Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment/EIA) adalah proses sistematis untuk mengevaluasi potensi dampak suatu proyek, kebijakan, atau kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola dampak-dampak tersebut agar dapat mengurangi atau menghindari kerusakan lingkungan.
1. I - 1
1.1. Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik PDAM Giri
Tirta Kab. Gresik ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat di
Kabupaten Gresik. Selain peningkatan pelayanan air bersih bagi masyarakat, adanya pemenuhan
kebutuhan air bersih baik untuk masyarakat ataupun untuk kegiatan di sektor industri, pelabuhan,
dan kegiatan ekonomi lainnya ini diharapkan dapat menunjang serta meningkatkan kegiatan
perekonomian di Kabupaten Gresik. Kegiatan tersebut tentunya juga dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari adanya investor yang masuk ke Kabupaten Gresik karena
meningkatnya pelayanan air bersih dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di
Kabupaten Gresik. Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000
Liter/detik PDAM Giri Tirta Kab. Gresik ini berlokasi di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik,
Kab. Gresik.
Rencana luasan lahan yang akan digunakan untuk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik ini adalah 53.000 m2
dan dilengkapi dengan jaringan perpipaan
air bersih sepanjang ±42,6 km. Pelaksanaan kegiatan ini telah mendapatkan Surat dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor HK.02.03-Mn/924 Tanggal 15 September 2017
tentang Penjelasan ALokasi Air Baku untuk SPAM di Bendung Gerak Sembayat.
Pembangunan dan lingkungan merupakan dua hal yang harus dikelola secara beriringan dan tidak
dapat dipertentangkan. Pembangunan berada di dalam suatu lingkungan hidup sehingga
keberlanjutannya memerlukan dukungan dari lingkungannya. Tanpa dukungan dari lingkungannya
maka pembangunan tidak akan dapat berkelanjutan, sehingga setiap dampak yang timbul dari
pembangunan harus dapat dikelola dengan baik demi tercapainya manfaat yang optimum. Dalam
rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup agar tetap dapat mendukung kehidupan masa
kini dan masa mendatang serta melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka Pemerintah membuat instrumen pengelolaan lingkungan berupa UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB I
PENDAHULUAN
2. I - 2
1.1.1. Rencana Usaha/Kegiatan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik direncanakan
akan dibangun di Kec. Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik dengan luas area yang
digunakan seluas ± 53.000 m2
sesuai. Pada kondisi saat ini masih lahan kosong pada rencana lokasi
kegiatan.
Secara administratif, lokasi rencana kegiatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih berada
di Desa Mojopuro Gede, Kecamatan Bungah, sedangkan untuk bangunan reservoir berada di
Kecamatan Manyar. Batas-batas fisik lokasi rencana kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
• Sebelah utara : Desa Padangbandung
• Sebelah selatan : Desa Sidorejo
• Sebelah barat : Sungai Bengawan Solo
• Sebelah timur : Desa Gawerejo
Pemanfaatan lahan di dalam Area Sistem Penyediaan Air Minum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1. Rencana Pemanfaatan Lahan Area Sistem Penyediaan Air Minum
No. Jenis Bangunan Luas (m2) Prosentase (%)
A. INTAKE
1 Bangunan Intake 388,44 0,733%
2 Channel Baru 69,00 0,130%
3 Chamber 21,16 0,040%
4 Box Valve 23,12 0,044%
5 Pos Jaga 30,00 0,057%
6 Operator Building 100,00 0,189%
7 Panel Room 15,00 0,028%
8 Ruang Terbuka 2.353,28 4,440%
B. INSTALASI PENGOLAHAN AIR
1 Pre- Sedimentation 1.244,08 2,347%
2 Flocculation Basin 466,01 0,879%
3 Clarifier 693,00 1,308%
4 Gravity Sand Filter 1.211,28 2,285%
5 Bak Pengumpul 486,64 0,918%
6 Backwash Drain Basin 407,64 0,769%
7 Distribution Pump Room 209,09 0,395%
8 Chemical Shelter 178,75 0,337%
9 Chlorine Building 150,00 0,283%
3. I - 3
10 Office & Control Building 167,43 0,316%
11 Power & Electrical Building 375,00 0,708%
12 Warehouse 150,00 0,283%
No. Jenis Bangunan Luas (m2) Prosentase (%)
13 Gardu PLN 35,00 0,066%
14 Security House 60,00 0,113%
15 Sludge Driying Bed 758,81 1,432%
16 Sludge Basin 112,50 0,212%
17 Ruang Terbuka Hijau
(RTH)/ Buffer Zone
6.360,00 12,00%
18 Ruang Terbuka 21.934,77 41,386%
C. RESERVOIR MANYAR
1 Bangunan Reservoir 2.486,00 4,691%
2 Pos Jaga 30,00 0,057%
3 Ruang Operator,
Workshop dan Sistem
Penyediaan Air Minum
Peralatan
250,00 0,472%
4 Ruang Genset, Rumah
Trafo dan Panel Cubicle
150,00 0,283%
5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)/
Buffer Zone
5.724,00 10,800%
6 Ruang Terbuka 6.360,00 12,00%
Total Luas Lahan 53.000,00 100,000%
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
Debit Rencana Pengolahan Air
Pembangunan SPAM bagi keempat kecamatan ini akan dilakukan melalui pembangunan IPA
Mojopuro Gede kapasitas 1000 liter/detik. Sumber air baku direncanakan akan memanfaatkan
Sungai Bengawan Solo, dengan intake berada pada bagian hulu dari lokasi rencana Bendung Gerak
Sembayat (BGS) di Desa Sidomukti. PDAM Giri Tirta Kabupaten Gresik sudah mendapatkan Surat
Rekomendasi dari Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR nomor HK.02.03-Mn/924 tanggal 13
September 2017 perihal Penjelasan Alokasi Air Baku untuk SPAM di Bendung Gerak Sembayat,
Sedangkan Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Baku
(SIPPA) sebesar 1.100 liter/detik akan diproses pengurusannya oleh PDAM.
Tabel 1.2. Jumlah dan Jenis Bahan Baku & Bahan Penolong yang Dibutuhkan per Bulan
4. I - 4
No Jenis Bahan
Jumlah
(/Bulan)
Bentuk Fisik
(Padat/Cair/
Gas/Lainnya)
Sifat Bahan
Asal Bahan
(DN/Impor)
Cara Penyimpanan
1 PAC 90.576 kg Cair - Larut di
dalam air
- pH : 2-4
- Bewarna
putih keruh -
Secara perlahan
dapat merusak
logam - Bereaksi
dengan kalsium
hypochlorite,
asam, dan alkali
DN - Menggunakan
tangki baja, FRP, atau
plastik.
- Simpan dalam
ruanagn jauh dari panas
langsung atau sinar
matahari (pada suhu di
bawah 40 °C - Lantai
tempat
penyimpananharus tidak
mudah terbakar
dan tahan korosi
No Jenis Bahan
Jumlah
(/Bulan)
Bentuk Fisik
(Padat/Cair/
Gas/Lainnya)
Sifat Bahan
Asal Bahan
(DN/Impor)
Cara Penyimpanan
2 Koagulant aid
(polymer)
908 kg Cair - Tidak
berwarna -
Merupakan
senyawa yang
stabil
DN - Simpan pada
suhu di dibawah 35 C
- Simpan dalan
wadah tertutup
- Jauhkan dari
sumber
api
3 Gas klorin 14.400 kg gas - pH 14 - Dalam
cairan bewarna
kunig - Tidak
mudah terbakar
- Larut dalam
alkali, alkohol,
dan klorida
DN - Simpan pada
wadah tertutup dengan
ventilasi ruangan yang
baik
- Tabung chlorine
harus disimpan tegak,
dengan tutup pelindung
katup terpasang erat. -
Temperatur tempat
penyimpanan tidak
boleh lebih dari 52 °C
4 NaOH 31.104 kg liquid DN - Simpan pada
tempat sejuk kering, dan
berventilasi baik
- Tempat
penyimpanan terbuat
dari bahan yang tahan
korosi. - Tangki
penyimpanan berbahan
FRP atau baja.
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
Tabel 1.3. Unit-Unit Pengolahan Air yang Direncanakan dan Spesifikasinya
No. Kriteria/ Pertimbangan dalam
Desain
Uraian/ Penjelasan/ Justifikasi Teknis
1.
Presedimentation Tank Presedimentation Tank didesain dengan tipe Lamella – Rectangular
Tank dimensi panjang 20 m, lebar 20 m, dan kedalaman total 7 m,
sejumlah 2 (dua) unit, dengan waktu detensi 1,11 jam. Pada unit ini,
5. I - 5
ditambahkan pembubuhan polimer untuk membantu proses
sedimentasi.
2.
Coagulation Tank Coagulation Tank didesain dengan sistem terjunan hidrolis (hydrolis
mixing) dengan dimensi lebar channel 3 m, tinggi jatuhan 1,3 m dan
kedalaman total 2 m, sejumlah 1 (satu) unit. Desain Kecepatan dalam
channel 0,6 m/s.
3.
Flocculation Basin Flocculation Basin didesain dengan tipe baffle tank dengan dimensi
tiap unit yaitu panjang 10 m, lebar 6 m, dan ketinggian 5 m, sejumlah
4 (empat) unit. Desain hydraulic retention time yaitu 15,5 menit
4.
Sedimentation Tank Sedimentation Tank didesain dengan dimensi tiap unit yaitu panjang
14,5 m, lebar 10 m, dan ketinggian 5 m, sejumlah 4 (empat) unit.
Basic Loading Rate didesain sebesar 173,1 m3/m2.hari. Jarak antar
plate settler yaitu 50 mm dengan inclined angle 55O.
5.
Rapid Sand Filter Rapid Sand Filter tipe Gravity Sand Filter didesain dengan jumlah filter
ada 8 (delapan) unit dan tiap unit terdiri dari 2 sel filter. Dimensi
setiap sel filter adalah panjang 7,65 m, lebar 3,75 m dan ketinggian
4,5 m. Nilai filtration rate di desain sebesar 9,0 m3/m2.jam
6.
Chlorination Chlorination didesain dengan injeksi gas chlorine kadar 100 %, dengan
dosis pre-chlor 3 ppm dan dosis post-chlor 2 ppm.
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
Tabel 1.4. Wilayah Administrasi yang Dilewati Jalur Pipa Transmisi dan Pipa Distribusi serta
Lokasi Intake, IPA, Reservoir serta Kegiatan Lainnya
No. Jenis Bangunan/Kegiatan Nama Desa Nama Kecamatan
1 Lokasi Intake Sidomukti Bungah
2 Lokasi IPA Mojopuro Gede Bungah
3 Jalur Transmisi IPA-Reservoir Manyar Sidomukti
Mojopuro Gede
Mojopuro Wetan
Mlirang
Masangan
Bungah
Sukowati
Sidorejo
Sembayat
Banyuwangi
Betoyoguci
Betoyo Kauman
Gumeno
Manyar Rejo
Bungah
Bungah
Bungah
Bungah
Bungah
Bungah
Bungah
Bungah
Manyar
Manyar
Manyar
Manyar
Manyar
Manyar
6. I - 6
4 Jalur Distribusi Reservoir Manyar – Penerima Manyar Sidomukti
Sukomulyo
Tlogo Pojok
Lumpur
Sukodono
Kroman
Manyar
Manyar
Gresik
Gresik
Gresik
Gresik
No. Jenis Bangunan/Kegiatan Nama Desa Nama Kecamatan
Pekelingan
Kemuteran
kebungson
Gresik
Gresik
Gresik
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
Tabel 1.5. Jalan yang Dilalui Pipa Transmisi
No Nama Jalan
1 Jl. Raya Mojopuron Gede
2 Jl. Raya Bungah Dukun
3 Jl. Raya Bungah
4 Jl. Raya Pendopo
5 Jl. Raya Manyar
6 Jl. Raya Embong Baru
7 Jl. Raya Sembayat
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
Tabel 1.6. Jembatan Pipa yang Diperlukan untuk Pipa Transmisi
No Jembatan
1 J. Sembayat
2 J. Tambak Ombo
3 J. Manyar
4 J. Sukomulyo 1
5 J. Sukomulyo 2
6 J. Jl Raya Romo
7 J. Jl Gubernur Suryo
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
1.1.2. Komponen Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak
Proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik meliputi 3
tahapan kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi.
