Dokumen tersebut menjelaskan tahapan-tahapan produksi multimedia, yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Tahapan-tahapan ini meliputi perencanaan ide, konsep, sinopsis, treatment, storyboard, naskah, dan skenario produksi guna menghasilkan karya visual yang baik.
2. 3.1 Memahami Alur Proses Produksi Multimedia
4.1 Membuat Alur Proses Produksi Multimedia
Kompetensidasar
Saat ini, produksi multimedia banyak digunakan untuk
mempromosikan produk seperti, iklan layanan di televisi ataupun
internet. produksi multimedia terdiri atas tiga tahapan, yaitu
praproduksi, produksi, dan pasca produksi. Ketiga tahapan ini
dilakukan untuk menghasilkan hasil karya visual yang menarik, baik
yang kompleks maupun sederhana.
3. Secara bahasa, alur proses produksi multimedia dapat diartikan sebagai
suatu urutan proses melalui tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Hal ini
bertujuan menciptakan hasil produksi multimedia dengan kualitas bagus.
tahapan-tahapan ini harus diketahui, dipelajari, dan dilakukan oleh semua
pihak yang terlibat dalam produksi multimedia tersebut.
Setiap tahapan akan berjalan secara otomatis sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. jika ada satu tahapan yang tidak dilakukan, dengan
sendirinyanya akan terjadi kesalahan yang akan mempengaruhi proses
pada tahapan selanjutnya.
Suatu kesalahan akan menguras waktu, tenaga, dan biaya yang sangat
besar untuk memperbaiki nya. Oleh karena itu, tahapan demi tahapan yang
menjadi urutan proses haruslah dilakukan sebaik dan secermat mungkin.
A.Pengertian
5. Tahapan Praproduksi
1.
TAHAP PRAPRODUKSI
Praproduksi adalah sebuah tahapan awal yang dilakukan sebelum
melakukan kegiatan produksi multimedia. Tujuan dalam tahapan praproduksi
adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan agar proses
produksi berjalan sesuai konsep dan menghasilkan karya visual sesuai
dengan yang diinginkan.
6. Perancangan cerita merupakan pengembangan dari sebuah pemikiran awal
berupa konsep dan ide yang diimplementasikan secara tekstual melalui
beberapa tahapan mulai dari perencanaan, desain pengembangan, hingga
evaluasi. Seperti halnya karya cerita lainnya, perancangan cerita dalam produksi
visual juga dimulai dengan cara mengidentifikasi tema dan gagasan yang dalam
pengembangannya, tema dan gagasan ini dirumuskan dalam suatu tujuan
khusus berupa pesan yang tersirat.
Konsep, tema, dan gagasan ini selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah
naskah sebagai pedoman untuk melakukan produksi visual yang akan dibuat.
Implementasi dari sebuah gagasan atau ide cerita menjadi sebuah produksi
visual secara bertahap dilakukan melalui penyusunan konsep, pembuatan
sinopsis, perangkuman cerita (treatment), penyusunan gambar cerita
(storyboard), penyusunan naskah atau skenario (script), dan penyusunan
skenario produksi (shooting script).
a. Perancangan Ide
7. Untuk menentukan ide cerita, sangat perlu dilakukan identifikasi atau
pengamatan dari berbagai hal yang terjadi di sekitar. Pengamatan yang
dilakukan bisa melalui wawancara dan survei. Selain itu, juga dapat
memperhatikan sesuatu yang sedang hangat diperbincangkan dalam
kehidupan masyarakat atau yang biasa disebut dengan “ trending topic”, Baik
melalui media sosial maupun televisi.
