1. ATURAN DASAR ICD – 10
INTERNATIONAL STATISTICAL
CLASSIFICATION OF DISEASES AND
RELATED HEALTH PROBLEM
Oleh :
Teguh Redy Senjaya, A.Md.PK, SST.RMIK., M.Mkes
4. DEFINISI DAN TUJUAN ICD – 10
INTERNATIONAL STATISTICAL
CLASSIFICATION OF DISEASES AND
RELATED HEALTH PROBLEM
5. ICD ?
Ai si Di ? ICD-10
??
ICD-9
CM
ICD-11?
ICD-10 CM ??
ICHI
6. Apa itu ICD 10 ?
Apa itu ICD 10 ?
ICD merupakan singkatan dari
International Statistical
Classification of Diseases and Related
Health Problems.
ICD memuat klasifikasi diagnostik
penyakit dengan standar
internasional yang disusun
berdasarkan sistem kategori dan
dikelompokkan dalam satuan
penyakit menurut kriteria yang telah
disepakati pakar internasional.
Merupakan sistem penggolongan
penyakit dan masalah kesehatan
lainnya secara “ INTERNATIONAL
“ yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu
7. Apakah Klasifikasi Penyakit?
Penyakit yang
dikelompokan atau
dibuat dalam grup yang
kriterianya sudah
ditentukan
Contoh kriteria:
Etiologi
Anatomi
Umur
patofisiologi
Tanda dan gejala
Prognosis
8. Tujuan dan Kegunaan ICD 10
Kegunaan ICD-10 yang menonjol adalah sebagai
sarana penterjemah diagnosis penyakit dan
masalah kesehatan dari bentuk kata menjadi kode
atau sandi alfanumerik sehingga memudahkan
untuk disimpan, dicari dan kemudian dianalisis
Tujuan klasifikasi ICD 10
•Membuat catatan menjadi sistematik
•Membantu penganalisisan
•Menerjemahkan dan membandingkan peristiwa
penyakit dan kematian yang telah dikumpulkan
di berbagai tempat, negara pada saat yang
berlainan
9. Klasifikasi morbiditas dan mortalitas
Mengindeks pencatatan penyakit
Menerjemahkan diagnosis dari kata menjadi kode
alfanumerik
Memudahkan penyimpanan dan pengambilan data
Dasar pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas
Tabulasi data pelayanan kesehatan dan evaluasi
Untuk penelitian epidemiologi dan klinis
Analisis pembayaran kesehatan
Dasar pengelompokan DRGs untuk pembayaran
perawatan ( di Indonesia sedang dikembangan
program Case-mix Inadrg untuk pasien tidak mampu
TMT 1 september 2008) INACBG’s akhir th 2010 –awal
2011
..Tujuan dan Kegunaan ICD 10
10. Keunggulan ICD-10 sebagai klasifikasi
diagnostik standar internasional dibandingkan
yang terdahulu:
• Memberi ruang gerak bagi kepentingan
epidemiologi dan berbagai masalah upaya
kesehatan
• Menganalisis keadaan kesehatan suatu
kelompok penduduk
• Memantau kasus baru (insiden) dan semua
kasus (prevalensi) penyakit dan masalah
kesehatan lain dalam hubungannya dengan
beberapa variabel seperti ciri dan keadaan
dari orang yang terkena
11. Desain Jalan dan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan
‣ Perancangan jalan yang lebih aman
‣ “Pedestrianization”
‣ Implementasi sistem transportasi untuk membuat
mobilitas perkotaan yang lebih aman
– Bus Rapid Transit
– Bersepeda (Cycling)
12.
13.
14. Bandung Road Safety Initiative (1)
‣ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Technical City Lead
2. Polrestabes Bandung
3. Dinas Perhubungan
4. Dinas Bina Marga dan Pengairan
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Komunikasi dan Informasi
7. Beberapa SKPD terkait
‣ Peran Dinas Kesehatan:
Data dan Penanganan Paska Kecelakaan (Post Crash
and Data)
15. Pelaporan Data Kecelakaan dan Kematian
di Rumah Sakit
‣ Peningkatan karakterisasi kecelakaan dan kematian di Bandung
– Sifat Cedera, disabilitas
– Biaya sosial
‣ Dengan keterkaitan laporan kecelakaan polisi: divalidasi
perkiraan kematian di jalan untuk Bandung
Laporan Kepolisian
Laporan Rumah Sakit
Perkiraan angka kematian yang tepat
16. DASAR HUKUM
Penggunaan ICD di Indonesia
• Penggunaan ICD-9 berdasarkan SK Menkes RI
No.3/Men.Kes/SK/I/80 tanggal 3 Januari 1980 tentang
penggunaan Klasifikasi Penyakit Revisi ke-9
• Penggunaan ICD-10 SK Dirjen Pelayanan Medik
No.H.K.00.06.1.4.00744 tentang Penggunaan Klasifikasi
Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-10 di Rumah
sakit tanggal 19 Februari 1996. Mulai dipakai di rumah
sakit bulan April 1996 dan paling lambat Januari 1997
• Standar Akreditasi Bidang Rekam Medis S.5.P5.