- Kegiatan di Tahap Pra-Konstruksi
Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap pra-konstruksi Proyek Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Perijinan
7. I - 7
Sebelum proyek berjalan dilakukan pengurusan perijinan untuk lahan yang akan digunakan
sebagai daerah proyek. Perijinan bertujuan untuk mendapatkan dasar hukum yang
diperlukan terkait dengan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik.
Perizinan lain yang diperlukan antara lain adalah:
Izin Lokasi/ Izin Pemanfaatan Ruang
Izin Lingkungan
IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
2. Sosialisasi Proyek
Pada kegiatan ini akan dilaksanakan sosialisasi proyek yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan mengenai detail rencana kegiatan proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik kepada masyarakat yang ada di sekitar lokasi
proyek sebelum kegiatan konstruksi dimulai.
- Kegiatan di Tahap Konstruksi
Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap konstruksi proyek Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara
Total tenaga kerja yang akan dibutuhkan dalam tahap konstruksi relatif besar jumlahnya yaitu
± 65 orang (30 orang untuk pembangunan jaringan pipa transmisi dan 35 orang untuk
pembangunan IPA), dimana para pekerja terdiri dari tenaga ahli dan pekerja yang tidak
membutuhkan keahlian tertentu (tukang gali dll). Tenaga yang tidak membutuhkan keahlian
khusus akan diprioritaskan dari warga yang tinggal di sekitar kawasan proyek khususnya
warga setempat untuk mencegah terjadinya keresahan masyarakat dan meningkatkan
kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Berikut ini adalah prakiraan jumlah tenaga kerja
pada setiap spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi:
Site Manager : 2 orang
Ahli Staf Administrasi : 2 orang
Civil Engineer : 4 orang
Werlder : 4 orang
Mekanik/Elektrik : 10 orang
Tukang Bangun/Gali : 35 orang
Logistik : 2 orang
Keamanan dan Kebersihan : 6 orang
8. I - 8
TOTAL : 65 orang
2. Mobilisasi Peralatan dan Material
Kegiatan mobilisasi peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan proyek meliputi: kendaraan
angkut (dump truck), excavator, bulldozer, vibro roller dan peralatan lain yang
dibutuhkan. Kegiatan ini dilakukan di malam hari secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
selama pelaksanaan konstruksi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya
gangguan kenyamanan baik lalu lintas maupun lingkungan sekitar. Beberapa alat yang
rencananya akan digunakan pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.7. Jenis Peralatan Kegiatan Konstruksi
No Jenis Alat Jumlah
1 - Excavator 2
2 - Bulldozer 2
3 - Dump Truck 10
4 - Vibro Roller 1
5 - Concrete Pump 1
6 - Mobile Crane 1
7 - Peralatan Las 5
Kegiatan ini juga meliputi pengadaan material seperti, baja, semen, pasir, batu pecah, dan
lain sebagainya untuk keperluan konstruksi dari tempat supplier (Kab. Gresik, dan sekitarnya)
atau dari stockyard menuju ke lokasi proyek. Material diangkut dengan truck dan dump
truck sesuai jenisnya dari tempat asal material ke lokasi proyek yang dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan material. Pada tahap kegiatan ini juga dilakukan
pengangkutan material sisa yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan menuju lokasi
pembuangan. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini akan dilaksanakan di luar jam
sibuk pagi (06.00 – 09.00 WIB) dan sore (15.00 – 18.00 WIB) dimana kondisi jalan tidak terlalu
padat untuk menghindari terjadinya penurunan kinerja jalan. Jenis kendaraan pengangkut
juga wajib disesuaikan dengan kelas jalan.
3. Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa
a. Pembangunan Struktur Bangunan Instalasi Pengolahan Air dan Reservoir
Kegiatan ini berupa pembangunan bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan reservoir
beserta fasilitasnya.
9. I - 9
Kegiatan pembangunan struktur dimulai dari kegiatan penyiapan lahan yang terdiri dari
kegiatan pemotongan tanaman yang terdapat di dalam lokasi, pengurugan tanah untuk
peninggian elevasi lokasi dengan menggunakan alat berat berupa buldozer dan vibro
roller.
Kegiatan pembuatan pondasi bangunan dengan kedalaman dan jenis pondasi yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan berdasarkan hasil tes lapangan. Kemudian dilakukan
kegiatan pengecoran pondasi dan bangunan dari intake, IPA, dan reservoir dengan
menggunakan concrete pump dan dibantu mobile crane serta pekerjaan lain yang
termasuk pekerjaan struktur seperti pemasangan rangka atap yang terdiri dari pasangan
baja sesuai perencanaan.
Terdapat beberapa fasilitas penunjang (utilitas) yang akan dibangun. Jenis fasilitas
penunjang yang akan dibangun tersebut antara lain adalah jalan akses, sistem pengelolaan
air limbah, sistem penanganan kebakaran, sistem penyediaan listrik, sistem pengelolaan
sampah, dan fasilitas lainnya.
Sedangkan untuk kegiatan finishing meliputi tahap penyelesaian kelengkapan fasilitas
bangunan yang berada dalam area lokasi kegiatan dengan melakukan pemasangan
instalasi listrik, penerangan, dan penyelesaian interior bagian dalam bangunan dan
kelengkapan infrastruktur lainnya.
b. Gambaran Umum Pemasangan Jaringan Pipa
Pada proyek pengembangan SPAM Gresik ini terdapat jaringan pipa transmisi air baku,
jaringan pipa transmisi air curah dan jaringan pipa distribusi utama. Pipa Transmisi Air
Baku berfungsi mengalirkan air dari intake menuju ke IPA Mojopuro Gede untuk diolah.
Air hasil olahan dari IPA kemudian ditransfer melalui Pipa Transmisi Air Curah menuju ke
Reservoir Manyar dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui Pipa Distribusi.
10. I - 10
Gambar 1.4. Jalur Rencana Pipa Transmisi dan Distribusi SPAM Gresik
Jenis Pipa Yang digunakan pada rencana jaringan transmisi adalah sebagai berikut:
- Steel pipe Ø 1000 mm, t=10 mm, dengan inner coating cement lining dan outer coating
aspal enamel. Pipa baja diameter 1000 mm digunakan pada unit pipa transmisi air baku
dari Intake ke IPA
- Steel pipe Ø 1100 mm, t=10 mm, dengan inner coating cement lining dan outer coating
aspal enamel. Pipa baja diameter 1100 mm digunakan pada unit pipa transmisi air
curah dari IPA ke Reservoir Manyar
- HDPE SDR 17 PN 10 Ø 630 mm - Ø 225 mm. Pipa HDPE digunakan pada unit jaringan
pipa distribusi utama (JDU).
Untuk mempermudah pengerjaan dilapangan dilakukan pembagian zoning pekerjaan
untuk pelaksanaan pekerjaan, dapat dibagi sesuai dengan denah sebagai berikut:
11. I - 11
Gambar 1.5. Pembagian Zoning Pekerjaan Jalur Pipa Transmisi dan Distribusi SPAM Gresik
Keterangan:
Untuk pengerjaan pipa steel dibagi menjadi 2 Zona yaitu Zona 1 dan Zona 2. Zona 1
merupakan pipa transmisi mulai dari Jalan Raya Mojopurogede sampai dengan Jalan
Raya Bungah Dukun menuju persimpangan jalan nasional.
Sedangkan Zona 2 merupakan jalur transmisi yang melewati jalan nasional. Pengerjaan
pemasangan pipa transmisi di Zona 2 ini memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Selain berada pada Jalan Nasional yang sangat ramai, jalur ini juga berseberangan
dengan jalur pipa gas milik PGN. Di jalur ini diperlukan manajemen lalu lintas dan
manajemen K3 yang tinggi.
Untuk pipa HDPE untuk jalur distribusi dibagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona 3 & Zona
4. Pada Zona 3 ini sebagian besar pemasangan dilakukan di Kawasan Industri.
Sedangkan Zona 4 merupakan jalur pipa distribusi yang menuju ke ke kota Gresik
Sebelum melakukan pembangunan jaringan pipa transmisi dan distribusi utama, dilakukan
survey terlebih dahulu terhadap jalan eksisting yang akan digunakan sebagai jalur pipa
serta mulai memitigasi hal –hal yang dapat menghambat pekerjaan untuk mengurangi
risiko dan dampak yang diakibatkan oleh pemasangan pipa trasnmisi dan distribusi.
12. I - 12
Selain melakukan survey lapangan juga dilakukan pengumpulan data sekunder untuk
memastikan bahwa pemasangan pipa transmisi tidak menimbulkan risiko terhadap pipa
gas eksisting. Berdasarkan pengumpulan data tersebut menunjukan bahwa jalur pipa gas
PGN berdampingan dengan jalur pipa transmisi mulai dari persimpangan Jl Tol Surabaya –
Gresik sampai dengan persimpangan Jalan Nasional Tuban – Gresik dengan Jalan Raya
Bungah.
Sehingga dalam pembangunan pipa transmisi ini direncanakan letak posisi galian pipa
berada berseberangan dengan jalur pipa gas. Jalur pipa gas berada pada sisi sebelah kanan
(Arah dari Bungah menuju Manyar), sedangkan pipa transmisi berada di sebelah kiri.
Selanjutnya juga dilakukan survey terhadap jalur pipa distribusi untuk mengidentifikasi
metode pemasangan pipa yang cocok untuk tiap lokasi.
c. Metode Kerja Pemasangan Pipa
Gambar 1.6. Flowchart Pekerjaan Pemasangan Pipa Transmisi dan Distribusi
Metode kerja dengan galian terbuka (Open Cut)
Pemasangan pipa dengan metode galian terbuka akan terlebih dahulu melakukan
penggalian tanah di atas struktur pipa untuk mengerjakan jaringan pipa di bawah
tanah.
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan untuk menyediakan berbagai kebutuhan proyek
sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Pekerjaan persiapan sebagai berikut:
- Melakukan pengukuran dan pemasangan patok galian sesuai dengan yang
disebutkan dalam gambar rencana.
13. I - 13
- Melakukan investigasi tanah pada jalur pipa untuk mengetahui karakter tanah
dan kadar air.
- Memasang papan nama proyek, papan tanda, dan papan informasi.
- Mempersiapkan Traffic Management Plan & peralatan pendukung untuk
sekitar area kerja dan berkordinasi dengan instansi/pihak terkait serta
sosialisasi dengan warga sekitar.
- Melakukan mobilisasi alat ke lokasi yang galian yang direncanakan.
Pembangunan direksi keet dan gudang peralatan sementara
Direksi keet dan gudang dibangun sebagai tempat sarana kebutuhan kantor
proyek dan tempat penyimpanan berbagai peralatan pendukung, spareparts,
tools, obat-obatan, dan lain-lain.
Pembongkaran lapisan permukaan
Sebelum penggalian semua material yang ada pada lapisan permukaan
dibongkar dan dikumpulkan untuk digunakan pada proses pemugaran nantinya.
Pekerjaan galian
Pekerjaan galian terdiri dari penggalian dan pengambilan semua bahan sisa dan
diangkut yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu dan yang dapat digali dan
diambil dengan menggunakan peralatan konvensional bergerak tanpa perlu
dilakukan pengeboran dan peledakan atau dapat menggunakan excavator
dengan vibro hammer apabila diperlukan.
- Perlindungan pada struktur yang sudah ada
Penggalian menggunakan tangan dilakukan untuk melindungi struktur yang
sudah ada, fasilitas-fasilitas, tiang-tiang, pohon-pohon, atau trotoar. Pada
batas area jalur bahan bakar dan gas di bawah tanah serta di atas tanah yang
sudah ada, tenaga kerja diberikan peringatan terlebih dahulu untuk
menghindari putusnya, ganguan atau kerusakan lainnya pada jalur dan
fasilitas tersebut.
- Penggalian lahan
Lahan digali sehingga pipa bisa diletakkan pada jajaran dan kedalaman yang
diperlukan, dan lahan itu bisa digali sepanjang pipa yang akan diletakkan
sesuai kebutuhan.
14. I - 14
- Lebar dan dalam galian
Lebar dan dalam galian disesuaikan dengan kebutuhan untuk meletakkan dan
menggabungkan pipa sesuai ketentuan, serta pengurugan dan pemadatan
sesuai ketentuan.