Ketika mendapatkan sebuah topik yang akan dikembangkan menjadi sebuah
ide, perlu juga dilakukan kajian terhadap topik tersebut. Kajian tersebut
meliputi tema dasar tentang sesuatu yang sangat menarik dan menyita
perhatian masyarakat serta tujuan dari pengembangan topik. Selain itu, perlu
pula dikaji hal-hal yang bisa menjadi letupan pada penyajian topik tersebut
serta sejauh mana daya tarik masyarakat terhadap topik yang akan menjadi
dasar gagasan atau ide cerita yang akan diangkat.
Identifikasi Gagasan / Ide Cerita
1.
8. Setelah mendapatkan ide cerita yang akan diangkat dalam produksi visual,
selanjutnya dituangkan dalam suatu konsep yang terstruktur sehingga menjadi
sangat mudah untuk dilakukan pengembangan dalam langkah-langkah
berikutnya.
Dalam menentukan struktur konsep, sebaiknya dilakukan sebuah diskusi yang
melibatkan orang-orang kreatif dari berbagai perwakilan divisi dalam seluruh
tim yang terlibat. konsep tersebut juga berisikan struktur cerita yang dapat
dipahami, baik oleh tim yang terlibat dalam proses produksi visual ini ini
maupun pihak eksternal yang dapat memberi kritik dan saran dalam
penyusunan konsep tersebut.
2. Konsep
9. Tema cerita : menjelaskan pokok cerita melalui suatu kalimat yang menjadi
garis besar tentang sebuah cerita.
Judul cerita : menjelaskan tentang rumusan cerita melalui suatu kata
ataupun satu kalimat yang dapat menjadi daya tarik dan sekaligus
membentuk bayangan dan ekspektasi calon penontonnya.
Pokok cerita : berupa rentetan peristiwa atau suatu kejadian yang dapat
diambil dari sebuah kisah nyata maupun khayalan atau fiksi, dengan alur
cerita yang jelas dan diakhiri dengan satu momentum yang menjadi jawaban
atas peristiwa atau kejadian tersebut.
Tujuan cerita : memberikan pelajaran kepada seluruh penontonnya melalui
pesan yang disampaikan melalui cerita yang disajikan terutama pada bagian
akhir cerita.
Sasaran : menentukan target audiens sebagai penonton produk visual yang
akan dibuat.
Struktur dari konsep cerita yang dimaksud,
yaitu sebagai berikut:
10. Sinopsis merupakan suatu ringkasan cerita yang menggambarkan keseluruhan
isi cerita. dalam penyajiannya, sinopsis hanya berisikan beberapa kalimat yang
meringkas sebuah cerita. Selain itu, sinopsis juga berisikan tema dan alur cerita
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Pada umumnya, sinopsis tidak menjelaskan bagian akhir dari cerita yang
disajikan. Hal ini bertujuan menjadi daya tarik semua orang untuk menonton
dari awal hingga selesainya cerita. sinopsis umumnya diletakkan pada satu
posisi tertentu, baik dalam kemasan maupun dalam media publikasi tertentu.
Sinopsis inilah yang juga memiliki fungsi yang sangat penting dalam upaya
publikasi dan promosi produk visual yang dibuat agar mendapat perhatian
yang besar dari masyarakat.
Contoh sinopsis:
“Ketika seorang anak pengemis sedang berusaha mempertahankan hidupnya, dia
pun berusaha menggapai impiannya untuk bisa bersekolah. Dia menemukan
sesuatu di jalan raya yang membuat hidupnya berubah. Kebahagiaan tak
dinikmati oleh ibu yang membesarkannya…”
3. Sinopsis
11. Treatment merupakan suatu ringkasan yang diuraikan lebih detail
dibandingkan sinopsis. umumnya, treatment menguraikan alur cerita dari awal
hingga akhir.
Dengan kata lain treatment berisikan keseluruhan cerita yang dirangkum dalam
satu tulisan. Treatment hanya terdiri atas beberapa paragraf saja. Tujuan dari
pembuatan nya adalah menguraikan secara ringkas isi cerita dalam sebuah
tulisan secara deskriptif sebagai acuan untuk melakukan proses produksi.
