WA 0821-2636-0569, Kelas Akademi Online Pra Nikah Terbaik Di Medan
Pp ta 2
1. SEMINAR HASIL
ANALISA PENGUJIAN EMISI KENDARAAN RODA 4
DEPAN PINTU KIMA II, JL. P. KEMERDEKAAN
RUSLAN
031 2013 0042 031 2013 0076
FIKA AULIA
2. Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam
mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi lain
peningkatan ini juga sekaligus akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan.
Peningkatan jumlah kendaraan di Negara Eropa sebanding dengan peningkatan
jumlah emisi yang dihasilkan yang merupakan ancaman bagi kesehatan manusia
(Hickman, 1999). Kondisi ini dapat juga terjadi di Kota Makassar.
Masalah transportasi pertama kali dikemukakan oleh FL.Hitch Cock pada tahun
1941. Ia menyajikannya dalam suatu studi mengenai The Distribution of a Product
From Several to Numerous Localities. Metode inilah yang pertama kali digunakan
dalam memecahkan masalah transportasi. Penemuan tersebut kemudian disusul oleh
T.C. Koopmans pada tahun 1947 dengan menerbitkan buku mengenai sistem
transportasi yang berjudul Optimum Utilization of the Transportation System.
Dengan munculnya penemuan ini maka perkembangan transportasi terus
berlangsung (Kakiay, 2008).
Laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel),
terbilang amat pesat. Tiap tahun tercatat pertambahan puluhan ribu kendaraan
bermotor yang mengaspal di jalan. Kebanyakan yakni kendaraan roda dua alias
sepeda motor. Berdasarkan data Samsat Makassar, jumlah kendaraan bermotor pada
2016 tercatat 1.425.151 unit atau bertambah 87.009 unit dibandingkan 2015.
Adapun, pada 2014 jumlah kendaraan bermotor di Kota Daeng baru berkisar
1.252.755 unit. Artinya, dalam dua tahun terakhir tercatat pertambahan 172.395unit.
3. Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan, dapat disusun beberapa
permasalahan sebagai berikut:
Seberapa besar parameter CO dan HC?
Seberapa besar opasitas yang dihasilkan oleh kendaraan?
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak menyimpan dari rumusan
masalah yang ditinjau, batasan-batasan yang diambil dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
Studi kasus di lakukan di ruas jalan kota Makassar khususnya di depan pintu
kima II Jl.P.Kemerdekaan.
Kendaraan yang diuji hanya kendaraan roda 4.
Maksud dari penulisan ini adalah untuk melakukan pengujian emisi terhadap
kendaraan bermotor.
Tujuan dari penulisan ini adalah, untuk;
Untuk mengetahui besar parameter CO dan HC.
Untuk mengetahui besar opasitas yang dihasilkan kendaraan.
4. Kendaraan atau angkutan atau wahana adalah alat transportasi, baik
yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan ini
biasanya buatan manusia (mobil, motor, kereta, perahu, dan pesawat), tetapi ada
yang bukan buatan manusia dan masih bisa disebut kendaraan, seperti gunung
es dan batang pohon yang mengambang. Kendaraan tidak bermotor dapat juga
digerakkan oleh manusia atau ditarik oleh hewan, seperti gerobak.
Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam
transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan / pergerakan dan
secara fisik mengubah tempat dari barang dan penumpang ke tempat lain.
Menurut wikipedia, pengertian transportasi adalah perpindahan
manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
(Fidel Miro, 2005) Dalam pengertian lain transportasi diartikan sebagai
usaha pemindahan atau pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya
dengan menggunakan suatu alat tertentu. Dengan demikian maka transportasi
memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan keperluan
tertentu (Miro,1997).
5. 2.2 Permasalahan Kendaraan Bermotor
Permasalahan kendaraan bermotor khususnya transportasi darat di Indonesia cukuplah
kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang
timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Namun permasalahan
trnsportasi yang terjadi di Indonesia terjadi hampir di setiap jaringan atau unit-unit hingga unit terkecil
dari sistem tersebutpun memiliki masalah. Masalah yang terjadi bisa masalah yang terjadi dari unit
tersebut maupun masalah akibat pengaruh dari sistem.
