2. Diskalkulia
– “Dyscalculis” (bahasa yunani) berarti tidak dapat
berhitung.
– Penderita diskalkulia umumnya mempunyai IQ
normal, tetapi ada yang melebihi rata-rata atau
cukup tinggi.
– Peserta didik diskalkulia dapat berinteraksi normal
hanya dalam pelajaran berhitung akan mengalami
kesulitan.
– Para siswa yang belajar matematika memiliki
permasalahan yang berkaitan dengan isi materi
matematika
3. Diskalkulia
–Kesulitan berhitung dialami oleh anak yang
normal (tidak berkesulitan belajar) dan terlebih
lagi oleh anak yang berkesulitan belajar
–Pada hakekatnya berhitung (matematika)
merupakan sarana untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari
4. Faktor Penyebab
– Kelainan pada otak, terutama dibagian
penghubung antara bagian parietal dan
temporal otak.
– Faktor keturunan
5. Pendapat Para Akhli
– Cornelius (1982:38) :
lima alasan perlunya belajar matematika:
(1) Sarana berfikir yang jelas dan logis
(2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
(3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman
(4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan
(5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
6. Pendapat Para Akhli
– Cockroft (1982:1-5):
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan
(2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai
(3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas
(4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara
(5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan
(6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang
7. Ciri-ciri
– Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan
lainnya normal.
– Sulit melakukan hitungan matematis. Sulit melakukan
proses-proses matematis, seperti menjumlah,
mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami
konsep hitungan angka atau urutan.
– Terkadang mengalami disorientasi, seperti
disorientasi waktu dan arah.
8. Ciri-ciri
– Mengalami hambatan dalam menggunakan
konsep abstrak tentang waktu.
– Sering melakukan kesalahan ketika melakukan
perhitungan angka-angka, seperti proses
substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret
hitung serta deret ukur.
– Mengalami hambatan dalam mempelajari musik.
9. Ciri-ciri
– Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung
mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
– Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial
(kemampuan memahami bangun ruang).
– Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
– Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir
sama,misalnya angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8.
– Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi
pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian.
– Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan
letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
10. Ciri-ciri
– Bingung membedakan dua angka yang
bentuknya hampir sama,misalnya angka 7 dan 9,
atau angka 3 dan 8.
– Memberikan jawaban yang berubah-ubah
(inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan,
pengurangan, perkalian atau pembagian.
– Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau
dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah
negara, kota, jalan dan sebagainya.