mengenai penggunan buku ICD 10
• PMK No.26 Tahun 2021 tentang Pedoman INACBG
dalam pelaksanaan JKN
19. BUKU ICD-10
• volume 1 disebut Tabular List
• volume 2 disebut Aturan Manual
atau Pedoman
• volume 3 disebut Alphabetical
Index
20. volume 1 merupakan himpunan klasifikasi itu sendiri
yang disebut Tabular List.
Di dalam volume 1, diagnosis dikategorikan dalam
kelompok kategori, sehingga memudahkan dalam
pemilihan (subkategori) dan perhitungan statistik
Volume 1 hampir dipenuhi oleh klasifikasi utama yang
terdiri dari klasifikasi inti dan daftar tabulasi.
Klasifikasi inti adalah daftar kategori 3-karakter
(halaman 29-104), sedangkan daftar tabulasi memberi
detil penuh pada level 4-karakter, terbagi atas 22 bab
(halaman 105-1175).
21. Morfologi neoplasma. Klasifikasi morfologis (bentuk)
neoplasma (halaman 1177-1204) bisa digunakan
sebagai kode tambahan untuk klasifikasi neoplasma
yang pada Bab II umumnya hanya menurut sifat dan
tempat (topografi). Kode morfologi ini sama dengan
yang digunakan pada adaptasi khusus ICD untuk
onkologi (ICD-O).
Daftar tabulasi khusus. Karena daftar 3- atau 4-
karakter terlalu luas untuk masuk tabel statistik,
hampir semua statistik rutin menggunakan daftar
yang mengutamakan kondisi tunggal tertentu dan
mengelompokkan kondisi lainnya. Empat daftar
khusus tabulasi kematian adalah bagian integral ICD.
Daftar 1 dan 2 dipakai untuk kematian umum, dan
daftar 3 dan 4 digunakan untuk kematian bayi dan
anak (usia 0-4 tahun). Daftar khusus tabulasi
kesakitan terdapat di halaman 1205-1231.
22. Definisi-definisi. Definisi pada halaman
1233-1238 telah diadopsi oleh WHA dan
dimasukkan ke dalam ICD untuk
memudahkan perbandingan data
internasional.
Pengaturan nomenklatur WHO. Pengaturan
nomenklatur yang diadopsi WHA-20
(halaman 1239-1243) didasarkan pada
pentingnya pengumpulan dan penerbitan
statistik kesakitan dan kematian dalam
istilah yang bisa dibandingkan.
