .0  .7
.9 adalah untuk yang unspecified
40
Karakter ke-4 (Lanjutan-2)
 Untuk kategori yang tidak memiliki subkategori
.8 dan .9 berarti jumlah diagnoses yang menjadi
anggota kategori berkode 3-karakter sudah
pasti, tidak ada yang lain-lain, atau unspecified.
Contoh: Typhoid fever hanya terdiri dari A01.0
Paratyphoid fever ada A01.1 A01.2
dan A01.3 dan A01.4
(Diagnosis demam tifoid sudah pasti
disebabkan bakteri Salmonella Typhosa, demam
para-typhoid disebabkan Salmonella Paratyphi)
41
Kategori Berkarakter 3-digit
yang Tunggal
Contoh:
A33 Tetanus neonatorium
A34 Obstetrical tetanus
A35 Other tetanus
B86 Scabies
C56 Malignant neoplasm of ovary
D34 Benign neoplasm of thyroid gland
ICD-10 volume 2, mengatur untuk membubuhi
huruf alfabet x sebagai karater ke-4  A33.x
42
Daftar Tabulasi Tingkat Bab
 Sebagian besar Bab berkaitan dengan
sistem-sistem tubuh
Contoh:
- Sistem kardiovaskuler,
- Sistem respiratori
- Sistem digestif
- Sistem genitourinari
43
Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-1)
 Bab-Bab yang terkait penyakit khusus:
Contoh:
- Penyakit Infeksi & Parasitik tertentu (A.B)
- Neoplasma (C.D)
- Anomali kongenital (Q)
44
Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-2)
 Bab XV (O) khusus untuk gangguan pada
- Pregnancy (Kehamilan)
- Childbirth (Persalinan-Kelahiran)
- Puerperium (Masa nifas)
 Bab XVI (P) khusus untuk
- Certain conditions originating in
the perinatal period
45
Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
 Ada 14 (empatbelas) Bab yang menggunakan
satu huruf alfabet dan terdiri dari hampir 100
kategori yang tersedia.
1. Bab IV (E)
2. Bab V (F)
3. Bab VI (G)
4. Bab IX (I)
5. Bab X (J)
6. Bab XI (K)
7. Bab XII (L)
46
8. Bab XIII (M)
9. Bab XIV (N)
10.Bab XV (O)
11.Bab XVI (P)
12.Bab XVII (Q)
13.Bab XVIII (R)
14.Bab XXI (Z)
15.Bab XXII (U) (pada edisi 2006)
 Ada 3 (tiga) Bab yang mengandung
jumlah penyakit yang relatif sedikit,
sehingga diberikan alfabet yang
digunakan bersama antara dua Bab.
 Bab III (D) digunakan bersama bab II
 Bab VII dan Bab VIII (H)
47
Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
 Ada 4 (empat) Bab yang besar dan
memerlukan huruf alfabet lebih dari 1
(satu) huruf alfabet. Yakni :
 Bab I (A-B)
 Bab II (C-D)
 Bab XIX (S-T),
 yang menggunakan > dari 4 (empat) alfabet
adalah Bab XX (V-W-X-Y).
48
Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
CONVENSI
INTERNATIONAL STATISTICAL
CLASSIFICATION OF DISEASES AN
HEALTH RELATED PROBLEM
ICD-10
Thursday, July 28, 2022
CONVENTIONS
PARENTHESES ( ) - Menutup kata2 tambahan
- Menutup term exclusion
- Menutup kategori 3th karakter
- Menutup kode dagger& asterisk
E.g.
• I10 - Hypertension (arterial) (benign) (essential)
(malignant) (primary) (systemic)
• H01.0 Blepharitis
Excludes : Blepharoconjunctivitis (H10.5)
• Diseases of the Eye and Adnexa (H00-H59)
Square Brackets = [ ]
• Menutup synonym, kata2 alternatif atau ungkapan
penjelasan
• Untuk merujuk ke catatan sebelumnya
E.g.
• A30 Leprosy [Hansen’s Disease]
• C00.8 Overlapping Lesion of Lip
[See note 5 on p. 182]
• K27 Peptic Ulcer, site unspecified
[See page 566 for subdivisions]
COLON = :
• Kata-kata yg diikuti oleh ‘colon’adalah term yg tidak
lengkap
• Coder harus melengkapi term dgn satu ‘modifiers’
E.g.
K36 Other Appendicitis
Appendicitis :
- Chronic
- Recurrent
BRACE = }
• Kata-kata sesudah ‘brace’ lengkap
• Setiap term sebelum ‘brace’ harus di kualifikasi oleh satu
/ lebih terms yang mengikuti.
E.g.
O71.6 Obstetric Damage to Pelvic Joints and Ligaments
Avulsion of inner Symphyseal }
Cartilage }
Damage to Coccyx } Obstetric
Traumatic separation of }
Symphysis (pubis) }
Tanda baca Brace }
 Digunakan untuk mengkaitkan istilah-
istilah. [113, 99]. Catatan: di ICD-10 1992 ditulis
dengan }; di ICD-10 2004 ditulis dengan garis lurus
vertikal, bukan berbentuk kurung kurawa)
 Masing istilah di depan (kiri) didahului
oleh tanda kurung } ini harus
dimodifikasi sedikitnya oleh satu istilah
yang ada di sebelah kanan } tersebut,
sebelum kode khusus baginya
ditentukan. 54
Contoh:
 E10.1 Insulin dependent diabetes
mellitus with ketoacidosis
[278277; 260259]
Diabetic:
-acidosis
without mention
-ketoacidosis of coma
55
POINT DASH = ._
• Kode subcategory diganti dengan (-)
• Menunjukan ‘fourth character’ eksis (ada).
E.g.
G03 Meningitis due to other and
unspecified causes
Excludes : Meningoencephalitis (G04._)
SEE” and “SEE ALSO
(petunjuk yg harus diikuti u/ mencegah
kesalahan)
E.g.
• Inflammation
- bone (see Osteomyelitis)
• Paralysis
- shaking (see also Parkinsonism) G20
• Enlargement, enlarged
- (see also Hypertrophy)
AND in Titles
• kata and, bisa berarti “dan/ atau”
E.g.
A18.0 Tuberculosis of Bones and Joints
“AND” pada judul suatu kode
 Dalam judul makna kata “and” (dan)
mewakili “and/or” (dan/atau)
Contoh: [922; 892]
S49.9 Unspecified of injury of
shoulder and upper arm
berarti:
- unspecified injury of shoulder or
- unspecified injury of upper arm or
- unspecified inury of shoulder and
upper arm
59
Not Otherwise Specified (NOS)
 Sama artinya dengan Unspecified
atau Unqualified
 Hanya digunakan apabila tidak adanya
informasi untuk bisa digunakan sebagai
penentu kode yang spesifik.
Contoh: [ 564; 534]
K14.9 Disease of tongue
unspecified
Glossopathy NOS
60
Not Elsewhere Classified (NEC)
 Digunakan sebagai warning
(peringatan) bahwa ada tipe khusus
satu kondisi yang terkode dan muncul
di bagian/Bab lain dari sistem
klasifikasi ini.
 Apabila informasi spesifik bisa
ditemukan, maka akan bisa dipilihkan
kode yang baik/tepat. [587; 558]
Contoh: K73 Chronic hepatitis, NEC. 61
NOS - Not otherwise specified
 tidak spesifik (tidak dijelaskan)
NEC - Not elsewhere classified
tidak diklasifikasikan di tempat lain
tapi untuk kategori 3 karakter berfungsi sebagai
peringatan bahwa varian tertentu dari kondisi yg
ada dlm daftar bisa muncul dibagian lain dari
klasifikasi.
c.s : J16 ‘Pneumonia akibat organisme menular
lain, not elsewhere classified’. (hal.523 vol I)
Istilah-Istilah Inclusion
(termasuk/sinonim)
 Umumnya ada pada Kategori 4-karakter,
bisa juga ada di bawah Blok atau Bab.
 Contoh-contoh kondisi berbeda-beda
atau sinonim dari kondisi yang terkode
pada kategori terkait.
 Bukan suatu subklasifikasi
 Panduan isi kategori, tidak exhaustive
(mendalam, lengkap)
63
Istilah Exclusion
(tidak termasuk)
 Terdiri dari daftar kondisi yang harus
dikode di tempat lain, dan tidak dikode
dengan nomor kode kategori ini, namun
dikode dengan kode yang benar yakni
kode yang tersedia di dalam kurung ( )
mengikuti istilah gangguan (penyakit)
yang tertera di depan kurung tersebut.
64
Contoh:
 A18.2 Tuberculosis peripheral lymph-
adenopathy
Tuberculous adenitis
Excludes: tuberculosis of lymph nodes:
- intrathoracic (A15,4, A16.3)
- mesentric and retro-
peritoneal (A18.3)
tuberculosis tracheobronchial
adenopathy (A15.4, A16.3)
65
66
PENGGUNAAN KODE
DAGGER DAN ASTERISK
by :
Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK,
.M.Mkes
by :
Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK,
.M.Mkes
67
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
ICD-9 memperkenalkan suatu sistem
yang diteruskan pada ICD-10, yaitu
adanya dua kode untuk pernyataan
diagnostik yang berisi penyakit umum
yang menjadi dasar, dan
manifestasinya pada organ atau situs
tertentu yang merupakan masalah
tersendiri pula.
ICD-9 memperkenalkan suatu sistem
yang diteruskan pada ICD-10, yaitu
adanya dua kode untuk pernyataan
diagnostik yang berisi penyakit umum
yang menjadi dasar, dan
manifestasinya pada organ atau situs
tertentu yang merupakan masalah
tersendiri pula.
68
• Sistem ini memakai kode utama
bertanda dagger (†) untuk diagnosis
penyakit umum yang merupakan
penyakit dasar, dan kode tambahan
bertanda asterisk (*) untuk akibatnya
pada organ atau tempat tertentu yang
merupakan masalah tersendiri (penyakit
tambahan
• Sistem ini memakai kode utama
bertanda dagger (†) untuk diagnosis
penyakit umum yang merupakan
penyakit dasar, dan kode tambahan
bertanda asterisk (*) untuk akibatnya
pada organ atau tempat tertentu yang
merupakan masalah tersendiri (penyakit
tambahan
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
69
Konvensi ini disediakan karena
pengkodean penyakit dasar saja sering
tidak memuaskan untuk pengolahan
statistik yang berhubungan dengan
spesialisasi tertentu,
sedangkan akibat dari penyakit dasar
tersebut perlu pula diklasifikasikan
pada bab lain karena merupakan
alasan untuk berobat.
Konvensi ini disediakan karena
pengkodean penyakit dasar saja sering
tidak memuaskan untuk pengolahan
statistik yang berhubungan dengan
spesialisasi tertentu,
sedangkan akibat dari penyakit dasar
tersebut perlu pula diklasifikasikan
pada bab lain karena merupakan
alasan untuk berobat.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
70
• Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri
Sendiri),
• Asterisk dipakai kalau nama alternatif
juga diperlukan.
• Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh
dipakai sendirian.
• Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri
Sendiri),
• Asterisk dipakai kalau nama alternatif
juga diperlukan.
• Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh
dipakai sendirian.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
71
• Kode asterisk terdapat pada kategori.
• Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang
berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang
bukan penyakit dasar.
• Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan
akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan
G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat
penyakit lain memiliki kategori G22*.
• Kode dagger yang sesuai diberikan untuk
kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk;
misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada
penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†.
• Kode asterisk terdapat pada kategori.
• Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang
berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang
bukan penyakit dasar.
• Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan
akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan
G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat
penyakit lain memiliki kategori G22*.
• Kode dagger yang sesuai diberikan untuk
kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk;
misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada
penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
72
Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang
dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda
dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut:
I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul
rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan
yang sama, misalnya:
A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *)
Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal)
Tuberculous leptomeningitis
Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang
dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda
dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut:
I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul
rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan
yang sama, misalnya:
A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *)
Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal)
Tuberculous leptomeningitis
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
73
II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk
tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya
berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap
nama, misalnya:
A18.1† Tuberculosis of genitourinary system
Tuberculosis of:
• bladder (N33.0 *)
• cervix (N74.0 *)
• kidney (N29.1 *)
• male genital organs (N51.- *)
• ureter (N29.1 *)
• Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *)
II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk
tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya
berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap
nama, misalnya:
A18.1† Tuberculosis of genitourinary system
Tuberculosis of:
• bladder (N33.0 *)
• cervix (N74.0 *)
• kidney (N29.1 *)
• male genital organs (N51.- *)
• ureter (N29.1 *)
• Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *)
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
74
III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka
rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan,
walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada
tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger
dengan kode tambahan, misalnya:
A54.8 Other gonococcal infection
Gonococcal
........
• peritonitis † (K67.1 *)
• pneumonia † (J17.0 *)
• septicaemia
• skin lesions
III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka
rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan,
walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada
tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger
dengan kode tambahan, misalnya:
A54.8 Other gonococcal infection
Gonococcal
........
• peritonitis † (K67.1 *)
• pneumonia † (J17.0 *)
• septicaemia
• skin lesions
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang
memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi
seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional
code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini
hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus:
i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’,
kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi
penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada
judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada
bab I.
Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus
kode ICD-10 : J86.9 B95.8
ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari
bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk
menunjukkan aktifitas fungsionalnya.
iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1,
walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan
untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut.
Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang
memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi
seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional
code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini
hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus:
i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’,
kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi
penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada
judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada
bab I.
Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus
kode ICD-10 : J86.9 B95.8
ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari
bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk
menunjukkan aktifitas fungsionalnya.
iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1,
walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan
untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut.
Pengkodean kembar pilihan lainnya
Pengkodean kembar pilihan lainnya
….Pengkodean kembar pilihan
lainnya
….Pengkodean kembar pilihan
lainnya
iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09
(kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab
lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab,
misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau
gangguan lain terhadap otak.
v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik,
sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk
identifikasi zat tersebut.
vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera,
keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang
menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX
yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode
utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan
pengumpulan data.
iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09
(kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab
lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab,
misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau
gangguan lain terhadap otak.
v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik,
sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk
identifikasi zat tersebut.
vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera,
keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang
menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX
yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode
utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan
pengumpulan data.
77
Tulisan
dr. sulit
dibaca
Diagnosa
tidak
spesifik
Banyak yang
belum di
koding Singkatan
tidak
standar
Oleh :
Teguh Redy Senjaya SST.RMIK
Pengenalan dan
penggunaan
“lead terms &
Modifier”
ICD-10 (VOLUME 3)
• Section I - Indeks Alpabet penyakit
dan bentuk cedera
(Bab I - XIX & XXI)
• Section II - Sebab luar cedera
(Bab XX)
• Section III - Tabel Obat dan zat kimia
• (Bab XIX & XX)
Konvensi-konvensi ICD Vol. 3
Parenthesis () Tanda kurung digunakan seperti
pada Volume 1, yaitu untuk
mengurung modifer.
“NEC” ‘Not elsewhere classified’ menunjukkan
bahwa varian yang dijelaskan dari kondisi yang
tertulis diklasifikasikan pada bagian lain, dan bahwa
term yang lebih tepat harus dicari di dalam Indeks.
……..Konvensi-konvensi ICD Vol. 3
• Cross-references
Rujukan-silang digunakan untuk
menghindarkan duplikasi yang tidak perlu pada
term di dalam Indeks Alfabet.
Kata ‘see’ meminta pengkode untuk merujuk ke
term lain; ‘see also’ mengarahkan pengkode
untuk merujuk ke tempat lain di dalam Indeks
kalau pernyataan yang sedang dikode berisi
informasi lain yang tidak ter-indentasi di bawah
term tempat ‘see also’ tersebut berada.
Struktur ICD Vol III
• Indeks vol III berisi :
– ‘lead terms’
• yang diletakkan pada bagian paling kiri,
• Untuk penyakit dan cedera ini biasanya berupa sebuah kata benda
• untuk kondisi patologis.
• Namun, beberapa kondisi yang berupa kata sifat atau eponim (nama
orang) bisa juga terdapat disini.
– (‘modifier’ atau ‘qualifier’) pada berbagai level
indentasi di bawahnya.
• Pada Section I, modifier yang berindentasi (dimajukan ke
kanan)
– ini biasanya berupa jenis,
– tempat, atau kondisi yang mempengaruhi kode
• pada Section II menunjukkan
– berbagai jenis kecelakaan atau kejadian,
– kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi
kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis.
Struktur ICD X vol 3 terdiri dari :
Lead term : Mrpk kondisi utama/
Diagnosa utama/
Kondisi Pathologis/
Nama Penyakit/
Nama Penemu penyakit
Modifier : menunjukkan letak anatomi/
menggambarkan suatu keadaan
Langkah-langkah untuk melakukan
kodifikasi
1. Tentukan jenis pernyataan (Diagnosa)yang akan
dikode dan rujuk ke Section yang sesuai pada
Indeks Alfabet
2. Tentukan lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan
cedera
3. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat
di bawah ‘lead term’
4. Baca semua term yang dikurung oleh
parentheses setelah ‘lead term’
5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang ‘see’
dan ‘see also’ di dalam Indeks
6. Rujuk daftar tabulasi (Volume I) untuk
memastikan nomor kode yang dipilih
7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di
bawah kode yang dipilih, atau di bawah judul
bab, blok, atau kategori.
8. Tentukan kode
E.g.
Acute Ulcer of the Stomach with
Haemorrhage and Perforation
e.g.
Ulcer, ulcerated, ulcerating
- stomach (eroded)(peptic)(round)
- - acute
- - - with
- - - - hemorrhage
- - - - - and perforation K25.2
Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-sama
untuk menemukan kode yang benar dari setiap
kasus
Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di atas
kategori sistem tubuh.
Contoh: Ca. Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam Bab
II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem
pernafasan
Referensi
• WHO, (2010), ICD-10 Volume I, II, III
Jenewa,2010.
• Anggraini Naga, Mayang (2010), Pelatihan
Kodefikasi ICD-10, Jakarta, 2010.
Terimakasih

