Tunas sawa erma group pembangunan daerah 3 t korindo dan relevansinya dengan program pemerintah a simple pharmacist
1. Pemerataan pembangunan di wilayah Indonesia sampai saat ini masih
menjadi perhatian pemerintah. Ketersediaan infrastruktur antara
Pulau Jawa dengan selain Jawa, utamanya di wilayah timur Indonesia,
masih dirasa cukup timpang. Persoalan ini tentu tidak sederhana. Jika
tidak ditangani dengan baik, migrasi ke Pulau Jawa dengan
penghidupan yang serba ada semakin tak terbendung. Daerah
pinggiran yang tertinggal bisa makin terbelakang.
Dari aspek sosiologis, kecemburuan sosial antara daerah tidak dapat
dihindarkan. Dampak yang mungkin muncul, rasa sebangsa setanah air
perlahan dapat memudar karena perasaan kurang diperhatikan negara.
Terburuk, hal ini bisa memicu pergerakan di daerah untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerataan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia yang
berkeadilan butuh biaya besar. Untuk memajukan wilayah yang
tertinggal, butuh ketersediaan sumber daya yang tidak sedikit. Hal ini
sangat beralasan karena harus dibangun dari kondisi yang serba
minimal, bahkan serba tidak ada. Dengan cukup banyaknya wilayah
tertinggal di Indonesia, sulit rasanya jika hanya mengandalkan
anggaran yang dimiliki negara, sementara pos anggaran untuk
operasional suatu negara bukan hanya untuk pembangunan di wilayah
tertinggal.
Pembangunan 3T oleh Korindo
Pembangunan wilayah tertinggal sejatinya tidak dapat lepas dari
tanggung jawab pemerintah. Namun, jika yang dikehendaki adalah
percepatan pembangunan, mengandalkan pemerintah saja tidak
cukup. Percepatan pembangunan akan lebih mudah terlaksana dengan
memanfaatkan pihak swasta yang turut berinvestasi di daerah
tertinggal. Dengan demikian, percepatan pembangunan daerah
tertinggal dapat direalisasikan dan membantu program pemerataan
pemerintah.
Contoh konkret keberhasilan upaya yang mendorong percepatan
pembangunan daerah tertinggal oleh pihak swasta adalah
pembangunan yang dilakukan oleh Korindo Group. Konsep
membangun dari pinggiran telah dilakukan Korindo Group sejak tahun
1969 silam, saat berdirinya perusahaan ini. Sejak saat itu, dibuka
lapangan pekerjaan baru serta sentra-sentra ekonomi di beberapa
wilayah yang mampu mempercepat lajunya roda perekonomian di
wilayah pinggiran sekitar daerah operasional perusahaan dan anak
perusahaan.
Korindo Group merupakan perusahaan yang memiliki beberapa
beberapa macam unit bisnis. Pada awalnya berdirinya memiliki fokus
bisnis pengembangan hardwood yang kemudian beralih ke
plywood/veneer pada tahun 1979, dilanjutkan dengan kertas daur
ulang dan kertas koran pada tahun 1984, perkebunan kayu di tahun
1993, dan terakhir perkebunan kelapa sawit di tahun 1995. Unit
operasional terbesar berada di Kecamatan Boven Digoel, Papua, yang
merupakan wilayah pinggiran dan berbatasan dengan Papua Nugini.
Beberapa daerah pinggiran yang dahulunya tertinggal seperti
Pangkalan Bun, Halmahera, Merauke dan Boven Digoel Papua
merupakan contoh daerah yang kini cukup pesat perkembangannya.
Berbagai infrastruktur seperti Sekolah, klinik, pasar, akses jalan raya,
tempat ibadah, fasilitas umum dan sosial telah dapat disaksikan oleh
setiap pendatang yang berkunjung kesana. Perekonomian di daerah-
daerah ini pun turut mengalami peningkatan cukup signi�kan dengan
berbagai pembangunan yang ada.
Hasil pembangunan rumah ibadah dan sarana pendidikan di Asiki,
Papua
Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah merancang
program untuk mengembangkan daerah perbatasan Indonesia
menjelang berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2014-2019. Program yang masuk ke perbatasan
Indonesia tersebut diantaranya yakni penyediaan akses infrastruktur
jalan, pengembangan sarana dan prasarana termasuk di dalamnya
penyediaan air bersih, serta pengembangan produk unggulan daerah
perbatasan. Kemajuan pembangunan wilayah tertinggal ke depan akan
diukur melalui program tersebut.
Pembangunan daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) yang
dilakukan Korindo telah sinergis dengan program Kemendes PDTT.
Penyediaan akses infrastruktur jalan, pengembangan sarana dan
prasarana, pengembangan produk unggulan daerah perbatasan, telah
dilaksanakan Korindo di wilayah 3T yang juga menjadi tempat
perusahaan ini beroperasi.
Pembangunan akses infrastruktur Jalan
Sebagai wilayah yang berposisi di perbatasan, jalan merupakan
infrastruktur yang memiliki peran vital bagi keberlangsungan hidup
masyarakat. Adanya jalan yang layak akan membuat jalur distribusi
barang antar wilayah dapat mencapai daerah pinggiran. Hal ini secara
langsung dapat menunjang aktivitas perekonomian di wilayah
pinggiran.
Dalam perkembangannya, Korindo telah cukup banyak memperbaiki
akses jalan di wilayah sekitar dimana anak perusahaan Korindo berada.