23. Volume 1 -------- :
• Introduction
• WHO Collaborating centers for Classification
Diseases
• Report of the international conference for the
Tenth Revision of The International Classification
of Diseases
• List of Three Character Catagories
• Tabular list (22 Chapter)
• Morphology of Neoplasma [hal 1177-1204]
• Special tabulation lists for Mortality and
Morbidity [hal 1205-1231]
• Definition [hal 1233-1238]
• Regulations Regarding Nomenclature [hal 1239-
1243]
24. Klasifikasi Chapter dalam
Volume 1
VOLUME 1
- 22 Chapter
- Chapter 1-XVII mencakup Penyakit dan
kondisi kesakitan lainnya
- Chapter XVIII mencakup
Symptoms,signs,abnormal clinical dan hasil
pemeriksaan laboratorium
- Chapter XIX mencakup Perlukaan , keracunan
dan keadaan lainnya yang merupakan akibat dari
sebab luar perlukaan
- Chapter XX mencakup sebab luar dari morbiditas
dan mortalitas
- Chapter XXI mencakup faktor - faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan kontak dengan
pelayanan Kesehatan
- Chapter XXII mencakup Special Purposes
26. Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z halaman 107 - 1175
No: (alfabet) Judul Bab Halaman
I. (A-B) Penyakit Infeksi dan Parasitik tertentu 107
II. (C-D48) Neoplasma 181
III. (D50-89) Penyakit Darah dan Organ Pembentuk Darah dan
gangguan yang melibatkan Mekanisme Imunitas 249
IV. (E) Penyakit Endokrin, Nutrisional dan Metabolik 271
V. (F) Gangguan Mental dan Prilaku 311
VI. (G) Penyakit Sistem Saraf 389
VII. (H00-59) Penyakit Mata dan Adneksa Mata 429
VIII. (H60-95) Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid 459
IX. ( I ) Penyakit Sistem Sirkulasi 471
X. (J) Penyakit Sistem Respirasi 515
XI. (K) Penyakit Sistem Digestif 549
XII. (L) Penyakit Kulit & Jaringan Bawah Kulit 597
XIII. (M) Penyakit Otot-Kerangka Tulang & Jaringan Ikat 627
27. Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z halaman 107 - 1175
No: (alfabet) Judul Bab halaman
XIV (N) Penyakit Sistem Genitourinaria 679
XV (O) Kehamilan, persalinan-kelahiran dan nifas 721
XVI (P) Kondisi-kondisi tertentu dimulai dalam periode
perinatal 765
XVII (Q) Malformasi, deformasi dan abnormalitas 795
kromosomal yang kongenital
XVIII (R) Gejala, tanda-tanda dan temuan klinis, 853
laboratoris yang abnormal, NEC (Not elsewhere
classified)(tidak terklasifikasi di bab/bagian lain)
XIX. (S-T) Cedera, keracunan dan konsekuensi 891
lain akibat sebab luar
XX (V-W-X-Y) Sebab-sebab luar Mortalitas dan
Morbiditas 1011
XXI (Z) Faktor-faktor yang mempengaruhi status
kesehatan dan kontak dengan fasilitas 1125
pelayanan kesehatan
XXII (U) Kode-kode Untuk Tujuan Tertentu
28. Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-1)
Three-character categories (Hal.31-104)
Chapter I
Certain infectious and parasitic diseases (A00-B99)
Intestinal infectious diseases (A00-A09)
Cholera
Thyphoid and paratyphoid fever
Other salmonella infections
Shigellosis
A00
A01
A02
A03
3rd-
character
chapter
block
29. Four-character subcategories (Hal.105-1176)
Chapter II
Neoplasms (C00-D48)
Malignant neoplasm of lip
External upper lip
External lower lip
External lip, unspecified
C00
C00.0
C00.1
C00.2
Malignant Neoplasms (C00-C97)
Malignant neoplasms of lip, oral cavity and pharynx
(C00-C14)
4th-
character
Buku ICD-10 (Volume 1)(cont-2)
30. ICD 10 Disease Classification:
FIFTH CHARACTER
Chapter XIII : anatomical site ( Penyakit Sistem Otot &
Tulang & Jaringan Lunak )
Chapter XIX : untuk indikasi patah tulang terbuka dan
tertutup, cedera intrakranial, intratoraks
dan intraabdomen dengan atau tanpa
luka terbuka.
Chapter XX : untuk mengetahui jenis aktivitas yang
dilaksanakan pada suatu waktu dari
kejadian
31. Buku ICD-10, Volume 2
• volume 2 merupakan aturan
manual atau pedoman
tentang cara menggunakan
volume 1 dan 3
32. Isi Buku ICD-10, Volume 2
• 1. Pendahuluan
• 2. Uraian Klasifikasi Statistik Internasional
mengenai Penyakit dan Masalah
Kesehatan Terkait
• 3. Cara menggunakan ICD
• 4. Aturan dan pedoman pengkodean
kematian dan morbiditas
• 5. Presentasi statistik
• 6. Sejarah perkembangan ICD
33. Buku ICD-10, Volume 3
• volume 3 disebut Alphabetical
Index (indeks abjad) yang
berfungsi sebagai ‘kamus’-nya
volume 1.
34. Volume 3 terdiri dari 3 seksi
Seksi 1 merupakan Indeks Alpabet dari
penyakit dan perlukaan yang alami
Seksi 2 merupakan sebab luar dari
perlukaan dan memuat istilah dari bab XX
Volume I.
Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan
zat kimia, sebagai sambungan dari bab
XIX dan XX serta menjelaskan indikasi
kejadiannya.