- Potongan soket dan flange
Potongan digali pada tiap batang agar bisa menyelesaikan pekerjaan
sambungan dengan baik.
- Panjang dari penggalian terbuka
Galian untuk tiap kru pemasangan pipa tidak boleh lebih dari yang telah
ditentukan oleh Dinas terkait dan konsultan pengawas
- Penggalian parit dan pembersihan pipa
Parit digali pada kedalaman tertentu sehingga menghasilkan penopang dan
bantalan yang sama dan berkesinambungan untuk pipa pada tanah yang
keras dan tidak terganggu pada tiap permukaan antara sambungan soket
atau flange.
- Penggalian pada tanah yang buruk
Bagian bawah galian pada sub-level yang tidak stabil atau terdapat material-
material yang tidak sesuai dikumpulkan pada tempat khusus, dan dibuang ke
TPS atas keputusan konsultan pengawas.
- Penopangan dan pemasangan pelat
Lobang galian ditopang dan dipelat agar tidak runtuh, sehingga para pekerja
bisa bekerja dengan selamat, selain itu juga menjaga keselamatan permukaan
jalan dan struktur lain.
- Penyimpanan material galian
Pekerjaan dilakukan sesuai jadwal pekerjaan yang telah ditentukan sehingga
tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan.
Pemasangan pipa dan aksesoris kelengkapan pipa
15. I - 15
Peralatan dan perlengkapan disediakan dan dirawat dengan baik untuk proses
penanganan dan peletakan pipa, valve dan fitting.
- Penurunan material pipa
Semua pipa, fitting, dan valve diturunkan satu persatu ke dalam lubang galian
(parit) secara hati-hati dan secara manual agar tidak terjadi kerusakan pada
material tersebut.
- Peletakan pipa
Semua tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah material asing masuk
ke dalam pipa ketika sedang ditempatkan pada jalur.
- Penyambungan pipa
Penyambungan pipa dilakukan dengan pengelasan. Terdapat 2 metode pada
pengelasan pipa, yaitu 5G & 6G. Dimana kedua metode ini dibedakan
berdasarkan posisi benda kerja / material pipa yang akan disambung yaitu
mendatar (5G) dan miring (6G).
- Pemeriksaan hasil penyambungan las
Setelah material pipa telah selesai disambungkan dilanjutkan pengecekan
kualitas pemasangan sesuai prosedur pengendalian mutu oleh team QA/QC
untuk memastikan bahwa hasil persiapan hingga pemasangan sesuai dengan
prosedur terkait.
- Coating hasil pengelasan
Setelah sambungan pipa dinyatakan sesuai spesifikasi teknis dilanjutkan
dengan persiapan coating hasil pengelasan.
- Pemotongan pipa
Pemotongan pipa dilakukan untuk memasang Tee atau valve serta
menghasilkan ujung yang rapi dan sudut yang tepat pada proses pipa.
- Pengujian Jaringan Pipa (Commissioning)
Setelah pemasangan jaringan pipa selesai, termasuk pipa saluran air, valve,
persilangan dan fitting, jalur pipa diuji untuk tes tekanan hidrostatis dan tes
kebocoran (pengujian pada sambungan dan tes tekanan).
16. I - 16
- Pembilasan pipa
Semua pipa dibersihkan dengan membilas cabang saluran air, dimulai dari
bagian hulu kemudian secara bertahap menuju ke bagian hilir. Perbaikan pipa
dilakukan terhadap semua kebocoran yang ditemukanpada saat membilas.
Pengurugan dan pemadatan, meliputi:
- Material pengurugan
- Peralatan pengurugan
- Pengurugan parit
Perbaikan bekas galian
Metode HDD pada pekerjaan pipa HDPE
Horizontal Directional Drilled adalah metode konstruksi tanpa galian terbuka yaitu
menggunakan mesin bor dan dikombinasikan dengan teknik pembesaran lubang.
Pemasangan pipa dengan sistem Horizontal Directional Drilled adalah suatu teknik
dalam pemasangan pipa di dalam tanah dengan melubangi dengan mesin bor melalui
sebuah lubang masuk (Entry Point) sampai pada lubang keluar (Exit Point). Pada
Proyek SPAM Gresik pemasangan pipa HDPE menggunakan metode HDD
dilaksanakan pada jalur crossing dengan sungai.
Gambar 1.7. Flowchart Pekerjaan Pemasangan Pipa HDPE dengan Metode HDD
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi pengukuran dan pemasangan patok, investigasi
tanah, dan mobilisasi alat.
17. I - 17
Pembangunan direksi keet dan gudang peralatan sementara
Direksi keet dan gudang dibangun sebagai tempat sarana kebutuhan kantor
proyek dan tempat penyimpanan berbagai peralatan pendukung, spareparts,
tools, obat-obatan, dan lain-lain.
Pengadaan material accesoris
Pipa yang datang dan seluruh material yang akan digunakan dalam konstruksi
harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari konsultan atau pemberi kerja
sebelum dibawa ke lapangan.
Persiapan area pengerjaan
Tim survey akan melakukan peninjauan kelokasi pekerjaan akan dilaksanakan
dan melakukan pendataan ulang kondisi di lokasi / lapangan untuk pemutakhiran
gambar (awal) asl idan memperbarui data/kondisi yang terjadi di lokasi
pekerjaan apabila terdapat perubahan.
Penyambungan pipa HDPE
- Pemeriksaan awal
- Sambungan percobaan
- Proses penyambungan
Pelaksanaan HDD
- Pilot boring (membuat lubang/ jalur pembuka), meliputi lotting/ mrking jalur
HDD dan setting mesin HDD.
- Pemasangan mata bor dan pemancar sinyal
- Pengeboran
- Pembesaran lubang boring(reaming)
- Penarikan pipa (pulling)
Manajemen lalu lintas, meliputi:
Rambu peringatan
Rambu kerja (rambu lalu lintas)
Traffic cone berlampu
Traffic cone
18. I - 18
Lampu darurat / emergency (flash light / blitz)
Petugas pengatur lalu lintas (flagmen)
Kendaraan pengangkut rambu
4. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan ini meliputi pengembalian kendaraan dan alat-alat berat setelah dipergunakan
selama kegiatan konstruksi berlangsung. Kegiatan demobilisasi peralatan ini akan
dilaksanakan pada jam-jam tertentu dimana kondisi jalan tidak terlalu padat untuk
menghindari terjadinya penurunan kinerja jalan.
5. Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara
Kegiatan ini dilakukan dengan mengurangi jumlah tenaga kerja lapangan secara bertahap
setelah berakhirnya proses konstruksi. Pengurangan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan
beban pekerjaan dan kebutuhan jumlah pekerja di tiap tahapnya. Pada awal perekrutan
tenaga kerja sementara telah dilakukan penjelasan mengenai rencana durasi kontrak untuk
meminimalkan terjadinya keresahan pada saat demobilisasi tenaga kerja sementara
dilaksanakan.
- Kegiatan di Tahap Operasi
Kegiatan yang dilaksanakan di dalam tahap operasi Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik diprakirakan sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja
Kegiatan pengoperasian IPA Mojopuro Gede akan memerlukan tenaga kerja sehingga perlu
dilakukan proses rekruitmen tenaga kerja. Jumlah total personil untuk Operasi dan
Perawatan adalah 35 orang. Jumlah personil dalam level manajemen berjumlah 7 orang
atau sebesar 20% yang terdiri dari Direktur, Manajer, dan Supervisor yang akan fokus di
bagian Operasi dan Perawatan serta seorang Manajer Proyek yang akan bertanggung jawab
terhadap progres pekerjaan konstruksi. Jumlah staf terbesar (15 orang, atau sebesar 49%
dari total personil BUP) berada pada bagian Operasi dikarenakan beban kerja yang paling
berat dibandungkan dengan unit lainnya. Jumlah staf di bagian Engineering dan Perawatan
berjumlah 3 orang atau sebesar 9% dari total seluruh personil, diikuti oleh bagian General
Affairs/SCM/Keuangan dengan jumlah staf 3 orang atau sebesar 9% yang membawahi OB,
driver dan security (7 orang, atau sebesar 20%).
19. I - 19
Ditinjau dari latar belakang pendidikan, staf dengan lulusan universitas (minimal S1) adalah
10 orang atau sekitar 29%, lulusan sekolah sarjana muda/diploma (minimal D3) adalah 18
orang (51%), dan lulusan sekolah menengah atas (SMA/SMK/STM) adalah mayoritas dengan
jumlah 7 orang atau 20%. Disamping pegawai tetap (staf) yang bersifat organik, BUP juga
akan merekrut sejumlah tenaga outsourcing sesuai dengan kebutuhan di lapangan,
misalnya sejumlah pekerja kasar (buruh) dibutuhkan untuk pembuangan/pengerukan
lumpur kering dari sludge dewatering. Para buruh ini akan dipekerjakan secara sementara
(temporary) sesuai dengan kebutuhan, sehingga jumlah buruh tidak dihitung dalam staf
organisasi BUP. Selain itu pula, outsourcing dapat juga digunakan oleh BUP untuk posisi
driver dan security.
Tabel 1.8. Rincian Tenaga Kerja Tahap Operasi
No. Klasifikai Pekerja
Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
L P Jml WNI WNA SMA/SMK D3
Min S1
1 Manajemen (direktur,
manajer, supervisor,
dan manajer proyek)
√ √ 7 √ - 7
2 Staf operasi √ √ 15 √ - 14 1
No. Klasifikai Pekerja
Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
L P Jml WNI WNA SMA/SMK D3
Min S1
3 Engineering dan
perawatan
√ 3 √ - 2 1
4 General
affairs/SCM/Keuangan
√ √ 3 √ - 2 1
5 Driver dan security √ 7 √ 7
Total 35 7 18 10
Sumber: Data Pemrakarsa, 2019
2. Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
Kegiatan pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum secara umum meliputi kegiatan :
• Pengolahan air baku menjadi air bersih dengan menggunakan Instalasi Pengolahan
Air
• Distribusi Air Bersih yang dihasilkan dari pengolahan dengan menggunakan IPA
Pengolahan Air Baku pada Instalasi Pengolahan Air
20. I - 20
Sumber air baku instalasi pengolahan air (IPA) Mojopuro berasal dari Sungai Bengawan
Solo. Proses pengolahan air di IPA meliputi 3 tahapan yaitu :
1. Tahap penghilangan unsur padatan dalam air dengan metode pengendapan dan
penyaringan.
2. Tahap penghilangan unsur kimia dan perbaikan kualitas air dengan proses presedimentasi,
koagulasi flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
3. Tahap penghilangan bakteri patogen atau desinfektan dengan pemberian bahan kimia
untuk membunuh mikroorganisme.
Secara umum proses pengolahan air baku pada instalasi pengolahan air (IPA) Mojopuro
Gede dapat dilihat pada gambar berikut.
23. I - 23
Proses pengolahan air baku di IPA Mojopuro Gede secara terperinci adalah sebagai berikut :
Intake
Bangunan penyadap atau intake berfungsi untuk menyadap atau mengambil air baku
dari badan air sesuai dengan debit yang atau diperlukan untuk pengolahan. Jenis intake
digunakan adalah River Intake. Air baku dari sungai masuk ke dalam sump well melalui
penstock yang dilengkapi dengan penyaring kasar (screen). Aliran air baku kemudian
masuk ke dalam sump well. Sump well berfungsi untuk mengatur ketersediaan air baku
dan penyeimbang level air yang akan di pompa sehingga udara tidak ikut terpompa
karena dapat menyebabkan kavitasi sehingga umur pompa tidak akan bertahan lama.
Kemudian air baku ditransmisikan menggunakan pipa transmisi air baku dengan
diameter 1.000 mm dengan jarak + 1000 m dari intake sampai dengan bak
presedimentasi.
Pada saat di pompakan, air baku di injeksi menggunakan chlorine (prechlorine) untuk
membunuh bakteri, mengurangi warna pada air baku, serta mencegah lumur dan kerak
dalam pipa transmisi. Pada pipa transmisi terdapat air vent (venting) yang berfungsi
membuang gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam pipa untuk menghindari
terjadinya kavitasi pada saat pompa dihidupkan dan dimatikan.