More Related Content

Similar to 1.definisi_tujuan_struktur_convensi_ICD-10.pdf

(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgsImelda Wijaya
 
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
 
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.ppt
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.pptfdokumen.com_koding-ina-cbgppt.ppt
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.pptdyah395630
 
Rekam Medis.ppt
Rekam Medis.pptRekam Medis.ppt
Rekam Medis.pptnorafitri3
 
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdf
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdfPlaybook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdf
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdfakulima
 
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjang
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjangEvaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjang
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjangDikiana Pranata
 
(4) lead term & tata cara koding icd 10
(4) lead term & tata cara koding icd 10(4) lead term & tata cara koding icd 10
(4) lead term & tata cara koding icd 10Imelda Wijaya
 
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisSistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisFahmi Hakam
 

Similar to 1.definisi_tujuan_struktur_convensi_ICD-10.pdf (13)

Overview inacbg
Overview inacbgOverview inacbg
Overview inacbg
 
(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs
 
kualitas koding
kualitas kodingkualitas koding
kualitas koding
 
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
 
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.ppt
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.pptfdokumen.com_koding-ina-cbgppt.ppt
fdokumen.com_koding-ina-cbgppt.ppt
 
Rekam Medis.ppt
Rekam Medis.pptRekam Medis.ppt
Rekam Medis.ppt
 
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdf
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdfPlaybook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdf
Playbook Resume Medis Rawat Jalan - v2.1.pdf
 