35. STRUKTUR ICD
* 3 volume: Volume 1
Volume 2
Volume 3
* 21 Bab 22 Bab (Alfabet U, di Edisi baru)
* struktur kode yang alfanumerik
(ini yang membedakan ICD-10 dengan ICD-9)
35
36. VOLUME ICD-10
Volume 1: Daftar tabulasi, daftar
alphanumerik penyakit dan
pengelompokan penyakit
Volume 2: Manual instruksi dan
pedoman penggunaannya
Volume 3: Indeks alfabetis, daftar
komprehensif semua kondisi
yang ada di daftar Tabulasi
(Volume 1). 36
37. STRUKTUR INTI KODE ICD-10
Struktur inti kode berkarakter 3 digits
A01
karakter pertama diikuti oleh
A – Z 2 (dua) digits
37
38. STRUKTUR INTI KODE ICD-10 (Lanjutan)
Struktur dari 4 (empat) karakter sub-katagori
adalah:
A16.0
Karakter diikuti kemudian digit
pertama tanda baca terakhir
A – Z 2 digits titik (.) ke-4
Contoh: A16.9 TB pernapasan tak dirinci,
tanpa kejelasan konfirmasi pemeriksaan
bakteriologis ataupun histologisnya. 38
39. Karakter ke-4
Karakter ke-4 bisa numerik angka 0 9
Ada Kategori yang memiliki anggota
subkategori dari .0 s/d .9
Ada yang hanya punya .0, .1 dan .9
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .3 dan .4
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4, .8, .9
Ada yang bersubkategori: .0, .1, .2, .3, .4 dan .5
39
40. Karakter ke-4 (Lanjutan-1)
Umumnya karakter ke-4
.0, .1, .2, .3, .4, .5, .6, .7 adalah untuk
membedakan pernyataan diagnosis yang
disertai rincian spesifikasinya
.8 adalah untuk yang disertai rincian lain-lain
yang specified namun tidak dapat
dikelompok-kan ke .0 .7
.9 adalah untuk yang unspecified
40
41. Karakter ke-4 (Lanjutan-2)
Untuk kategori yang tidak memiliki subkategori
.8 dan .9 berarti jumlah diagnoses yang menjadi
anggota kategori berkode 3-karakter sudah
pasti, tidak ada yang lain-lain, atau unspecified.
Contoh: Typhoid fever hanya terdiri dari A01.0
Paratyphoid fever ada A01.1 A01.2
dan A01.3 dan A01.4
(Diagnosis demam tifoid sudah pasti
disebabkan bakteri Salmonella Typhosa, demam
para-typhoid disebabkan Salmonella Paratyphi)
41
42. Kategori Berkarakter 3-digit
yang Tunggal
Contoh:
A33 Tetanus neonatorium
A34 Obstetrical tetanus
A35 Other tetanus
B86 Scabies
C56 Malignant neoplasm of ovary
D34 Benign neoplasm of thyroid gland
ICD-10 volume 2, mengatur untuk membubuhi
huruf alfabet x sebagai karater ke-4 A33.x
42
43. Daftar Tabulasi Tingkat Bab
Sebagian besar Bab berkaitan dengan
sistem-sistem tubuh
Contoh:
- Sistem kardiovaskuler,
- Sistem respiratori
- Sistem digestif
- Sistem genitourinari
43
44. Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-1)
Bab-Bab yang terkait penyakit khusus:
Contoh:
- Penyakit Infeksi & Parasitik tertentu (A.B)
- Neoplasma (C.D)
- Anomali kongenital (Q)
44
45. Daftar Tabulasi Tingkat Bab (Lanjutan-2)
Bab XV (O) khusus untuk gangguan pada
- Pregnancy (Kehamilan)
- Childbirth (Persalinan-Kelahiran)
- Puerperium (Masa nifas)
Bab XVI (P) khusus untuk
- Certain conditions originating in
the perinatal period
45
46. Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
Ada 14 (empatbelas) Bab yang menggunakan
satu huruf alfabet dan terdiri dari hampir 100
kategori yang tersedia.
1. Bab IV (E)
2. Bab V (F)
3. Bab VI (G)
4. Bab IX (I)
5. Bab X (J)
6. Bab XI (K)
7. Bab XII (L)
46
8. Bab XIII (M)
9. Bab XIV (N)
10.Bab XV (O)
11.Bab XVI (P)
12.Bab XVII (Q)
13.Bab XVIII (R)
14.Bab XXI (Z)
15.Bab XXII (U) (pada edisi 2006)
47. Ada 3 (tiga) Bab yang mengandung
jumlah penyakit yang relatif sedikit,
sehingga diberikan alfabet yang
digunakan bersama antara dua Bab.