Prasedimentasi
Prasedimentasi adalah proses pengendapan yang dilakukan sebelum pengolahan unit
IPA untuk menghilangkan partikel diskrit. Fungsi utama dari unit prasedimentasi adalah
untuk menghilangkan/mencegah gravel, pasir, lumpur maupun material kasar lainnya
agar tidak masuk kedalam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Dengan
dibangunnya prasedimentasi, material kasar yang terbawa oleh air baku dapat
direduksi sampai ke tingkat minimal sesuai dengan rancang bangun yang akan
diterapkan.
Koagulasi
Setelah tahapan prasedimentasi mulai dilakukan pemberian bahan kimia koagulan
untuk melakukan proses koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan
partikel koloid dan tersuspensi dalam air dengan pengadukan cepat, sehingga
terbentuk penggabungan partikel. Pada proses koagulasi dilakukan pengadukan cepat
(rapid mixing) dan pembubuhan bahan kimia yang disebut koagulan. Untuk
mengetahui kondisi operasi pengolahan setiap tahapan proses akan dilakukan
pengecekan kualitas pH, warna, dan kekeruhan.
24. I - 24
Flokuasi
Flokulasi merupakan proses pengadukan lambat untuk mempercepat laju
penggabungan (aglomerasi) partikel koloid yang telah terdestabilisasi sehingga
membentuk flok dengan ukuran yang dapat terendapkan dan tersaring. Pada flokulasi
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing), aliran air disini harus tenang.
Tujuan dari flokulasi adalah agar partikel-partikel dapat melakukan kontak sehingga
mereka akan bertumbukkan, saling menempel, dan membesar ke ukuran yang siap
diendapkan atau disaring. Pengadukan yang cukup harus dilakukan agar flok dapat
melakukan kontak dan mencegah flok mengendap di bak flokulasi. Pengadukan
berlebihan akan mengikis partikel flok sehingga ukuran flok menjadi kecil dan mudah
terdispersi. Oleh karena itu, kecepatan gradien harus dikontrol dalam rentang yang
relative sempit.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel tersuspensi dari cairan dengan
menggunakan pengendapan secara gravitasi. Proses pengendapan yang dilakukan di
unit sedimentasi pada prinsipnya membuat partikel yang ada di air dapat mengendap
dan dipisahkan. Oleh karena itu proses pemisahan ini sangat tergantung dari jenis
partikel dalam air yang akan dipisahkan sehingga akan diperoleh cairan yang jernih.
Jenis partikel dalam air dipengaruhi oleh gravitasi. Partikel yang halus akan
mengapung, sedangkan partikel yang besar seperti lumpur akan mengendap atau
bergerak ke bawah. Partikel yang melayang disebut partiket koloid.
Bak sedimentasi terdiri atas zona inlet, zona pengendapan, zona outlet, dan zona
Lumpur. Aliran air dalam bak secara keseluruhan menuju ke permukaan, namun
sebelum itu, air harus melewati plat-plat. Sewaktu air mengalir ke atas melewati plat,
lapisan lumpur yang terjadi pada permukaan plat secara perlahan turun ke ruangan di
bawah plat. Bak pengendap akan memisahkan bagian-bagian yang terapung,
mengendapkan lumpur, dan cairan yang jernih. Lumpur yang diendapkan dikumpulkan
pada dasar bak yang dapat dilakukan dengan pengaturan kemiringan dasar bak.
Lumpur dikeluarkan dari bak secara periodik melalui pipa lumpur khusus yang dapat
pula dioperasikan dengan pompa.
Filtrasi
25. I - 25
Filtrasi merupakan proses pemisahan padatan dari larutan dengan melewatkan larutan
tersebut melalui media berpori untuk menyisihkan sisa-sisa partikel/flok yang masih
terbawa dalam proses pengendapan.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pengolahan air dengan tujuan membunuh kuman atau bakteri
yang ada dalam air.Proses desinfeksi dilakukan sebelum air bersih didistribusikan,
sehingga air menjadi aman untuk dikonsumsi.
Chlorination didesain dengan injeksi gas chlorine kadar 100 %, dengan dosis prechlor 3
ppm dan dosis post-chlor 2 ppm.
Distribusi Air Bersih
Air bersih hasil pengolahan dari IPA Mojopuro Gede akan dialirkan menggunakan tenaga
pompa melalui pipa trasmisi ND-1100 mm sepanjang + 15 km menuju reservoir Manyar.
Kondisi topografi antara lokasi intake, IPA, Reservoir Manyar dan daerah pelayanan adalah
relatif datar sehingga perlu tenaga pompa untuk mengalirkannya. Untuk mengalirkan air
minum ke Reservoir Manyar direncanakan akan dipasang 3 pompa (2 unit operasi dan 1 unit
cadangan), dengan kapasitas masing-masing adalah 375 liter/detik dan head pompa 30
meter.
Direncanakan pipa transmisi air curah akan diletakkan mengikuti jalan desa Sidomukti
menuju jalan raya Mojopurogede, jalan raya Bungah, kemudian di persimpangan dengan
jalan raya Daendels/Propinsi belok ke kanan menuju arah kota Gresik, terus mengikuti jalan
raya propinsi sampai ke rencana lokasi Reservoir Manyar di pintu masuk Kawasan Industri
AKR/JIIPE.
Reservoir Manyar ini direncanakan mempunyai volume penampungan 9000 m3 dan akan
dilengkapi dengan 3 unit pompa distribusi dengan debit masing-masing 375 l/det, head 80
m untuk melayani kota dan 2 unit pompa khusus untuk melayani kawasan industri JIIPE,
dengan debit masing-masing 375 l/det, head 50 m.
Dari Reservoir Manyar, selanjutnya air minum akan didistribusikan ke daerah pelayanan
yang terbagi atas 2 zona yaitu pipa JDU khusus melayani kawasan industri JIIPE dan pipa JDU
untuk zona pelayanan kota yang mencakup wilayah Manyar, Kebomas dan Gresik. Pipa JDU
yang akan melayani daerah Manyar, Gresik dan Kebomas, akan diletakkan mengikuti jalan
26. I - 26
raya Sukomulya, jalan raya Gubernur Suryo hingga pertemuan dengan jalan Usman Sadar di
Gresik. Pipa JDU direncanakan akan menggunakan bahan jenis HDPE dengan diameter
bervariasi mulai dari ND-600mm hingga 355mm. sebagai pipa JDP dan JDB menggunakan
pipa dengan diameter 200mm – 315mm.
3. Pemeliharaan dan Perawatan
Kegiatan ini mencakup pemeliharaan sarana dan fasilitas pendukungnya, antara lain IPA,
reservoir air bersih, jaringan pipa transmisi, laboratorium dan bangunan kantor.
Kegiatan pemeliharaan tersebut ditujukan untuk memaksimalkan produksi air bersih.
Sarana dan Prasarana Penunjang
Terdapat beberapa fasilitas penunjang (utilitas) yang akan dibangun. Jenis fasilitas
penunjang yang akan dibangun tersebut dijelaskan pada uraian berikut:
Sistem Penyediaan Air Bersih
Kebutuhan air bersih untuk aktifitas domestik tenaga kerja di lingkup Sistem Penyediaan Air
Minum akan disuplai dari air bawah tanah untuk tahap konstruksi dan air bersih dari hasil
pengolahan IPA untuk tahap operasi. Berikut adalah prakiraan kebutuhan air bersih yang
diperlukan untuk tahap konstruksi dan tahap operasi.
TAHAP KONSTRUKSI
Pada tahap konstruksi, kebutuhan tenaga kerja adalah sebanyak 65 orang. Berdasarkan
(sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta), kebutuhan air bersih/orang/hari adalah 200 liter. Maka kebutuhan air
bersih pada tahap konstruksi diperkirakan sesuai perhitungan berikut:
Kebutuhan air untuk kegiatan domestik
Kebutuhan air/orang/hari = 200 liter/orang/hari
Total jumlah tenaga kerja = 65 orang
Total kebutuhan air bersih = ∑ tenaga kerja x ∑ kebutuhan air bersih
= 65 orang x 200 liter/orang/hari
= 13.000 liter/hari = 20 m³/hari
Kebutuhan air untuk proses konstruksi
Kebutuhan air untuk proses mixing material bangunan ini diperkirakan mencapai 5 m3
/hari.
Kebutuhan air untuk penyiraman dan pemadatan lahan
Kebutuhan air untuk ini diperkirakan mencapai 2 m3
/hari. Air ini digunakan terutama jika
kegiatan konstruksi dilakukan pada musim kemarau agar lokasi kegiatan tidak berdebu dan
juga agar tanah stabil dan padat.
27. I - 27
Total kebutuhan air pada tahap konstruksi adalah 20 m3
/hari.
TAHAP OPERASI
Untuk kebutuhan air pada tahap operasi adalah sebagai berikut. (Sumber :
Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta). Sumber air bersih adalah dari air sumur dan air tangki. Untuk kebutuhan air tenaga
kerja pada tahap operasi diperkirakan 100 liter/orang/hari.
Kebutuhan Air Tenaga Kerja:
Kebutuhan air/tenaga kerja/hari = 100 liter/orang/hari
Total jumlah tenaga kerja = 35 orang
Total kebutuhan air bersih = ∑ orang x ∑ kebutuhan air bersih
= 35 orang x 100 liter/orang/hari
= 3.500 liter/hari = 3,5 m³/hari
Keperluan Penyiraman Tanaman:
Kebutuhan air untuk penyiraman tanaman = 1 m3
/hari
Pada tabel berikut disajikan penggunaan air bersih secara keseluruhan pada tahap operasi.
Tabel 1.9. Prakiraan Kebutuhan Penggunaan Air Bersih Tahap Operasi
Fungsi Jumlah Kebutuhan
Air
Sub Total Keterangan
Kegiatan domestik
karyawan
35 100 lt/org/hari 3.500 lt/hari Masuk ke dalam
septic tank
Penyiraman Tanaman - 1.000 lt/hari 1.000 lt/hari Meresap ke dalam
tanah
Total Kebutuhan air 4.500 lt/hari
(4,5 m3
/hari)
-
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Untuk pengolahan air limbah domestik (black water) dari tenaga kerja pada tahap operasi
akan diolah menggunakan septic tank. Diperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan
adalah sebesar 70% dari air bersih yang digunakan. Berikut adalah prakiraan volume limbah
cair yang dihasilkan.
Tabel 1.10. Prakiraan Volume Limbah Cair Yang Dihasilkan
No Bangunan Total
Penggunaan Air
Prakiraan Limbah Yang
Dihasilkan (m3
/hari)
28. I - 28
(m3
/hari)
TAHAP KONSTRUKSI
1 Kegiatan Domestik Tenaga Kerja 13 9,10
TAHAP OPERASI
1 Kegiatan domestik karyawan 3,5 2,45
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Pada gambar berikut disajikan neraca air bersih yang dibutuhkan dan air limbah yang
dihasilkan.
Gambar 1.10. Neraca Air
Pengolahan Lumpur IPA
Lumpur basah (slurry) hasil dari proses prasedimentasi dan sedimentasi pada IPA akan
dialirkan secara gravitasi menuju ke Sludge Basin sebelum dipompakan ke area pengolahan
lumpur Sludge Drying Bed (SDB). Air filtrat yang terpisah dari lumpur di SDB nantinya akan
dikembalikan ke dalam proses menuju ke unit Backwash Drain Basin sebelum dipompakan
kembali ke Presedimentation Tank. Skema pengolahan lumpur ada pada gambar dibawah
berikut ini.
a.Sludge Basin
29. I - 29
Slurry yang dihasilkan dari prasedimentasi dan sedimentasi dialirkan secara gravitasi
menuju Sludge Basin, ukuran Panjang 15 m Lebar 7,5 m. Material bangunan
direncanakan menggunakan Reinforced Concrete dengan jumlah 1 (satu) unit dan
terdapat 2 (dua) pompa submersible yang akan memompakan slurry menuju Sludge
Drying Bed.
b.Sludge Drying Bed
Unit Sludge Drying Bed berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan dan
memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara proses penguapan
menggunakan energi penyinaran matahari (evaporasi). Material bangunan
direncanakan menggunakan Reinforced Concrete dengan jumlah 6 (enam) unit dengan
masing-masing dimensi ukuran Panjang 20 m Lebar 12,1 m Tinggi 1,5 m.