Contoh treatment:
“Awal cerita dengan kumandang suara Trisandya, terlihat seorang bocah laki-laki
yang sedang dibangunkan oleh ibunya disebuah emperan toko di pinggir jalan….
Kelelapan tidur sang bocah membuat ibunya sedikit lama membangunkannya...
Terduduk diam dan terpaku sang bocah ketika harus terbangun dari tidurnya…
Lalu lalang mobil di jalan raya memperlihatkan kesibukan pagi hari akan segera
berlangsung... Ibu dan sang bocah harus kembali berjalan mencari sesuatu untuk
mempertahankan hidupnya... berjalan tanpa arah hanya satu tujuan, yaitu
mendapat makanan untuk satu hari yang akan dilaluinya saat itu.. dan
seterusnya”.
4. Rangkuman Cerita (Treatment)
12. Naskah atau skenario adalah sebuah teks yang berisikan gambaran visual secara
rinci yang akan disosialisasikan. Teks tersebut dibuat dan disusun agar seluruh tim
yang terlibat, baik pemeran maupun tim pendukung memahami secara jelas dan
detail yang akan dilakukan dalam proses perekaman gambar. Naskah juga berisikan
keterangan lokasi, waktu, dan peralatan yang dibutuhkan termasuk properti, pemeran,
serta pihak-pihak yang akan melakukan adegan-adegan pada scene yang akan
dilakukan perekaman.
Selain penjelasan tersebut, pada naskah juga tertuang kalimat-kalimat yang akan
diucapkan oleh tiap-tiap pemeran. Naskah atau skenario inilah yang menjadi acuan
seluruh tim dalam melakukan pekerjaan dalam proses perekaman gambar. Kalimat-
kalimat yang tertera pada naskah atau skenario menjadi acuan dalam melakukan
percakapan antarpemeran. Pada umumnya, naskah disajikan dalam kalimat-kalimat
pendek sehingga mudah untuk diingat dan dihafal oleh masing-masing pemeran.
Pada umumnya, selain kalimat-kalimat yang harus diucapkan pemeran yang tertera
pada naskah atau skenario, pemeran seringkali menambahkan kata-kata tertentu yang
mempertebal makna dan mempermudah daya ingat masing-masing pemeran atau
yang dikenal dengan istilah improvisasi. Di dalam naskah atau skenario juga
diberikan keterangan situasi yang akan tergambarkan dalam visual nantinya.
5. Naskah atau Skenario
13. Scene 1 : Malam hari
Atmosfer : Situasi di luar rumah yang telah sepi
Lokasi : Kamar tidur
Properti : Gadget, pakaian tidur Dina, dan daster ibu
Talent : Dina dan Ibu
Adegan : Ketika Ibu membuka pintu kamar Dina, Ibu melihat Dina yang belum tidur dan terlihat
sedang asyik bermain game sehingga tidak mengetahui ibunya membuka pintu dan berjalan mendekati
Dina.
Ibu :
Dina... kamu belum tidur ?
Dina :
Belum Bu... sebentar lagi... tanggung nih…
Ibu :
Besok kamu kan harus berangkat lebih pagi karena ada acara di sekolah...
Dina :
(Pandangan tetap ke gadget) Iya... iyyaaaa…. ya sebentar lagiiiiii... aduuuuuhhh
Ibu :
Hemmm... kamu itu….. itu susah sekali kalau diberi tahu sama Ibu…. taruh gadget-mu…. dan tidurlah….
sebelum ayahmu yang menyuruh kamu tidur….
Dina :
(Sambil meletakkan gadget) Mhhhhh…. ya sudahlah... dan seterusnya
Contoh Naskah atau Skenario :
14. Storyboard merupakan sketsa gambar yang mewakili setiap scene yang akan dibuat.
Storyboard selalu dibuat tersusun sesuai jalannya alur cerita. Selain sketsa gambar
yang menjelaskan situasi, storyboard juga menjelaskan rincian proses kerja
perekaman gambar mulai dari posisi sudut pengambilan gambar, properti dan
perlengkapan, pencahayaan, hingga gambar latar serta lokasi proses perekaman
gambar.