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjang
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjangEvaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjang
Evaluasi pencatatan & pelaporan dalam menunjang
 
(4) lead term & tata cara koding icd 10
(4) lead term & tata cara koding icd 10(4) lead term & tata cara koding icd 10
(4) lead term & tata cara koding icd 10
 
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdfKLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisSistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
 
Kelompok 6_A.pptx
Kelompok 6_A.pptxKelompok 6_A.pptx
Kelompok 6_A.pptx
 

Recently uploaded

seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxsariakmida
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaAnnisFathia1
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )ssuser4ceaef1
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITDasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITIrfanNersMaulana
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Nodd Nittong
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.pptSuwandiKhowanto1
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 

Recently uploaded (20)

seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITDasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 

1.definisi_tujuan_struktur_convensi_ICD-10.pdf

  • 1. ATURAN DASAR ICD – 10 INTERNATIONAL STATISTICAL CLASSIFICATION OF DISEASES AND RELATED HEALTH PROBLEM Oleh : Teguh Redy Senjaya, A.Md.PK, SST.RMIK., M.Mkes
  • 3. Tujuan Khusus Workshop Diharapkan peserta Dapat memahami tentang : 1.Definisi, tujuan, dan penggunaan ICD-10 2.Struktur ICD-10 3.Konvensi ICD-10
  • 4. DEFINISI DAN TUJUAN ICD – 10 INTERNATIONAL STATISTICAL CLASSIFICATION OF DISEASES AND RELATED HEALTH PROBLEM
  • 5. ICD ? Ai si Di ? ICD-10 ?? ICD-9 CM ICD-11? ICD-10 CM ?? ICHI
  • 6. Apa itu ICD 10 ? Apa itu ICD 10 ?  ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems.  ICD memuat klasifikasi diagnostik penyakit dengan standar internasional yang disusun berdasarkan sistem kategori dan dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kriteria yang telah disepakati pakar internasional.  Merupakan sistem penggolongan penyakit dan masalah kesehatan lainnya secara “ INTERNATIONAL “ yang ditetapkan menurut kriteria tertentu
  • 7. Apakah Klasifikasi Penyakit?  Penyakit yang dikelompokan atau dibuat dalam grup yang kriterianya sudah ditentukan  Contoh kriteria:  Etiologi  Anatomi  Umur  patofisiologi  Tanda dan gejala  Prognosis
  • 8. Tujuan dan Kegunaan ICD 10 Kegunaan ICD-10 yang menonjol adalah sebagai sarana penterjemah diagnosis penyakit dan masalah kesehatan dari bentuk kata menjadi kode atau sandi alfanumerik sehingga memudahkan untuk disimpan, dicari dan kemudian dianalisis Tujuan klasifikasi ICD 10 •Membuat catatan menjadi sistematik •Membantu penganalisisan •Menerjemahkan dan membandingkan peristiwa penyakit dan kematian yang telah dikumpulkan di berbagai tempat, negara pada saat yang berlainan
  • 9.  Klasifikasi morbiditas dan mortalitas  Mengindeks pencatatan penyakit  Menerjemahkan diagnosis dari kata menjadi kode alfanumerik  Memudahkan penyimpanan dan pengambilan data  Dasar pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas  Tabulasi data pelayanan kesehatan dan evaluasi  Untuk penelitian epidemiologi dan klinis  Analisis pembayaran kesehatan  Dasar pengelompokan DRGs untuk pembayaran perawatan ( di Indonesia sedang dikembangan program Case-mix Inadrg untuk pasien tidak mampu TMT 1 september 2008)  INACBG’s akhir th 2010 –awal 2011 ..Tujuan dan Kegunaan ICD 10
  • 10. Keunggulan ICD-10 sebagai klasifikasi diagnostik standar internasional dibandingkan yang terdahulu: • Memberi ruang gerak bagi kepentingan epidemiologi dan berbagai masalah upaya kesehatan • Menganalisis keadaan kesehatan suatu kelompok penduduk • Memantau kasus baru (insiden) dan semua kasus (prevalensi) penyakit dan masalah kesehatan lain dalam hubungannya dengan beberapa variabel seperti ciri dan keadaan dari orang yang terkena
  • 11. Desain Jalan dan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan ‣ Perancangan jalan yang lebih aman ‣ “Pedestrianization” ‣ Implementasi sistem transportasi untuk membuat mobilitas perkotaan yang lebih aman – Bus Rapid Transit – Bersepeda (Cycling)
  • 12.
  • 13.
  • 14. Bandung Road Safety Initiative (1) ‣ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)  Technical City Lead 2. Polrestabes Bandung 3. Dinas Perhubungan 4. Dinas Bina Marga dan Pengairan 5. Dinas Kesehatan 6. Dinas Komunikasi dan Informasi 7. Beberapa SKPD terkait ‣ Peran Dinas Kesehatan: Data dan Penanganan Paska Kecelakaan (Post Crash and Data)
  • 15. Pelaporan Data Kecelakaan dan Kematian di Rumah Sakit ‣ Peningkatan karakterisasi kecelakaan dan kematian di Bandung – Sifat Cedera, disabilitas – Biaya sosial ‣ Dengan keterkaitan laporan kecelakaan polisi: divalidasi perkiraan kematian di jalan untuk Bandung Laporan Kepolisian Laporan Rumah Sakit Perkiraan angka kematian yang tepat
  • 16. DASAR HUKUM Penggunaan ICD di Indonesia • Penggunaan ICD-9 berdasarkan SK Menkes RI No.3/Men.Kes/SK/I/80 tanggal 3 Januari 1980 tentang penggunaan Klasifikasi Penyakit Revisi ke-9 • Penggunaan ICD-10 SK Dirjen Pelayanan Medik No.H.K.00.06.1.4.00744 tentang Penggunaan Klasifikasi Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-10 di Rumah sakit tanggal 19 Februari 1996. Mulai dipakai di rumah sakit bulan April 1996 dan paling lambat Januari 1997 • Standar Akreditasi Bidang Rekam Medis S.5.P5. mengenai penggunan buku ICD 10 • PMK No.26 Tahun 2021 tentang Pedoman INACBG dalam pelaksanaan JKN
  • 18. 3 Volume ICD-10 Volume 1 Volume 2 Volume 3 RULES & GUIDELINES
  • 19. BUKU ICD-10 • volume 1 disebut Tabular List • volume 2 disebut Aturan Manual atau Pedoman • volume 3 disebut Alphabetical Index
  • 20.  volume 1 merupakan himpunan klasifikasi itu sendiri yang disebut Tabular List.  Di dalam volume 1, diagnosis dikategorikan dalam kelompok kategori, sehingga memudahkan dalam pemilihan (subkategori) dan perhitungan statistik  Volume 1 hampir dipenuhi oleh klasifikasi utama yang terdiri dari klasifikasi inti dan daftar tabulasi.  Klasifikasi inti adalah daftar kategori 3-karakter (halaman 29-104), sedangkan daftar tabulasi memberi detil penuh pada level 4-karakter, terbagi atas 22 bab (halaman 105-1175).