Gambar 1.11. Sketsa Pengolahan Lumpur
Sistem Penyediaan Energi Listrik
Penyedia daya listrik untuk IPA Mojopuro Gede dan Intake di pasok oleh PLN area setempat
dengan jaringan 20 kV, Trafo yang akan digunakan adalah trafo stepdown 20kV/400 V ;
2000 kVA sebanyak 1 unit untuk Intake dan IPA. Untuk sumber listrik di area intake diambil
dari trafo IPA Mojopuro Gede dengan menarik kabel tanah NYFGBY sepanjang 1 kilo meter.
Sementara untuk back up power yang digunakan adalah generator set dengan kapasitas
1500 kVA. Untuk trafo di Reseservoir Manyar menggunakan Trafo step down 20KV/400V
dengan kapasitas 1500 kVA dengan back up power generator set 1875 kVA apabila terjadi
black out dari PLN.
30. I - 30
Hal utama yang harus disediakan adalah ruang panel. Panel ini berfungsi mengatur pasokan
listrik ke dan di dalam bangunan. Genset akan ditempatkan di ruang khusus sehingga bila
beroperasi tidak menyebabkan gangguan seperti getaran dan kebisingan.
Sistem Penanganan Kebakaran
Antisipasi dan pencegahan terjadinya kebakaran dilakukan dengan penyediaan fire
protection berupa APAR (Alat Pemadam Api Ringan) pada setiap bangunan. APAR tersebut
berfungsi untuk penanggulangan awal kebakaran. Sistem pencegahan kebakaran di dalam
lokasi kegiatan terutama di bangunan kantor dilakukan baik secara pasif maupun aktif.
Sistem pencegahan secara pasif dilakukan dengan membuat peraturan yang ditujukan
kepada para pengguna bangunan agar :
Mengindari penumpukan barang-barang yang mudah terbakar
Mengatur perencanaan ruang di dalam bangunan sehingga ruangan mendapat
sirkulasi udara yang cukup, mengatur kelembapan udara dan pencahayaan di dalam
ruangan.
Adanya pedoman Standard Operation Prcedure (SOP) dalam penanggulangan
keadaan darurat kebakaran.
Disediakan denah jalur evakuasi di dalam lokasi untuk mempermudah evakuasi
Sedangkan sistem pencegahan kebakaran secara aktif dilakukan dengan :
Memasang alat alarm kebakaran di masing-masing bangunan
Meletakkan alat pemadam kebakaran pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam
jumlah yang cukup.
Penyediaan fire protection berupa APAR (Alat Pemadam Api Ringan) pada setiap
bangunan.
Pengecekan kondisi APAR secara berkala.
Buffer Zone
Untuk melengkapi area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di dalam lokasi proyek, akan
ditanam tanaman dengan jenis antara lain adalah Flamboyan (Delonix regia),
Peltophorum pterocarpum (flamboyan kuning), trembesi (Samanea saman), angsana
(Pterocarpum indicum), mangga (Mangifera indica), Akasia (Acacia spp), Cassia (Cassia
spp), Cemara udang (Cassuarina equisetifolia). RTH sebaiknya terletak di sekeliling area
proyek. Tanaman yang berada di dalam area RTH yang mengelilingi area proyek juga dapat
31. I - 31
berfungsi sebagai buffer zone dan green belt untuk menyerap polusi udara dan
kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum di dalamnya.
Sistem Pengelolaan Limbah Padat
Sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan menyediakan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) di lokasi kegiatan. Untuk pengangkutan sampah yang terkumpul menuju
TPA akan dikoordinasikan oleh PDAM Giri Tirta Kab. Gresik dengan instansi terkait.
Sedangkan untuk sampah anorganik/sampah kering yang bisa didaur ulang akan disalurkan
kepada pihak ketiga untuk diolah lebih lanjut.
Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah domestik pada tahap konstruksi:
Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi = 100 orang
Jumlah timbulan sampah/ orang = 1,5 – 2,0 l/orang/hari untuk kota sedang
(Sumber : Damanhuri, Prof. Enry, “Pengelolaan Sampah”, Program Studi TL-FTSP, ITB, 2011)
Total jumlah sampah = Jumlah tenaga kerja x timbulan sampah
= 65 orang x 2,0 l/orang/hari
= 130 liter/hari
= 0,13 m3
/hari
Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah domestik pada tahap operasi:
Jumlah Tenaga Kerja Tahap Operasi = 35 orang
Jumlah timbulan sampah/ orang = 1,5 – 2,0 l/orang/hari untuk kota sedang
(Sumber : Damanhuri, Prof. Enry, “Pengelolaan Sampah”, Program Studi TL-FTSP, ITB, 2011)
Total jumlah sampah = Jumlah tenaga kerja x timbulan sampah
= 35 orang x 2,0 l/orang/hari
= 70,0 liter/hari
≈ 0,07 m3
/hari
1.1.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik dibagi
menjadi 3 (tiga) tahap pelaksanaan, yaitu pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi, yang
kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan operasional. Jadwal selengkapnya dapat dilihat
di tabel berikut.
33. I - 33
1.1.4. Alternatif-Alternatif yang Akan Dikaji dalam ANDAL
Kajian alternatif pada kegiatan proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik ini tidak ada karena lokasi dan teknologi yang digunakan telah dianalisa
dalam studi kelayakan (Feasibility Study). Dari hasil studi kelayakan tersebut telah dipilih
keputusan dari alternatif-alternatif yang ada. Sehingga dalam dokumen AMDAL tidak dipaparkan
kembali alternatif kajiannya.
1.2. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang ditelaah/dikaji
1.2.1. Dampak Potensial
Esensi dari proses identifikasi dampak potensial ini adalah menduga semua dampak yang berpotensi
terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Proses identifikasi
dampak potensial dilakukan dengan matrik dan bagan alir. Berikut adalah matriks identifikasi
dampak potensial yang dihasilkan dari masing-masing tahapan kegiatan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik.
34. I - 34
Keterangan : P = Dampak Primer
1.2.2. Dampak Penting Hipotetik
1 Perijinan 7 Demobilisasi Peralatan
2 Sosialisasi Proyek 8 Demobilisasi Tenaga Kerja
3 Pemagaran Proyek dan Pengoperasian Basecamp 9 Mobilisasi Tenaga Kerja
4 Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara 10 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
5 Mobilisasi Peralatan dan Material 11 Pemeliharaan dan Perawatan
6 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan
Pipa
35. I - 35
Dampak penting hipotetik dihasilkan dari evaluasi terhadap dampak potensial, pelingkupan pada
tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial yang di anggap tidak
relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting hipotetik yang
dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Berikut disajikan
dampak-dampak penting hipotetik Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas
1.000 Liter/detik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi.
a. Tahap Pra-Konstruksi
Pada tahap pra-konstruksi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap
dampak potensial:
1) Perijinan
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik
2) Sosialisasi Proyek
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik
b. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap
dampak potensial:
1) Pemagaran Proyek dan Pengoperasian Basecamp
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik
2) Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara
• Terciptanya Kesempatan Kerja 3) Mobilisasi Peralatan dan Material
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Pengurangan Umur Jalan
• Penurunan Kinerja Jalan
• Keresahan Masyarakat 4) Penyiapan Lahan
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
5) Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Peningkatan Kebisingan
• Penurunan Kinerja Jalan
• Keresahan Masyarakat
6) Demobilisasi Peralatan
36. I - 36
• Penurunan Kinerja Jalan
7) Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik.
c. Tahap Operasi
Pada tahap operasi, berikut adalah daftar dampak penting hipotetik hasil evaluasi terhadap dampak
potensial:
1) Mobilisasi Tenaga Kerja
Terciptanya Kesempatan Kerja
2) Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum
• Debu dan Penurunan Kualitas Udara
• Peningkatan Kebisingan
• Peningkatan Ketersediaan Air Bersih
• Penurunan Kualitas Air Permukaan
• Peningkatan Aliran Run Off
• Penurunan Kinerja Jalan
• Terciptanya Kesempatan Berusaha
• Keresahan Masyarakat
• Peningkatan Limbah Padat Domestik
• Timbulnya Limbah B3
3) Pemeliharaan dan Perawatan
Pada kegiatan ini, tidak ada dampak potensial yang termasuk dalam dampak penting hipotetik
Bagan alir dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik disajikan pada gambar berikut.
Gambar 1.12. Bagan Alir Pelingkupan Dampak
37. I - 37
1.3. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Penentuan batas wilayah studi untuk menyusun ANDAL, disesuaikan dengan karakteristik aktivitas
kegiatan dan besaran dampak kegiatan yang diperkirakan timbul serta jangkauan atau
penyebarannya. Batas wilayah studi ditentukan berdasarkan pertimbangan luasnya daerah dampak
yang terpengaruh oleh kegiatan proyek dan jenis dampak penting yang mungkin timbul. Adapun
batas-batas tersebut adalah:
Batas Proyek
Batas wilayah proyek merupakan ruang tempat suatu rencana kegiatan dimana akan dilakukan
kegiatan, baik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi. Batas wilayah proyek yang
direncanakan untuk membangun Area Sistem Penyediaan Air Minum yang berada di Kec.
Bungah, Kec. Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik (Gambar 1.13).
Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari kegiatan yang direncanakan, baik
pemukiman, jalan, maupun kegiatan lain di sekitarnya (Gambar 1.14.). Proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan yang mendasar
akibat adanya disperse udara dari kegiatan proyek yang mengikuti arah angin dominan dari timur
menuju ke barat serta mengikuti arah aliran Saluran Penerima dari barat menuju ke timur. Batas ini
ditetapkan berdasarkan proses sebaran dampak terhadap komponen fisikkimia dan biologi.
Batas Sosial
Yang termasuk dalam batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan dasar akibat terjadinya
suatu usaha. Batas sosial untuk kegiatan proyek ini adalah pemukiman penduduk yang berada di
sekitar lokasi proyek. (Gambar 1.15.).
Batas Administratif
Batas administratif merupakan batas ruang tempat masyarakat sekitar rencana Pembangunan Area
Sistem Penyediaan Air Minum dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, batas
administrasi yang digunakan dalam studi ini adalah Kec. Bungah, Kec.
38. I - 38
Manyar, dan Kec. Gresik, Kab. Gresik yang ditampilkan pada Gambar 1.16.
Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas namun penentuannya
disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memberikan keterbatasan sumber data,
seperti waktu, dana, tenaga, teknik, dan metode telaah. Dengan demikian, ruang lingkup wilayah
studi bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegiatan, kemudian diperluas ke ruang
ekosistem, ruang sosial, dan ruang administratif yang lebih luas.
39. I - 39
Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian rencana kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik ditetapkan berdasarkan jadwal proyek yang lamanya sesuai dengan
rencana usaha dan/atau kegiatan pada 3 tahap yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi.
Selengkapnya mengenai batas waktu kajian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.13. Batas Waktu Kajian
No Uraian Kegiatan Batas Waktu
Kajian
Alasan
Tahap Pra-Konstruksi
1 Perijinan 5 bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
2 Sosialisasi Proyek 1 bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
Tahap Konstruksi
1 Pemagaran Area dan Pengoperasian Basecamp 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
2 Mobilisasi Tenaga Kerja Sementara 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
3 Mobilisasi Peralatan dan Material 3 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
4 Pembangunan Struktur Bangunan dan Jaringan Pipa 10 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
5 Demobilisasi Peralatan 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
6 Demobilisasi Tenaga Kerja Sementara 1 Bulan Sesuai dengan Jadwal Proyek
Tahap Operasi
1 Mobilisasi Tenaga Kerja 1 Bulan Prediksi tim tentang waktu yang
dibutuhkan untuk rekruitmen
tenaga kerja
2 Pengoperasian Sistem Penyediaan Air Minum 3 Tahun Prediksi tim mengenai waktu
yang dibutuhkan agar kegiatan
operasional dapat berjalan
secara maksimal
3 Pemeliharaan dan Perawatan 3 Tahun Prediksi tim mengenai waktu
yang dibutuhkan agar kegiatan
operasional dapat berjalan
secara maksimal. Sehingga
pemeliharaan pun dilakukan
untuk seluruh bangunan yang
ada.