Sketsa gambar yang dibuat dalam storyboard harus terlihat jelas dan mudah
dipahami. Sangat dibutuhkan kemampuan menggambar yang baik dalam membuat
storyboard. Storyboard seringkali digunakan oleh seorang editor sebagai acuan dasar
dalam melakukan proses penyuntingan gambar. Hal ini dikarenakan pada storyboard
juga terdapat penjelasan tentang efek visual yang akan digunakan.
Hal yang harus dipahami dalam pembuatan Storyboard tidak ada aturan baku, hanya
saja dalam pembuatan storyboard seringkali dilakukan dengan menyesuaikan
kebutuhan dan keinginan dari produsen pembuat produk visual tersebut. Ada dua hal
yang lazim dilakukan dalam menyusun storyboard, yaitu menyusun storyboard secara
horizontal atau menyamping dan menyusun storyboard secara vertikal atau menurun.
6. Gambar Cerita (Storyboard)
15. Contoh Storyboard
Storyboard Horizontal
Storyboard Vertical
Keterangan :
Scene : adegan (nomor scene dan nama adegan).
Background : gambar latar (nama lokasi tempat
dilakukannya shooting).
Durasi : perkiraan masa atau waktu adegan berlangsung
(menit dan detik)
Dialog : naskah percakapan antarpemeran (ringkasan
dialog).
Angle : sudut pengambilan gambar (nama pengambilan
maupun teknik, contohnya : human eye, frog eye, long shot,
medium shot, dan close up).
Efek : efek visual yang diinginkan (nama efek yang akan
digunakan).
Catatan : penjelasan tambahan yang diperlukan
(keterangan tambahan yang diperlukan untuk memperjelas
maksud gambar).
16. Skenario produksi atau shooting script lebih ditujukan sebagai pedoman dalam
melakukan proses produksi. Skenario produksi atau shooting script dibuat untuk
dijadikan panduan seluruh tim teknis dan non teknis dalam melakukan proses
produksi, baik pada tahap produksi maupun pada tahap pascaproduksi. Bahasa yang
digunakan dalam membuat skenario produksi atau shooting script lebih bersifat
bahasa teknis sehingga skenario produksi atau shooting script ini tidak diberikan
secara khusus kepada seluruh pemeran. Seluruh tim produksi pada proses
perekaman gambar hingga penyuntingan harus sangat memahami maksud dan
tujuan yang ada dalam skenario produksi atau shooting script tersebut karena
skenario produksi ini juga dibuat berdasarkan konsep yang telah ditentukan
sebelumnya.
7. Skenario Produksi (shooting script)
17. Contoh shooting script : Keterangan :
In : awal mula tampilan visual
Black out : warna layar hitam pekat
Close up : petunjuk pengambilan gambar yang sangat
dekat
Caption : visual suasana penunjang situasi dan
emosional
Cut to : perpindahan visual
Long shot : petunjuk pengambilan gambar dari jarak
jauh
Zoom in : pergerakan kamera yang semakin mendekat
Pan left : pergerakan kamera ke arah kiri
Pan right : pergerakan kamera ke arah kanan
Music Backsound : musik latar
Fade in/Fade out : muncul dan silamnya gambar atau
suara secara halus.
18. Judul atau nama produk multimedia
Maksud dan tujuan program
Target pasar dan segmentasi program
Struktur proposal harus sesuai dengan ketentuan umum dalam pembuatan proposal. Proposal harus
menyajikan latar belakang serta maksud dan tujuan. Selain itu proposal juga harus menyajikan hal-hal
penting lainnya, yaitu sebagai berikut :
Judul harus membuat seseorang mampu mengilustrasikan dan membayangkan bentuk dan
keunggulan dari produk multimedia yang dibuat. Selain itu, judul juga harus mampu menjadi daya
tarik agar setiap orang merasa penasaran dan ingin melihatnya. Dalam proposal, juga harus
terdapat latar belakang, maksud, dan tujuan atas pemilihan judul.