  • 21.  Morfologi neoplasma. Klasifikasi morfologis (bentuk) neoplasma (halaman 1177-1204) bisa digunakan sebagai kode tambahan untuk klasifikasi neoplasma yang pada Bab II umumnya hanya menurut sifat dan tempat (topografi). Kode morfologi ini sama dengan yang digunakan pada adaptasi khusus ICD untuk onkologi (ICD-O).  Daftar tabulasi khusus. Karena daftar 3- atau 4- karakter terlalu luas untuk masuk tabel statistik, hampir semua statistik rutin menggunakan daftar yang mengutamakan kondisi tunggal tertentu dan mengelompokkan kondisi lainnya. Empat daftar khusus tabulasi kematian adalah bagian integral ICD. Daftar 1 dan 2 dipakai untuk kematian umum, dan daftar 3 dan 4 digunakan untuk kematian bayi dan anak (usia 0-4 tahun). Daftar khusus tabulasi kesakitan terdapat di halaman 1205-1231.
  • 22.  Definisi-definisi. Definisi pada halaman 1233-1238 telah diadopsi oleh WHA dan dimasukkan ke dalam ICD untuk memudahkan perbandingan data internasional.  Pengaturan nomenklatur WHO. Pengaturan nomenklatur yang diadopsi WHA-20 (halaman 1239-1243) didasarkan pada pentingnya pengumpulan dan penerbitan statistik kesakitan dan kematian dalam istilah yang bisa dibandingkan.
  • 23. Volume 1 -------- : • Introduction • WHO Collaborating centers for Classification Diseases • Report of the international conference for the Tenth Revision of The International Classification of Diseases • List of Three Character Catagories • Tabular list (22 Chapter) • Morphology of Neoplasma [hal 1177-1204] • Special tabulation lists for Mortality and Morbidity [hal 1205-1231] • Definition [hal 1233-1238] • Regulations Regarding Nomenclature [hal 1239- 1243]
  • 24. Klasifikasi Chapter dalam Volume 1 VOLUME 1 - 22 Chapter - Chapter 1-XVII mencakup Penyakit dan kondisi kesakitan lainnya - Chapter XVIII mencakup Symptoms,signs,abnormal clinical dan hasil pemeriksaan laboratorium - Chapter XIX mencakup Perlukaan , keracunan dan keadaan lainnya yang merupakan akibat dari sebab luar perlukaan - Chapter XX mencakup sebab luar dari morbiditas dan mortalitas - Chapter XXI mencakup faktor - faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kontak dengan pelayanan Kesehatan - Chapter XXII mencakup Special Purposes
  • 25. CHAPTER BLOCKS THREE- CHARACTER CATEGORIES FOUR- CHARACTER CATEGORIES FIFTH- OR SUBSEQUENT CHARACTER LEVEL
  • 26. Bab-Bab di Volume 1 ICD-10 A-Z halaman 107 - 1175 No: (alfabet) Judul Bab Halaman I. (A-B) Penyakit Infeksi dan Parasitik tertentu 107 II. (C-D48) Neoplasma 181 III. (D50-89) Penyakit Darah dan Organ Pembentuk Darah dan gangguan yang melibatkan Mekanisme Imunitas 249 IV. (E) Penyakit Endokrin, Nutrisional dan Metabolik 271 V. (F) Gangguan Mental dan Prilaku 311 VI. (G) Penyakit Sistem Saraf 389 VII. (H00-59) Penyakit Mata dan Adneksa Mata 429 VIII. (H60-95) Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid 459 IX. ( I ) Penyakit Sistem Sirkulasi 471 X. (J) Penyakit Sistem Respirasi 515 XI. (K) Penyakit Sistem Digestif 549 XII. (L) Penyakit Kulit & Jaringan Bawah Kulit 597 XIII. (M) Penyakit Otot-Kerangka Tulang & Jaringan Ikat 627
  • 27. Bab-Bab di Volume 1 ICD-10 A-Z halaman 107 - 1175 No: (alfabet) Judul Bab halaman XIV (N) Penyakit Sistem Genitourinaria 679 XV (O) Kehamilan, persalinan-kelahiran dan nifas 721 XVI (P) Kondisi-kondisi tertentu dimulai dalam periode perinatal 765 XVII (Q) Malformasi, deformasi dan abnormalitas 795 kromosomal yang kongenital XVIII (R) Gejala, tanda-tanda dan temuan klinis, 853 laboratoris yang abnormal, NEC (Not elsewhere classified)(tidak terklasifikasi di bab/bagian lain) XIX. (S-T) Cedera, keracunan dan konsekuensi 891 lain akibat sebab luar XX (V-W-X-Y) Sebab-sebab luar Mortalitas dan Morbiditas 1011 XXI (Z) Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan fasilitas 1125 pelayanan kesehatan XXII (U) Kode-kode Untuk Tujuan Tertentu
  • 28. Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-1) Three-character categories (Hal.31-104) Chapter I Certain infectious and parasitic diseases (A00-B99) Intestinal infectious diseases (A00-A09) Cholera Thyphoid and paratyphoid fever Other salmonella infections Shigellosis A00 A01 A02 A03 3rd- character chapter block
  • 29. Four-character subcategories (Hal.105-1176) Chapter II Neoplasms (C00-D48) Malignant neoplasm of lip External upper lip External lower lip External lip, unspecified C00 C00.0 C00.1 C00.2 Malignant Neoplasms (C00-C97) Malignant neoplasms of lip, oral cavity and pharynx (C00-C14) 4th- character Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-2)
  • 30. ICD 10 Disease Classification: FIFTH CHARACTER Chapter XIII : anatomical site ( Penyakit Sistem Otot & Tulang & Jaringan Lunak ) Chapter XIX : untuk indikasi patah tulang terbuka dan tertutup, cedera intrakranial, intratoraks dan intraabdomen dengan atau tanpa luka terbuka. Chapter XX : untuk mengetahui jenis aktivitas yang dilaksanakan pada suatu waktu dari kejadian
  • 31. Buku ICD-10, Volume 2 • volume 2 merupakan aturan manual atau pedoman tentang cara menggunakan volume 1 dan 3
  • 32. Isi Buku ICD-10, Volume 2 • 1. Pendahuluan • 2. Uraian Klasifikasi Statistik Internasional mengenai Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait • 3. Cara menggunakan ICD • 4. Aturan dan pedoman pengkodean kematian dan morbiditas • 5. Presentasi statistik • 6. Sejarah perkembangan ICD
  • 33. Buku ICD-10, Volume 3 • volume 3 disebut Alphabetical Index (indeks abjad) yang berfungsi sebagai ‘kamus’-nya volume 1.
  • 34. Volume 3 terdiri dari 3 seksi  Seksi 1 merupakan Indeks Alpabet dari penyakit dan perlukaan yang alami  Seksi 2 merupakan sebab luar dari perlukaan dan memuat istilah dari bab XX Volume I.  Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan zat kimia, sebagai sambungan dari bab XIX dan XX serta menjelaskan indikasi kejadiannya.
  • 35. STRUKTUR ICD * 3 volume: Volume 1 Volume 2 Volume 3 * 21 Bab  22 Bab (Alfabet U, di Edisi baru) * struktur kode yang alfanumerik (ini yang membedakan ICD-10 dengan ICD-9) 35