Bab III (D) digunakan bersama bab II
Bab VII dan Bab VIII (H)
47
Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
48. Ada 4 (empat) Bab yang besar dan
memerlukan huruf alfabet lebih dari 1
(satu) huruf alfabet. Yakni :
Bab I (A-B)
Bab II (C-D)
Bab XIX (S-T),
yang menggunakan > dari 4 (empat) alfabet
adalah Bab XX (V-W-X-Y).
48
Daftar Tabulasi tingkat Bab (Lanjutan-3)
50. CONVENTIONS
PARENTHESES ( ) - Menutup kata2 tambahan
- Menutup term exclusion
- Menutup kategori 3th karakter
- Menutup kode dagger& asterisk
E.g.
• I10 - Hypertension (arterial) (benign) (essential)
(malignant) (primary) (systemic)
• H01.0 Blepharitis
Excludes : Blepharoconjunctivitis (H10.5)
• Diseases of the Eye and Adnexa (H00-H59)
51. Square Brackets = [ ]
• Menutup synonym, kata2 alternatif atau ungkapan
penjelasan
• Untuk merujuk ke catatan sebelumnya
E.g.
• A30 Leprosy [Hansen’s Disease]
• C00.8 Overlapping Lesion of Lip
[See note 5 on p. 182]
• K27 Peptic Ulcer, site unspecified
[See page 566 for subdivisions]
52. COLON = :
• Kata-kata yg diikuti oleh ‘colon’adalah term yg tidak
lengkap
• Coder harus melengkapi term dgn satu ‘modifiers’
E.g.
K36 Other Appendicitis
Appendicitis :
- Chronic
- Recurrent
53. BRACE = }
• Kata-kata sesudah ‘brace’ lengkap
• Setiap term sebelum ‘brace’ harus di kualifikasi oleh satu
/ lebih terms yang mengikuti.
E.g.
O71.6 Obstetric Damage to Pelvic Joints and Ligaments
Avulsion of inner Symphyseal }
Cartilage }
Damage to Coccyx } Obstetric
Traumatic separation of }
Symphysis (pubis) }
54. Tanda baca Brace }
Digunakan untuk mengkaitkan istilah-
istilah. [113, 99]. Catatan: di ICD-10 1992 ditulis
dengan }; di ICD-10 2004 ditulis dengan garis lurus
vertikal, bukan berbentuk kurung kurawa)
Masing istilah di depan (kiri) didahului
oleh tanda kurung } ini harus
dimodifikasi sedikitnya oleh satu istilah
yang ada di sebelah kanan } tersebut,
sebelum kode khusus baginya
ditentukan. 54
55. Contoh:
E10.1 Insulin dependent diabetes
mellitus with ketoacidosis
[278277; 260259]
Diabetic:
-acidosis
without mention
-ketoacidosis of coma
55
56. POINT DASH = ._
• Kode subcategory diganti dengan (-)
• Menunjukan ‘fourth character’ eksis (ada).
E.g.
G03 Meningitis due to other and
unspecified causes
Excludes : Meningoencephalitis (G04._)
57. SEE” and “SEE ALSO
(petunjuk yg harus diikuti u/ mencegah
kesalahan)
E.g.
• Inflammation
- bone (see Osteomyelitis)
• Paralysis
- shaking (see also Parkinsonism) G20
• Enlargement, enlarged
- (see also Hypertrophy)
58. AND in Titles
• kata and, bisa berarti “dan/ atau”
E.g.
A18.0 Tuberculosis of Bones and Joints
59. “AND” pada judul suatu kode
Dalam judul makna kata “and” (dan)
mewakili “and/or” (dan/atau)
Contoh: [922; 892]
S49.9 Unspecified of injury of
shoulder and upper arm
berarti:
- unspecified injury of shoulder or
- unspecified injury of upper arm or
- unspecified inury of shoulder and
upper arm
59
60. Not Otherwise Specified (NOS)
Sama artinya dengan Unspecified
atau Unqualified
Hanya digunakan apabila tidak adanya
informasi untuk bisa digunakan sebagai
penentu kode yang spesifik.
Contoh: [ 564; 534]
K14.9 Disease of tongue
unspecified
Glossopathy NOS
60
61. Not Elsewhere Classified (NEC)
Digunakan sebagai warning
(peringatan) bahwa ada tipe khusus
satu kondisi yang terkode dan muncul
di bagian/Bab lain dari sistem
klasifikasi ini.