Terbaru, Korindo membangun jembatan kali Totora di Papua yang
sebelumnya hanya berupa jembatan kayu. Adanya jembatan ini
membuat masyarakat kini tidak lagi merasa cemas melintasi jembatan
tersebut sekaligus menjadikan akti�tas perekonomian rakyat dapat
berjalan dengan aman dan lebih hidup.
Selain itu, KORINDO Grup pada 2017 juga melakukan pembangunan
jalan sepanjang 15.62 kilometer di kecamatan Arut Utara, Kotawaringin
Barat, kalimantan Tengah. Jalan tersebut dibangun melalui tiga desa,
yakni mulai Desa Pandau, Riam, dan Panahan.
Pengembangan sarana dan prasarana
Klinik Asiki yang berdiri di atas lahan seluas 2929 m2 di kampung
Asiki, kawasan pedalaman Papua di wilayah perbatasan Indonesia dan
Negara Papua Nugini merupakan contoh kesuksesan Korindo dalam
membangun sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat yang
mendiami wilayah pinggiran. Segala tindakan dan pengobatan
dipersembahkan secara gratis bagi penduduk papua, utamanya
kalangan tidak mampu sebagai upaya meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat setempat.
Klinik ini memiliki fasilitas cukup lengkap seperti ruang rawat jalan,
rawat inap, ruang bersalin, perawatan bayi/perinatologi, IGD, ruang
bedah minor, USG, farmasi, dan fasilitas lainnya hingga penyediaan
kendaraan ambulans. Dengan pelayanan yang cukup memadai,
kemampuan menangani kasus-kasus yang sebenarnya tidak perlu
dirujuk ke rumah sakit serta adanya program pengelolaan penyakit
kronis seperti diabetes mellitus dan hipertensi, klinik ini telah
dinobatkan menjadi klinik yang terbaik se-Papua dan Papua barat
melalui penghargaan Best Performance kategori klinik Pratama. Suatu
prestasi yang membanggakan, klinik terbaik berdiri di wilayah
perbatasan yang dulu merupakan daerah tertinggal.
Klinik Asiki, Klinik terbaik di Papua yang didirikan oleh Korindo
Selain sarana kesehatan, Korindo juga membangun berbagai fasilitas
umum yang menunjang peningkatan kearifan dan SDM masyarakat
lokal, diantaranya pembangunan tempat ibadah masjid dan gereja dan
sarana pendidikan di Boven digoel Papua. Pasar modern juga didirikan
untuk menggeliatkan aktivitas perekonomian antar desa.
Pembangunan fasilitas sekolah
Pengembangan produk unggulan
Korindo group banyak melakukan program-program pemberdayaan
bagi masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Melalui Divisi
Perkebunan Kelapa Sawitnya di Papua, Korindo bersama masyarakat
lokal di Kampung Aiwat, distrik subur, Kab Boven Digoel
memanfaatkan lahan kosong menjadi kebun budidaya sayur-mayur.
Penanaman dan budidaya sayuran diprakarsai Korindo berupa
pemberian pelatihan kepada masyarakat lokal mengenai bercocok
tanam sayuran yang baik sejak April 2018 disertai pemberian bantuan
bibit dan alat-alat bercocok tanam berupa cangkul, sekop, dodos,
plastik bibit tanaman, dan alat semprot Kini, hasil budidaya sayur
masyarakat lokal telah menyebar di beberapa wilayah selain kampung
Aiwat.
Kegiatan bercocok tanam masyarakat di Boven Digoel
Program tersebut telah mendorong masyarakat lokal untuk lebih
produktif secara mandiri. Hal ini sangat bermanfaat bagi penduduk
lokal yang semula hanya dapat mengambil sumber pangan dari hutan
dan melalui berburu hewan. Dengan adanya penambahan kemampuan
bercocok tanam, ketahanan pangan di masyarakat menjadi lebih
terjamin disertai asupan nutrisi yang mencukupi.
Korindo di Papua juga telah memberikan pelatihan usaha dengan
menanam 150.600 pohon karet, 3.000 tanaman sagu bagi masyarakat
Asli Papua, budi daya ayam potong dan ayam petelur, cetak batu
merah, kebun plasma dan koperasi. Keberadaan Korindo terhadap
masyarakat sekitar turut membangun kemandirian ekonomi rakyat
lokal sehingga dapat memajukan wilayahnya sendiri keluar dari zona
tertinggal.
Di luar infrastruktur jalan, sarana prasarana dan pengembangan
produk unggulan, masih banyak kontribusi yang dilakukan Korindo
pada wilayah 3T. Setidaknya, Korindo telah banyak membuka lapangan
kerja dengan mempekerjakan 10.000 orang yang mendiami daerah
tertinggal.
Penghargaan
Upaya Korindo dalam pembangunan daerah 3T telah diakui
keberhasilannya berupa beberapa penghargaan yang telah diraih. Pada
tahun 2018 KORINDO mendapatkan penghargaan Padmamitra Award
melalui salah satu unit bisnisnya yang ada di Papua, PT Tunas Sawa
Erma (TSE) dalam kategori penanganan keterpencilan oleh
Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penghargaan ini merupakan
penghargaan tertinggi yang diberikan oleh negara kepada dunia usaha
atas kontribusi dan perhatiannya kepada kondisi sosial masyarakat.
Februari 20, 2010 hifdzi Ua
Pembangunan Daerah 3T Korindo dan
relevansinya dengan Program Pemerintah