  • 36. VOLUME ICD-10 Volume 1: Daftar tabulasi, daftar alphanumerik penyakit dan pengelompokan penyakit Volume 2: Manual instruksi dan pedoman penggunaannya Volume 3: Indeks alfabetis, daftar komprehensif semua kondisi yang ada di daftar Tabulasi (Volume 1). 36
  • 37. STRUKTUR INTI KODE ICD-10 Struktur inti kode berkarakter 3 digits A01 karakter pertama diikuti oleh A – Z 2 (dua) digits 37
  • 38. STRUKTUR INTI KODE ICD-10 (Lanjutan)  Struktur dari 4 (empat) karakter sub-katagori adalah: A16.0 Karakter diikuti kemudian digit pertama tanda baca terakhir A – Z 2 digits titik (.) ke-4 Contoh: A16.9 TB pernapasan tak dirinci, tanpa kejelasan konfirmasi pemeriksaan bakteriologis ataupun histologisnya. 38
  • 39. Karakter ke-4  Karakter ke-4 bisa numerik angka 0  9  Ada Kategori yang memiliki anggota subkategori dari .0 s/d .9 Ada yang hanya punya .0, .1 dan .9 Ada yang bersubkategori: .0, .1, .3 dan .4 Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4, .8, .9 Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4 dan .5 39
  • 40. Karakter ke-4 (Lanjutan-1)  Umumnya karakter ke-4 .0, .1, .2, .3, .4, .5, .6, .7 adalah untuk membedakan pernyataan diagnosis yang disertai rincian spesifikasinya .8 adalah untuk yang disertai rincian lain-lain yang specified namun tidak dapat dikelompok-kan ke .0  .7 .9 adalah untuk yang unspecified 40
  • 41. Karakter ke-4 (Lanjutan-2)  Untuk kategori yang tidak memiliki subkategori .8 dan .9 berarti jumlah diagnoses yang menjadi anggota kategori berkode 3-karakter sudah pasti, tidak ada yang lain-lain, atau unspecified. Contoh: Typhoid fever hanya terdiri dari A01.0 Paratyphoid fever ada A01.1 A01.2 dan A01.3 dan A01.4 (Diagnosis demam tifoid sudah pasti disebabkan bakteri Salmonella Typhosa, demam para-typhoid disebabkan Salmonella Paratyphi) 41
  • 42. Kategori Berkarakter 3-digit yang Tunggal Contoh: A33 Tetanus neonatorium A34 Obstetrical tetanus A35 Other tetanus B86 Scabies C56 Malignant neoplasm of ovary D34 Benign neoplasm of thyroid gland ICD-10 volume 2, mengatur untuk membubuhi huruf alfabet x sebagai karater ke-4  A33.x 42
  • 43. Daftar Tabulasi Tingkat Bab  Sebagian besar Bab berkaitan dengan sistem-sistem tubuh Contoh: - Sistem kardiovaskuler, - Sistem respiratori - Sistem digestif - Sistem genitourinari 43
  • 44. Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-1)  Bab-Bab yang terkait penyakit khusus: Contoh: - Penyakit Infeksi & Parasitik tertentu (A.B) - Neoplasma (C.D) - Anomali kongenital (Q) 44
  • 45. Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-2)  Bab XV (O) khusus untuk gangguan pada - Pregnancy (Kehamilan) - Childbirth (Persalinan-Kelahiran) - Puerperium (Masa nifas)  Bab XVI (P) khusus untuk - Certain conditions originating in the perinatal period 45
  • 46. Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)  Ada 14 (empatbelas) Bab yang menggunakan satu huruf alfabet dan terdiri dari hampir 100 kategori yang tersedia. 1. Bab IV (E) 2. Bab V (F) 3. Bab VI (G) 4. Bab IX (I) 5. Bab X (J) 6. Bab XI (K) 7. Bab XII (L) 46 8. Bab XIII (M) 9. Bab XIV (N) 10.Bab XV (O) 11.Bab XVI (P) 12.Bab XVII (Q) 13.Bab XVIII (R) 14.Bab XXI (Z) 15.Bab XXII (U) (pada edisi 2006)
  • 47.  Ada 3 (tiga) Bab yang mengandung jumlah penyakit yang relatif sedikit, sehingga diberikan alfabet yang digunakan bersama antara dua Bab.  Bab III (D) digunakan bersama bab II  Bab VII dan Bab VIII (H) 47 Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
  • 48.  Ada 4 (empat) Bab yang besar dan memerlukan huruf alfabet lebih dari 1 (satu) huruf alfabet. Yakni :  Bab I (A-B)  Bab II (C-D)  Bab XIX (S-T),  yang menggunakan > dari 4 (empat) alfabet adalah Bab XX (V-W-X-Y). 48 Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
  • 49. CONVENSI INTERNATIONAL STATISTICAL CLASSIFICATION OF DISEASES AN HEALTH RELATED PROBLEM ICD-10 Thursday, July 28, 2022
  • 50. CONVENTIONS PARENTHESES ( ) - Menutup kata2 tambahan - Menutup term exclusion - Menutup kategori 3th karakter - Menutup kode dagger& asterisk E.g. • I10 - Hypertension (arterial) (benign) (essential) (malignant) (primary) (systemic) • H01.0 Blepharitis Excludes : Blepharoconjunctivitis (H10.5) • Diseases of the Eye and Adnexa (H00-H59)
  • 51. Square Brackets = [ ] • Menutup synonym, kata2 alternatif atau ungkapan penjelasan • Untuk merujuk ke catatan sebelumnya E.g. • A30 Leprosy [Hansen’s Disease] • C00.8 Overlapping Lesion of Lip [See note 5 on p. 182] • K27 Peptic Ulcer, site unspecified [See page 566 for subdivisions]
  • 52. COLON = : • Kata-kata yg diikuti oleh ‘colon’adalah term yg tidak lengkap • Coder harus melengkapi term dgn satu ‘modifiers’ E.g. K36 Other Appendicitis Appendicitis : - Chronic - Recurrent
  • 53. BRACE = } • Kata-kata sesudah ‘brace’ lengkap • Setiap term sebelum ‘brace’ harus di kualifikasi oleh satu / lebih terms yang mengikuti. E.g. O71.6 Obstetric Damage to Pelvic Joints and Ligaments Avulsion of inner Symphyseal } Cartilage } Damage to Coccyx } Obstetric Traumatic separation of } Symphysis (pubis) }
  • 54. Tanda baca Brace }  Digunakan untuk mengkaitkan istilah- istilah. [113, 99]. Catatan: di ICD-10 1992 ditulis dengan }; di ICD-10 2004 ditulis dengan garis lurus vertikal, bukan berbentuk kurung kurawa)  Masing istilah di depan (kiri) didahului oleh tanda kurung } ini harus dimodifikasi sedikitnya oleh satu istilah yang ada di sebelah kanan } tersebut, sebelum kode khusus baginya ditentukan. 54
  • 55. Contoh:  E10.1 Insulin dependent diabetes mellitus with ketoacidosis [278277; 260259] Diabetic: -acidosis without mention -ketoacidosis of coma 55
  • 56. POINT DASH = ._ • Kode subcategory diganti dengan (-) • Menunjukan ‘fourth character’ eksis (ada). E.g. G03 Meningitis due to other and unspecified causes Excludes : Meningoencephalitis (G04._)
  • 57. SEE” and “SEE ALSO (petunjuk yg harus diikuti u/ mencegah kesalahan) E.g. • Inflammation - bone (see Osteomyelitis) • Paralysis - shaking (see also Parkinsonism) G20 • Enlargement, enlarged - (see also Hypertrophy)
  • 58. AND in Titles • kata and, bisa berarti “dan/ atau” E.g. A18.0 Tuberculosis of Bones and Joints
  • 59. “AND” pada judul suatu kode  Dalam judul makna kata “and” (dan) mewakili “and/or” (dan/atau) Contoh: [922; 892] S49.9 Unspecified of injury of shoulder and upper arm berarti: - unspecified injury of shoulder or - unspecified injury of upper arm or - unspecified inury of shoulder and upper arm 59