Pada tabel berikut disajikan ringkasan proses pelingkupan dampak yang telah dilakukan.
40. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 40
Tabel 1.14. Ringkasan Proses Pelingkupan
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
Tahap Pra Konstruksi
1 Perijinan - Bekerjasama dengan instansi
terkait
- Koordinasi dengan pihak Desa
Komponen
sosial
budaya
Keresahan
masyarakat
Hanya melibatkan
institusi terkait, tidak
berpotensi besar
menimbulkan keresahan
masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas sosial
6 bulan,
mengingat lama
pengurusan
periijinan rata-
rata 6 bulan.
2 Sosialisasi
Proyek
Menjelaskan rencana kegiatan
secara jelas dan transparan
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Keresahan
masyarakat
Dikarenakan kegiatan
sosialisasi proyek hanya
berlangsung sesaat sehingga
tidak menimbulkan dampak
keresahan masyarakat yang
signifikan.
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas sosial
I bulan
Tahap Konstruksi
41. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 41
1a Pemagaran
proyek dan
pengoperasian
basecamp
Pembuatan septic tank
sementara di basecamp
Fisik Kimia Penurunan
Kualitas Air
Permukaan
Dikarenakan telah
disediakan fasilitas MCK
dan penyediaan septic
tank untuk pengolahan
limbah tersebut
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas ekologi
1 hari,
mengingat
kegiatan yang
dilakukan
dalam
basecamp
secara umum
hampir sama
sehingga
pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.
1b Pemagaran
proyek dan
Penyediaan TPS di area
basecamp selama konstruksi
Kondisi
Sanitasi
Peningkatan
Limbah Padat
Akan dibuatkan TPS di
dalam area basecamp
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
1 hari,
mengingat
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
pengoperasian
basecamp
Lingkungan Domestik untuk pengelolaan sampah
yang dihasilkan
Disediakan grease trap dan
dilakukan pengelolaan
terhadap lemak yang
terkumpul sebagai limbah
padat domestik
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi
kegiatan yang
dilakukan dalam
basecamp
secara umum
hampir sama
sehingga
pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.
42. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 42
1c Pemagaran
proyek dan
pengoperasian
basecamp
Penerapan standart K3 dalam
pengelolaan sampah dan limbah
cair yang dihasilkan
Kesehatan
Masyarakat
Penurunan sanitasi
lingkungan
Penerapan K3 oleh
kontraktor untuk menjaga
kondisi sanitasi tetap baik
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas sosial
1 hari,
mengingat
kegiatan yang
dilakukan dalam
basecamp
secara umum
hampir sama
setiap harinya
sehingga
pengeloaan dan
pemantauan
cukup dilakukan
harian saja.
2a Mobilisasi
Tenaga Kerja
Menghimbau kepada
kontraktor pelaksana proyek
agar menggunakan tenaga
kerja lokal
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Terciptanya
Kesempatan
Kerja
Jumlah kesempatan kerja
meningkat
Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 minggu,
mengingat
proses
penerimaan
tenaga kerja
membutuhkan
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
waktu relatif
cepat dan dapat
dipenuhi dalam
waktu
7 hari.
43. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 43
2b Mobilisasi
Tenaga Kerja
- Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Peningkatan
pendapatan
Kegiatan ini tidak
signifikan meningkatkan
pendapatan masyarakat
Disimpulkan Tidak menjadi
DPH. Namun dampak ini tetap
dikelola dengan cara:
- Membayar tenaga kerja
minimal sesuai UMR
Kabupaten Gresik
a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan,
peningkatan
pendapatan ini
dapat dilihat
dari penghasilan
rata-rata
bulanan
sebelum dan
sesudah
bekerja.
3a Mobilisasi
Peralatan dan
Material
- Fisik kimia Debu dan
Penurunan
Kualitas Udara
Lalu lalang Kendaraan
pembawa material dapat
menurunkan kualitas udara
untuk parameter debu
Disimpulkan menjadi DPH a.
b.
Batas ekologis untuk
debu dari mobilisasi
adalah sepanjang
jalang angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3b Mobilisasi
Peralatan dan
Material
- Fisik kimia Peningkatan
kebisingan
Akan dilakukan
pembatasan kecepatan
kendaraan agar tidak
Disimpulkan Tidak menjadi
DPH.
a. Batas ekologis untuk
kebisingan dari
mobilisasi
1 hari, dengan
asumsi bahwa
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
44. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 44
menimbulkan kebisingan
dengan tingkat intensitas
yang tinggi
b. adalah sepanjang
jalang angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3c Mobilisasi
Peralatan dan
Material
Penyesuaian kendaraan yang
digunakan dengan kelas jalan
Fisik Kimia Pengurangan Umur
Jalan
Meskipun telah disesuaikan
dengan kelas jalan,
Pengurangan Umur Jalan
tetap berpotensi untuk
terjadi
Disimpulkan menjadi DPH a.
b.
Batas ekologis
untuk Pengurangan
Umur Jalan dari
mobilisasi adalah di
sepanjang jalan
angkut yang
berdekatan dengan
lokasi proyek
Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3d Mobilisasi
Peralatan dan
Material
Pengaturan waktu mobilisasi
kendaraan (tidak pada saat
tingkat kepadatan jalan tinggi)
Fisik Kimia Penurunan
Kinerja Jalan
Adanya lalu-lalang kendaraan
berat akan menyebabkan
Penurunan
Kinerja Jalan
Disimpulkan menjadi DPH. a. Batas ekologis
untuk peningkatan
kepadatan dan
kemacetan lalu
lintas dari mobilisasi
adalah sepanjang
jalan
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap
45. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 45
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
sama sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
3e Mobilisasi
Peralatan dan
Material
Penutupan bak truk pengangkut
material
Fisik kimia Tumpahan
Material di Jalan
- Dilakukan penutupan bak
truk selama
pengangkutan material
Disimpulkan Tidak menjadi DPH a. Batas ekologis untuk
tumpahan material
dari mobilisasi adalah
sepanjang jalang
angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
46. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 46
3f Mobilisasi
Peralatan dan
Material
Menyediakan posko pengaduan
masyarakat
Sosial,
ekonomi,
budaya
Keresahan
Masyarakat
Adanya Penurunan Kinerja
Jalan akan menyebabkan
masyarakat menjadi resah
Disimpulkan menjadi DPH. a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
mobilisasi,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
adalah secara
harian saja
4a Penyiapan Lahan - Fisik kimia,
berupa
kualitas udara
ambient untuk
parameter
debu
Debu dan
Penurunan
Kualitas Udara
Kegiatan ini akan
menyebabkan debu yang
dapat terbawa angin hingga
pemukiman warga
Disimpulkan menjadi DPH. a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Ekologi.
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam
penyiapan
lahan
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
47. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 47
4b Penyiapan Lahan Penyediaan long storage dan
kolam tampung
Fisik kimia Peningkatan Aliran
Run Off
Adanya long storage dan
kolam tampung untuk
menggantikan hilangnya
lahan resapan
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Ekologi.
6 bulan,
perencanaan
dan
pembuatan long
storage dan
sumur resapan
membutuhkan
waktu yang
relatif lama
4c Penyiapan Lahan Menyediakan posko pengaduan
masyarakat
Sosial,
ekonomi,
budaya
Keresahan
Masyarakat
Adanya pengelolaan
terhadap dampak yang
timbul dari kegiatan ini
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas sosial
1 bulan,
mengingat
keresahan
masyarakat
terkadang
timbul setelah
kegiatan cukup
lama
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
berjalan.
4d Penyiapan Lahan - Biologi Penurunan
Keanekaragaman
Hayati
Kondisi lokasi proyek berupa
bangunan yang dilengkapi
dengan penghjiauan
Disimpulkan idak menjadi DPH a. Lokasi di tapak proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
ekologi
3 bulan, sesuai
jadwal proyek.
48. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 48
5a Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
Tidak ada Fisik kimia Debu dan
Penurunan
Kualitas Udara
Kegiatan ini akan
menyebabkan debu yang
dapat terbawa angin hingga
pemukiman warga
Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi di sekitar tapak
proyek pada radius
100 meter dari tapak
proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
ekologi
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam
pembangunan
bangunan dan
fasilitasnya
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
5b Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
- Fisik kimia Peningkatan
kebisingan
Terdapat alat-alat berat yang
berpotensi menyebabkan
terjadinya peningkatan
kebisingan
Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi di sekitar tapak
proyek pada radius
100 meter dari tapak
proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas ekologi
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam
pembangunan
bangunan dan
fasilitasnya
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
49. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 49
harian saja
5c Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
- Fisik Kimia Penurunan
Kinerja Jalan
Adanya kegiatan
pemasangan pipa akan
menyebabkan terjadinya
Penurunan Kinerja Jalan
akibat dari adanya kegiatan
di bahu jalan
Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan Kec.
Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
ekologis
sesuai dengan
jadwal proyek.
5d Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
Menyediakan posko pengaduan
masyarakat
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Keresahan
Masyarakat
Keresahan masyarakat dapat
terjadi akibat dari adanya
getaran yang dihasilkan dan
keretakan
bangunan yang
diperkirakan dapat
terjadi
Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan,
mengingat
keresahan
masyarakat
terkadang
timbul setelah
kegiatan cukup
lama berjalan.
5e Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
- Kesehatan
Masyarakat
Gangguan
Kesehatan
Masyarakat
Kegiatan ini tidak signifikan
menimbulkan gangguan
kesehatan pada masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
sesuai dengan
jadwal proyek.
5f Pembangunan
Struktur
Bangunan dan
Jaringan Pipa
Disediakan TPS di dalam area
basecamp
Kondisi
Sanitasi
Lingkungan
Timbulnya
Buangan
Material
Timbulnya buangan
material dikelola dengan
penyediaan TPS di lokasi
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Tapak proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Proyek
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam
pembangunan
bangunan dan
fasilitasnya
dianggap sama
sehingga
50. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 50
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
6a Demobilisasi
Peralatan
- Fisik Kimia Peningkatan
Kebisingan
Jumlah ritasi kendaraan
tidak signifikan untuk
meningkatkan kebisingan
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Batas ekologis
untuk kebisingan
dari mobilisasi
adalah sepanjang
jalang angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
demobilisasi
selama 1 bulan,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
51. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 51
6b Demobilisasi
Peralatan
- Fisik Kimia Pengurangan Umur
Jalan
Penyesuaian kendaraan
yang digunakan dengan
kelas jalan
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Batas ekologis untuk
kebisingan dari
mobilisasi adalah
sepanjang jalang
angkut yang
berdekatan dengan
pemukiman
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
1 bulan,
mengingat
waktu yang
diperlukan
untuk kegiatan
demobilisasi
peralatan
memerlukan
waktu 1 bulan
6c Demobilisasi
Peralatan
Pengaturan waktu demobilisasi
kendaraan
Fisik Kimia Penurunan
Kinerja Jalan
Adanya lalu-lalang kendaraan
berat akan menyebabkan
Penurunan Kinerja Jalan.
Disimpulkan menjadi DPH. a. Batas ekologis untuk
peningkatan
kepadatan lalu lintas
dari
1 hari, dengan
asumsi bahwa
dalam masa
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
mobilisasi adalah
sepanjang jalan angkut
yang berdekatan
dengan
pemukiman
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi.
demobilisasi
selama 1 bulan,
ritase
mobilisasi
dianggap sama
sehingga
besaran yang
perlu dikelola
dan dipantau
adalah secara
harian saja
52. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 52
6d Demobilisasi
Peralatan
Menyediakan posko pengaduan
masyarakat
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Keresahan
Masyarakat
Adanya petugas keamanan
untuk menjaga
stabilitas kamtib masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan, sesuai
jadwal proyek.
7a Demobilisasi
Tenaga Kerja
Sementara
Penjelasan mengenai masa
kontrak
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Hilangnya
Kesempatan
Kerja
Masa kontrak telah
dijelaskan di awal konstruksi
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 hari, dengan
asumsi bahwa
kegiatan
demobilisasi
tenaga kerja
konstruksi
hanya
berlangsung
selama satu
hari.
7b Demobilisasi
Tenaga Kerja
Sementara
- Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Penurunan
Pendapatan
Tidak signifikan dalam
menurunkan pendapatan
masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 hari, dengan
asumsi bahwa
kegiatan
demobilisasi
tenaga kerja
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
konstruksi
hanya
berlangsung
selama satu
hari.
53. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 53
Tahap Operasi
1a Mobilisasi
tenaga kerja
Memprioritaskan tenaga kerja
lokal
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Terciptanya
Kesempatan
Kerja
Jumlah kesempatan kerja
meningkat cukup
signifikan
Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan,
mengingat
waktu yang
dibutuhkan
untuk
rekruitmen
tenaga kerja
kurang lebih
satubulan
1b Mobilisasi
tenaga kerja
- Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Peningkatan
Pendapatan
Kegiatan ini tidak
signifikan meningkatkan
pendapatan masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan,
mengingat
waktu yang
dibutuhkan
untuk
rekruitmen
tenaga kerja
kurang lebih
satubulan
1c Mobilisasi
tenaga kerja
Menyediakan posko pengaduan
masyarakat
Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Keresahan
Masyarakat
Keresahan masyarakat dapat
dicegah melalui
pemrioritasan tenaga kerja
lokal
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
sosial
1 bulan,
mengingat
keresahan
masyarakat
terkadang
timbul setelah
kegiatan cukup
lama berjalan.
No Deskripsi Komponen Pelingkupan Wilayah Studi
54. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 54
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Lingkungan
Terkena
Dampak Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
2a Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Fisik Kimia Debu dan
Penurunan
Kualitas Udara
Emisi gas buang kendaraan
pengangkut yang keluar
masuk area proyek dapat
menurunkan kualitas udara
Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan Kec.
Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Ekologi
3 tahun,
kegiatan
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2b Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Fisik Kimia Peningkatan
Kebisingan
Tingkat kebisingan yang
terjadi cukup signifikan
dalam meningkatkan
kebisingan di sekitar lokasi
proyek
Disimpulkan tidak menjadi
DPH.
a. Lokasi proyek dan
Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2c Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Sosial
Ekonomi
Peningkatan
Ketersediaan Air
Bersih
Peningkatan
Ketersediaan Air Bersih
Disimpulkan menjadi DPH. a. Lokasi proyek dan
Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2d Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Pembuatan septic tank Fisik Kimia Penurunan
Kualitas Air
Permukaan
Limbah cair yang berasal dari
kegiatan kantin serta kamar
mandi berpotensi
menyebabkan
pencemaran bila
langsung dibuang
Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan
Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
batas Ekologi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
55. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 55
2e Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Fisik Kimia Peningkatan Aliran
Run Off
Peningkatan Aliran Run Off
akibat kegiatan ini cukup
tinggi sehingga diperlukan
pengelolaan dari
peningkatan run off yang
terjadi
Disimpulkan menjadi DPH a. Lokasi proyek dan
Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
batas Ekologi tahun
2f Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Penyesuaian kendaraan yang
digunakan dengan kelas jalan
Fisik Kimia Pengurangan Umur
Jalan
Kendaraan disesuaikan
dengan kelas jalan
Disimpulkan tidak menjadi DPH a.
b.
Jalan menuju tapak
proyek Secara rinci
dapat dilihat pada
peta batas wilayah
studi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2g Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Penyusunan ANDAL Lalin dan
pelaksanaan rekomendasi yang
tercantum di dalamnya
Fisik Kimia Penurunan
Kinerja Jalan
Adanya lalu-lalang kendaraan
pengangkut barang dan
kendaraan pribadi akan
menyebabkan Penurunan
Kinerja Jalan
Disimpulkan menjadi DPH a.
b.
Jalan menuju tapak
proyek Secara rinci
dapat dilihat pada
peta batas wilayah
studi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
56. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 56
2h Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Terciptanya
Kesempatan
Berusaha
Adanya pembatasan bagi
Buduranng makan/PKL yang
bisa masuk ke dalam Area
Sistem Penyediaan Air
Minum
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Sosial
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2i Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Peningkatan PAD Peningkatan PAD tidak
signifikan
Disimpulkan tidak menjadi
DPH
a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Sosial
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2j Pengoperasian Menyediakan posko Sosial, Keresahan Keresahan masyarakat Disimpulkan menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec. 3 tahun,
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
Sistem
Penyediaan
Air Minum
pengaduan masyarakat Ekonomi,
Budaya
Masyarakat akibat dari potensi
Peningkatan Aliran Run
Off dan Penurunan
Kinerja Jalan
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
Sosial
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2k Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Disediakan petugas keamanan Sosial,
Ekonomi,
Budaya
Gangguan
Kamtibmas
Adanya petugas keamanan
untuk menjaga keamanan
lokasi proyek
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak Proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
proyek
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
57. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 57
2l Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Kesehatan
Masyarakat
Gangguan
Kesehatan
Masyarakat
Kegiatan ini tidak signifikan
menimbulkan gangguan
kesehatan pada masyarakat
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Kec. Bungah, Kec.
Manyar, dan Kec.
Gresik
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
wilayah studi
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2m Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Pengelolaan sampah di dalam
area TPS dan pengelolaan
limbah cair dengan septic tank
Kesehatan
Masyarakat
Penurunan
Sanitasi
Lingkungan
Dilakukan pengelolaan
sampah secara terjadwal
dan pengelolaan limbah
cair
Disimpulkan tidak menjadi DPH a. Tapak Proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
proyek
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
2n Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Pengelolaan di TPS Kondisi
Sanitasi
Lingkungan
Peningkatan
Limbah Padat
Domestik
Jumlah limbah padat
domestik yang dihasilkan dari
kegiatan ini diperkirakan
cukup besar sehingga
diperlukan adanya
pengelolaan secara khusus
Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
proyek
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
No
Deskripsi
Rencana
Kegiatan yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
yang Sudah Direncanakan
Sejak Awal Sebagai Bagian
dari Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Terkena
Dampak
Pelingkupan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Dampak
potensial
Evaluasi Dampak
potensial
Dampak Penting Hipotetik
(DPH)
2o Pengoperasian
Sistem
Penyediaan
Air Minum
- Kondisi
Sanitasi
Lingkungan
Timbulnya
Limbah B3
Berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan
akibat limbah B3
Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
proyek
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
58. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
I - 58
3a Pemeliharaan
dan Perawatan
Pembuatan septic tank Kesehatan
Masyarakat
Penurunan
Kualitas Air
Permukaan
Jumlah limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan ini
tidak signifikan
Disimpulkan menjadi DPH a. Tapak Proyek
b. Secara rinci dapat
dilihat pada peta batas
proyek
3 tahun,
kegiatan ini
diprediksi akan
stabil dalam
kurun waktu 3
tahun
59. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 1
Rona lingkungan hidup awal menguraikan data yang terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin
terjadi dari rencana usaha dan/atau kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
Kapasitas 1.000 Liter/detik terhadap lingkungan hidup. Adapun komponen lingkungan yang dikaji dalam
studi AMDAL Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan Kapasitas 1.000 Liter/detik yang
berada di lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :
2.1. Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
2.1.1. Komponen Fisik Kimia
A. Geografis, Iklim, Kualitas Udara, dan Kebisingan
• Tipe Iklim
Tipe iklim berdasarkan schmids ferguson terdapat enam tipe, yaitu:
A = tipe sangat basah, B = tipe basah, C = tipe cukup basah, D = tipe sedang, E = tipe kering, dan F
= tipe sangat kering.
Kabupaten Gresik memiliki tipe iklim sedang (D) dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan
rata-rata jumlah bulan basah (q) adalah 60-100 %. Bulan kering adalah bulan dengan curah hujan
60 mm, sedangkan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan ±100 mm.
• Curah Hujan
Data curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
BAB II
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
60. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 2
Tabel 2.1. Data Curah Hujan Kec. Bungah Tahun 2017
Sumber: Kecamatan Bungah Dalam Angka Tahun 2019
Tabel 2.2. Data Curah Hujan Kec. Gresik Tahun 2017
Sumber: Kecamatan Gresik Dalam Angka Tahun 2019
61. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 3
Tabel 2.3. Data Curah Hujan Kec. Manyar Tahun 2017
Sumber: Kecamatan Manyar Dalam Angka Tahun 2019
• Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas udara pada suatu wilayah dipengaruhi oleh :
• Kondisi geografis
• Topografi
• Klimatologi
• Meteorologi
• Sumber pencemar yang ada di daerah tersebut atau disekitarnya.
Pada Tanggal 13 Juli 2019 dilaksanakan pengambilan sampel udara dan pengukuran kebisingan.
Sampel yang didapat dianalisa di laboratorium PT. Global Quality Anallitical. Sampling kualitas
udara dan kebisingan dilaksanakan pada area lokasi proyek. Pada tabel berikut ini disajikan hasil
analisa kualitas udara dan kebisingan di lokasi proyek dan sekitarnya.
Tabel 2.4. Kualitas Udara di Lokasi Proyek
No Parameter
Jaringan
Perpipaan
(Kec. Gresik)
Lokasi IPA
(Kec. Bungah)
Lokasi
Reservoir
(Kec. Manyar)
Regulatory
Limit**
Unit
Data Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan
62. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 4
1
Nitrogen Dioxide, NO₂* 11,238 7,548 9,127 92,5 µg/Nm³
2 Sulfur Dioxide, SO₂* 12,459 9,624 10,269 262 µg/Nm³
3 Ammonia, NH₃* 21,238 18,536 20,346 1360 µg/Nm³
No Parameter
Jaringan
Perpipaan
(Kec. Gresik)
Lokasi IPA
(Kec. Bungah)
Lokasi
Reservoir
(Kec. Manyar)
Regulatory
Limit**
Unit
4 Hydrogen Sulfide, H₂S <5,23 <5,23 <5,23 42 µg/Nm³
5 Dust 22,67 16,57 19,61 260 µg/Nm³
6 Hydrocarbon, HC <4,27 <4,27 <4,27 160 µg/Nm³
7 Carbon Monoxide, CO <185 <185 <185 22600 µg/Nm³
8 Oxidant, O₃* 0,312 0,251 0,289 200 µg/Nm³
9 Lead, Pb 0,0005 0,0004 0,0004 60 µg/Nm³
10 Tingkat Kebisingan 67 53,1 55 70* dBA
Data Meteorologi
1 Kelembaban 41 47 45 - %
2 Suhu Udara 34 32 34 - °C
3 Kecepatan Angin 2,1 1,1 0,5 - m/s
4 Arah Angin Timur Timur Utara - -
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019
Dari hasil analisa kualitas udara dan kebisingan di titik-titik pengamatan tersebut, tidak terdapat
parameter yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur
No.10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi udara masih berada dalam kondisi yang baik. Lokasi titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, definisi bising adalah
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat atau waktu tertentu yang
dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat berimplikasi terhadap kesehatan
manusia. Tabel berikut menunjukkan Baku Tingkat Kebisingan selengkapnya berdasarkan SK
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP.
48/MENLH/11/1996.
Tabel 2.5. Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Komplek/Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan
dB(A)
63. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 5
a. Peruntukan Komplek
1. Perumahan dan Pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi
8. Khusus :
- Bandar Udara
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
70
65
50
70
60
70
60
70
55
55
55
Sumber: SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996
Berdasarkan data kebisingan yang didapat saat pelaksanaan sampling di lapangan, terlihat bahwa
kebisingan di lokasi proyek masih memenuhi baku mutu untuk zona pemukiman (Lokasi IPA)
dengan baku tingkat kebisingan 55 dBA dan untuk zona industri (lokasi reservoir di Kec. Manyar
dan jaringan Perpipaan di Kec. Gresik) dengan baku tingkat kebisingan 70 dBA.
65. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 7
B. Fisiografi dan Geologi
• Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang ada di Kabupaten Gresik meliputi aluvial kelabu, aluvial
hidromort, as. aluvial kelabu dan coklat kekuningan, dan kelabu tua.
• Ketinggian Tanah
Kabupaten Gresik memiliki ketinggian rata-rata minimum adalah 2,0 meter di atas permukaan air
laut (dpl) dan ketinggian rata-rata maksimum adalah 20,0 meter dpl. Berdasarkan data
Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018, ketinggian tanah dari
permukaan laut adalah ±3,0 m di atas permukaan laut.
• Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Gresik didominasi untuk kawasan pertanian, perikanan tambak,
perumahan/pemukiman, industri/Sistem Penyediaan Air Minum, perdagangan, dan jasa sesuai
dengan RTRW Kabupaten Gresik 2009-2029.