Apabila informasi spesifik bisa
ditemukan, maka akan bisa dipilihkan
kode yang baik/tepat. [587; 558]
Contoh: K73 Chronic hepatitis, NEC. 61
62. NOS - Not otherwise specified
tidak spesifik (tidak dijelaskan)
NEC - Not elsewhere classified
tidak diklasifikasikan di tempat lain
tapi untuk kategori 3 karakter berfungsi sebagai
peringatan bahwa varian tertentu dari kondisi yg
ada dlm daftar bisa muncul dibagian lain dari
klasifikasi.
c.s : J16 ‘Pneumonia akibat organisme menular
lain, not elsewhere classified’. (hal.523 vol I)
63. Istilah-Istilah Inclusion
(termasuk/sinonim)
Umumnya ada pada Kategori 4-karakter,
bisa juga ada di bawah Blok atau Bab.
Contoh-contoh kondisi berbeda-beda
atau sinonim dari kondisi yang terkode
pada kategori terkait.
Bukan suatu subklasifikasi
Panduan isi kategori, tidak exhaustive
(mendalam, lengkap)
63
64. Istilah Exclusion
(tidak termasuk)
Terdiri dari daftar kondisi yang harus
dikode di tempat lain, dan tidak dikode
dengan nomor kode kategori ini, namun
dikode dengan kode yang benar yakni
kode yang tersedia di dalam kurung ( )
mengikuti istilah gangguan (penyakit)
yang tertera di depan kurung tersebut.
64
66. 66
PENGGUNAAN KODE
DAGGER DAN ASTERISK
by :
Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK,
.M.Mkes
by :
Teguh Redy Senjaya AM.d.PK, SST.RMIK,
.M.Mkes
67. 67
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
ICD-9 memperkenalkan suatu sistem
yang diteruskan pada ICD-10, yaitu
adanya dua kode untuk pernyataan
diagnostik yang berisi penyakit umum
yang menjadi dasar, dan
manifestasinya pada organ atau situs
tertentu yang merupakan masalah
tersendiri pula.
ICD-9 memperkenalkan suatu sistem
yang diteruskan pada ICD-10, yaitu
adanya dua kode untuk pernyataan
diagnostik yang berisi penyakit umum
yang menjadi dasar, dan
manifestasinya pada organ atau situs
tertentu yang merupakan masalah
tersendiri pula.
68. 68
• Sistem ini memakai kode utama
bertanda dagger (†) untuk diagnosis
penyakit umum yang merupakan
penyakit dasar, dan kode tambahan
bertanda asterisk (*) untuk akibatnya
pada organ atau tempat tertentu yang
merupakan masalah tersendiri (penyakit
tambahan
• Sistem ini memakai kode utama
bertanda dagger (†) untuk diagnosis
penyakit umum yang merupakan
penyakit dasar, dan kode tambahan
bertanda asterisk (*) untuk akibatnya
pada organ atau tempat tertentu yang
merupakan masalah tersendiri (penyakit
tambahan
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
69. 69
Konvensi ini disediakan karena
pengkodean penyakit dasar saja sering
tidak memuaskan untuk pengolahan
statistik yang berhubungan dengan
spesialisasi tertentu,
sedangkan akibat dari penyakit dasar
tersebut perlu pula diklasifikasikan
pada bab lain karena merupakan
alasan untuk berobat.
Konvensi ini disediakan karena
pengkodean penyakit dasar saja sering
tidak memuaskan untuk pengolahan
statistik yang berhubungan dengan
spesialisasi tertentu,
sedangkan akibat dari penyakit dasar
tersebut perlu pula diklasifikasikan
pada bab lain karena merupakan
alasan untuk berobat.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
70. 70
• Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri
Sendiri),
• Asterisk dipakai kalau nama alternatif
juga diperlukan.
• Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh
dipakai sendirian.
• Dagger harus selalu dipakai (bisa Berdiri
Sendiri),
• Asterisk dipakai kalau nama alternatif
juga diperlukan.
• Untuk pengkodean, asterisk tidak boleh
dipakai sendirian.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
71. 71
• Kode asterisk terdapat pada kategori.
• Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang
berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang
bukan penyakit dasar.
• Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan
akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan
G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat
penyakit lain memiliki kategori G22*.