  • 60. Not Otherwise Specified (NOS)  Sama artinya dengan Unspecified atau Unqualified  Hanya digunakan apabila tidak adanya informasi untuk bisa digunakan sebagai penentu kode yang spesifik. Contoh: [ 564; 534] K14.9 Disease of tongue unspecified Glossopathy NOS 60
  • 61. Not Elsewhere Classified (NEC)  Digunakan sebagai warning (peringatan) bahwa ada tipe khusus satu kondisi yang terkode dan muncul di bagian/Bab lain dari sistem klasifikasi ini.  Apabila informasi spesifik bisa ditemukan, maka akan bisa dipilihkan kode yang baik/tepat. [587; 558] Contoh: K73 Chronic hepatitis, NEC. 61
  • 62. NOS - Not otherwise specified  tidak spesifik (tidak dijelaskan) NEC - Not elsewhere classified tidak diklasifikasikan di tempat lain tapi untuk kategori 3 karakter berfungsi sebagai peringatan bahwa varian tertentu dari kondisi yg ada dlm daftar bisa muncul dibagian lain dari klasifikasi. c.s : J16 ‘Pneumonia akibat organisme menular lain, not elsewhere classified’. (hal.523 vol I)
  • 63. Istilah-Istilah Inclusion (termasuk/sinonim)  Umumnya ada pada Kategori 4-karakter, bisa juga ada di bawah Blok atau Bab.  Contoh-contoh kondisi berbeda-beda atau sinonim dari kondisi yang terkode pada kategori terkait.  Bukan suatu subklasifikasi  Panduan isi kategori, tidak exhaustive (mendalam, lengkap) 63
  • 64. Istilah Exclusion (tidak termasuk)  Terdiri dari daftar kondisi yang harus dikode di tempat lain, dan tidak dikode dengan nomor kode kategori ini, namun dikode dengan kode yang benar yakni kode yang tersedia di dalam kurung ( ) mengikuti istilah gangguan (penyakit) yang tertera di depan kurung tersebut. 64
  • 65. Contoh:  A18.2 Tuberculosis peripheral lymph- adenopathy Tuberculous adenitis Excludes: tuberculosis of lymph nodes: - intrathoracic (A15,4, A16.3) - mesentric and retro- peritoneal (A18.3) tuberculosis tracheobronchial adenopathy (A15.4, A16.3) 65
  • 66. 66 PENGGUNAAN KODE DAGGER DAN ASTERISK by : Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK, .M.Mkes by : Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK, .M.Mkes
  • 67. 67 Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ICD-9 memperkenalkan suatu sistem yang diteruskan pada ICD-10, yaitu adanya dua kode untuk pernyataan diagnostik yang berisi penyakit umum yang menjadi dasar, dan manifestasinya pada organ atau situs tertentu yang merupakan masalah tersendiri pula. ICD-9 memperkenalkan suatu sistem yang diteruskan pada ICD-10, yaitu adanya dua kode untuk pernyataan diagnostik yang berisi penyakit umum yang menjadi dasar, dan manifestasinya pada organ atau situs tertentu yang merupakan masalah tersendiri pula.
  • 68. 68 • Sistem ini memakai kode utama bertanda dagger (†) untuk diagnosis penyakit umum yang merupakan penyakit dasar, dan kode tambahan bertanda asterisk (*) untuk akibatnya pada organ atau tempat tertentu yang merupakan masalah tersendiri (penyakit tambahan • Sistem ini memakai kode utama bertanda dagger (†) untuk diagnosis penyakit umum yang merupakan penyakit dasar, dan kode tambahan bertanda asterisk (*) untuk akibatnya pada organ atau tempat tertentu yang merupakan masalah tersendiri (penyakit tambahan Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 69. 69 Konvensi ini disediakan karena pengkodean penyakit dasar saja sering tidak memuaskan untuk pengolahan statistik yang berhubungan dengan spesialisasi tertentu, sedangkan akibat dari penyakit dasar tersebut perlu pula diklasifikasikan pada bab lain karena merupakan alasan untuk berobat. Konvensi ini disediakan karena pengkodean penyakit dasar saja sering tidak memuaskan untuk pengolahan statistik yang berhubungan dengan spesialisasi tertentu, sedangkan akibat dari penyakit dasar tersebut perlu pula diklasifikasikan pada bab lain karena merupakan alasan untuk berobat. ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 70. 70 • Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri Sendiri), • Asterisk dipakai kalau nama alternatif juga diperlukan. • Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh dipakai sendirian. • Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri Sendiri), • Asterisk dipakai kalau nama alternatif juga diperlukan. • Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh dipakai sendirian. ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 71. 71 • Kode asterisk terdapat pada kategori. • Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang bukan penyakit dasar. • Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat penyakit lain memiliki kategori G22*. • Kode dagger yang sesuai diberikan untuk kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk; misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†. • Kode asterisk terdapat pada kategori. • Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang bukan penyakit dasar. • Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat penyakit lain memiliki kategori G22*. • Kode dagger yang sesuai diberikan untuk kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk; misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†. ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 72. 72 Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut: I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan yang sama, misalnya: A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *) Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal) Tuberculous leptomeningitis Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut: I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan yang sama, misalnya: A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *) Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal) Tuberculous leptomeningitis ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 73. 73 II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap nama, misalnya: A18.1† Tuberculosis of genitourinary system Tuberculosis of: • bladder (N33.0 *) • cervix (N74.0 *) • kidney (N29.1 *) • male genital organs (N51.- *) • ureter (N29.1 *) • Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *) II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap nama, misalnya: A18.1† Tuberculosis of genitourinary system Tuberculosis of: • bladder (N33.0 *) • cervix (N74.0 *) • kidney (N29.1 *) • male genital organs (N51.- *) • ureter (N29.1 *) • Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *) ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 74. 74 III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan, walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger dengan kode tambahan, misalnya: A54.8 Other gonococcal infection Gonococcal ........ • peritonitis † (K67.1 *) • pneumonia † (J17.0 *) • septicaemia • skin lesions III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan, walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger dengan kode tambahan, misalnya: A54.8 Other gonococcal infection Gonococcal ........ • peritonitis † (K67.1 *) • pneumonia † (J17.0 *) • septicaemia • skin lesions ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’ ….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