Maksud dan tujuan yang terkandung dalam produk multimedia yang dibuat harus mampu membuat
setiap orang memberikan kepercayaan terhadap ketercapaian tujuan tersebut. Sudah tentu bahwa
tujuan yang ingin dicapai haruslah realistis dan sesuai dengan situasi yang berkembang pada saat
tersebut.
Target pasar merupakan hal penting dalam isi proposal karena target pasar merupakan penentuan
kepada siapa produk ini akan disajikan. Pada penentuan target pemasaran, kita juga harus mampu
meyakinkan setiap orang bahwa produk multimedia yang dibuat akan sangat diminati oleh khalayak
yang menjadi target pemasaran tersebut.
Jika target pemasaran yang ditentukan sangat potensial, sangat mungkin produk multimedia yang
dibuat akan sangat diminati dan bisa menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Dengan
penentuan target pemasaran ini, juga akan dapat dibuat pola dan strategi pemasaran yang sesuai
dengan khalayak yang menjadi targetnya.
b. Membuat Proposal
19. Rencana kerja
Menentukan tim kerja
Menentukan anggaran
Seperti pekerjaan yang membutuhkan waktu pengerjaan yang panjang pada umumnya, dalam
proses pembuatan produk multimedia juga sangat diperlukan perencanaan yang matang dan
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Dengan adanya rencana kerja, diharapkan mampu
mendeteksi kendala atau hambatan-hambatan yang akan terjadi sehingga dapat diatasi dengan
baik tanpa mengganggu jadwal yang telah ditentukan.
Penyusunan tim kerja yang telah disepakati pada pertemuan-pertemuan sebelumnya adalah hal
yang sangat penting. Dengan adanya penyusunan tim kerja, setiap anggota tim diharapkan
memahami dan melaksanakan tanggung jawab atas tugas yang harus dilakukan. Jika tim tidak
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar, proses produksi tidak akan sesuai
rencana kerja yang telah ditentukan.
Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam membuat hasil produk multimedia, akan
diperlukan pembiayaan untuk merealisasikannya. Kebutuhan biaya tersebut harus dapat dirinci
secara detail sehingga dapat dilakukan penekanan pada pembiayaan yang tidak perlu. Estimasi
atau perkiraan pembiayaan juga sangat diperlukan. Hal ini dapat menghindari adanya pengeluaran
yang dianggap tidak perlu atau juga menghindari terjadinya kekurangan biaya pada saat-saat akhir
penyelesaian produk multimedia.
b. Membuat Proposal
20. c. Pembuatan Sampel (prototype)
Untuk mencapai penyatuan visi dari seluruh tim (crew) yang terlibat, dibutuhkan sebuah sampel
(prototype). Tujuan dari pembuatan sampel adalah agar seluruh personil yang terlibat dapat
membayangkan dan membawa imajinasi pada satu pemikiran yang sama sehingga bentuk dari hasil
karya visual yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan konsep yang diinginkan.
d. Menyiapkan rancangan desain
Berdasarkan skenario yang telah disusun, akan terlihat dan terbayangkan konsep desain yang
dibutuhkan. Konsep desain yang dibutuhkan bukan hanya visual grafis semata, melainkan juga
dibutuhkannya efek-efek visual dan konsep desain arsitektural. Selain itu, juga dibutuhkan efek-efek
audio untuk mendukung tampilan secara visual sehingga dihasilkan karya visual yang sangat menarik.