Menurut Abubakar, dkk (1995) salah satu ciri kota modern ialah tersedianya sarana
transportasi yang memadai bagi warga kota. Fungsi, peran serta masalah yang ditimbulkan oleh sarana
transportasi ini semakin ruwet seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk.
Masalah lau lintas dan angkutan umum semakin vital perannya sejalan dengan kemajuan ekonomi dan
mobilitas masayarakatnya. Hal-hal yang bersangkutan dengan transportasi menyinggung langsung pada
kebutuhan pribadi-pribadi warga kota dan berkaitan langsung dengan ekonomi kota. Masalah lalu lintas
di perkotaan pada dasarnya disebabkan oleh:
Pertambahan penduduk kota-kota besar yang sangat pesat yaitu berkisar antara 3% - 5% per
tahunnya.
Tingginya jumlah pengguna kendaraan pribadi mobil dan motor (pertumbuhan kendaraan roda dua
sekitar 8-12 % per tahun selama lima tahun terakhir Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum
yang belum memadai.
Sarana, prasarana, jaringan pelayanan, terminal, dan sistem pengendalian pelayanan angkutan
umum yang ada belum mampu menarik minat pemakai kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan
umum.
6. 2.3 Emisi Kendaraan Bermotor
Pengertian emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin
pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem
pembuangan mesin.
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahawa arti emisi adalah pemancaran
cahaya, panas, atau elektron dari suatu permukaan benda padat atau cair.
Emisi adalah zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai atau tidak mempunyai
potensi sebagai unsur pencemar (PP No. 41 Tahun 1999). Berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995, emisi didefinisikan sebagai masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke udara.
Jadi emisi adalah zat, energy atau komponen dari sisa hasil bahan bakar di dalam
maupun di luar mesin pembakaran yang mempunyai atau tidak mempunyai potensi unsur
pencemaran yang dikeluarkan melalui system pembuangan mesin.
Emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dalam gram/ kendaraan/km dari suatu
perjalanan dan terkait dengan beberapa faktor seperti tipe kendaraan, umur kendaraan, ambang
temperatur dan ketinggian. Kendaraan dengan usia dan jenis bahan bakar yang berbeda akan
menghasilkan kadar emisi yang berbeda juga (Ambar Yuliastuti, 2008).
Whitelegg (1993), Anonim (1997), dan Bachrun (1993) menyatakan ada enam
komponen polusi udara hasil emisi gas buang kendaraan bermotor yang menjadi perhatian utama
yaitu: karbon monoksida oksida sulfur, hidrokarbon, oksida nitrogen, partikel dan timah hitam.
Bila pembakaran pada kendaraan bermotor tidak sempurna maka terbentuk karbon monoksida
padahal bila pembakaran sempurna seharusnya terbentuk karbon dioksida.
7. 2.4. Opasitas Kendaraan
Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida,
air, zat yang terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia
organik, nitrogen oksida,dan mineral. Tingkat kepekatan asap dan
komposisi asap tergantung dari banyakfaktor, yaitu jenis bahan yang
dibakar, kelembaban, temperatur api, dan kondisi angina. (Faisal et al.
2012).
Tingkat kepekatan asap disebut dengan opasitas.Kandungan
partikel debu dan opasitas yang tinggi dalam udara ambien,merupakan
indikator penting yang wajib diperhatikan, dikarenakan
dapatmengganggu dan meresahkan kesehatan manusia. Tingkat
opasitas yang baik harus memenuhi standar baku mutu yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
8. 2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emisi Gas Buang
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi
terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
(misalnya jalan yang sempit).
Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-
kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor .
Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan.
Jenis permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan.
Diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi emisi gas buang
kendaraan bermotor di antaranya adalah teknologi kendaraan bermotor, jenis bahan
bakar, kondisi mesin, cara mengemudi, dan kondisi lalu lintas.
9. 2.6. Komposisi Emisi Gas Buang
CO (Karbon Monoksida)
Karbon monoksida adalah adalah gas yang tak berwarna dan tidakberaroma,
gas ini terjadi bila bahan bakar atau unsur C tidak mendapatkan ikatan yang cukup
dengan O² artinya udara yang masuk ke ruang silinder kurang atau suplai bahan bakar
berlebihan
CO² (Karbon Dioksida)
Tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat pembakaran yang
sempurna antara bahan bakar dan udara dalam hal ini oksigen.