• Kode dagger yang sesuai diberikan untuk
kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk;
misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada
penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†.
• Kode asterisk terdapat pada kategori.
• Kondisi yang sama bisa memiliki kategori yang
berbeda, yaitu kalau ada anggotanya yang
bukan penyakit dasar.
• Misalnya, kondisi Parkinsonisme yang bukan
akibat penyakit lain memiliki kategori G20 dan
G21, sedangkan kondisi Parkinsonisme akibat
penyakit lain memiliki kategori G22*.
• Kode dagger yang sesuai diberikan untuk
kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk;
misalnya Parkinsonisme yang terjadi pada
penyakit sifilis (G22*) memiliki kode A52.1†.
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
72. 72
Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang
dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda
dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut:
I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul
rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan
yang sama, misalnya:
A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *)
Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal)
Tuberculous leptomeningitis
Sistem ini memiliki 83 kategori asterisk yang
dinyatakan di awal bab . Rubrik-rubrik yang bertanda
dagger bisa memiliki satu di antara tiga bentuk berikut:
I. Kalau dagger dan asterisk terdapat pada judul
rubrik, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar dan kode tambahan
yang sama, misalnya:
A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *)
Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal)
Tuberculous leptomeningitis
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
73. 73
II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk
tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya
berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap
nama, misalnya:
A18.1† Tuberculosis of genitourinary system
Tuberculosis of:
• bladder (N33.0 *)
• cervix (N74.0 *)
• kidney (N29.1 *)
• male genital organs (N51.- *)
• ureter (N29.1 *)
• Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *)
II. Kalau dagger terdapat pada judul rubrik tapi asterisk
tidak ada, maka semua nama pada rubrik tersebut
memiliki klasifikasi kembar tapi kode tambahannya
berbeda. Kode tambahan ini dituliskan untuk setiap
nama, misalnya:
A18.1† Tuberculosis of genitourinary system
Tuberculosis of:
• bladder (N33.0 *)
• cervix (N74.0 *)
• kidney (N29.1 *)
• male genital organs (N51.- *)
• ureter (N29.1 *)
• Tuberculous female pelvic inflammatory disease (N74.1 *)
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
74. 74
III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka
rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan,
walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada
tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger
dengan kode tambahan, misalnya:
A54.8 Other gonococcal infection
Gonococcal
........
• peritonitis † (K67.1 *)
• pneumonia † (J17.0 *)
• septicaemia
• skin lesions
III. Kalau dagger dan asterisk tidak ada pada judul, maka
rubrik umumnya tidak memiliki kode tambahan,
walaupun bisa terdapat nama inklusi tertentu. Pada
tempat ini nama tersebut akan bertanda dagger
dengan kode tambahan, misalnya:
A54.8 Other gonococcal infection
Gonococcal
........
• peritonitis † (K67.1 *)
• pneumonia † (J17.0 *)
• septicaemia
• skin lesions
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
….Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’
75. Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang
memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi
seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional
code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini
hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus:
i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’,
kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi
penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada
judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada
bab I.
Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus
kode ICD-10 : J86.9 B95.8
ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari
bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk
menunjukkan aktifitas fungsionalnya.
iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1,
walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan
untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut.
Terdapat situasi selain di dalam sistem dagger dan asterisk yang
memungkinkan dua kode ICD dipakai untuk menguraikan kondisi
seseorang dengan jelas. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional
code, if desired ...” menunjukkan situasi ini. Kode-kode tambahan ini
hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus:
i. Untuk infeksi lokal yang terdapat pada bab-bab ‘body systems’,
kode dari bab I bisa ditambahkan untuk identifikasi
penyebab infeksi, kalau informasi ini tidak muncul pada
judul rubrik. Blok kategori B95-B97 disediakan untuk ini pada
bab I.
Contoh : Pyothorax akibat infeksi staphylococcus
kode ICD-10 : J86.9 B95.8
ii. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari
bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk
menunjukkan aktifitas fungsionalnya.
iii. Untuk neoplasma, kode morfologi hal. 1181-1204 Vol. 1,
walaupun bukan bagian ICD utama, bisa ditambahkan
untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut.