Kec. Bungah memiliki luas sebesar 7.946,44 Ha. Luas tanah sawah di Kec. Bungah adalah 1.226
Ha, pekarangan/halaman 257,82 Ha, tegal/kebun 1.043,69 Ha, tambak 3.393,08 Ha, dan lainnya
seluas 2.025,85 Ha. Adapun batas-batas Kecamatan Bungah adalah:
Batas Utara : Kecamatan Sidayu
Batas Timur : Selat Madura
Batas Selatan : Kecamatan Manyar
Batas Barat : Kecamatan Dukun
Kec. Gresik memiliki luas sebesar 554,29 Ha. Luas tanah pekarangan/halaman 438,36 Ha,
tegal/kebun 10,59 Ha, dan lainnya seluas 105,43 Ha. Adapun batas-batas Kec.
Gresik adalah:
Batas Utara : Kecamatan Manyar
Batas Timur : Selat Madura
Batas Selatan : Kecamatan Kebomas
Batas Barat : Kecamatan Kebomas
Kec. Manyar memiliki luas sebesar 9.542,49 Ha. Luas tanah sawah 356,21 Ha,
pekarangan/halaman 1.257,05 Ha, tegal/kebun 962,30 Ha, dan lainnya seluas 1.133,82 Ha.
Adapun batas-batas Kecamatan Bungah adalah:
66. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 8
Batas Utara : Kecamatan Bungah
Batas Timur : Selat Madura dan Kecamatan Gresik
Batas Selatan : Kecamatan Kebomas
Batas Barat : Kecamatan Duduksampeyan
C. Hidrologi
• Air Badan Air
Untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Bengawan Solo sebagai air baku untuk kegiatan
PDAM ini, maka dilakukan analisa kualitas sampel air yang diambil di sungai tersebut.
Pengambilan sampel dilaksanakan pada Tanggal 13 Juli 2019. Berikut ini adalah hasil analisa
kualitas air Sungai Bengawan Solo tersebut.
Tabel 2.6. Kualitas Air Sungai Bengawan Solo
No Parameter
Hasil Analisa Regulatory
Limit**
Satuan
Physical Properties:
1 Temperature* 31,7 Air Temp. ± 3 -
2 Total Dissolved Solid, TDS* 261 1000 mg/L
3 Total Suspended Solid, TSS* 324 50 mg/L
Chemical Properties:
1 pH* 7,05 6 - 9 -
2 Biological oxygen Demand, BOD₅* 5,62 6 mg/L
3 Chemical oxygen Demand, COD* 27,325 50 mg/L
4 Dissolve Oxygen, DO* 4,15 3 mg/L
5 Total Phosphate as P 0,157 1 mg/L
6 Nitrogen, Nitrate as N (NO₃ - N)* 10,163 20 mg/L
7 Ammonia, NH₃ - N* 0,0045 - mg/L
8 Arsen, As <0,00006 1 mg/L
9 Cobalt, Co* <0,020 0,2 mg/L
10 Barrium, Ba* <0,277 - mg/L
11 Boron, B* <0,1 1 mg/L
12 Selenium, Se <0,006 0,05 mg/L
13 Cadmium, Cd* <0,00004 0,01 mg/L
14 Chomium hexavalent, Cr* <0,001 0,05 mg/L
15 Copper, Cu* <0,006 0,02 mg/L
16 Iron, Fe* 0,3127 - mg/L
17 Lead, Pb* <0,0002 0,03 mg/L
18 Manganese, Mn* 0,0671 - mg/L
19 Mercury, Hg* <0,00009 0,002 mg/L
67. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 9
20 Zinc, Zn* <0,004 0,05 mg/L
21 Chloride, Cr* 36,218 - mg/L
22 Cyanide, CN* <0,002 0,02 mg/L
23 Fluoride, F* 0,712 1,5 mg/L
24 Nitrogen, Nitrite as N (NO₂ - N)* 0,0431 0,06 mg/L
25 Sulphate, SO₄²* 56,529 - mg/L
26 Free Chlorine, CI₂* <0,1 - mg/L
27 Hydrogen Sulfide, H₂S* <0,0007 0,002 mg/L
28 Oil and Grease* <1 1000 mg/L
29 Sulfactants, MBAS* 132 200 mg/L
30 Senyawa Fenol abg Fenol <0,002 1 mg/L
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019
Dari hasil analisa kualitas air Sungai Bengawan Solo tersebut diketahui bahwa tidak terdapat
parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Lokasi titik sampling air
saluran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Air Sumur
Untuk mengetahui kondisi kualitas air sumur di sekitar lokasi proyek maka dilakukan sampling
dan analisa sampel air sumur yang diambil di pemukiman penduduk (rumah Ibu Sunaiyah, Dsn.
Tegalsari RT 11 RW 06, Ds. Sidomukti). Pengambilan sampel dilakukan pada Tanggal 13 Juli 2019.
Tabel 2.7. Kualitas Air Sumur Penduduk
No Parameter Hasil Analisa
Regulatory
Limit**
Satuan
Physical Properties:
1 Odor Tidak berbau Tidak berbau -
2 Total Dissolved Solid, TDS* 509 1000 mg/L
3 Turbidity* 2,113 25 NTU
4 Taste Tidak Berasa Tidak Berasa -
5 Temperature* 31 Suhu udara ± 3 -
6 Color* 3 50 TCU
Chemical Anorganic Properties:
1 Mercury, Hg* <0,00009 0,001 mg/L
2 Arsenic, As <0,01 0,05 mg/L
3 Iron, Fe* 0,0074 1 mg/L
4 Flouride, F* 0,65 1,5 mg/L
5 Cadmium, Cd* <0,00004 0,005 mg/L
6 Hardness Total as CaCO₃* 281,28 500 mg/L
7 Chloride, Cl-
197,75 - mg/L
8 Chromium hexavalent, Cr⁶* <0,001 0,05 mg/L
9 Manganese, Mn* 0,0624 0,5 mg/L
10 Nitrogen, Nitrate as N (NO₃ - N)* 3,529 10 mg/L
68. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 10
11 Nitrogen, Nitrite as N (NO₂ - N)* 0,136 1 mg/L
12 pH* 7,00 6.5 - 8.5 -
13 Selenium, Se <0,006 0,01 mg/L
14 Zinc, Zn* <0,004 15 mg/L
15 Cyanide, CN* <0,002 0,1 mg/L
16 Sulphate, SO₄²* 22,49 400 mg/L
17 Lead, Pb* <0,0002 0,05 mg/L
Chemical Organic Properties:
1 Sulfactants, MBAS* <0,014 0,05 mg/L
2 Total Organic Matter, KMnO₄* 3,52 10 mg/L
Blological Properties:
1 Total Coliform < 2 50 Jml/100 mL
2 E. Coli < 2 0 Jml/100 mL
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium PT. Global Quality Anallitical , 2019
Dari hasil analisa tersebut tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di dalam PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/90. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas air tanah dalam keadaan baik. Lokasi titik sampling air tanah dapat dilihat pada Gambar
2.2.
2.1.2. Komponen Biologi
A. Flora
Untuk data flora telah dilakukan pengamatan dan inventarisasi jenis flora yang terdapat di lokasi
proyek. Pada tabel berikut disajikan hasil pengamatan di lapangan tentang jenis flora.
Tabel 2.8. Jenis Flora di Lokasi Proyek
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Jumlah Status
1 Wedelia Wedelia trilobata ASTERACEAE * TD
2 Trembesi Albizia saman ROSACEAE >10 TD
3 Lamtoro Leucaena glauca MIMOSACEAE >10 TD
4 Pucuk merah Syzygium oleana MYRTACEAE >20 TD
5 Widuri Calotropis gigantea ASTERACEAE * TD
6 Palem putri Veitchia merillii ARECACEAE >10 TD
7 Pisang Musa paradisiaca MUSACEAE * TD
8 Bidara laut Zizipus mauritiana RHAMNACEAE >10 TD
9 Waru laut Hibiscus tiliaceus MALVACEAE >10 TD
10 Lerak Sapindus rarak SAPINDACEAE >10 TD
11 Lantana Lantana camara VERBENACEAE * TD
12 Talok/kersen Muntingia calabura ELAEOCARPACEAE >10 TD
13 Kiara payung Filicium decipiens SAPINDACEAE >20 TD
14 Permot Passiflora foetida PASSIFLORACEAE * TD
69. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 11
15 Nyirih Xylocarpus rumphii MELIACEAE >10 TD
16 Api-api Avicennia lanata AVICENIACEAE >20 TD
Keterangan; * = dalam rumpun, tidak bisa dihitung; TD= Tidak dilindungi PP no 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Dari hasil pengamatan tersebut tidak ditemukan adanya jenis flora darat yang dilindungi.
B. Fauna
Untuk data fauna telah dilakukan pengamatan dan inventarisasi jenis fauna yang terdapat di lokasi
proyek dan sekitarnya. Pada tabel berikut disajikan hasil pengamatan di lapangan tentang jenis
fauna.
Tabel 2.9. Jenis Fauna di Lokasi Proyek
No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Jumlah Status
1 Burung gereja erasia Passer montanus PLOCEIDAE >10 TD
2 Bondol jawa Lonchura leucogastroides PLOCEIDAE >10 TD
3 Bondol peking Lonchura punctulata PLOCEIDAE >10 TD
4 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster PYCNONOTIDAE <10 TD
5 Walet sapi Collocalia esculenta APODIDAE >10 TD
Keterangan ; TD= tidak dilindungi PP no 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Dari hasil pengamatan tersebut tidak ditemukan adanya fauna darat yang dilindungi.
2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya
A. Demografi
Lokasi proyek secara administrasi terletak di tiga kecamatan, yaitu Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan
Kec. Manyar yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik. Jumlah penduduk di Kec. Bungah, Kec.
Gresik, dan Kec. Manyar menurut kelompok jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.10. Jumlah Penduduk di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Kelamin Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Laki-laki 34.181 41.298 57.862
2 Perempuan 33.638 41.666 56.194
3 Jumlah 67.819 82.964 114.056
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018
Kepadatan penduduk di Kec. Bungah adalah 854 jiwa/km2
, Kec. Gresik adalah 14.975 jiwa/km2
, dan
Kec. Manyar adalah 1.195 jiwa/km2
.
70. ANDAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN KAPASITAS 1.000 LITER/DETIK
II - 12
Struktur penduduk menurut kelompok agama dapat dilihat pada tabel berikut ini. Agama yang
dianut sebagian besar penduduk di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar adalah Agama Islam.
Tabel 2.11. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Agama di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan
Kec. Manyar
No. Agama Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Islam 67.801 81.110 112.645
2 Katholik 4 1.080 278
3 Protestan 14 36 988
4 Hindu - 36 95
5 Budha - 245 50
6 Konghuchu - 36 -
7 Kepercayaan - 2 -
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018
Struktur penduduk menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Jumlah
terbanyak jenis pekerjaan penduduk di Kec. Bungah adalah sektor pertanian, Kec.
Gresik dan Kec. Manyar adalah sektor industri.
Tabel 2.12. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Pekerjaan di Kec. Bungah, Kec. Gresik,
dan Kec. Manyar
No. Jenis Pekerjaan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 Pertanian 7.431 336 3.226
2 Industri 2.808 8.303 17.135
3 Konstruksi 2 31 234
4 Perdagangan 3.294 6.775 11.030
5 Angkutan 1.387 69 278
6 Jasa 1.764 2.416 4.212
7 Lainnya 2.472 16.050 11.624
Sumber: Kecamatan Bungah, Gresik, dan Manyar Dalam Angka Tahun 2018
B. Sosial
Penduduk di wilayah studi ditinjau dari latar belakang asal daerah bersifat heterogen (berasal dari
berbagai macam daerah). Bentuk sosialisasi penduduk sudah bercampur dan cenderung meniru
pola kehidupan perkotaan, meskipun masih ada yang memegang teguh pola sosial dan budaya
daerah asalnya, tetapi pertentangan tersebut tidak menjadi masalah. Jenis lembaga pendidikan
yang ada di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.13. Lembaga Pendidikan di Kec. Bungah, Kec. Gresik, dan Kec. Manyar
No. Jenis Lembaga Pendidikan Kec. Bungah Kec. Gresik Kec. Manyar
1 TK Swasta 33 24 37