e. Persiapan Proses Produksi
Persiapan proses produksi merupakan hal terakhir yang dilakukan dalam tahap praproduksi. persiapan
proses produksi dilakukan dengan finalisasi pembuatan konsep dan alur cerita. Selain itu, finalisasi daftar
peralatan juga diperlukan, baik electronic news gathering (ENG) maupun electronic field production
(EFP). Electronic news gathering (ENG) merupakan peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi
sederhana dengan jumlah personil yang terlibat relatif sedikit dan pembiayaan yang kecil. Sedangkan,
electronic field iroduction (EFP) adalah sebuah proses produksi yang membutuhkan peralatan yang
sangat kompleks dengan jumlah keterlibatan personil yang cukup banyak serta membutuhkan biaya
yang sangat besar.
21. 2. Tahapan Produksi (Production)
Produser (Producer)
Produser Eksekutif (Executive Producer)
Tahap produksi merupakan kegiatan implementasi dari segala yang tertuang dalam
skenario. Aktivitas yang dilakukan, diantaranya pengambilan gambar, baik di dalam
ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) atau jika memungkinkan
gabungan antara keduanya. Dalam melakukan proses produksi, sangat diperlukan
konsentrasi dan kesiapan stamina yang sangat memadai. Hal ini disebabkan karena
kegiatan ini akan memakan waktu yang sangat panjang dan maraton dari satu lokasi
ke lokasi lainnya.
Tahap produksi juga sangat banyak melibatkan personil dalam proses dan
aktivitasnya. Personil-personil yang dibutuhkan meliputi nontechnical production
personnel dan technical production personnel. Bagian yang termasuk dalam
nontechnical production personnel, diantaranya sebagai berikut :
Produser adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
seluruh tahapan produksi, mulai dari tahap praproduksi hingga pascaproduksi.
Selain itu, produser juga bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
diciptakannya produk multimedia tersebut.
Produser eksekutif adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap dua atau
beberapa produk multimedia yang mungkin saja prosesnya berjalan bersamaan.
Seorang eksekutif produser harus mampu mengatur anggaran dan
mengkoordinasi seluruh unsur yang terlibat, baik tim produksi, pemeran, klien,
maupun agen periklanan untuk kebutuhan pemasaran.
22. 2. Tahapan Produksi (Production)
Manajer Produksi (Production Manager)
Asisten Produksi (Production Assistant)
Sutradara (Director)
Asisten Sutradara (Assistant Director)
Manajer Area (Floor Manager)
Manajer produksi adalah seseorang yang bertanggung jawab melakukan
koordinasi pada tim kerja selama berlangsungnya tahap produksi. Selain itu,
manajer produksi juga bertanggung jawab terhadap ketersediaan dan
penggunaan peralatan yang dibutuhkan.
Asisten produksi adalah seseorang yang bertugas menjadi asisten produser dan
sutradara yang dapat memberikan catatan atau rekomendasi kepada produser
ataupun sutradara jika diperlukannya sebuah penyempurnaan program, gambar
ataupun adegan.
Sutradara adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
dari seluruh adegan. Sutradara mampu menerjemahkan naskah atau skenario
yang menjadi landasan produksi sehingga terciptanya sebuah produk multimedia
yang efektif dalam menyampaikan pesan yang terkandung di dalamnya.
Asisten sutradara adalah seseorang yang bertanggung jawab membantu tugas
sutradara selama berlangsungnya proses produksi.
Manager area adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap seluruh
aktivitas yang berlangsung di dalam area pengambilan gambar (shooting). Tugas
lain dari seorang floor manager adalah mampu mengkoordinasi seluruh pemeran
dalam menyampaikan arahan dari sutradara.