O²(Oksigen)
Setiap terjadi proses pembakaran bensin, selalu memerlukan udara untuk
membentuk homogenitas campuran udara dan bahan bakar sehingga mudah dibakar
dengan api busi. Besarnya nilai O² yang diijinkan adalah maximal 2%, semakin kecil
semakin bagus, yang berarti udara yang masuk ke mesin dapat dimanfaatkan
sepenuhnya untuk pembakaran. Namun ada kalanya nilai O² sangat extreme tinggi (
lebih besar dari 2 % ), hal ini biasanya pertanda knalpot bocor. Oleh karenanya jika
terjadi kebocoran di knalpot maka, nilai-nilai O², Lambda, AFR dan CO², tidak bisa
sebagai patokan kesempurnaan pembakaran...
10. HC (Hidro Karbon)
Warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam, gas ini terjadi apabila
proses pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau suplai bahan
bakar berlebihan.
LAMDA (λ)
Merupakan kesimpulan proses pembakaran yang terjadi di mesin, jika
Lambdanya 1 ( satu ), berarti pembakaran bahan bakar dimesin sangat efisien/ideal,
dalam artian komposisi percampuran udara dan bahan bakar benar-benar homogen.
Namun biasanya kita sangat sulit untuk men-tune up kendaraan untuk memperoleh nilai
lambda dengan angka 1 ( satu ). Oleh karenanya nilai lambda ini mempunyai
posisi range nilai 0,95 s/d 1,05. Jika nilai Lambda kurang dari angka itu berarti terjadi
percampuran gemuk ( kebanyakan bensin), sedangkan jika nilai Lambda melebihi dari
angka itu menandakan campuran kurus (kebanyakan udara ).
Note: saat kita memperhatikan nilai lambda, kita harus mengamati
pergerakan nilai O2, jika nilai O2nya tinggi ( diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan
terjadi kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor, maka nilai lambda tidak bisa
dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.
11. 2.7 Ruas Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah No 34 Tentang
Jalan Tahun 2006).
Menurut MKJI (1997) pengertian jalan meliputi badan jalan, trotoar, drainase dan seluruh
perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu lalu lintas, lampu penerangan, marka jalan, median, dan
lain-lain.
Jalan mempunyai empat fungsi :
melayani kendaraan yang bergerak,
melayani kendaraan yang parkir,
melayani pejalan kaki dan kendaraan tak bermotor,
pengembangan wilayah dan akses ke daerah pemilikan.
Hampir semua jalan melayani dua atau tiga fungsi dari empat fungsi jalan diatas akan tetapi
ada juga jalan yang mungkin hanya melayani satu fungsi (misalnya jalan bebas hambatan hanya
melayani kendaraan bergerak).
Karakteristik geometri jalan terdiri dari :
Tipe jalan
Berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda-beda baik dilihat secara pembebanan
lalu lintas tertentu. Misalnya jalan terbagi dan jalan tak terbagi, jalan satu arah.
12. Lebar jalur lalu lintas
Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan
lebar jalur lalu lintas.
Bahu jalan
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada
kedua sisi jalur lalu lintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya
mempengaruhi penggunaan bahu, berupa penambahan kapasitas, dan
kecepatan pada arus tertentu, akibat penambahan lebar bahu, terutama karena
pengurangan hambatan samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti
kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan
pejalan kaki yang bersangkutan.
Kereb
Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh
terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas
jalan dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas
berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat tepi jalur lalu lintas, tergantung
apakah jalan mempunyai kereb atau bahu.
13. Lokasi pengambilan sampel adalah di Kecamatan Manggala, Makassar.
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Maret 2017.
LOKASI
Gambar 3.1 Lokasi Rencana pengambilan sampel tanah penelitian
(sumber:maps.google.com)
15. NO
KEGIATAN
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 3 4 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Proposal
2 Survei lokasi pengambilan sampel
3 Seminar Proposal
4 Persiapan Penelitian
5 Pengambilan Sampel
6 Pengujian Laboratorium
7 Konsultasi
8 Penyusunan Tugas Akhir
9 Seminar Hasil
10 Perbaikan hasil seminar
11 Ujian Meja