  • 75. Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus: i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’, kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada bab I. Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus kode ICD-10 : J86.9 B95.8 ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk menunjukkan aktifitas fungsionalnya. iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1, walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut. Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus: i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’, kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada bab I. Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus kode ICD-10 : J86.9 B95.8 ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk menunjukkan aktifitas fungsionalnya. iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1, walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut. Pengkodean kembar pilihan lainnya Pengkodean kembar pilihan lainnya
  • 76. ….Pengkodean kembar pilihan lainnya ….Pengkodean kembar pilihan lainnya iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09 (kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab, misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau gangguan lain terhadap otak. v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik, sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk identifikasi zat tersebut. vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera, keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan pengumpulan data. iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09 (kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab, misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau gangguan lain terhadap otak. v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik, sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk identifikasi zat tersebut. vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera, keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan pengumpulan data.
  • 78. Oleh : Teguh Redy Senjaya SST.RMIK Pengenalan dan penggunaan “lead terms & Modifier”
  • 79. ICD-10 (VOLUME 3) • Section I - Indeks Alpabet penyakit dan bentuk cedera (Bab I - XIX & XXI) • Section II - Sebab luar cedera (Bab XX) • Section III - Tabel Obat dan zat kimia • (Bab XIX & XX)
  • 80. Konvensi-konvensi ICD Vol. 3 Parenthesis () Tanda kurung digunakan seperti pada Volume 1, yaitu untuk mengurung modifer. “NEC” ‘Not elsewhere classified’ menunjukkan bahwa varian yang dijelaskan dari kondisi yang tertulis diklasifikasikan pada bagian lain, dan bahwa term yang lebih tepat harus dicari di dalam Indeks.
  • 81. ……..Konvensi-konvensi ICD Vol. 3 • Cross-references Rujukan-silang digunakan untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu pada term di dalam Indeks Alfabet. Kata ‘see’ meminta pengkode untuk merujuk ke term lain; ‘see also’ mengarahkan pengkode untuk merujuk ke tempat lain di dalam Indeks kalau pernyataan yang sedang dikode berisi informasi lain yang tidak ter-indentasi di bawah term tempat ‘see also’ tersebut berada.
  • 82. Struktur ICD Vol III • Indeks vol III berisi : – ‘lead terms’ • yang diletakkan pada bagian paling kiri, • Untuk penyakit dan cedera ini biasanya berupa sebuah kata benda • untuk kondisi patologis. • Namun, beberapa kondisi yang berupa kata sifat atau eponim (nama orang) bisa juga terdapat disini. – (‘modifier’ atau ‘qualifier’) pada berbagai level indentasi di bawahnya. • Pada Section I, modifier yang berindentasi (dimajukan ke kanan) – ini biasanya berupa jenis, – tempat, atau kondisi yang mempengaruhi kode • pada Section II menunjukkan – berbagai jenis kecelakaan atau kejadian, – kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis.
  • 83. Struktur ICD X vol 3 terdiri dari : Lead term : Mrpk kondisi utama/ Diagnosa utama/ Kondisi Pathologis/ Nama Penyakit/ Nama Penemu penyakit Modifier : menunjukkan letak anatomi/ menggambarkan suatu keadaan
  • 84. Langkah-langkah untuk melakukan kodifikasi 1. Tentukan jenis pernyataan (Diagnosa)yang akan dikode dan rujuk ke Section yang sesuai pada Indeks Alfabet 2. Tentukan lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan cedera 3. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat di bawah ‘lead term’ 4. Baca semua term yang dikurung oleh parentheses setelah ‘lead term’ 5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang ‘see’ dan ‘see also’ di dalam Indeks 6. Rujuk daftar tabulasi (Volume I) untuk memastikan nomor kode yang dipilih 7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode yang dipilih, atau di bawah judul bab, blok, atau kategori. 8. Tentukan kode
  • 85. E.g. Acute Ulcer of the Stomach with Haemorrhage and Perforation
  • 86. e.g. Ulcer, ulcerated, ulcerating - stomach (eroded)(peptic)(round) - - acute - - - with - - - - hemorrhage - - - - - and perforation K25.2
  • 87. Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-sama untuk menemukan kode yang benar dari setiap kasus Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di atas kategori sistem tubuh. Contoh: Ca. Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam Bab II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem pernafasan
  • 88. Referensi • WHO, (2010), ICD-10 Volume I, II, III Jenewa,2010. • Anggraini Naga, Mayang (2010), Pelatihan Kodefikasi ICD-10, Jakarta, 2010.