Pengkodean kembar pilihan lainnya
Pengkodean kembar pilihan lainnya
76. ….Pengkodean kembar pilihan
lainnya
….Pengkodean kembar pilihan
lainnya
iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09
(kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab
lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab,
misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau
gangguan lain terhadap otak.
v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik,
sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk
identifikasi zat tersebut.
vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera,
keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang
menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX
yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode
utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan
pengumpulan data.
iv. Untuk kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09
(kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab
lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab,
misalnya penyakit yang mendasari, cedera,atau
gangguan lain terhadap otak.
v. Kalau kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik,
sebuah kode dari bab XX bisa ditambahkan untuk
identifikasi zat tersebut.
vi. Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera,
keracunan atau efek lain:.kode dari bab XIX yang
menjelaskan bentuk cedera, dan kode dari bab XX
yang menjelaskan penyebabnya. Pemilihan kode
utama dan kode tambahan tergantung pada tujuan
pengumpulan data.
78. Oleh :
Teguh Redy Senjaya SST.RMIK
Pengenalan dan
penggunaan
“lead terms &
Modifier”
79. ICD-10 (VOLUME 3)
• Section I - Indeks Alpabet penyakit
dan bentuk cedera
(Bab I - XIX & XXI)
• Section II - Sebab luar cedera
(Bab XX)
• Section III - Tabel Obat dan zat kimia
• (Bab XIX & XX)
80. Konvensi-konvensi ICD Vol. 3
Parenthesis () Tanda kurung digunakan seperti
pada Volume 1, yaitu untuk
mengurung modifer.
“NEC” ‘Not elsewhere classified’ menunjukkan
bahwa varian yang dijelaskan dari kondisi yang
tertulis diklasifikasikan pada bagian lain, dan bahwa
term yang lebih tepat harus dicari di dalam Indeks.
81. ……..Konvensi-konvensi ICD Vol. 3
• Cross-references
Rujukan-silang digunakan untuk
menghindarkan duplikasi yang tidak perlu pada
term di dalam Indeks Alfabet.
Kata ‘see’ meminta pengkode untuk merujuk ke
term lain; ‘see also’ mengarahkan pengkode
untuk merujuk ke tempat lain di dalam Indeks
kalau pernyataan yang sedang dikode berisi
informasi lain yang tidak ter-indentasi di bawah
term tempat ‘see also’ tersebut berada.
82. Struktur ICD Vol III
• Indeks vol III berisi :
– ‘lead terms’
• yang diletakkan pada bagian paling kiri,
• Untuk penyakit dan cedera ini biasanya berupa sebuah kata benda
• untuk kondisi patologis.
• Namun, beberapa kondisi yang berupa kata sifat atau eponim (nama
orang) bisa juga terdapat disini.
– (‘modifier’ atau ‘qualifier’) pada berbagai level
indentasi di bawahnya.
• Pada Section I, modifier yang berindentasi (dimajukan ke
kanan)
– ini biasanya berupa jenis,
– tempat, atau kondisi yang mempengaruhi kode
• pada Section II menunjukkan
– berbagai jenis kecelakaan atau kejadian,
– kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi
kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis.
83. Struktur ICD X vol 3 terdiri dari :
Lead term : Mrpk kondisi utama/
Diagnosa utama/
Kondisi Pathologis/
Nama Penyakit/
Nama Penemu penyakit
Modifier : menunjukkan letak anatomi/
menggambarkan suatu keadaan
84. Langkah-langkah untuk melakukan
kodifikasi
1. Tentukan jenis pernyataan (Diagnosa)yang akan
dikode dan rujuk ke Section yang sesuai pada
Indeks Alfabet
2. Tentukan lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan
cedera
3. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat
di bawah ‘lead term’
4. Baca semua term yang dikurung oleh
parentheses setelah ‘lead term’
5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang ‘see’
dan ‘see also’ di dalam Indeks
6. Rujuk daftar tabulasi (Volume I) untuk
memastikan nomor kode yang dipilih
7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di
bawah kode yang dipilih, atau di bawah judul
bab, blok, atau kategori.
8. Tentukan kode
86. e.g.
Ulcer, ulcerated, ulcerating
- stomach (eroded)(peptic)(round)
- - acute
- - - with
- - - - hemorrhage
- - - - - and perforation K25.2
87. Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-sama
untuk menemukan kode yang benar dari setiap
kasus
Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di atas
kategori sistem tubuh.
Contoh: Ca. Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam Bab
II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem
pernafasan
88. Referensi
• WHO, (2010), ICD-10 Volume I, II, III
Jenewa,2010.
• Anggraini Naga, Mayang (2010), Pelatihan
Kodefikasi ICD-10, Jakarta, 2010.