2. PERANG TONDANO
● Perang tondano yang terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang
melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah
kolonial Belanda pada permulaan abad XIX.
● Perang pada permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi
politik pemerintah Kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di
Minahasa,terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi
tentara.
3. PERANG TONDANO 1
Perang Tondano I terjadi pada
masa kekuasaan VOC. Pada saat
datangnya bangsa barat orang-
orang Spanyol sudah sampai di
Tondano (Minahasa, Sulawesi
Utara). Orang Spanyol di samping
berdagang juga menyebarkan
agama Kristen dengan tokohnya
Franciscus Xaverius.
Pada waktu itu VOC berhasil
menanamkan pengaruhnya di
Ternate. Bahkan Guberbur
Ternate Simon Cos mendapatkan
kepercayaan dari Batavia untuk
membebaskan Minahasa dari
pengaruh Spanyol.
4. PERANG TONDANO 2
Perang Tondano II terjadi ketika
memasuki abad ke-19, yakni pada masa
kolonial Belanda. Perang ini
dilatarbelakangi oleh
kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels.Atas perintah Deandels
melalui Kapten Hartingh, Residen
Manado Prediger segera mengumpulkan
para ukung (pemimpin walak atau
daerah setingkat distrik). Dari Minahasa
ditarget untuk mengumpulkan pasukan
sejumlah 2.000 orang yang akan di kirim
ke jawa.
5. Ternyata orang-orang Minahasa tidak setuju dengan program
Deandels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai
pasukan kolonial.Kemudian para ukung bertekad untuk
mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda..Dalam
suasana Gubernur Prediger untuk meyerang pertahanan
orang-orang Minahasa di Tondano, Minawanua, dengan cara
membendung Sungai Temberan dan membentuk dua
pasukan tangguh.
Tanggal 23 Oktober 1808 Belanda berhasil menyerang
orang-orang Minahasa. Tanggal 24 Oktober 1808 Belanda
menguasai Tondano dan mengendorkan serangan tetapi
kemudian orang-orang Tondano muncul dengan melakukan
serangan.Perang Tondano Ii berlasung lama sampai
Agusttus 1809. dalam suasana kepenatan banyak kelompok
pejuang kemudian memihak Belanda.Namun dengan
kekuatan yang ada para pejuanga Tondano terus
memberikan perlawanan. Akhirnya tanggal 4-5 Agustus 1809
benteng pertahanan Moraya hancur bersama para pejuang.
Mereka memilih mati daripada menyerah.
6. AKHIR PERANG TONDANO
Kisah perang Tondano yang berakhir pada awal abad ke XIX di saat berkuasanya VOC di
bawah pimpinan Gubernur Jenderal Daindels, telah mengundang perhatian yang cukup
besar karena perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara terhadap penjajahan Belanda
tidaklah tanggung-tanggung.Mereka berperang sampa tetes darah penghabisan di
Benteng Moraya bersama para pemimpinnya terdiri dari Lonto, Tewu, Matulandl, Mamahit,
Korengkeng.
Lumingkewas, Sarapung, Sepang, Kepel serta lain-lainnya yang kisahnya tidak kalah
dengan pahlawan nasional seperti Pattimura, Hasssanudin, Diponegoro dan Imam Bonjol.
Pada tanggal 5 Agustus 1809, waktu sang surya menampakan cahayanya di ufuk timur,
yang disinari bukan lagi Minawanua di hari kemarin, tetapi tinggal puing-puing berserakan,
ditaburi mayat-mayat, bau amis darah dan tumpukan bara api.
Tak ada lagi anak negeri yang bangun bersama sang surya berjaga-jaga di Benteng
Moraya dan Benteng Paapal. Semuanya telah musnah bersama Wanua tercinta. Inilah
akhir dari suatu perjuangan panjang rakyat Minahasa dalam mempertahankan eksistensi
martabat kebangsaannya.
7. DAMPAK PERANG TONDANO
Jatuhnya korban dari kedua
belah pihak.
Kerugian materi maupun non
materi dari kedua belah pihak.
Jatuhnya daerah Tondano ke
tangan Belanda.
Penderitaan rakyat yang
semakin memburuk
Terpengaruhnya orang-orang
Minahasa (pejabat pribumi)
oleh Belanda.