23. 2. Tahapan Produksi (Production)
Direktur Teknik (Technical Director)
Juru Kamera (Camera Person)
Sinematografer (Director of Photography)
Penata Cahaya (Lighting Director)
Operator Audio (Sound Engineer)
Operator Perekam Gambar (Video Record Operator)
Sementara itu, personil-personil yang termasuk dalam technical production personnel,
diantaranya sebagai berikut :
Direktur teknik adalah seseorang yang memiliki tugas dan bertanggung jawab
melakukan pengintegrasian gambar (switching)
Juru kamera adalah seseorang yang bertanggungjawab mengoperasikan kamera
dalam proses pengambilan gambar sesuai dengan arahan dari sutradara.
Sinematografer adalah seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab
mengoperasikan kamera electronic field production (EFP) serta bertanggung jawab
terhadap pengaturan intensitas cahaya (lighting).
Penata cahaya adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap penataan
cahaya (lighting) pada saat pengambilan gambar (shooting).
Operator audio adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap operasional
seluruh perlengkapan audio yang digunakan sekaligus mengontrol kualitas suara
pada saat berlangsungnya pengambilan gambar (shooting).
Operator perekam gambar adalah seseorang yang memiliki tugas dan tanggung
jawab melakukan perekaman gambar serta menjaga kualitas hasil rekaman
gambar.
24. 2. Tahapan Produksi (Production)
Penyunting Gambar (Video Editor)
Penata Grafis (Graphic Artist)
Penata Suara (Sound Designer)
Penyunting gambar adalah seseorang yang bertanggung jawab melakukan
penyuntingan gambar hasil pengambilan gambar (shooting).
Penata grafis adalah seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab
membangun sebuah tampilan, seperti grafis, teks, gambar latar (background),
serta memberikan efek-efek tertentu sesuai naskah atau skenario.
Penata suara adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pembuatan lagu
tema, musik latar, dan efek suara yang dibutuhkan sehingga tercipta sebuah karya
audio visual yang menarik.
25. 3. Tahapan Pascaproduksi (Postproduction)
Penyuntingan gambar (editing)
Penambahan teks (titling)
Pemberian grafis visual (visual graphic)
Pembuatan animasi dan efek visual (animation and visual effect)
Pembuatan musik latar (backsound)
Pemberian efek audio (sound effect)
Pembuatan narasi (audio dubbing)
Proses rendering dan pengemasan (rendering and packaging)
Tahap pascaproduksi (postproduction) merupakan tahapan akhir dalam sebuah rangkaian proses pembuatan
produk multimedia. Pada tahap ini, dilakukan finalisasi (finishing) dari seluruh pekerjaan yang meliputi proses-proses
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Proses awal dalam tahap postproduction, yaitu melakukan proses penyuntingan gambar atau editing, baik offline
maupun online. Offline editing adalah suatu proses hasil pengambilan gambar disusun secara kasar berdasarkan
catatan pengambilan gambar, nomor gambar, atau time code (nomor kode) gambar. Time code berupa angka yang
menunjukkan waktu dan durasi yang ada pada gambar. Aktivitas yang biasa dilakukan dalam offline editing adalah
proses capture dan cut to cut. Sedangkan, online editing adalah suatu proses penyuntingan gambar berdasarkan
naskah atau storyboard yang telah dibuat.
Potongan-potongan gambar yang telah tersusun disambung menggunakan transisi, sesuai dengan durasi yang ada
pada naskah atau storyboard. Pada proses ini juga dilakukan pemberian efek visual yang juga disesuaikan dengan
naskah atau storyboard yang telah dibuat serta dilakukan proses sinkronisasi audio dan gambar sehingga musik
latar juga memperkaya tampilan visual yang diciptakan. Aktivitas yang biasa dilakukan dalam online editing,
diantaranya compositing, motion graphic, visual effects, color grading, music and sound fx, titling dan 3D animation.
Proses terakhir adalah rendering yang merupakan sebuah proses transformasi dari sebuah proses kerja
penyusunan gambar menjadi sebuah hasil dalam satu format data tertentu. Hasil karya visual dalam format data
video yang telah selesai dapat dilihat dan dinikmati melalui media apapun.